Anda di halaman 1dari 27

GENESA MINERAL

I.

Cara Terjadinya Mineral


Mineral merupakan hasil akhir dari proses alam yang kompleks, dimana

Karakteristik, Lingkungan Geologi serta Mineral Asosiasinya merupakan tanda


yang dapat menerangkan kondisi sebenarnya dimana ia terbentuk dan
kemungkinan terbentuknya pada masa yang akan dating.

Dilihat dari segi lingkungan formasinya, mineral adalah produk seri yang
kompleks dari bahan kimiawi, fase reaksi (kristalisasinya) yang dilewati melalui
suatu permulaan dari keadaan atom-ataom yang tidak teratur dalam kurun
waktu tertentu atau dengan cara yang homogen, kemudian pada suatu saat
dalam formasinya selama pertumbuhannya mineral berusaha untuk mencapai
keadaan seimbang dengan lingkungannya. Hal inilah yang menyebabkan
mengapa setiap perubahan dalam kondisi-kondisi (seperti tekanan, suhu,
keasaman larutan, dll) jika salah satunya terganggu akan mengganggu
pertumbuhannya atau akan membentuk dirinya melalui perubahan-perubahan di
dalam pengaturan inti mineral (seperti kerusakan struktur, persent inklusi, zonasi
kimiawi).
Secara fase reaksi (kristalisasi), maka proses kristalisasi pembentukan mineral
dibagi menjadi 2 fase, yaitu :
a.

Nucleation
Yaitu pembentukan inti dari mineral yang inti tersebut dapat membesar

melalui proses pertumbuhan. Inti terbentuk dari sekumpulan material-material


unsur pokok dalam mineral, yang mana unsur-unsur pokok tersebut akan saling
mengikat menjadi unit-unit sel yang tersebar merata secara acak.
b.

Growth & Enlargement (Pertumbuhan & Pembesaran)

Pertumbuhan dan pembesaran dari mineral hanya akan berjalan jika


kondisinya baik (menguntungkan). Pertumbuhan dimulai melalui :
q Bertambahnya atau bertumbuhnya lapisan-lapisan secara berturut-turut dari
atom-atom/ion-ion yang dikandungnya.
q Pertumbuhan secara berturut-turut dari barisan/deretan atom-atom tersebut
dimulai dari keadaan ketidakteraturan inti permukaan kristal.
Pada percobaan yang dilakukan dari larutan jenuh dapat dilihat bahwa
pendinginan yang berangsur-angsur (setahap demi setahap) hanya akan
menghasilkan sedikit inti dengan pertumbuhan yang seragam/hampir seragam
dalam kristal yang besar. Ketika pendinginan berjalan cepat sebaliknya, akan
menghasilkan

banyak

inti

dengan

kristal

yang

kecil-kecil

pada

akhir

pertumbuhannya.
Dari kenyataan ini, kita tidak dapat mengharapkan bahwa di alam kita akan
selalu menemukan mineral yang menghablur atau mengkristal dengan bentuk
kristal yang jelas dapat dilihat. Hal ini disebabkan karena jarang sekali
ditemukan penghabluran/ pengkristalan yang sempurna. Sudah merupakan
suatu keuntungan apabila kita dapat menemukan mineral yang setengah jadi
saja. misalnya sering terlihat pada Kuarsa yang hanya satu ujungnya saja
berbentuk piramida dan sebagian tubuhnya/batangnya saja yang terlihat. Kita
harus puas bila menemukan beberapa sisi atau bidang saja, dan selanjutnya
harus dapat menganalisa sendiri untuk menentukan jenis mineralnya.
Ukuran kristal yang terjadi di alam berbeda-beda dan waktu yang diperlukan
untuk proses pertumbuhannya juga berbeda-beda. Beberapa mineral terbentuk
dalam waktu yang pendek (misalnya kristal-kristal Gypsum), namun kristalkristal lainnya mengalami pertumbuhan pada kecepatan kurun waktu geologi
yang cukup lama, sebagai contoh sudah dapat diperhitungkan bahwa beberapa
kristal Kuarsa di rongga pegunungan Alpen memerlukan waktu 200.000
300.000 tahun untuk mencapat ukuran dimensinya pada masa kini. Demikian
juga halnya dengan ukuran kristalnya, ada kristal Kuarsa yang panjangnya 50 cm
atau bahkan lebih, begitu pula halnya Gypsum dan Beryl dan sebaliknya ada
juga kristal Kuarsa, Zircon, Apatite yang hanya sepersekian millimeter saja
ukurannya.
II.

Komposisi Mineralogi Kerak Bumi

Jumlah bentuk mineral suatu unsure dan lingkungan geologi dimana


mineral tersebut terbentuk sebagian besar dikontrol oleh banyaknya unsureunsur dan sifat/cirri khas Geokimianya. Hal yang sangat menarik adalah bahwa
kerak bumi yang dibentuk oleh lebih dari 80 unsur-unsur, hanya mengandung +
2000 macam senyawa (yaitu mineral-mineral) dan kebanyakan daripadanya
sangat jarang. Jumlah keseluruhan senyawa anorganik sudah tentu jauh lebih
banyak akan tetapi banyak sekali daripadanya yang tidak dijumpai sebagai
mineral. Hanya senyawa-senyawa yang sangat stabil saja yang terdapat sebagai
mineral, senyawa-senyawa yang kurang stabil tidak akan terbentuk atau bila
terbentuk akan segera terurai. Pembatas jumlah mineral-mineral yang lainnya
ialah asosiasi Geokimia dari suatu unsure-unsur tertentu. Maka tidak adanya
mineral Rubidium, walaupun Rubidium merupakan unsur relatif yang sangat
adalah karena proses geologi tidak dapat memisahkan Rubidium daripada
Potassium. Hal yang sama ke-15 unsur-unsur Rare Earth membentuk mineral
sangat sedikit, yang mana secara keseluruhan membentuk mineral lebih sedikit
daripada Antimony, suatu unsure yang sangat sedikit bila dibandingkan dengan
kebanyakan unsur-unsur Rare Earth. Hal ini sebagian besar diakibatkan oleh
sangat miripnya jari-jari ion dari unsure-unsur Rare Earth dan karakter
Lithophilnya yang seragam, akibatnya kimia kristalnya merupakan suatu unsure
tunggal.
Pembatasan variasi mineralogy akan lebih menyolok bila kita memperhatikan
suatu lingkungan geologi tertentu daripada kerak bumi secara keseluruhan.
Secara umum dikenal 3 lingkungan besar (Major Envoroment), yaitu :
1.

Lingkungan Magmatic

2.

Lingkungan Sedimentary

3.

Lingkungan Metamorfic
Tiap lingkungan ini dapat dibagi lagi menjadi Subsidiary Environment

menurut variasi kondisi fisik dan komposisi masing-masing mineraloginya


tergantung pada temperatur dan tekanan kristalisasi serta variasi dari komposisi
kimia material-materialnya. Maka semua Lingkungan Sedimentary dicirikan oleh
range temperature moderate (umumnya 0o 400) dan tekanan yang konstan
(tekanan atmosfir) tetapi sumber materialnya mungkin batuan beku, metamorf,
sedimen sebelumnya, ore-bearing veins (mineral-mineral yang ada dalam kerak
bumi). Lingkungan magmatik dicirikan oleh temperatur high-moderate dan

variasi tekanan gas yang luas akan tetapi umumnya sangat terbatas dalam
komposisi kimia. Lingkungan metamorphic dicirikan oleh range temperature dan
tekanan yang luas, dimana materialnya dapat berasal dari semua batuan yang
ada sebelumnya. Oleh karena itu sangat berguna bila kita memperhatikan asal
dan asosiasi dari mineral-mineral yang terdapat di dalam ketiga group besar di
atas.

