Anda di halaman 1dari 15

POTENSI GAS BERACUN

GUNUNG IJEN
KELOMPOK 10
ADITYA MAULANA BAINAL 072.15.002
DAKHLAN MUHAMMAD ZAINURI 072.15.019
DIKKY PUTRA R. 072.15.025
HAFEL RAYHAN LABIB 072.15.049
RAHMAT FADHLI SYAUQI 072.15.092
Gunung Ijen adalah sebuah
gunung berapi aktif yang terletak
di perbatasan antara Kabupaten
Banyuwangi dan Kabupaten
Bondowoso, Jawa Timur,
Indonesia. Gunung ini memiliki
ketinggian 2.443 mdpl dan
terletak berdampingan dengan
Gunung Merapi. Gunung Ijen
terakhir meletus pada tahun 1999.
Salah satu fenomena alam yang
paling terkenal dari Gunung Ijen
adalah kawah yang terletak di
puncaknya. Pendakian gunung ini
bisa dimulai dari beberapa
tempat. Pendaki bisa berangkat
dari Banyuwangi ataupun dari
Bondowoso.
Sejarah Pembentukan
Gunung Ijen
• Berdasarkan rekonstruksi hasil peta geologi, pada
awalnya Ijen mencapai lebih dari 3.000 meter tingginya
(Sujanto, dkk, 1988). Gunung besar itu kemudian
mengalami letusan dahsyat (violent eruption) yang
dilaluinya dalam tiga periode yang diperkirakan terjadi
pada 3.500 tahun yang lampau. Letusan tersebut
menghancurkan hampir seluruh tubuhnya hingga
tingginya terpangkas menjadi 2.386 meter. Selain itu
letusan tersebut menghasilkan lubang yang sangat besar
19 x 21 km di bagian alasnya dan 22 x 25 km pada
bagian atasnya (rim crater) kemudian dikenal dengan
Kaldera Ijen. (H. Sundoro, 1990).

• Dalam perkembangan berikutnya, di tengah kaldera


terbentuk sebuah danau kawah yang menjadi pusat
kegiatan vulkanik saat ini. Kawah tersebut berukuran
1.160 x 1.160 m bagian atas dan bagian yang terisi air
yang telah mengalami mineralisasi volkanik di dasar
kawah seluas 960 x 600 m yang dikenal dengan nama
Kawah Ijen.
Kawah Ijen
Kawah dari kaldera Ijen
mengeluarkan gas solfatara yang
menghasilkan sublimasi bongkah
belerang. Oleh warga setempat
bongkahan belerang tersebut
ditambang dengan segala resiko dari
gas solfatara. (Solfatara adalah
fumarol yang mengeluarkan gas-gas
oksida belerang “seperti SO2 dan
SO3”, selain karbon dioksida “CO2”
dan uap air “H2O”.)

