GENESA MINERAL
2016
DAFTAR ISI
Bab II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Mineral........................................................
2.2 Genesa Mineral.........................................................
2.2.1 Lingkungan Magmatik........................................
2.2.2 Lingkungan Sedimen ..........................................
2.2.3 Lingkungan Metamorfik .....................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh
makhluk hidup di samping karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin, juga dikenal sebagai zat
anorganik atau kadar abu. Sebagai contoh, bila bahan biologis dibakar, semua senyawa
organik akan rusak; sebagian besar karbon berubah menjadi gas karbon dioksida (CO)
hidrogen menjadi uap air, dan Nitrogen menjadi uap Nitrogen (N) Sebagian besar mineral
akan tertinggal dalam bentuk abu dalam bentuk senyawa anorganik sederhana, serta akan
terjadi penggabungan antar individu atau dengan oksigen sehingga terbentuk garam
anorganik.
Berbagai unsur anorganik (mineral) terdapat dalam bahan biologi, tetapi tidak atau
belum semua mineral tersebut terbukti esensial, sehingga ada mineral esensial dan non
esensial. Mineral esensial yaitu mineral yang sangat diperlukan dalam proses fisiologis
makhluk hidup untuk membantu kerja enzim atau pembentukan organ. Unsur-unsur mineral
esensial dalam tubuh terdiri atas dua golongan, yaitu mineral makro dan mineral mikro.
1.2 Tujuan
Mineral dapat terbentuk karena beberapa hal dan di beberapa tempat. Proses
terbentuknya mineral berdasarkan tempat atau lingkungan pembentukannya disebut sebagai
genesa mineral.
Secara umum mineral dapat terbentuk pada 3 macam lingkungan, yaitu :
1. Lingkungan Magmatik
2. Lingkungan Sedimen
3. Lingkungan Metamorfik
2.2.1 Lingkungan Magmatik
Batuan beku merupakan hasil kristalisasi magma, suatu lelelhan panas yang
mengandung unsur - unsur penting secara kuantitatif yaitu O, Si, Al, Ca, Mg, Na, dan K dan
dalam jumlah kecil hampir semua unsur - unsur lainnya kristalisasi mineral dan magma
menghasilkan konsentrasi unsur - unsur minor dalam cairan sisa dan konsentrasi zat – zat
volatile, seperti H2O, CO3, N2, senyawa sulfur dan boron serta HCl dan HF.
Larutan sisa tersebut menghasilkan pegmatite dan vein hidrotermal (urat - urat
hidrotermal ) kadang – kadang terbentuk di dalam batuan beku yang telah memadat dan
dalam rekahan. Rekahan dan batuan sampingnya, bahkan dapat mencapai permukaan berupa
gas - gas menimbulkan fumarol – fumarol atau larutan – larutan membentuk hot spring.
1. Batuan Beku
Mineralogi batuan beku cukup sederhana hanya 7 mineral atau grup mineral yang
umumnya terdapat dalam jumlah banyak di dalam batuan beku yaitu kuarsa, feldspar,
felsparthoid, hornblende, biotit dan olivine dan dapt diklasifikasikan sebagai mineral
pembentuk utama ( essential constituens ). Beberapa mineral lain terdapat dalam jumlah
kecil, antara lain magnetit, ilment, dan apatit dan diklasifiksikan sebagai pembentuk
(accessory constituens ).
Mineral – mineral batuan beku baik utama maupun tambahan juga sebagai leucocratic
( batuan terang ) dan melanocratic ( batuan gelap ). Penggolongan ini juga dapat merupakan
penggolongan secara kimia, memisahkan kuarsa dan sodium, potassium serta kalsium
aluminosilikat dan mineral – mineral ferromagnesian ( piroksen, hornblende, bioti, dan
olivine).
Pengaruh lingkungan geologi terhadap batuan akan terefleksi pada ukuran butiran
mineralnya. Mineral pada batuan tipe vulkanik berbutir halus karena melalui proses
pendinginan yang cepat kadang terdapat mineral butiran agak kasar disebut fenokris. Pada
batuan plutonik mineral berbutiran kasar, karena pendinginan yang perlahan sehingga
memberikan kesempatan Kristal tumbuh besar.
2. Pegmatit
Pegmatit adalah batuan beku yang terbentuk dari hasil injeksi magma. Sebagian
kristalisasi magmatik awal dan tekanan di sekeliling magma, maka cairan residual yang
mobile akan terinjeksi dan menerobos batuan sekeliling sebagai dike, sill, stokework.
Proses kristalisasi fraksional pada magma akan membentuk suatu cairan sisa berupa
cairan silikat. Cairan ini tidak selalu cai karena adanya konsentrasi volati. Bila tekanan
volatile mencukupi akan menyebabkan cairan terinjeksi di sepanjang permukaan lemah pada
batuan sekeliling yang mungkin merupakan bagian dari batuan beku intrusi yang sama.