Tabel. Proses dan pembentukan jenis deposit


Proses

Deposit yang dihasilkan

1. Konsentrasi magmatik

Deposit magmatik

2. Sublimasi

Sublimat

3. Kontak metasomatisme

Deposit kontak metasomatik


Pengisian celah-celah terbuka

4. Konsentrasi hidrotermal
Pertukaran ion pada batuan
Lapisan-lapisan sedimenter
5. Sedimentasi
Evaporit.
Konsentrasi residuil
6. Pelapukan
Placer.
7. Metamorfisme
8. Hidrologi

Deposit metamorfik
Air tanah, garam tanah, endapan
caliche.

PROSES-PROSES PEMBENTUKAN DEPOSIT MINERAL


Proses terbentuknya endapan bahan galian oleh kompleks dan sering
terbentuk lebih dari satu proses yang bekerja bersama-sama, meskipun berasal
dari satu jenis bahan, misalnya logam, jika terbentuk oleh proses yang berbeda
maka akan menghasilnkan tipe endapan yang berbeda pula. Contoh :
Endapan bijih besi dapat dihasilkan oleh proses difrensiasi magmatik oleh
larutan hidrotermal, proses sedimentasi atau pelapukan.
Tiap-tiap proses akan menghasilkan endapan bijih besi yang berbeda-beda baik
dalam

hal

mutu,

besarnya

cadangan

maupun

jenis-jenis

mineral

penyertanya/ikutannya.
Diantara

proses-proses/tenaga-tenaga

geologi

yang

bekerja

membentuk

endapan bahan galian, maka air memegang peranan yang dominan. Di dalam
perannya air dapat dalam bentuk uap air, air magmatik yang panas, air laut, air
sungai, air tanah maupun air permukaan. Disamping air, maka temperatur,
reaksi kimia, sinar matahari, metamorfisme, tenaga-tenaga arus gelombang juga
merupakan faktor-faktor pembentuk endapan bahan galian.
Mengenal dan mengetahui proses-proses yang dapat membentuk endapan
bahan

galian

ini

sangat

membantu

dalam

pencarian,

penemuan

dan

pengembangan bahan galian. Proses-proses yang dapat membentuk endapan


bahan galian dapat dikelompokkan sebagai berikut :

KONSENTRASI MAGMATIK
Beberapa mineral yang terdapat dalam batuan beku yang mempunyai
nilai-nilai ekonomis, tetapi pada umumnya konsentrasinya (pemekatan dari
larutan magma) terlalu kecil untuk dapat diproduksi secara komersial. Olah
karena itu diperlukan suatu proses konsentrasi untuk dapat mengumpulkan

bahan-bahan tersebut dalam suatu defosit yang ekonomis. Konsentrasi tersebut


terjadi pada saat batuan beku masih berupa magma karena itu disebut
konsentrasi oleh proses-proses magmatik/konsentrasi magmatik. Pengecualian
pada Intan, dimana tidak diperlukan konsentrasi, tetapi satu kristal tunggal saja
sudah cukup berharga.
Deposit bahan galian sebagai hasil endapan proses magmatik ini memiliki ciri-ciri
adanya hubungan khusus yang dekat dengan batuan beku intrusive dalam atau
intrusive menengah.

Konsentrasi magmatik dapat diklasifikasikan sebagai berikut :


1. Magmatik Awal
a.

Kristalisasi tanpa konsentrasi, tipe deposit yang dihasilkan Intan


Magma asal dalam proses pembentukannya bergerak naik ke permukaan
bumi

akan

mengalami

penurunan

temperatur

secara

perlahan-

lahan/normal yang akhirnya akan mengkristal membentuk mineral-mineral


dengan suhu yang sesuai dengan derajat kristalisasinya, dalam hal ini
kristalisasi yang berlangsung untuk membentuk tipe deposit seperti Intan
tidak diperlukan konsentrasi, untuk menghasilkannya pada saat dalam
keadaan magma, karena satu kristal tunggal Intan saja sudah cukup
berharga dan memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi.
Intan, merupakan mineral yang sangat keras, umumnya terdapat pada
pipa-pipa yang berbentuk bulat pada batuan plutonik/intrusi yaitu Kimberlite,
batuan ini merupakan batuan ultrabasa yang kaya akan magnesium, tanpa
feldspar dan mengandung olivine, piroksin dan mineral mafik lainnya. Di
Indonesia Intan ditemukan di Kalimantan, Banjarmasin, terdapat pada batuan
Breksi Pemalite yang mempunyai bentuk butiran kecil.
b.

Kristalisasi dan pemisahan, tipe deposit yang dihasilkan Khrom dan Platina
Atau disebut juga diferensiasi kristalisasi, yaitu suatu proses pemisahan

magma dimana magma homogen dalam proses pendinginannya menghasilkan


beberapaa fraksi dengan komposisi yang berbeda-beda (magma heterogen).

Prosesnya : pada saat magma mengalami penurunan temperatur, kristal


yang terbentuk lebih awal memiliki densitas (BJ) yang lebih besar dari larutan
magmanya akan turun/mengendap, maka akan terjadi/terbentuk dua fraksi,
pertama akumulasi kristal yang terbentuk pada awal kristalisasi dan kedua
larutan sisa magma, yang mana magma tersebut akan terkonsentrasi melalui
proses kristalisasi dan pemisahan sehingga menghasilkan endapan deposit
seperti Khrom dan Platina.
2. Magmatik Akhir
a.

Akumulasi dan atau larutan residual, tipe deposit yang dihasilkan Besi Titan,

Platina, Titan dan Khrom


Proses-proses pada magmatik tahap akhir akan membentuk/menghasilkan
akumulasi dan atau larutan residual dari sisa magma yang belum membeku
selama proses perjalanannya naik ke permukaan bumi.
Tembaga terbentuk secara magmatik pada tahap yang terakhir dalam
bentuk logam dalam korok/gang-gang Kuarsa bersama-sama dengan Pirit dan
Galena. Jenis cebakan tembaga yanglangsung berasal dari magma, ditemukan di
Pulau Timor bersama dengan Pirit.
Besi/Bijih

Besi

sangat

diperlukan

dalam

industri

berat.

Bijih

Besi

mempunyai nilai ekonomis yang penting kalau prosentasi besinya tinggi. Besi
terdapat dalam persenyawaan oksida, karbonat dan sulfida. Endapan Besi yang
berarti harus mengandung kira-kira 50 60 % Besi. Bijih Besi terjadi dari
pembekuan langsung dari magma maupun dari hasil pelapukan batuan ultra
basa. Sebagai akibat langsung pembentukan magma dapat ditemukan di Sungai
Ella KalBar yang ditemukan Besi dalam bentuk lensa. Cebakan-cebakan primer
ini mengandung besi seperti Magnetite, Hematite dan Pirit.
b.

Akumulasi dan pemisahan larutan, tipe deposit yang dihasilkan Nikel dan

Tembaga
Proses-prose pada magmatik tahap akhir dengan cara akumulasi dan
pemisahan larutan magma selama proses perjalanannya naik ke permukaan
bumi juga akan menghasilkan endapan-endapan bahan galian yang ekonomis
antara lain :

Nikel, biasanya terdapat dalam tanah yang terletak di atas batuan Basa,
mineral yang mengandung Nikel ditemukan pada Garnerit dan Pyrhotite.
Produksi Nikel terbesar di dunia ditemukan di Canada yang berhubungan dengan
batuan basa Norite, nikel terdapat dalam mineral Pentlandite dalam bentuk
lempeng-lempeng halus dan butiran-butiran kecil bersama pyrhotite dan
chalcopyrite. Di Indonesia tempat penemuan Nikel terdapat di Sulawesi Tengah
dan Sulawesi Tenggara, Nikel ditemukan dalan batuan ultrabasa Peridotite.
Logam ini tidak ditemukan dalam peridotite itu sendiri, akan tetapi sebagai
pelapukan batuan tersebut. Mineral-mineral nikel disini ditemukan dalam
Garnerit.
c.