Lokasi lapangan solfatara yang menghasilkan belerang melimpah berada di dasar


kawah sebelah tenggara.
Penambangan
Bongkah Belerang

Kawah Ijen mampu menghasilkan mineral


kuning ini lebih dari 60 ton per hari. Sayang,
jumlah sebanyak itu tidak dapat dipetik
seluruhnya karena kendala teknis. Para
penambang yang jumlahnya kian menyusut,
semula sekitar 700 orang kini tinggal 170 orang,
hanya mampu mengangkut belerang antara 14
– 19 ton per hari. Mereka menambang dengan
cara yang sangat sederhana, hanya berbekal
linggis dan sekop tanpa alat pelindung. Mereka
berjuang di tengah sengatan gas belerang yang
sangat tajam.
Aktifitas penambang sudah dimulai sejak pagi hari
Cara Penambangan Bongkah Belerang
Adapun pada pemanfaatannya penambang menggunakan cara
yang sangat sederhana untuk “menangkap” Gas belerang (H2SO4) yang
memiliki suhu antara 150° – 250° C. Mereka memasang pipa yang terbuat
dari besi (pawon) berdiameter 16 – 20 cm. Setiap pipa panjangnya 1 m agar
mudah memasang dan menggantinya jika rusak. Pipa tersebut dipasang
sambung menyambung mulai dari tebing atas dimana titik solfatara yang
suhunya mencapai 200° C sekaligus sebagai sumber belerang hingga dasar
tebing yang jauhnya antara 50 – 150 m.
Melalui pipa tersebut gas belerang dialirkan kemudian
tersublimasi di ujung pipa bagian bawah dan siap ditambang dalam bentuk
bongkah belerang. Apabila salah satu pipa rusak karena korosi, maka uap
belerang tidak mengalir sempurna dan terlepas ke udara bebas dan tidak
sempat tersublimasi. Kendala lainnya adalah ketika suhu solfatara naik
melampaui 200° C, maka uap belerang tidak sempat tersublimasi karena
terbakar.
Para penambang belerang ini mengambil belerang dari dasar
kawah. Di sini asap cukup tebal, namun dengan peralatan penutup hidung
sekadarnya seperti sarung, mereka tetap mencari lelehan belerang. Lelehan
belerang diperoleh dari pipa yang menuju sumber gas vulkanik yang
mengandung sulfur. Gas ini dialirkan melalui pipa lalu keluar dalam bentuk
lelehan belerang berwarna merah. Setelah membeku belerang berwarna
kuning.
Setelah belerang dipotong, para penambang akan memikulnya
melalui jalan setapak. Beban yang dipikul cukup berat antara 80 hingga 100
kg. Para penambang sudah terbiasa memikul beban yang berat ini sambil
menyusuri jalan setapak di tebing kaldera menuruni gunung sejauh 3
kilometer
3 Gas Beracun Gunung
Berapi yang Perlu Diketahui
1. FUMAROL
Fumarol adalah gas yang keluar dari gunung
berapi yang meletus. Gas racun ini berasal
dari air yang terdapat dicelah batuan atau
dipermukaan bumi terpanaskan
lava/magma sehingga terpancar keluar
sebagai uap panas.
Fumarol sebenarnya dikenal sebagai lubang
atau retakan pada gunung berapi yang
mengeluarkan uap dan gas sulfur dioksida,
hidrogen sulfida dan karbon dioksida.
2. SOLFATARA
Mual dan muntah merupakan gejala seseorang yang menghirup gas
racun ini. Solfatara adalah gas racun yang keluar dari belerang. pada
kondisi tertentu dapat mematikan. Gas beracun ini termasuk ancaman
yang dapat membuat seseorang meninggal dunia. Solfatara dapat
dikenali keberadaannya dengan adanya bau yang khas seperti gas
oksida belerang pada umumnya, berbau busuk seperti bau kentut.
Upaya atau tindakan yang dapat menjadi pertolongan pertama bagi
seseorang yang menghirup gas beracun ini adalah dengan membawa
korban ke tempat dengan udara yang bersih atau steril, lindungi dari
tempat yang dingin.
3. MOVET
Gas beracun yang satu ini cukup berbahaya jika terhirup oleh
manusia. Gejala yang diakibatkan oleh menghirup gas movet ini
diantaranya adalah pusing, telinga berdengung, lemah, sakit
kepala, mual, jantung berdetak keras, lutut tidak mampu
menahan berat tubuh sehingga sulit untuk berjalan
menyelamatkan diri dan beresiko kematian. Movet adalah gas
racun tidak berbau dan tidak berwarna dikenal dengan nama
Carbon Mono Xide (CO) yang menjadi ancaman bagi survivor.
Bahaya Gas Beracun
Gejala yang muncul ketika terjadi keracunaan gas
CO pada konsentrasi rendah mirip dengan gejala
flu, pusing, pernafasan terganggu dan rasa mual.
Pada konsentrasi tinggi bisa langsung
menimbulkan kematian mendadak. Tindakan
preventif yang bisa diambil untuk meminimalisir
keadaan yang tidak diinginkan adalah dengan
memasang detector karbon monoksida. Detektor
ini akan mendeteksi adanya gas CO pada tingkat
tertentu dan memberikan peringatan dengan
suara alarm. Selain itu juga dapat menggunakan
cara lain yaitu penggunaan masker dan alat
