Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ENDAPAN MINERAL

“LARUTAN SISA MAGMA DENGAN GENESA


PEMBENTUKAN MINERAL”

DISUSUN OLEH :
YVES BELGIASWARA SUSILO
072001700042

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN & ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Larutan Sisa
Magma Dengan Genesa Pembentukan Mineral”sesuai dengan waktu yang diberikan.
Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan
serta dorongan dari berbagai pihak.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih terdapat banyak kesalahan
maupun kekurangan, baik dalam susunan kata – kata, kalimat maupun bahasannya karena
terbatasnya kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman penulis. Oleh karena itu kritik dan
saran yang bersifat membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan guna
penyempurnaan ini.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mineral merupakan padatan senyawa kimia homogen, non-organik, yang memiliki bentuk
teratur dan terbentuk secara alami. Dalam kehidupan sehari-hari dikenal dengan
adaanya sebutan mineral ekonomi yang berarti kumpulan / konsentrasi satu atau lebih
mineral yang berguna, baik logam maupun non logam yang tersebar di bagian terluar
dari kulit bumi. Sehingga perlu adanya suatu pembelajaran mengenai mineral –
mineral ekonomi yang akan bermanfaat bagi kesejahteraan manusia. Salah satu hal
yang akan dipelajari adalah mengenai genesa pembentukan mineral – mineral
ekonomi tersebut agar nantinya pembaca dapat mengetahui dimana keterdapatan
mineral – mineral ekonomi berdasarkan tempat pembentukannya dan cara
keterbentukannya.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini antara lain :
● Untuk mengetahui kaitan antara larutan sisa magma (hidrotermal) dengan
proses pembentukan mineral
● Untuk mempelajari bagaimana suatu mineral dapat terbentuk
● Untuk mengetahui mineral – mineral apa saja yang dapat bermanfaat bagi
kesejahteraan manusia (mineral ekonomi) yang terbentuk dari larutan sisa
magma (hidrotermal)
BAB II
PEMBAHASAN

MAGMA
Magma adalah material yang dihasilkan oleh peleburan dan pemanasan
local batuan dalam inti bumi. Paling banyak batuan panas pada temperatur 800 hingga
1200oC. Ketika magma mendingin, maka ini menjadi mengeras oleh penghabluran mozaik
mineral kebentuk batuan beku (Walthan, 2009). Magma yang mempunyai berat jenis lebih
ringan dengan batuan sekelingnya, maka magma tersebut akan berusaha naik melalui
rekahan-rekahan yang ada dalam litosfer hingga akhirnya mampu mencapai permukaan bumi.
Apabila magma keluar melalui aktivitas vulkanik maka dan mengalir ke permukaan maka ini
sebut lava. Magma dalam perjalanannya dapat juga mulai kehilangan mobilitasnya ketika
masih berada di dalam litosfer dan membentuk dapur-dapur magma sebelum mencapai
permukaan. Dalam situasi ini, magma akan membeku ditempat, dimana ion-ion didalamnya
akan mulai kehilangan gerak bebasnya kemudian menyusun diri dan membentuk batuan
beku. Unsur-unsur utama menyusun magma adalah oksigen O2, silicon (Si), Aluminium (Al),
Kalsium (Ca), Natrium (Na), Kalium (K), Besi (Fe) dan magnesium (Mg). Berdasarkan
analisis kimia berbagai batuan beku (Arsyad, 2002), maka magma dapat dibedakan menjadi
tiga macam yakni:
1. Magma basaltis (basaltic magma), mengandung 50% SiO2, bersuhu tinggi antara 900-
1200oC dan viskositasnya rendah dan mudah mengalir. Contoh batuannya adalah basalt
2. Magma asam (rhyolity magma), berkomposisi SiO2 antara 60% hingga 70%, bersuhu
rendah dibawah 800oC, dengan viskositas yang tinggi. Karena memiliki viskositas yang
tinggi maka magma ini lebih kental dan memiliki mobilitas yang rendah, Misalnya riorit.
3. Magma intermediet, berkomposisi SiO2 berada antara magma basa dan magma asam,
misalnya andesit. Selain komposisi magma induk (parent magma) yang menjadikan batuan
beku beragam, juga proses-proses diferensial dan asimilasi magma yang akan kita bahas
kemudian. Dipresentasikan dalam mata kuliah Alterasi dan Mineralisasi Program
Pascasarjana Teknik Geologi, Universitas Hasanuddin 2011 2