Pegmatit
Sifat kimia dan geologi membuktikan bahwa lelehan sisa dari fraksinasi

kristalisasi suatu magma umumnya merupakan suatu cairan silikat yang kaya
akan alkali-alkali dan aluminium, mengandung air serta volatil-volatil lainnya.
Residu yang demikian memungkinkan tidak mempunyai kecairan yang biasanya
dari suatu lelehan silikat, diakibatkan oleh konsentrasi-konsentrasi volatil-volatil.
Tekanan-tekanan

dari

volatil

ini

merupakan

tenaga

penggerak

untuk

menginjeksikan cairan tersebut ke permukaan-permukaan yang lemah dalam


batuan disekitarnya, yang dapat berupa intrusi yang telah memadat atau batuan
sekitarnya. Dengan jalan demikianlah terbentuknya pegmatite (suatu massa
batuan dengan ukuran butir yang sangat kasar).
Pegmatite dijumpai berasosiasi dengan banyak batuan plutonik, umumnya
dengan Granite yang merupakan hasil fraksinasi kristalisasi suatu magma.
Pegmatite-pegmatite granite terdiri terutama dari Kuarsa dan Alkali Feldspar
serta sedikit Muskovite dan Biotite, demikianlah komposisinya mirip/sama
dengan batuan Granit, perbedaan yang utama ialah dalam teksturnya Pegmatite
mempunyai

ciri

khas

ukuran/besar

butirnya

sangat

kasar,

dan

bentuk

kejadiannya/berbentuk tabular/pipa.
Pegmatite secara ekonomis telah dimanfaatkan untuk :
-

Keperluan industri mineral seperti Feldspar, Muscovite, Phlogopit,

Tourmalin (Gem quality) dan Kuarsa.

Mineral-mineral yang digunakan sebagai bahan mentah bagi unsur-unsur

jarang seperti Berillium (Beril), Nisbium dan Tantalum (Columbite-Tantalite),


Lithium (Lepidote) dan Tungsten (Wolfromite).
Hasil-hasil atau produk-produk proses magmatik dapat dibagi menjadi 4 jenis,
yaitu :
1. Logam tunggal (Native Element) Platina, Emas, Perak, Besi Nikel

2. Oksida

Besi (Magnetite, Hematite), Khrom (Kromit), Tungsten

(Wolfromite)
Nikel-Tembaga (Chalcopyrite), Nikel (Pentlandite)

3. Sulfida

4. Batu Mulia (Gemstone)

Intan, Garnet (Almandit), Peridotite

SUBLIMASI
Proses sublimasi merupakan proses yang tidak begitu berarti dalam
pembentukan bahan galian, tetapi memang ada bahan galian yang terbentuk
oleh proses ini.
Proses sublimasi menyangkut perubahan langsung dari keadaan gas atau uap
menajdi keadaan padat, tanpa melalui fase cair. Proses ini berhubungan erat
dengan kegiatan gunung berapi dan fumarol, tetapi sublimat yang dihasilkan
sering

jumlahnya

tidak

cukup

banyak

untuk

dapat

ditambang

secara

menguntungkan. Belerang adalah bahan galian yang terjadi sebagai akibat


proses sublimasi, yang secara lokal sering cukup menguntungkan untuk
ditambang. Disamping belerang sering juga dapat dijumpai garam-garam klorida
dari besi, tembaga, seng dan garam-garam dari logam alkali lainnya, tetapi
umumnya relatif sangat kecil untuk dapat ditambang secara menguntungkan.
ENDAPAN MATA AIR PANAS/HOT SPRING DAN FUMAROLE
Hot Springs/Mata Air Panas
Yaitu larutan hidrotermal yang mencapai dan muncul di permukaan bumi
(larutan hidrotermal adalah larutan sisa magma yang mengandung unsur-unsur
logam

yang

berada

di

dalam

magma).

Umumnya

hot

springs

sudah

terencerkan/tercampur oleh air tanah, maka kandungan mineralnya sangat


rendah.

Namun

kadang-kadang

disekitar

hot

spring

diendapkan

opaline

silika/sintersilika yang merupakan endapan silika yang terlarut dalam air panas,
atau tufa gampingan karena ikut terlarutnya CaCO 3. Selain itu juga kadangkadang diendapakan Sulfur dan sulfida-sulfida dalam jumlah yang kecil. Sebagai
contoh : Sulfur Bank di California yang merupakan endapan hot spring yang
ditambang sebagai tambang mercury.
Endapan-endapan hot spring umumnya berasosiasi pada jalur gunungapi dengan
sumber panas yang relatif agak dangkal/dimana akan terbentuk daerah-daerah
panas bumi yang dipermukaannya teramati sebagai sumber air panas, lapangan
Fumarole, Solfatar dan kubangan lumpur panas. Masa air panas yang terbentuk
di dalam bumi pada suatu saat akan merembes/mencapai permukaan bumi
membentuk sumber-sumber air panas.
Fumarole
Fumarole pada umumnya berasosiasi dengan aktifitas susulan dari
kegiatan gunungapi setelah erupsi/letusan yang sebenarnya. Biasanya aktifitas
susulan dari gunungapi (post vulkanik) ditandai dengan gejala-gejala di daerah
gunungapi berupa : Fumarole, Solfatar, Mofet dan Geyser yang umumnya
mengandung jenis-jenis asam dan bahan-bahan lainnya pembentuk mineral.
Lingkungan terbentuknya Fumarole di daerah gunungapi yang masih aktif
dimana gas-gas panas sedang aktif mengendapkan mineral-mineral, merupakan
lingkungan yang terbatas dimana kita dapat menyaksikan proses pembentukan
mineral sesungguhnya di alam.
Seperti terbentuknya Sulfur/belerang dengan bentuk kristal-kristal menjarum
yang merupakan hasil sublimasi uap belereng tersebut.
Mineral-mineral Fumarole yang ditemui adalah :
-

Mineral-mineral yang umum seperti Sulfur, Chloride (terutama amonium

chloride)
-

Mineral-mineral yang jarang seperti Magnetite, Hematite, Molydanite,

Pyrit, Realgar, Galena, Sphalerit.


Tempat dimana mineral-mineral tersebut ditemukan di Gunung Vesuvius, Italia
dimana telah diendapkan lebih dari 50 macam dari mineral Fumarole.

Fumarole

: hembusan gas dan uap air, dimana uap air umumnya lebih

banyak.
Solfatar

: hembusan gas belerang yang berasal dari magma maupun yang

terdapat dalam sedimen.


Mofet : gas yang keluar mengandung CO2.
Geyser

: tempat keluarnya/tersemburnya uap air.

Gas-gas yang terkandung dalam Fumarole antara lain CO 2, H2S, HCl, CO, HF,
Asam Borak, Hidrogen dan Argon.
KONSENTERASI HIDROTERMAL
Produk akhir dari proses diferensiasi magmatik adalah suatu larutan yang
disebut larutan sisa magma, yang mungkin dapat mengadung konsenterasi
logam yang dulunya berada dalam magma. Larutan sisa magma ini yang juga
disebut larutan hidrotermal, banyak mengandung logam-logam yang berasal dari
magma yang sedang membeku dan diendapkan ditempat-tempat sekitar magma
yang sedang membeku tadi. Larutan ini makin jauh letaknya dari magma makin
kehilangan panasnya, sehingga dikenal tipe-tipe deposit :
q deposit hidrotermal suhu tinggi di tempat yang terdekat dengan intrusi
q deposit hidrotermal suhu menengah ditempat yang agak jauh
q deposit hidrotermal suhu rendah di tempat yang terjauh.
Syarat-syarat penting untuk terjadinya deposit hidrotermal adalah :
a.

Adanya larutan yang mampu melarutkan mineral-mineral.

b.

