Anda di halaman 1dari 24

Erupsi Gunung Api

Raizar Mahabbatan
072001700032
• Gunung berapi adalah gunung yang memiliki lubang sebagai tempat keluarnya magma dan gas.

• Erupsi gunung api adalah suatu proses pelepasan material dari gunung
berapi seperti lava, gas, abu dan lain sebagainya ke atmosfer bumi ataupun
ke permukaan bumi dalam jumlah yang tidak menentu. Erupsi ini dapat
diartikan sebagai letusan gunung berapi ataupun semburan minyak dan uap
panas dari dalam perut bumi.

• Erupsi gunung api terjadi


karena penambahan volume magma yang berada di bawah
gunung api akibat adanya injeksi magma baru., dinding di dapur
magma runtuh. Sehingga dapur magma terjadi penambahan
volume secara signifikan dan harus dikeluarkan.
Letusan Gunung api
Bedasarkan Sifat Kegiatan Letusan

1. Erupsi Eksplosif
Proses keluarnya magma dan material lain dari dalam perut bumi yang disertai dengan tekanan
yang kuat sehingga terkadang menimbulkan suara letusan atau dentuman yang cukup keras.
Pada umumnya erupsi ini dikenal sebagai letusan gunung berapi. Adapun contoh dari erupsi
eksplosif antara lain adalah erupsi gunung Krakatau.

2. Erupsi Efusiv
Proses keluarnya magma yang berbentuk lelehan lava. Erupsi ini terjadi akibat adanya tekanan
gas yang tidak begitu kuat sehingga magma kental dan lava pijar tumpah dan kemudian mengalir
ke lereng puncak gunung. Adapun contoh dari erupsi efusif adalah erupsi Gunung Merapi.
Bedasarkan tipe letusan
Bedasarkan kejadian yang khas pada suatu gunungapi, letusan gunung api dapat dikelompokkan ke dalam
beberapa tipe

• Tipe Stromboli 
Tipe ini merupakan tipe letusan yang secara konstan akan terus berlangsung meski hanya berupa
ledakan kecil. Dalam jangka waktu tertentu biasanya gunung api akan mengeluarkan material padat
seperti batuan ataupun material berupa abu vulkanik.

• Tipe Hawaiian 
Tipe ini merupakan tipe letusan yang menyebarkan meluncurnya lava ke berbagai arah. Skala
letusan ini tidak terlalu besar akan tetapi akan terjadi secara konsisten. Disebut sebagai “Hawaiian”
karena kebanyakan letusan yang terjadi di daerah Hawaii.

• Tipe Vulkano 
Tipe ini merupakan tipe letusan yang sering terjadi di Indonesia maupun di negara lain, karena tipe
ini merupakan tipe letusan yang paling umum. Adapun skala dari letusan ini tergantung dari tingkat
tekanan dari dalam perut bumi. Dampak letusan gunung berapi tipe ini antara lain dapat
menyebabkan kerusakan lingkungan. 
• Tipe Merapi 
Tipe ini merupakan tipe letusan yang tidak kalah mengerikan jika dibandingan dengan tipe vulkano.
Letusan yang terjadi pada tipe merapi ini akan memecah sumbatan lava dan akan mengeluarkan
lahar yang disertai dengan awan panas.

• Tipe Perret (Plinian) 


Tipe ini merupakan tipe letusan yang cukup berbahaya karena letusan ini akan mengeluarkan gas
yang meluncur ke atas dan akan membentuk seperti bunga kol pada ujungnya. Skala letusan tipe ini
cukup besar, bahkan lebih besar dari tipe merapi atatupun tipe vulkano. Dampak dari letusan tipe
ini akan menyebabkan dinding kawah akan merosot dan terbentuklah kaldera.

• Tipe St Vincent 
Tipe ini merupakan tipe letusan yang akan menyebabkan daerah di sekitar gunung akan terkena
lahar panas, hal ini terjadi karena lelehan lava yang bercampur dengan air di danau kawah yang
tumpah secara bersamaan.

• Tipe Pelee 
Tipe ini merupakan tipe letusan yang biasanya terjadi apabila terdapat penyumbatan di kawah
bagian puncak gunung berapi yang bentuknya seperti jarum, hal ini menyebabkan tekanan gas
dalam perut gunung akan bertambah besar. Dan apabila penyumbatan di bagian kawah tidak kuat
untuk menahan tekanan gas tersebut maka gunung tersebut akan meletus.
Erupsi gunung api
suatu proses pelepasan material dari gunung berapi seperti lava, gas, abu dan
lain sebagainya ke atmosfer bumi ataupun ke permukaan bumi dalam jumlah
yang tidak menentu.

Letusan gunung api bisa diprediksi melalui dua hal, yaitu


 Prediksi jangka pendek dengan melihat aktivitas gunung api seperti
• seismicity,
• ground deformation,
• hidrologi,
• kandungan gas
 kedua melalui periode letusan suatu gunung.

Prediksi inilah yang bisa meminimalisir resiko dampak dari letusan


gunung api, baik korban jiwa maupun materi.