Dengan jalan inilah pegmatite dan vein hidrotermal terbentuk.
Pegmatite sangat sederhana dalam hal kimiawi maupun mineralogy tapi pegmatite komplek
disebabkan oleh kandungan unsure yang jarang dan mineral yang tak umum. Pegmatite
penting secara ekonomi dan telah dimanfaatkan untuk keperluan industri mineral seperti :
feldspar, muskovit, plugopit, turmalin, dan kuarsa.
3. Deposit Hidrotermal
Merupakan pengembangan dari pegmatit. Ciri-cirinya adalah urat-urat yang mengandung
sulfida, yang mengisi rekahan pada batuan semula. Namun juga dapat berupa suatu massa tak
teratur, yang mengganti seluruh atau sebagian batuan. Proses hidrotermal ini merupakan
suatu proses yang penting dalam pembentukan mineral-mineral bijih. Berdasarkan tingkat
kedalaman dan suhunya, deposit hidrotermal dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
Deposit hidrotermal : suhu antara 300-500 derajat C, dan terbentuk di kedalaman yang sangat
dalam. Dicirikan oleh mineral Molibdenit[MoS2], Kasiterit [SnO2], Skhelit [CaWO4].
Deposit mesotermal : suhu antara 200-300 derajat C, dengan kedalaman yang menengah.
Mineral yang mecirikannya adalah mineral-mineral sulfida seperti Pirit [FeS2], Galena[PbS].
Urat kuarsa mengandung emas yang merupakan suatu deposit penting, mungkin adalah
deposit mesotermal.
Deposit epitemal : terbentuk pada temperatur rendah, antara 50-200 derajat C. Mineral
pencirinya adalah Perak native [Ag], Emas native [Au], Silvanit [(Au,Ag)Te2].
Jenis batuan asal, cara pengangkutannya, dan lingkungan pengendapan dimana bahan-
bahan tersebut akan diendapkan kembali, pada umumnya akan serupa bagi satu jenis bahan
tertentu.
Termasuk dalam proses sedimentasi ini pengendapan deposit mineral akibat penguapan
(evaporation). Proses penguapan ini paling baik terjadi di daerah beriklim panas dan kering.
Air tanah, air danau atau air pada daerah laut yang tertutup seperti laguna, dapat
menghasilkan deposit-deposit mineral sebagai akibat proses penguapan. Juga sumber-sumber
air panas dapat menghasilkan deposit serupa.
Deposit-deposti mineral yang terjadi oleh proses ini adalah garam dapur dari
penguapan air laut atau air tanah yang asin, gipsum dan anhidrit berasal dari penguapan
daerah lagun atau kadang-kadang dapat juga dari daerah rawa-rawa, garam-garam kalium
dari penguapan air laut, dan dari penguapan air tanah dapat diendapkan garam-garam natrium
karbonat, kalsium karbonat, garam nitrat dan natrium sulfat.
Melihat proses kejadiannya, maka hampir semua deposit mineral sebagai akibat
penguapan ini berbentuk tipis dan meluas, jarang dijumpai dalam bentuk yang tebal.
Misalnya endapan gipsum, biasanya tebalnya antara 1 sampai 2 meter saja, kecuali kalau
pada saat terjadinya pengendapan disertai pula dengan penurunan dasar cekungan
pengendapan secara perlahan-lahan, maka dalam hal ini mungkin saja endapan gipsumna
dijumpai dalam keadaan agak tebal.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan ketahanan mineral terhadap pecahan karena
pelapukan kimia, lingkungan dan cara terbentuknya, sedimen dapat diklasifikasikan menjadi
6 golongan, yaitu :
1. Resistate
Sedimen yang terdiri dari mineral-mineral primer yang tahan terhadap pelapukan dan
diendapkan dengan tidak ada perubahan. Yang paling umum adalah Kuarsa, kecuali itu
mineral-mineral tambahan/accessories.
2. Hydrolysate
Sedimen ini meliputi beberapa tipe-tipe yang berbeda dalam komposisi kimia dan
mineralogi. Termasuk clay, yang terdiri dari mineral-mineral aluminosilicate, endapan
sedimentasi dari iron silicate, endapan kimiawi silicate (flint, chert dan opal), bauxite yang
terutama terdiri dari hydrate aluminium oxide.
Kaolinite, terbentuk pada lingkungan asam, dimana semua basa akan tersingkirkan
dalam larutan. Dapat juga terbentuk sebagai akibat ubahan/alterasi dari alkali feldspar.