Adanya tekanan atau rongga pada batuan yang dapat dilewati larutan.

c.

Adanya

tempat

dimana

larutan

dapat

mendepositkan

kandungan

mineralnya.
d.

Ada reaksi kimia yang menghasilkan pengendapan mineral baru.

e.

Konsentrasi mineral yang cukup dalam deposit sehingga menguntungkan

kalau ditambang.
Cara-cara mendepositkan mineral-mineral yang dikandungnya :

1. Cavity Filling Deposit


Yaitu tipe endapan hidrotermal yang mendepositkan mineral-mineral yang
dikandungnya dengan cara mengisi rekahan-rekahan/rongga country rock yang
dilaluinya, sehingga akan membentuk Deposit Celah (Cavity Filling Deposit).
Banyak endapan-endapan mineral penting terbentuk dengan cara ini, dan sering
menghasilkan bentuk-bentuk kristal yang baik dari mineral-mineral bijih.
Secara umum deposit celah terjadi pada daerah dengan suhu dan tekanan yang
rendah, sehingga dapat disimpulkan terjadi pada daerah yang terjauh dari tubuh
intrusi (Deposit Epitermal).
2.

Replacement Deposit

Yaitu tipe endapan hidrotermal yang mendepositkan mineral-mineral yang


dikandungnya dengan cara mengganti batuan yang telah ada/country rock,
sehingga akan membentuk deposit pengganti (Replacement Deposit). Seperti
endapan porphyry cooper di Utah dan Arizona, dimana mineral-mineral bijihnya
secara luas tersebar dalam suatu badan/tubuh batuan yang luas.
Secara umum deposit Replacement terjadi pada kondisi suhu dan tekanan yang
tinggi, sehingga dapat disimpulkan terjadi pada daerah lebih dekat batuan intrusi
(Deposit Hipotermal).
Seorang ahli yang mempelajari endapan-endapan Hidrotermal, LINDGREN,
secara khusus membagi endapan-endapan hidrotermal berdasarkan mineralogi
dan cara terjadinya (menunjukkan kondisi asal yang berbeda) menjadi 3 tipe,
yaitu :
1. Deposit Hipotermal
Terbentuk pada suhu yang cukup tinggi (300 oC - 500oC) pada kedalaman yang
cukup dalam dari kerak bumi, terdapat di tempat yang terdekat dari tubuh
intrusi. Tipe-tipe endapan yang dihasilkan vein-vein Cassiterite dan Tungsten
serta endapan-endapan Molybdenite.

2. Deposit Mesotermal

Terbentuk pada suhu yang sedang (200 oC - 300oC) pada kedalaman yang
menengah dari kerak bumi, terdapat di tempat yang agak jauh dari tubuh intrusi.
Tipe-tipe endapan yang dihasilkan Sulfida dari Iron, Lead, Zinc, Cooper dan Gold
bearing vein.

3. Deposit Epitermal
Terbentuk pada suhu yang rendah (50 oC - 200oC) pada kedalaman yang tidak
terlalu dalam, terdapat di tempat yang terjauh dari tubuh intrusi. Tipe-tipe
endapan yang dihasilkan Antimony (Stibnite), Mercury (Cinnabar), Silver (Native
Silver dan Silver Sulfida), Gold dan Endapan Zinc.
SEDIMENTASI
Proses-proses sedimentasi tidak saja menghasilkan batuan-batuan sedimen,
tetapi dapat juga menghasilkan deposit-deposit mineral berharga seperti
mangan, besi, tembaga, batubara, karbonat, tanah lempung, belerang, lempung
pemurni (fullers earth atau bleekarde), lempung bentonit, tanah diatome, dan
secara tidak langsung deposit vanadium-uranium. Meskipun demikian depositdeposit tersebut sebenarnya juga batuan sedimen, yang kebetulan karena sifatsifat kimiawi dan fisikanya kemudian menjadi sangat berharga. Karenanya, cara
terbentuknya juga sama dengan cara terbentuknya batuan sedimen, harus ada
batuan yang bertindak sebagai sumber (asal), harus ada suatu proses yang
mengangkut dan mengumpulkan bahan-bahan hasil rombakan batuan asal, dan
akhirnya

pengendapan

hasil

rombakan

tersebut

pada

suatu

cekungan

pengendapan tertentu. Kemudian mungkin saja dapat terjadi alterasi kimiawi


ataupun kompaksi dan perubahan-perubahan lain pada endapan tersebut. Jadi
dalam proses di atas jelaslah bahwa batuan asal haruslah mengalami pelapukan
terlebih dahulu, baik pelapukan fisik maupun pelapukan kimia, sebelum diangkut
dan diendapkan ditempat lain.
Jenis batuan asal, cara pengangkutannya, dan lingkungan pengendapan dimana
bahan-bahan tersebut akan diendapkan kembali, pada umumnya akan serupa
bagi satu jenis bahan tertentu.
Termasuk dalam proses sedimentasi ini pengendapan deposit mineral akibat
penguapan (evaporation). Proses penguapan ini paling baik terjadi di daerah
beriklim panas dan kering.

Air tanah, air danau atau air pada daerah laut yang tertutup seperti laguna,
dapat menghasilkan deposit-deposit mineral sebagai akibat proses penguapan.
Juga sumber-sumber air panas dapat menghasilkan deposit serupa.
Deposit-deposti mineral yang terjadi oleh proses ini adalah garam dapur dari
penguapan air laut atau air tanah yang asin, gipsum dan anhidrit berasal dari
penguapan daerah lagun atau kadang-kadang dapat juga dari daerah rawa-rawa,
garam-garam kalium dari penguapan air laut, dan dari penguapan air tanah
dapat diendapkan garam-garam natrium karbonat, kalsium karbonat, garam
nitrat dan natrium sulfat.
Melihat proses kejadiannya, maka hampir semua deposit mineral sebagai akibat
penguapan ini berbentuk tipis dan meluas, jarang dijumpai dalam bentuk yang
tebal. Misalnya endapan gipsum, biasanya tebalnya antara 1 sampai 2 meter
saja, kecuali kalau pada saat terjadinya pengendapan disertai pula dengan
penurunan dasar cekungan pengendapan secara perlahan-lahan, maka dalam
hal ini mungkin saja endapan gipsumna dijumpai dalam keadaan agak tebal.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan ketahanan mineral terhadap pecahan
karena pelapukan kimia, lingkungan dan cara terbentuknya, sedimen dapat
diklasifikasikan menjadi 6 golongan, yaitu :
1. Resistate
Sedimen

yang

terdiri

dari

mineral-mineral

primer

yang

tahan

terhadap

pelapukan dan diendapkan dengan tidak ada perubahan. Yang paling umum
adalah Kuarsa, kecuali itu mineral-mineral tambahan/accessories.
Golongan resistate merupakan pembentuk utama dari kelompok pasir/sand dan
batupasir/sandstone. Jumlah total mineral-mineral yang didapat dari sand dan
sandstone sangat besar, karena praktis setiap mineral asala batuan beku atau
metamorf

paling

sedikit

berada

dalam

lingkungan

sedimentasi.