DIFERENSIASI MAGMA
Pada pembentukan endapan, beberapa proses atau kombinasi proses haruslah
membawa dan melokalisir pengayaan satu mineral atau lebih. Untuk mengklasifikasi
endapan mineral, dilakukan melalui proses pengelompokan dasar (principal consentrating
process). Mineral terkonsentrasi dalam lima cara:
1. Konsentrasi oleh panas, larutan (mengandung air) mengalir melalui rekahan dan pori
dalam batuan kerak, membentuk endapan mineral hidrotermal.
2. Konsentrasi oleh proses magmatik dalam tubuh batuan beku membentuk endapan mineral
magmatik.
3. Konsentrasi oleh pengendapan (presipitasi) air danau atau air laut menghasilkan endapan
sedimenter.
4. Konsentrasi oleh aliran air dalam arus atau sepanjang pantai, membentuk placer.
5. Konsentrasi akibat proses pelapukan membentuk endapan mineral residual

Pada umumnya jenis endapan logam terbentuk karena proses mineralisasi yang
diakibatkan oleh aktivitas magma. Pembentukan mineral tersebut terjadi baik pada batuan
beku sebagai induknya maupun pada batuan samping yang ikut terpengaruh karena proses
magmatisme tersebut. Selama pergerakan magma ke permukaan maka proses – proses
seperti diferensiasi, asimilasi dan kristalisasi akan berlangsung seiring dengan perubahan
temperatur pada tubuh magma yang kemudian diikuti oleh proses pembekuan. Jenis – jenis
batuan beku yang terbentuk masing – masing dicirikan oleh komposisi mineral yang
berbeda sesuai dengan komposisi magma dan temperatur pembekuannya. Karena proses

diferensiasi magma yang terjadi, maka jenis dan komposisi mineral yang terbentuk bisa
terdiri dari berbagai macam mineral logam maupun non logam.

Proses pembentukan cebakan mineral logam karena diferensiasi magma


(Alan M. Bateman dalam Sudradjat, 1982) secara umum dalam tiga fase sebagai
berikut:
1. Fase Magmatik Cair/Liquid Magmatic Phase (> 600oC):
Fase ini merupakan awal pembentukan mineral – mineral baik logam maupun
non logam yang dicirikan oleh terjadinya pemisahan unsur – unsur kurang
volatil berupa mineral – mineral silikat. Karena penurunan temperatur yang
berlangsung menerus, maka terbentuklah mineral – mineral berikutnya yang
dicirikan oleh unsur – unsur lebih volatil pada kondisi tekanan yang semakin
besar. Cebakan mineral yang terbentuk pada fase ini disebut cebakan
magmatis.
Gambar 1. Mekanisme diferensiasi magma pada fase magmatik cair
Pada gambar di atas terjadi beberapa proses diantaranya :
a) Vesiculation, magma yang mengandung unsur-unsur volatil seperti air
(H2O), karbon dioksida (CO2), sulfur dioksida (SO2), sulfur (S) dan
klorin (Cl). Pada saat magma naik ke permukaan bumi, unsur-unsur ini
membentuk gelombang gas, seperti buih pada air soda. Gelombang
(buih) cenderung naik dan membawa serta unsur-unsur yang lebih
volatil seperti sodium dan potasium.
b) Diffusion, pada proses ini terjadi pertukaran material dari magma
dengan material dari batuan yang mengelilingi reservoir magma,
dengan proses yang sangat lambat. Proses difusi tidak seselektif
proses-proses mekanisme diferensiasi magma yang lain. Walaupun
demikian, proses difusi dapat menjadi sama efektifnya, jika magma
diaduk oleh suatu pencaran (convection) dan disirkulasi dekat dinding
dimana magma dapat kehilangan beberapa unsurnya dan mendapatkan
unsur yang lain dari dinding reservoir.
c) Flotation, kristal-kristal ringan yang mengandung sodium dan
potasium cenderung untuk memperkaya magma yang terletak pada
bagian atas reservoir dengan unsur-unsur sodium dan potasium.
d) Gravitational Settling, mineral-mineral berat yang mengandung
kalsium, magnesium dan besi, cenderung memperkaya resevoir
magma yang terletak di bawah reservoir dengan unsur-unsur tersebut.
Proses ini mungkin menghasilkan kristal badan bijih dalam bentuk
perlapisan. Lapisan paling bawah diperkaya dengan mineral-mineral
yang lebih berat seperti mineral-mineral silikat dan lapisan di atasnya
diperkaya dengan mineral-mineral silikat yang lebih ringan.
e) Assimilation of Wall Rock, Selama emplacement magma, batu yang
jatuh dari dinding reservoir akan bergabung dengan magma. Batuan ini
bereaksi dengan magma atau secara sempurna terlarut dalam magma,