Struktur dari Kaolinite tidak memungkinkan komponen lain sebagai pembentuknya selain
kation-kation silicate, aluminium dan air. Dapat juga terbentuk sebagai ubahan/alterasi dari
mineral-mineral ferromagnesian, calcic feldspar dan volcanik glass.
Illite, merupakan mineral clay yang paling umum ditemui didalam marine sedimen
dan batuan sedimen, biasanya diagenesis menyebabkan pembentukan Illite yang terkandung
dalam batuan shale/serpih dan argillite, struktur yang selalu memungkinkan kation-kation
lain (seperti unsur-unsur magnesium dan iron) sebagai pembentuknya selain unsur-unsur
utamanya seperti silicate, aluminium dan air.
Glaconite, pada hakekatnya ialah suatu pottasium iron aluminosilicates yang terdapat
dalam butiran-butiran kecil di dalam sandstone, limestone, shale yang berasal dari lingkungan
marine yang dijumpai dalam material-material yang dikeruk/diangkat dari dasar lautan. Dapat
juga terbentuk sebagai ubahan/alterasi dari detritus/klastik biotite dalam lingkungan marine,
tetapi umumnya kebanyakan glaconite terbentuk dari material-material amorphous.
Chlorite, mineral yang termasuk dalam chlorite group adalah Chamosite. Iron
aluminosillicate lainnya yang merupakan pembentuk utama dari beberapa batuan sedimen,
terutama beberapa sedimentasi – iron ore, yaitu chamosite.
Chert dan Flint, silika dalam batuan sedimen yang terutama sebagai Kuarsa, kecuali
itu sebagian besar ditransport dalam bentuk larutan dan diendapkan kembali, biasanya
sebagai chalcedony dalam bentuk chert dan Flint yang merupakan mineral pembentuk batuan
sedimen. Kadang-kadang terbetnuk opal, yang mungkin banyak mengandung uap mengalami
dehidrasi dan kristalisasi menjadi chalcedony.
Bauxite, di bawah kondisi tropical terutama yang mempunyai musim basah dan
kering yang kontras, pelapukan kadang-kadang menghasilkan penguraian yang menyeluruh
dari aluminosillicate dan pecahan-pecahan silica, meninggalkan residu yang sebagian besar
terdiri dari Aluminium Oxide, Gibbsite/Al(OH)3, Diaspore/HalO2 dan Boehenite/AlO(OH).
Redisu ini dikenal sebagai Bauxite yang merupakan bijih aluminium yang penting.
3. Oxydate
Oxidate yang paling umum adalah ferric hydroxide, hasil oksidasi senyawa ferrous di
dalam larutan. Diendapkan sebagai Goethite/HfeO2 atau sebagai Hematite/Fe2O3. Goethite
dan Hematite terdapat dalam batuan sedimen tercampur pasir dan lempung, berwarna coklat
atau merah, bila dalam jumlah.konsentrasi yang cukup besar akan merupakan iron ore/bijih
besi yang berharga.
Limonite dan Manganese, Limonite ialah material yang berbutir halus terutama terdiri
dari Goethite. Manganese ialah unsur lainnya yang diendapkan sebagai oxidate, melarut
didalam bentuk bivalent yang segera akan teroksidasi menjadi Manganite/MnO(OH),
Pyrolusite/MnO2 dan Psilomelane, suatu mineral kompleks yang sebagian besar terdiri atas
MnO2 dengan sejumlah kecil basa-basa lain (biasanya barium dan potassium).
4. Reduzate
Sedimen ini meliputi endapan sedimentasi Sulfida, Sulfur dan Siderite. Termasuk juga Coal
dan Petrolum/Minyak Bumi.
Pada lingkungan ini terjadi proses-proses yang bekerja di bawah zona pelapukan
dengan suhu dan tekanan ekstrem sehingga menyebabkan kristalisasi ulang pada material
batuan namun tetap terjadi pada fase padat. Selain karena suhu dan tekanan ekstrem, faktor
lain yang mempengaruhi metamorfisme adalah aksi cairan-cairan kemikalia aktif yang
merangsang terjadinya reaksi melalui larutan dan pengendapan kembali. Jika terjadi
penambahan atau pengurangan material batuan, maka prosesnya dinamakan metasomatisme
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari data-data yang telah dihimpun dan pembahasan yang telah diuraikan di atas, dapat
disimpulkan sebagai berikut.
1. Mineral adalah suatu bahan padat homogen yang terbentuk di alam secara anorganik dan
mempunyai komposisi kimia tertentu serta susunan atom yang teratur.
2. Mineral dapat terbentuk pada 3 lingkungan genesa mineral, yaitu lingkungan magmatik,
lingkungan sedimen, dan lingkungan metamorfik.
3.
DAFTAR PUSTAKA