Namun

kebanyakan mineral dapat mengurai dan tersingkirkan/hilang oleh pelapukan


yang kuat. Dari mineral-mineral yang umum, Kuarsa merupakan mineral yang
paling resistent, dan karena Kuarsa banyak terdapat dalam batuan beku dan
metamorf maka merupakan mineral pembentuk utama/terbesar dari sedimensedimen resistate, kadang-kadang kandungan SiO 2-nya berjumlah lebih dari
90%, karenanya merupakan sumber penting dari silika bagi keperluan industri.
Detritus/Klastik feldspar juga sering terdapat dalam sand dan sandstone akan

tetap kurang tahan dibandingkan dengan Kuarsa dan akan mengurai akibat
pelapukan yang lama. Calcic feldspar lebih mudah mengurai daripada alkali
feldspar dan kadang-kadang terubah menjadi calcium zeolite (heulandite,
chabazite dan laumontite) dalam sedimen.
Mineral-mineral resistant lainnya terhadapa pelapukan akan terkumpul dalam
sand dan sandstone termasuk di dalamnya : Zircon, Garnet, Topaz, Columbite,
Andalusite, Magnetite, Ilmenite, Rutile, Monazite, Cassiterite, Gold dan Platinum,
dan beberapa daripadanya dapat dipergunakan untuk industri, endapan yang
bernilai ekonomis demikian disebut placers.
2. Hydrolysate
Sedimen ini meliputi beberapa tipe-tipe yang berbeda dalam komposisi kimia
dan mineralogi. Termasuk clay, yang terdiri dari mineral-mineral aluminosilicate,
endapan sedimentasi dari iron silicate, endapan kimiawi silicate (flint, chert dan
opal), bauxite yang terutama terdiri dari hydrate aluminium oxide.
Mineral-mineral hydrolysate terbentuk dari penguraian kimiawi mineral-mineral
silicate yang telah ada lebih dahulu. Yang paling banyak adalah mineral-mineral
clay/lempung yang terdiri dari hydrous aluminosilicates seluruhnya berstruktur
phyllosilicate dengan ukuran butir sangat kecil, seperti Kaolinite, Montmorilonite,
Glouconite, Illite dan Chlorite yang sering terdapat bersama-sama dalam suatu
sedimen tertentu.
Faktor-faktor utama yang menentukan sifat-sifat clay adalah :
-

Sifat kimia dari mineral asalnya.


Lingkungan

physicochemical,

dimana

terjadi

perubahan

pada

materialnya.
-

Lingkungan pengedapan dan diagenesis (diagenesis, perubahan dari

berbagai macam keadaan di dalam sedimen antara waktu pengendapan dan


waktu terjadinya litifikasi).
Kaolinite,

terbentuk

tersingkirkan

dalam

pada

lingkungan

larutan.

Dapat

asam,
juga

dimana

semua

terbentuk

basa

sebagai

akan
akibat

ubahan/alterasi dari alkali feldspar. Struktur dari Kaolinite tidak memungkinkan


komponen lain sebagai pembentuknya selain kation-kation silicate, aluminium

dan air. Dapat juga terbentuk sebagai ubahan/alterasi dari mineral-mineral


ferromagnesian, calcic feldspar dan volcanik glass.
Illite, merupakan mineral clay yang paling umum ditemui didalam marine
sedimen dan batuan sedimen, biasanya diagenesis menyebabkan pembentukan
Illite yang terkandung dalam batuan shale/serpih dan argillite, struktur yang
selalu memungkinkan kation-kation lain (seperti unsur-unsur magnesium dan
iron) sebagai pembentuknya selain unsur-unsur utamanya seperti silicate,
aluminium dan air.
Glaconite, pada hakekatnya ialah suatu pottasium iron aluminosilicates yang
terdapat dalam butiran-butiran kecil di dalam sandstone, limestone, shale yang
berasal dari lingkungan marine yang dijumpai dalam material-material yang
dikeruk/diangkat dari dasar lautan. Dapat juga terbentuk sebagai ubahan/alterasi
dari

detritus/klastik

biotite

dalam

lingkungan

marine,

tetapi

umumnya

kebanyakan glaconite terbentuk dari material-material amorphous.


Chlorite, mineral yang termasuk dalam chlorite group adalah Chamosite. Iron
aluminosillicate lainnya yang merupakan pembentuk utama dari beberapa
batuan sedimen, terutama beberapa sedimentasi iron ore, yaitu chamosite.
Chert dan Flint, silika dalam batuan sedimen yang terutama sebagai Kuarsa,
kecuali itu sebagian besar ditransport dalam bentuk larutan dan diendapkan
kembali, biasanya sebagai chalcedony dalam bentuk chert dan Flint yang
merupakan mineral pembentuk batuan sedimen. Kadang-kadang terbetnuk opal,
yang mungkin banyak mengandung uap mengalami dehidrasi dan kristalisasi
menjadi chalcedony.
Bauxite, di bawah kondisi tropical terutama yang mempunyai musim basah dan
kering yang kontras, pelapukan kadang-kadang menghasilkan penguraian yang
menyeluruh dari aluminosillicate dan pecahan-pecahan silica, meninggalkan
residu yang sebagian besar terdiri dari Aluminium Oxide, Gibbsite/Al(OH) 3,
Diaspore/HalO2 dan Boehenite/AlO(OH). Redisu ini dikenal sebagai Bauxite yang
merupakan bijih aluminium yang penting.
3. Oxydate
Tipe yang terpenting adalah sedimentasi iron dan manganese axide.

Oxidate yang paling umum adalah ferric hydroxide, hasil oksidasi senyawa
ferrous di dalam larutan. Diendapkan sebagai Goethite/HfeO 2 atau sebagai
Hematite/Fe2O3.

Goethite

dan

Hematite

terdapat

dalam

batuan

sedimen

tercampur pasir dan lempung, berwarna coklat atau merah, bila dalam
jumlah.konsentrasi yang cukup besar akan merupakan iron ore/bijih besi yang
berharga.
Limonite dan Manganese, Limonite ialah material yang berbutir halus terutama
terdiri dari Goethite. Manganese ialah unsur lainnya yang diendapkan sebagai
oxidate, melarut didalam bentuk bivalent yang segera akan teroksidasi menjadi
Manganite/MnO(OH), Pyrolusite/MnO2 dan Psilomelane, suatu mineral kompleks
yang sebagian besar terdiri atas MnO2 dengan sejumlah kecil basa-basa lain
(biasanya barium dan potassium).
4. Reduzate
Sedimen ini meliputi endapan sedimentasi Sulfida, Sulfur dan Siderite. Termasuk
juga Coal dan Petrolum/Minyak Bumi.
Mineral-mineral reduzate relatif tidak umum, karena kondisi reduksi ada di
permukaan bumi hanya bila oksigen tidak sanggup menembusnya. Beberapa
marene shales ternyata diendapkan di dalam cekungan-cekungan pada dasar
lautan dalam kondisi mati dam pembusukan organic matter terhenti akibat
kurangnya oksigen dan terbentuknya H 2S, di bawah kondisi demikian ini iron
sulfida terbentuk, dan muncul dalam sedimen sebagai Pyrite atau Marcasite.
Pembentukan Marcasite terjadi pada kondisi lebih asam daripada pembentukan
Pyrite. Di atas daratan, pengumpulan potongan-potongan tumbuh-tumbuhan
yang akhirnya menghasilkan coal juga menyebabkan kondisi reduksi yang kuat,
yang kerap kali menyebabkan pengendapan dari ferrous carbonate (diendapkan
sebagai Siderite yang ada saat ini), beberapa formasi yang berasosiasi dengan
coal dan mempunyai kandungan siderite cukup banyak dapat ditambang sebagai
suatu iron ore. Suatu hal yang istimewa dari pembentukan mineral oleh reduksi
ialah, dihasilkannya Sulfur dari Anhydrite, proses kimianya secara reduksi dari
sulfate menghasilkan Sulfur bebas, sedangkan calciumnya diendapan kembali
sebagai calcite.
5. Precipitate

Sedimen ini meliputi tipe-tipe Limestone/batugamping dan Dolomite, terdiri atas


carbonate-carbonate dari calcium dan magnesium (Calcite, Aragonite dan
Dolomite) dan sedimentasi Apatite (Phosporite).
Mineral-mineral penting dari sedimen precipitate ialah carbonate-carbonate
Calcite, Aragonite dan Dolomite. Chert, Flint dan Siliceous Sinter tergolong dalam
sedimen precipitate.
Calcite dan Aragonite, tempat pengendapan yang terutama bagi carbonatecarbonate jenis ini ialah di lautan-lautan, terutama di lautan tropik yang panas
bila air laut jernih akan calcium carbonate. Calcite merupakan bentuk yang stabil
dari calcium carbonate, karena endapannya biasanya berupa calcite, tetapi
kadang-kadang

terbetnuk

juga

aragonite

terutama

di

dalam

organisme.