03/13/2020 9
Volcano Explosive Index (VEI)
• Untuk mengukur kekuatan relatif letusan gunung api
• Besaran skala VEI berkisar dari angka 0 sampai 8
• Setiap kenaikan 1 besaran skala VEI berarti kekuatan
letusan bertambah 10 kali lipat.
Parameter yang dipergunakan
untuk besaran VEI

Para ahli gunungapi sepakat bahwa besaran VEI ditentukan oleh :


1. Jumlah volume material hasil letusan,
2. Ketinggian kolom letusan di atmosfer bumi,
3. Durasi letusan gunungapi.
Volcano Explosive Index

VEI Uraian Ketinggian Volume Tipe letusan Waktu Contoh


Volume kejadian
0 Non- explosive <100 m 1.000s m3 Hawaiian daily Kilauea
1 Gentle 100 – 1000 m 10.000s m3 Haw/strombolian daily Stromboli
Galeras /
2 Explosive 1 – 3 km 1.000.000s m3 Strom/vulcanian weekly
1992

3 Severe 3 - 15 km 10.000.000s m3 Vulcanian yearly Ruiz 1985

100.000.000s Galunggung
4 Catalysmic 10 – 25 km Vulcanian/Plinian 10’s of years
m3 1982
5 Paroxsymal >25 km 1 km3 Plinian 100’s of years St. Helen 1980

6 Colossal >25 km 10s km3


Plinian / Ultra 100’s of years Krakatau 1883
Plinian

7 Super-colossal >25 km 100s km3 Ultra Plinian 1000’s of years Tambora 1815

8 Mega Colosal >25 km Ultra Plinian 10.000’s of Yellowstone


1000s km3 years 2Ma

Sumber : Pulmer et. al., 2013


BAHAYA LETUSAN GUNUNGAPI

Bahaya tersebut berupa ancaman tumpahnya material volkanik


berupa gas dan material padat yang jatuhnya menimpa
bangunan, infrastruktur, persawahan, perkebunan, hutan yang Bahaya Primer Bahaya Sekunder
pada akhirnya menimbulkan kerugian jiwa maupun harta
benda serta rusaknya lingkungan

03/13/2020 13
Bahaya Primer
Bahaya yang terjadi bersamaan dengan terjadinya letusan gunungapi.
Ancaman bahaya tersebut dapat berupa gas maupun material padat.

Bahaya primer berupa material padat adalah sebagai berikut :


1. Aliran lava, berupa cairan magma dengan suhu antara 600o – 1200oc, yang keluar dari dalam bumi melalui pusat
letusan. Aliran lava tidak membahayakan manusia tetapi menimbulkan bencana kebakaran dan menimbun segala
sesuatu yang dilewati.

2. Hujan batu (pyroclastic air fall), berupa material padatan atau rempah, berukuran 4mm - 64mm yang dihaburkan
dari kawah atau lubang kepundan pada saat terjadi letusan gunungapi. Ketinggian semburan ini dapat mencapai
ribuan meter dengan radius penyebaran 5 – 10 km dari pusat letusan.

3. Hujan debu vulkanik (pyroclastic ash air fall) adalah debu vulkanik yang dihamburkan ke atmosfer oleh letusan
gunung api. Ketinggian kolom semburan dapat mencapai puluhan kilometer tingginya, sedangkan luas sebarannya
mencapai ratusan kilometer.

4. Lahar letusan atau lahar panas terjadi pada gunung apimyang mempunyai danau kawah. Apabila volume air dalam
kawah cukup besar akan menjadi ancaman langssung saat terjadi letusan dengan menumpahkan lahar panas.
Bahaya primer letusan yang berupa gas meliputi :
1. Semburan gas beracun umumnya berupa gas CO, SO2, CO2, HCL, Fluorine, dan H2S. Manusia yang
terpapar oleh gas tersebut dalam jumlah melebihi ambang batas aman dan berlangsung dalam waktu
yang cukup lama dapat mengalami peristiwa fatal bahkan kematian.
Contoh : Peristiwa akibat semburan gas beracun pernah terjadi pada tahun 1979 di Kawah Sinila, Kompleks
Gunung Dieng Wonosobo, Jawa Tengah. Akibat keracunan gas CO dan CO2 , 149 orang telah meninggal dunia.

2. Aliran awan panas atau pyroclastic flow atau nuee ardente atau glowing cloud adalah massa gas
bercampur debu dan material piroklastik lainnya dengan suhu 200oc - 1000 oc. Pergerakannya sangat
cepat mengalir menyusuri alur dan lereng gunungapi secara gravitasional menuju lembah. Bentuknya
menyerupai awan dengan pola seperti bunga kol, bulu domba, atau pola lainnya.
Bahaya Primer