3
sehingga merubah komposisi magma. Jika batuan dinding kaya akan
sodium, potasium dan silikon, magma akan berubah menjadi
komposisi granitik. Jika batuan dinding kaya akan kalsium,
magnesium dan besi, magma akan berubah menjadi berkomposisi
gabroik.
f) Thick Horizontal Sill, secara umum bentuk ini memperlihatkan proses
diferensiasi magmatik asli yang membeku karena kontak dengan
dinding reservoir. Jika bagian sebelah dalam membeku, terjadi crystal
settling dan menghasilkan lapisan, dimana mineral silikat yang lebih
berat terletak pada lapisan dasar dan mineral silikat yang lebih ringan.
2. Fase Pegmatitis – Pneumatolitis (600oC– 450oC):
Pada fase ini terjadi pemisahan yang luar biasa dari unsur – unsur volatil
larutan magma sisa pada kondisi tekanan yang cukup besar. Larutan magma
sisa ini sebagian menerobos batuan yang telah ada melalui rekahan dan
kemudian membentuk cebakan pegmatitis. Setelah temperatur mulai menurun
(550oC – 450oC), akumulasi gas mulai membentuk mineral. Pada penurunan
temperatur selanjutnya ( 450oC ), volume unsur volatil semakin menurun dan
kemudian membentuk endapan mineral yang disebut cebakan pneumatolitis.
3. Fase hidrotermal (<450oC)
Pada fase terakhir ini keadaan larutan magma sisa sangat encer, tekanan gas
menurun dengan cepat dan setelah temperatur mencapai titik kritik air
(372oC), mulailah terbentuk cebakan hidrotermal. Proses pembentukan
mineral pada fase ini berlangsung terus hingga mencapai tahap akhir
pembekuan semua larutan magma sisa ( 100oC – 500oC ).

C. GANESA CEBAKAN MINERAL KARENA ENDAPAN MAGMA

Proses pembentukan endapan mineral dapat diklasifikasikan menjadi dua


macam, yaitu proses internal atau endogen dan proses eksternal atau eksogen.
Endapan mineral yang berasal dari kegiatan magma atau dipengaruhi oleh faktor
endogen disebut dengan endapan mineral primer. Sedangkan endapan mineral
yang dipengaruhi faktor eksogen seperti proses weathering, inorganik
sedimentasi, dan sedimentasi organik disebut dengan endapan sekunder,
membentuk endapan plaser, residual, supergene enrichment, evaporasi/presipitasi,
mineral-energi (minyak dan gas bumi dan batubara dan gambut).