Aragonite biasanya berubah menjadi Calcite dalam waktu yang pendek (dalam
skala waktu geologi) namun dapat juga tidak berubah bila sudah menjadi stabil.
Calcite dan Aragonite cukup banyak diendapkan dalam lingkungan territorial,
didalam gua-gua limestone (Stalactite dan Stalagmite), disekitar mata air yang
jenuh akan CaCO3 (travertine, calc-sinter) dan di danau-danau garam (Aragonite
Oolite diendapakan didalam Great Salt Lake, Utah, Amerika pada saat sekarang).
Dolomite, kebanyakan dolomite terbentuk dari limestone akibat kerja dari
magnesium bearing water, dari banyak contoh akibat kerja air laut terhadap
calcium carbonate tersebut terbukti bahwa lubang-lubang dalam beberapa coral
reef menunjukkan kandungan dolomite dari batuan tersebut meningkat sesuai
dengan kedalamannya, hal ini dianggap sebagai akibat kerja yang kontinyu dari
magnesium dalam larutan dalam sirkulasi air laut, dolomitisasi akan berjalan
secara spontan, walaupun kecepatan reaksi biasanya berjalan secara perlahanlahan. Sifat spontan dari dolomitisasi tersebut diperkirakan oleh karena
bertambanhnya jumlah dolomite relatif terhadap limestone di dalam formasi
yang lebih tua, yang telah lebih lam mengalami proses dolomitisasi tersebut.
Phosporite,

suatu

marien

presipitate

yang

jarang

terdapa

akan

tetapi

mempunyai nilai ekonomis yang penting sebagai sumber dari serbuk phospate,
ialah Phosporite. Phosporite terdiri dari suatu variasi Apatite dan terdapat
berselang-seing dengan sedimen marine lainnya kadang-kadang meliputi daerah
yang luas. Endapan-endapan tersebut sebagian besar hasil dari pengendapan di
dasar laut pada tempat dimana sedimen lainnya hanya sedikit diendapkan. Air di
dasar lautan sesungguhnya telah jenuh oleh calcium phospate, dan perubahan

yang sedikit saja dari kondisi physicochemical akan menyebabkan terbentuknya


pengendapan Phosporite dengan lapisan luas yang hampir murni seluruhnya
Phosporite.
6. Evaporite
Sedimen ini dapat dikelompokkan dalam dua genetis, yaitu marine dan
nonmarine. Mineral-mineral yang terdiri dari calcium sulfat, magnesium chlorida
dan sulfate, sodium chloride, pottasium chloride dan sulfate (dalam endapan
marine) dan carbonate-carbonate, borate-borate dan nitrate-nitrate (dalam
endapan non-marine).
Evaporasi dapat dibagi dalam dua tipe, yaitu marine dan non-marine,
berdasarkan

cara

diendapkannya

dari

suatu

badan

air

laut

yang

terputus/terpisahkan dengan lautan (danau-danau garam/laguna). Evaporite


sangat berarti dalam menginterpretasikan sejarah geologi, merupakan indikator
dari kondisi kering (arid), karena evaporite merupakan suatu tipe endapan yang
cara terbentuknya mudah ditiru dalam laboratorium.
Evaporite Marine
Ketika air laut menguap di bawah kondisi alam, calcium carbonatlah yang
pertama kali memadat dan memisah. Pengendapan calcium carbonat diikuti oleh
dolomite, namun tidak ditemui dalam bentuk endapan yang luas. Penguapan dari
air laut dalam suatu cekungan tertutup tidak dapat menghasilkan endapan
carbonate yang tebal air laut yang dalamnya 1000 meter hanya dapat
menghasilkan beberapa cm limestone jika air laut tersebut tidak secara kontinyu
tertambah.
Gypsum, Halite dan Anhydrite, penguapan yang menerus akan mengendapkan
calcium suphate. Tergantung pada temperatur dari salinity, baik gypsum maupun
anhydrite akan terbentuk. Dalam larutan garam yang kurang lebih berkomposisi
air laut pada suhu 30oC, Gypsum akan mulai memisah ketika salinity bertambah
menjadi 3,35 kali dari harga normalnya, setelah hampir setengah dari jumlah
calcium sulfate diendapkan, Anhydrite menjadi fase yang stabil. Bila larutan
tersebut telah terkonsentrasi hingga sepersepuluh dari asalnya, Halite memisah.
Anhydrite dan Halite kemudian akan mengendap bersama-sama hingga tercapai
daerah kestabilan dari Polyhalite.

Garam Pottasium dan Magnesium, kebanyakan endapan-endapan evaporite


mengandung calcium carbonate, calcium sulfate dan sodium chloride yang mana
dalam kondisi endapan evaporite tersebut ternyata untuk garam-garam yang
lain sulit untuk diendapkan/jarang terjadi. Hanya jika suatu badan air laut
menguap hingga tersisa 1,5 % dari volume asalnya, maka garam-garam
Potassium dan Magnesium mulai mengkristal yang berumur Permian ditambang
di Germany, Texas-New Mexico, USA. Sedangkan endapan garam Potassium yang
sangat besar, mendasari suatu section besar dari suatu dataran yang luas
berumur Devoian terdapat di Canada bagian barat.
Evaporite Non-Marine
Evaporite

non-marine

sangat

terbatas

sekali

perkembangannya

dan

keterdapatannya, namun demikian sangat penting secara ekonomi, karena


merupakan hampir seluruhnya supply bagi dunia untuk kebutuhan senyawasenyawa boron dan iodine, seluruh nitrate-nitrate alamiah, carbonate, sodium
sulfate, sodium chloride, beberapa lithium, beberapa garam-garam potassium,
beberapa bromine dan beberapa gypsum.
Senyawa-senyawa Boron, USA merupakan negara penghasil hampir semua
senyawa-senyawa Boron yang sekarang digunakan dunia, dihasilkan melaui
evaporite dari air asin di Searles Lake dan sebagain lagi dihasilkan dari endapan
mineral-mineral sodium borate dekat Boron, di daerah California. Boron tersebut
kemungkinan terbawa ke permukaan akibat aktifitas fumarole dan hot spring
yang berasosiasi dengan vulkanisme yang luas yang terdapat di daaerah ini
kemudian terkonsentrasi dalam endapan-endapan danau pada zaman TersierQuarter.
Endapan-endapan Nitrate, satu-satunya endapan Nitrate yang penting secara
ekonomis ialah yang diperoleh dari sodium nitrate di daerah padang pasir
sebelah utara Chile. Sebagai tambahan pada sodium nitrate, selalu mengandung
sodium chloride dan sodium sulfate serta sejumlah kecil senyawa-senyawa lain,
termasuk beberapa iodate-iodate, yang mana sebagain besar supply dunia akan
iodine diperoleh sebagai hasil tambahan dari produksi nitrate. Pada akhirnya
nitrate-nitrate tersebut terkumpul dalam danau-danau garam yang kemudian
mengendap sebagai akibat dari penguapan.
PELAPUKAN

Proses pelapukan yang meskipun berjalan lambat tetapi teru-menerus dalam


jangka waktu lama, sehingga pada akhirnya batuan dan mineral-mineral yang
dikandungnya akan mengalami disintregasi sebagai akibat pelapukan fisik dan
dekomposisi sebagai akibat pelapukan kimiawi. Pelapukan fisika dan kimiawi
terdiri dari bermacam-macam proses yang dapat bekerja sendiri-sendiri ataupun
secara bersama-sama. Pelapukan kimiawi banyak terjadi di daerah yang beriklim
basah dan panas seperti di Indonesia ini, sedang pelapukan fisik lebih menonjol
di daerah yang beriklim kering.
Hasil pelapukan dapat dibedakan atas tiga jenis atau kelompok, yaitu :
a.