Bentuk Bahaya primer letusan gunung api yang lain dapat berupa :
1. Petir vulkanik. Debu hasil letusan gunungapi adalah partikel-partikel yang bermuatan listrik.
Oleh karena itu, pada saat berhamburan di udara dan saling bersinggungan dapat
menghasilkan petir vulkanik yang dahsyat
2. Letusan gunungapi bawah laut (sea mount eruption) dapat menimbulkan tsunami. Kekuatan
tsunami hasil letusan gunungapi, tidak kalah dahsyatnya dengan kekuatan tsunami yang
ditimbulkan oleh gempa bumi tektonik.
3. Tanah longsor yang jatuh ke dalam lingkungan laut akibat letusan gunungapi dapat
menimbulkan tsunami.
Bahaya Sekunder
Bahaya yang ditimbulkan pada saat awal dan purna letusan gunungapi

1.Gempa bumi vulkanik


Gempa bumi yang terjadi karena adanya proses dinamik dari magma dan cairan yang bersifat hydrotermal (peka

terhadap panas), sehingga dapat dipakai sebagai tanda – tanda awal peningkatan aktivitas gunungapi. Proses fluida

(cairan) yang mengalir dinamis yang terjadi karena adanya gradien suhu dan tekanan magma dapat menimbulkan

gelombang gempa yang berasal dari proses resonansi retakan yang terisi cairan magma.

Gempa ini dapat terjadi sebelum dan saat terjadinya letusan yang menimbulkan getaran. Getarannya kadang –

kadang dapat dirasakan oleh manusia dan hewan yang bermukim di sekitar gunungapi. Gempa (bumi) vulkanik

yang dominan berkisar antara 1 sampai 5 Hz (Herz), selain frekuensi rendah lainnya

Walaupun gempa vulkanik umumnya berkekuatan rendah (dengan kekuatan dibawah 5 skala ritcher), namun

gempa vulkanik dapat berperan sebagai pemicu terjadinya tanah longsor


2. Aliran lahar hujan
Lahar hujan atau sering disebut juga lahar dingin merupakan campuran material vulkanik atau
rempah gunungapi dan air hujan.
Lahar hujan terjadi setelah hujan atau selama hujan berlangsung, sesudah letusan gunungapi.
Material volkanik hasil letusan yang belum padat tererosi oleh air hujan, kemudian terangkut dan
mengalir menjadi lahar hujan.
Aliran lahar hujan sulit diduga kemampuan merusaknya, kadang – kadang terjadi didaerah yang
datar. Proses erosinya berlangsung dalam waktu yang singkat namun dapat dapat membuat sungai
menjadi dalam dan lebar. Atau sebaliknya, lembah sungai yang ditimbuni oleh lahar hujan dalam
waktu yang singkat dapat berubah menjadi daerah daratan yang mengakibatkan arah aliran sungai
berubah.
3. Tanah longsor
Umumnya terjadi pada lereng yang terjal dan batuan lereng tidak kompak. Pemicu terjadinya tanah
longsor adalah gempa vulkanik.

4. Dampak negatif sosio ekonomi


Kerugian dapat terjadi pada daerah yang langsung maupun tidak langsung terpapar bencana
letusan.

Letusan Gunung Sinabung dan Kelud pada Januari dan awal Februari 2014 menimbulkan
kerugian yang besar. Rusaknya infrastruktur jalan, jalan, irigasi, sawah, kebun, dan tempat
pemukiman penduduk dapat menimbulkan kerugian bermiliar rupiah
Negara Indonesia memiliki gunung api yang terbanyak di dunia yaitu 129 gunung api
aktif atau sekitar 15 % dari seluruh gunung api yang ada di bumi.

Keadaan tersebut merupakan berkah karena jalur gunung api merupakan daerah
mineralisasi logam dasar yang sangat potensial, sekaligus menjadi ancaman
bahaya yang setiap saat apabila terjadi letusan gunung api akan mengundang
bencana alam yang cukup dahsyat.

Bahaya tersebut berupa ancaman tumpahnya material volkanik berupa gas dan
material padat yang jatuh menimpa bangunan, infrastruktur, persawahan,
perkebunan, hutan yang pada akhirnya menimbulkan kerugian jiwa maupun harta
benda serta rusaknya lingkungan.
Erupsi Gunung api di Indonesia
1815 1883 2011

Gunung Merapi, Jawa


Gunung Krakatau terletak Tengah.
Letusan Gunung api di Selat Sunda.
Tambora di Pulau Sumbawa Dari catatan sejarah
Besar, Letusan yang dahsyat modern, letusan Gunung
terjadi pada tahun 1883 Merapi antara lain terjadi
dengan skala VEI (letusan pada tahun 1006, 1672,
Walaupun letusan Gunung
kolosal). 1832, 1849, 1872, 1888,
Tambora bersifat lokal,
akan tetapi dampak yang 1904, 1928, 1930, 1945,
Selain itu, letusan tersebut 1961, 1969, 2010, dan
ditimbulkan bersifat global.
menimbulkan tsunami yang terakhir pada tahun 2011.
Kekuatan VEI sebesar 7
dahsyat dengan gelombang
termasuk letusan
setinggi 30 – 40 meter Letusan bersifat eksplosif
megakolosal.
disertai dengan awan panas
(wedhus gembel).

03/13/2020 23
Thank You

Anda mungkin juga menyukai