Proses internal atau endogen pembentukan endapan mineral yaitu


meliputi:
1. Kristalisasi dan segregrasi magma: kristalisasi magma merupakan proses
utama dari pembentukan batuan vulkanik dan plutonik.
2. Hidrotermal: Larutan hidrotermal ini dipercaya sebagai salah satu fluida
pembawa bijih utama yang kemudian terendapkan dalam beberapa fase dan
tipe endapan.
3. Lateral secretion: merupakan proses dari pembentukan lensa-lensa dan urat
kuarsa pada batuan metamorf.
4. Proses metamorfik: umumnya merupakan hasil dari kontak dan regional
metamorfime.
5. Volcanic exhalative (sedimentary exhalative); Exhalations dari larutan
hidrotermal pada permukaan, yang terjadi pada kondisi bawah permukaan air
laut dan umumnya menghasilkan tubuh bijih yang berbentuk stratiform.
Proses eksternal atau eksogen pembentukan endapan mineral yaitu
meliputi:
1. Mechanical Accumulation; Konsentrasi dari mineral berat dan lepas menjadi
endapan placer (placer deposit).
2. Sedimentary precipitates; Presipitasi elemen-elemen tertentu pada lingkungan
tertentu, dengan atau tanpa bantuan organisme biologi.
3. Residual processes: Pelindian (leaching) elemen-elemen tertentu pada batuan
meninggalkan konsentrasi elemen-elemen yang tidak mobil dalam material
sisa.
4. Secondary atau supergene enrichment; Pelindian (leaching) elemen-elemen
tertentu dari bagian atas suatu endapan mineral dan kemudian presipitasi pada
kedalaman menghasilkan endapan dengan konsentrasi yang lebih tinggi.
Secara umumnya proses pembentukan endapan mineral baik jenis endapan
logam maupun non logam dapat terbentuk karena proses mineralisasi yang
diakibatkan oleh aktivitas magma dan endapan mineral ekonomis selain
karena aktifitas magma juga dapat dihasilkan dari proses alterasi yaitu mineral
hasil ubahan dari mineral yang telah ada karena suatu faktor. Pada proses
pembentukan mineral baik secara mineralisasi dan alterasi tidak terlepas dari
faktor faktor tertentu yang selanjutnya akan dibahas lebih detail untuk setiap
jenis pembentukan mineral.

9
Adapun menurut M. Bateman dalam Sudradjat (1982) membagi proses
pembentukan mineral ke dalam beberapa proses yang menghasilkan jenis mineral
tertentu baik yang bernilai ekonomis maupun mineral yang hanya bersifat sebagai
gangue mineral, proses tersebut adalah sebagai berikut:
a. Early Magmatic Proscess
Proses ini sebagian besar berasal dari magma primer yang bersifat
ultrabasa lalu mengalami pendinginan dan pembekuan membentuk
mineral-mineral silikat dan bijih. Pada temperatur tinggi > 600oC fase
magmatik cair mulai membentuk mineral-mineral baik logam maupun non
logam. Asosiasi mineral yang terbentuk sesuai dengan temperatur
pendinginan pada saat itu. Early magmatic yang terbagi atas :

 
Bila tidak terjadi konsentrasi, maka mineral bijih yang terbentuk akan
tersebar merata (dissemination), contoh endapannya Intan

Apabila terjadi diferensiasi kristalisasi (biasa/gravitasi), maka mineral-
 
mineral yang terbentuk bisa terkonsentrasi (segregation) pada tempat-
tempat tertentu.

Apabila terjadi penerobosan/injeksi (injection) ke tempat lain maka
 mineral-mineral yang sudah terbentuk akan  berpindah dan
terkonsentrasi di tempat lain, contoh magmatik Kiruna
b. Late magmatik Process

Sebagian magma yang belum membentuk mineral; berupa sisa
daripada magma yang telah mengkristal pada “early magmatik
process” akan membentuk mineral secara terkonsentrasi karena proses
diferensiasi kristalisasi gravitasi (residual liquid segregation),
contohnya Magmatis  Taberg Residual liquid injection, contohnya
 magmatik Adirondack.

Magma yang tersisa setelah “early magmatik process” bisa
diinjeksikan ke tempat lain yang keadaan tekanannya lebih rendah
 membentuk mineral-mineral berikutnya secara terkonsentrasi
(Residual liquid injection), contohnya sulfida Insizwa

Terjadi penerobosan (penetration) dan korosi larutan magma yang
tersisa terhadap mineral-mineral yang telah terbentuk pada early
magmatik process dan kemudian membentuk mineral-mineral
 
berikutnya secara terkonsentrasi (Immiseibleliquid separation and
accumulation), contohnya Vlackfontein, Afrika Selatan.