Bahan-bahan yang dilarutkan dan diangkut sebagai larutan.

b.

Bahan-bahan yang diangkut bukan sebagai larutan, tetapi sebagai bahan

padat, yaitu sebagai beban melayang (suspensi) dan sebagai beban dasar (bedload).
c.

Bahan-bahan yang tertinggal.

Diantara ketiga jenis bahan sebagai hasil proses pelapukan diatas, maka bahan
jenis

pertama

kalau

merupakan

bahan

berharga

konsenterasinya

akan

merupakan deposit evaporit (penguapan) yang telah diterangkan di depan.


Sedang konsenterasi bahan galian kedua akan merupakan deposit karena proses
sedimentasi seperti telah diuraikan didepan.
Sedang bahan-bahan yang tertinggal dapat dikelompokkan menjadi empat
kelompok, yaitu :

Yang berupa tanah (soil) biasa, tanpa kandungan mineral-mineral

berharga.

Yang berupa residu, terdiri dari mineral berharga dalam jumlah yang dapat

diusahakan.

Residu yang berupa mineral berat dan mineral ringan yang tidak dapat

larut karena sifatnya yang stabil di mana hanya mineral yang berat yang
berharga, sedang yang ringan tidak berharga. Keduanya dapat dipisahkan
dengan cara dialiri air atau udara.

Bahan yang dapat larut oleh air yang meresap ke dalam tanah dan

diendapkan di tempat yang dangkal dibawahnya untuk membentuk deposit


mineral berharga.
Kelompok mana yang terbentuk tergantung dari hal-hal di bawah ini :
-

Keadaan alami batuan asalnya

Keadaan topografi

Keadaan iklim

Dari keempat kelompok di atas, kedua akan membentuk deposit konsenterasi


residual, kelompok ketiga membentuk deposti konsenterasi mekanis atau deposit
placer dan kelompok keempat akan membentuk deposit pengkayaan sekunder
(secondary enrichment deposit).
Deposit konsentrasi residual
Konsenterasi residual adalah suatu pengumpulan bahan residu yang
berharga setelah bagian-bagian tidak berharga tersingkirkan oleh proses
pelapukan. Contoh deposit yang terbentuk secara ini adalah bijih besi yang
terkandung dalam gamping murni dalam bentuk besi karbonat. Oleh proses
Pelaruta (pelapukan kimiawi) gampingnya akan larut dan besinya tertinggal.
Seperti juga besi, mangan juga dapat terbentuk akibat pelapukan kimiawi.
Meskipun aluminium termasuk unsur yang sangat banyak dijumpai pada kerak
bumi, tetapi sebagian besar ada dalam kombinasi dengan bahan lain yang masih
menimbulkan kesulitan untuk dapat diambil secara komersial. Sampai sekarang
hanya bauksit yang merupakan bijih aluminium yang komersial. Bauksit adalah
suatu oksida aluminium yang terhidrasi, dan berasal dari hasil pelapukan batuan
beku yang kaya akan mineral-mineral feldspar dan tidak mengandung mineral
kuarsa, yaitu nepheline syenit. Bauksit yang baik mengandung kira-kira 50%
aluminium dan kurang dari 6% silika, 10% oksida besi dan 4% oksida titanium.
Beberapa jenis batuan beku yang basa, mengandung sejumlah kecil nikel. Di
bawah pengaruh pelapukan di daerah tropis atau subtropis batuan semacam itu
akan melepaskan silika dan menghasilkan ikatan nikel dan magnesium. Di
beberapa tempat, nikel tersebut dalam bentuk mineral garnierit, oleh proses
konsentrasi residual dapat menjadi deposit yang komersial.

Deposit konsetrasi mekanis atau placer


Sisa pelapukan yang tidak dapat larut akan menghasilkan suatu selubung
dari bahan-bahan lepas, diantaranya berat dan beberapa lagi ringan; ada yang
getas (britlle) dan ada yang tahan (durable). Bahan-bahan tersebut oleh suatu
media tertentuk seperti air yang mengalir (sungai), angin arus pantai (beach),
ataupun ari permukaan (running water) dapat mengalami pemisahan bagian
yang berat terhadap bagian yang ringan secara gravitasi dan membentuk
endapan placer.
Konsentrasi hanya dapat terjadi kalau mineralberharga yang bersangkutan
memiliki tiga sifat sebagai berikut :
-

Berat jenisnya tinggi

Tahan terhadap pelapukan kimiawi

Tahan terhadap benturan-benturan fisik (durable)

Mineral placer yang memiliki sifat-sifat tersebut adalah emas, platina, tinstone,
magnetit, khromit, ilmenit, rutil, tembaga, batu mulia, zircon, monazit, fosfat,
tantalit, columbit. Diantara bahan-bahan tersebut di atas yang paling berharga
sebagai deposit placer adalah emas, platina, tinstone, ilmenit (bijih titanium),
intan dan ruby.

Deposit sebagai akibat oksidasi dan pengkayaan sekunder

Air dan oksigen adalah tenaga pelapukan kimiawi yang sangat kuat, kalau
mereka bersentuhan dengan suatu deposit bijih, maka hasilnya adalah reaksireaksi kimia yang kadang-kadang dapat drastis dan merubah deposit yang sudah
ada tersebut. Air permukaan yang mengandung oksigen akan bersifat sebagai
bahan pelarut yang mampu melarutkan mineral-mineral tertentu. Suatu deposit
bijih dapat teroksidasi dan dapat kehilangan banyak kandungan mineral yang
berharga karena tercuci (leached), kemudian terbawa ke bawah oleh air
permukaan yang sedang turun ke bawah (meresap ke bawah).

Pada bagian bawah, akhirnya larutan tersebut mengendapkan kandungankandungan mineral logamnya menjadi endapan bijih teroksidasi (oxidized ores),
ini terjadi di atas muka air tanah.
Pada saat larutan memasuki air tanah di bawah muka air tanah, mereka
memasuki zona dimana tidak ada oksigen dan kandungan logamnya lalu
diendapkan dalam bentuk logam-logam sulfida. Proses tersebut dinamakan
pengkayaan sulfida sekunder. Tentu saja gambaran tersebut tidak terjadi pada
semua deposit bijih yang terkena air, karena tidak semua deposit bijih
mengandung

logam

yang

dapat

teroksidasi,

atau

iklim

yang

tidak

memungkinkan terjadinya pelarutan yang kuat. Jadi haruslah ada kondisi khusus
yang mengangkut waktu, iklim, topografi dan jenis bijih tertentu untuk dapat
terjadinya zona teroksidasi dan zona diperkaya.
KONTAK METASOMATISME
Pada saat magma yang pijar dan sangat panas menerobos lapisan batuan,
magma tersebut makin lama akan makin kehilangan panasnya akhirnya akan
membeku menjadi batuan beku intrusif. Proses tersebut dapat terjadi pada
keadaan yang dangkal, menengah ataupun pada kedalaman yang besar,
sehingga dikenal adanya batuan beku intrusif dangkal, menengah ataupun
dalam. Dalam proses tersebut akan terlihat adanya tekanan dan suhu yang
sangat tinggi terutama pada kontak terobosannya, antara magma yang masih
cair dengan batuan disekitarnya. Pengaruh dari kontak ini dapat dibagi menjadi
dua jenis, yaitu :

Pengaruh dari panas saja, tanpa adanya perubahan-perubahan kimiawi

baik pada magmanya maupun pada batuan yang diterobos. Kontak ini disebut
kontak metamorfisme.