pelindung diri dan jauhi tempat-tempat yang
berpotensi mengeluarkan gas CO. Apabila terjadi
keracunan pada seseorang hal yang bisa
dilakukan adalah memberikan nafas buatan dan
langsung bawa korban ke puskesmas atau rumah
sakit terdekat.
FENOMENA GAS BERACUN GUNUNG IJEN
Fenomena munculnya letupan yang menyebabkan gas beracun merupakan
aktivitas rutin kawah Gunung Ijen.
Setiap tahun, gas beracun itu muncul pada musim hujan, terutama pada Januari
hingga Maret karena permukaan suhu dingin, namun di dalam kawah panas
sehingga terjadi letupan yang membawa material gas. Letupan tersebut muncul
karena air hujan membuat permukaan kawah yang panas menjadi dingin,
sehingga muncul letupan di dalam kawah atau bualan yang membawa material
gas vulkanik yang sangat berbahaya
Letupan yang terjadi membawa material gas yang dihirup oleh warga yang
tinggal di bantaran Sungai Banyupait yang mengalir ke arah Kabupaten
Bondowoso dan gas beracun mengikuti arah angin ke wilayah Bondowoso.
Para penambang belerang sempat mendengar suara letusan, namun letusan
tersebut jenisnya freatik dan bukan magmatik sehingga sangat lemah dan
mengeluarkan gas yang sangat berbahaya. Petugas sudah mengecek ke kawah
Ijen dan kondisinya sudah normal, serta air kawah berwarna hijau muda,
namun secara visual ada bekas letusan freatik yang didengar oleh para
penambang belerang
Gas beracun di antaranya berupa hidrogen sulfida (H2S) dan
karbon dioksida (CO2) yang bertiup ke arah barat yang
merupakan lereng gunung dan diperkirakan mendekati
pemukiman penduduk.
Gas H2S memiliki ciri khas bau yang menyengat namun
semakin tinggi konsentrasinya, gas tersebut malah tidak
berbau.
Sehingga perlu diantisipasi masyarakat untuk tidak
melakukan aktivitas di dekat kawah gunung terutama saat
musim hujan dan di malam hari meski kondisi normal
dengan radius aman sekitar tiga kilometer dari kawah.
PEMANTAUAN LOKASI AWAL TERPAPARNYA GAS BERACUN
Saat ini status Gunung Ijen masih normal atau tingkat I dan DARI KAWAH IJEN DI BONDOWOSO
tidak ada kenaikan aktivitas vulkanik yang mengkhawatirkan.
BAHAYA GAS BERACUN GUNUNG API
Setiap gunung berapi memiliki karakteristik yang berbeda-beda ditinjau dari jenis
poduk muntahan atau produk yang dihasilkannya. Produk yang dihasilkan tidak
selamanya dikeluarkan saat gunung berapai tersebut meletus, namun juga dapat
diproduksi setiap saat. Salah satu produk yang dihasilkan yang tidak tergantung
saat meletus adalah gas beracun. Gas beracun ini muncul tidak selalu didahului
oleh letusan gunung. Gas beracun ini dapat muncul dari rongga atau rekahan
yang terdapat didaerah gunung berapi. Gas utama yang sering muncul adalah CO,
CO2, H2S, NOx, SO2, dan HCl. Dari ksemua gas beracun ini yang paling banyak
menimbulkan kematian adalah gas CO walaupun tidak menuntut kemungkinan
bahwa gas yang lain ini juga dapat menimbulkan kematian (tingkat bahaya yang
ditimbulkan berbeda).
1. Gas CO2 (gas Monoksida
Salah satu kemampuan gas CO yang masuk keparu-paru dan masuk
ke pigmen merah atau hemoglobin mengakibatkan terjadinya
ikatan carboxy hemoglobin yang lebih stabil dibandingkan ikatan
oksi hemoglobin. Dengan terjadinya ikatan carboxy hemoglobin ini
membuat aktifitas peredaran oksigen keseluruh tubuh menjadi
terganggu, sehingga proses metabolisme otot dan fungsi enzim
intra selulerjuga terganggu.
2. H2S
Gas hydrogen sulfide (H2S) mempunyai sifat asam, mudah terbakar
dan dapat membentuk campuran yang eksplosif dengan udara.
Dampaknya bagi kesehatan manusia, pada konsentrasi rendah BELERANG YANG MENGELUARKAN GAS CO2 DAN H2S
dapat mengiritasi mata dan saluran mata.
3. Arsen (As)
Dengan akibat terpaparnya arsenic dalam tubuh yang melampaui
ambang batas, maka akan terjadi perubahan warna kulit menjadi
kelabu atau kehitaman, gangguan fungsi hati dan kanker hati,
gangguan fungsi jantung, paru-paru dan ginjal. Efek yang langsung
kelihatan adalah dimana terlihat garis-garis horizontal ada kuku.
Daftar Pustaka
http://geomagz.geologi.esdm.go.id/ijen-menyesap-pesona-
mewaspadai-bahaya/
http://belajargeologi.com/kawah-ijen-keindahan-yang-menyimpan-
bahaya/
http://exoticjavaadventure.com/blog/penambang-belerang-tradisional-
di-kawah-ijen/
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/18/03/23/p607
4z366-munculnya-gas-beracun-fenomena-rutin-kawah-ijen
http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/18/03/23/p6194m
377-ini-penyebab-keluarnya-gas-beracun-di-kawah-ijen

Anda mungkin juga menyukai