Magma yang tersisa membawa mineral-mineral yang telah terbentuk
pada early magmatik process ke tempat lain karena pengaruh injeksi
 dan terkonsentrasi  bersama-sama mineral lain yang terbentuk
kemudian (injection)
c. Pegmatisme
Setelah proses pembentukan magmatisme, larutan sisa magma (larutan
pegmatisme) yang terdiri dari cairan dan gas. Fase endapan ini ± 600-
450oC berupa larutan magma sisa. Asosiasi batuan umumnya berupa
granit.

10
d. Pneumatolisis
Setelah temperatur mulai turun ±550–450oC akumulasi gas mulai
membentuk mineral sampai pada temperatur 450oC volume unsur
volatilnya makin menurun karena membentuk cebakan pneumatolitis dan
tinggal larutan sisa magma yang makin encer. Unsur volatil akan bergerak
menerobos batuan beku yang telah ada dan batuan samping disekitarnya
kemudian akan membentuk mineral baik karena proses sublimasi maupun
karena reaksi unsur volatil tersebut dengan batuan yang diterobosnya
sehingga terbentuk endapan mineral yang disebut endapan pneumatolitis.
e. Proses hidrotermal
Merupakan proses pembentukan mineral yang terjadi oleh pengaruh
temperatut dan tekanan yang sangat rendah, dan larutan magma yang
terbentuk ini merupakan unsur volatil yang sangat encer yang terbentuk
setelah tiga tahapan sebelumnya. Secara garis besar endapan hidrotermal
dapat dibagi atas:
a) Endapan hipotermal, dengan ciri-ciri yaitu :
- Tekanan dan temperatur pembekuan relatif paling tinggi.
- Endapan berupa urat-urat dan korok yang berasosiasi dengan
intrusi dengan kedalaman yang besar.
- Asosiasi mineralnya berupa sulfida, misalnya pirit, kallopirit,
galena, dan spalerit serta oksidasi besi.
- Pada intrusi granit sering berupa nedapan logam Au, Pb, Sn, W,
dan Z.
b) Endapan Mesotermal, dengan ciri-ciri yaitu :
- Tekanan dan temperatur yang berpengaruh lebih rendah daripada
endapan hipotermal.
- Endapannya berasosiasi dengan batuan beku asam-basa dan dekat
dengan permukaan bumi.
- Tekstur akibat cavity filling jelas terlihat, sekalipun sering
mengalami proses penggantian antara lain berupa crustification
dan banding.
- Asosiasi mineralnya berupa sulfida, misalnya Au, Cu, Ag, As, Sb
dan oksida Sn.
- Proses pengayaan sering terjadi.
c) Endapan Epitermal, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
- Tekanan dan temperatur yang berpengaruh paling rendah.
- Tekstur penggantian tidak luas, jarang terjadi.
- Endapan bias dekat atau pada permukaan bumi.
- Kebanyakan teksturnya berlapis atau berupa fissure-vein.
- Struktur khas yang sering terjadi adalah cockade structure.
- Asosiasi mineral logamnya berupa Au dan Ag dengan mineral
ganguenya berupa klasit dan zeolit disamping kuarsa.
Adapun bentuk bentuk endapan mineral yang dapat dijumpai
sebagai endapan hidrotermal adalah sebagai cavity filling. Cavity filling
yaitu proses mineralisasi berupa pengisian ruang-ruang bukaan atau
rongga – rongga dalam batuan yang terdiri atas mineral-mineral yang

11
diendapkan dari larutan pada rekahan-rekahan batuan, yang berupa fissure
veins, shear-zonedeposits, stockworks, ladder veins, saddle – reefs, tension
crack fillings, breccia fillings (gold vein).

Gambar 7. Diagram Nigli

Anda mungkin juga menyukai