Pengaruh panas dan disertai adanya perubahan-perubahan kimiawi sebgai

akibat pertukaran ion dan sebagainya. Dari magma ke batuan yang diterobos
dan sebaliknya. Kontak semacam ini disebut kontak metasomatisme.
Kedua jenis kontak tersebut menimbulkan hasil yang sangat berbeda kecuali
pada keadaan yang sangat jarang dapat menghasilkan endapan bahan galian
seperti silimanit. Sebaliknya, pada kontak metasomatisme dapat dihasilkan
bahan-bahan galian yang berharga. Mineral yang terjadi sebagai akibat kontak
metasomatisme akan lebih beraneka ragam bila dibandingkan dengan yang

terjadi pada kontak metamorfisme; hal ini karena pada yang disebut terakhir
tersebut hanya terjadi efek panas saja, sedang pada kontak metasomatis terjadi
efek padas dan kimiawi bersama-sama.
Manakala komposisi magma yang menerobos kaya akan material-material bahan
galian, maka akan dihasilkan deposit kontak metasomatik, terutama kalau
lingkungannya terdiri dari batuan sedimen yang gampingan, karena hal itu akan
lebih menguntungkan untuk terjadinya reaksi kimia. Magma tersebut haruslah
mengandung unsur-unsur utama yang nantinya akan menjadi bahan galian.
Penerobosan haruslah terjadi pada kedalaman yang cukup dakam,dan tidak
terlalu sangkal. Batuan yang diterobos haruslah batuan yang mudah bereaksi.
Jadi jelaslah bahwa tidak semua terobosan magma akan menghasilkan endapan
bahan galian kontak metasomatisme.
Suhu diantara kontak akan berkisar antara 500 oC sampai 1100oC untuk magma
yang bersifat silika, dan makin jauh letaknya dari kontak, suhunya makin
menurun. Terdapatnya mineral-mineral tertentu akan menunjukan shu tertentu
pula, dimana mineral tersebut terbentuk, misalnya adanya mineral wollastonit
menunjukkan bahwa suhu tidak melebihi 1125 oC, kuarsa menunjukan suhu di
atas 573oC dan seterusnya.
Bahan galian hasil kontak metasomatisme terjadi karena adanya proses
rekristalisasi, penggabungan unsur, pergantian ion, maupun penambahan unsurunsur baru dari magma ke batuan yang diterobosnya. Dari proses rekristalisasi
batugamping misalnya, akan dihasilkan batu marmer, sedangkan rekristalisasi
batupasir kuarsa akan menghasilkan batu kuarsit.
Kalau suatu batuan samping memiliki komposisi mineral AB dan CD, maka proses
penggabungan kembali (recombination) akan berubah menjadi mineral AC dan
BD, dan oleh proses penambahan unsur-unsur dari magma akan berubah lagi
menjadi mineral ACX dan BDY, dimana mineral X dan Y unsur baru dari magma.
Penambahan unsur baru dari magma sebagian berupa logam, silika, belerang,
boron, khlor, flour, kalsium, magnesium dan natrium.
Mineral logam (ore minerals) yang berbentuk dalam kontak metasomatisme
hampir semuanya berasal dari magma, demikian juga mengenai kendungankandungan

yang

penambahan unsur.

asing

pada

batuan

yang

terterobos,

melalui

proses

Jenis

magma

yang

menerobos

perlapisan

batuan

yang

akhirnya

akan

menghasilkan endapan bahan galian kontak metasomatisme pada umumnya


terbatas pad jenis magma silika dengan komposisi menengah (intermidiate)
seperti kuarsa monzonit, granodiorit atau kuarsa diorit. Tetapi magma yang
sangat kaya akan silika seperti jenis granit jarang yang akan menghasilkan
endapan

bahan

galian,

demikian

pula

dengan

magma

yang

ultrabasa.

Sedangkan pada magma yang basa kadang-kadang terbentuk endapan bahan


galian metasomatisme.
Hampir semua endapan bahan galian kontak metasomatik berasosiasi dengan
tubuh batuan beku intrusif yang berupa stock, batholit ataupun tubuh-tubuh
batuan beku intrusif lain yang seukuran dengan stock atau batholit, tidak pernah
berasosiasi dengan dike atau sill yang berukuran kecil, sedangkan lacolith atau
sill

yang

besar

meskipun

jarang

dijumpai

tetapi

kadang-kadang

dapat

menghasilkan endapan bahan galian kontak metasomatik.


Batuan

samping

yang

terterobos

oleh

magma,

yang

paling

besar

kemungkinannya untuk dapat menimbulkan deposit kontak metasomatik adalah


batuan karbonat. Batugamping murni maupun dolomit dengan segera akan
mengalami rekristalisasi dan rekombinasi dengan unsur-unsur yang berasal dari
magma, malahan pada batugamping yang tidak murni, efek kontak metasomatik
yang terjadi lebih kuat, karena unsur-unsur pengotoran seperti silika, alumina
dan besi adalah bahan-bahan yang dapat dengan mudah membentuk kombinasikombinasi batu dengan oksida kalsium. Seluruh masa batuan di sekitar kontak
dapat berubah menjadi garnet, silika dan mineral bijih.
Sedang batuan yang agak sedikit terpengaruh oleh intrusi magma adalah
batupasir. Kalau mengalami rekristalisasi batupasir akan menjadi kuarsit yang
kadang-kadang mengandung mineral-mineral kontak metasomatik yang tersebar
setempat-setempat. Sedang lempung akan mengalami pengerasan dan dapat
berubah

menjadi

hornfels,

yang

umumnya

mengandung

mineral-mineral

andalusit, silimanit dan staurolit.


Tingkat

perubahan

terjadi

pada

batuan

sedimen

klastik

halus

tersebut

tergantung dari tingkat kemurniannya, paling baik kalau lempung tersebut


bersifat karbonatan yaitu mengandung kotoran karbonat. Tetapi secara umum
batuan sedimen argillceous seperti lempung, jarang yang mengandung mineralmineral bahan galian.

Sedangkan pada batuan beku maupun metamorf, kalau mengalami terobosan


magma hampir tidak mengalami perubahan yang berarti, kecuali kalau antara
magma yang menerobos dan batuan beku yang diterobos komposisinya sangat
berbeda,

misalnya

magma

granodiorit

yang

menerobos

gabro,

maka

kemungkinan akan terjadi perubahan-perubahan yang besar pada gabronya.


Jadi secara umum dikatakan bahwa batuan yang paling peka terhadap kontak
metasomatisme dan paling cocok untuk terjadinya pembentukan endapan bahan
galian bijih adalah batuan sedimen, terutama yang bersifat gampingan dan tidak
murni.
Sedangkan bentuk, posisi atau penyebaran daripada bahan galian yang terjadi
pada proses kontak metasomatisme banyak tergantung juga pada struktur dari
batuan yang diterobos, akan tetapi pada umumnya terbentuk tidak teratur dan
terpisah-pisah.

Bentuk

tidak

teratur

tersebut

lebih

sering

terjadi

pada

batugamping yang tebal. Sedangkan pada batugamping yang berlapis-lapis


maupun yang terkekarkan, maka endapan bijih tersebut dapat membentuk
menjari atau melidah.
Volume deposit kontak metasomatik pada umumnya kecil, berkisar antara
beberapa puluh sampai beberapa ratus ribu ton bijih saja, jarang sekali dapat
dijumpai yang berukuran sampai jutaan ton. Dimensinya antara 30 sampai 150
meter saja.
Secara

umum

syarat-syarat

terjadinya

Bahan

Galian

akibat

Kontak

Metamorfisme adalah :
1.

Kedalaman yang cukup (+ 1500 m)

2.

Suhu di daerah kontak (500 1100oC)

3.

Berasosiasi dengan tubuh batuan beku intrusif (Diskordan dan Konkordan)

4.

Jenis magma (biasanya Asam-Intermediate)

5.

Jenis Lingkungan Country Rock yang diintrusi

Anda mungkin juga menyukai