Anda di halaman 1dari 10

A.

JUDUL
MASSA JENIS MINERAL

B. TUJUAN
1. Mahasiwa dapat mengidentifikasi jenis-jenis mineral
2. Mahasiswa dapat mengenali jenis-jenis mineral
3. Mahasiswa dapat mengukur massa jenis mineral
4. Mahasiwa dapat mengetahui karakteristik mineral
5. Mahasiswa dapat

C. ALAT DAN BAHAN


Alat
a. Amethys
b. Tourmaline
c. Aragonite
d. Green Florine
e. Purple Florine
f. Timbangan Analisis Digital
g. Gelas Ukur
h. Pensil
i. Pulpen Biru
j. Pensil Warna
k. Penggaris
l. Penghapus
m. Laptop
n. Internet
o. lem

Bahan
a. Lembar Instrumen
b. Air
c. Tisue
d. Kertas Cover
e. HVS F4
f. Print Foto Mineral
D. DASAR TEORI
1. Pengertian Mineral
Mineral adalah suatu zat padat yang tersusun dari senyawa kimia yang di bentuk
secara alami oleh peristiwa-peristiwa anorganik. Kata mineral sendiri memiliki banyak
arti, tergantung dari segi apa kita melihatnya. Mineral dalam arti geologi adalah
padatan senyawa kimia yang homogen, anorganik, dan memiliki sistem kristal tertentu
serta terbentuk secara alamiah.
Definisi mineral menurut beberapa ahli:
1. L.G. Berry dan B. Mason, 1959
Mineral merupakan benda padat homogen yang terbentuk secara anorganik,
yang memiliki komposisi kimia pada batasan terentu, dan tersusun oleh atom-atom
yang teratur.
2. D.G.A Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972
Mineral adalah bahan padat yang secara struktural homogen mempunyai
komposisi kimia tertentu, dan dibentuk oleh peristiwa anorganik.
3. A.W.R. Potter dan H. Robinson, 1977
Mineral adalah suatu zat atau bahan yang homogen yang mempunyai
komposisi kimia tertentu atau dalam batas-batas dan memiliki sifat tetap dibentuk
di alam dan bukan hasil suatu kehidupan.
2. Ciri Dan Proses Terbentuknya Mineral
a. Ciri ciri mineral
1. Mineral Bersifat Alami
Suatu mineral harus terbentuk dari proses alami dalam konteks geologi.
Material terbentuk dari buatan tangan manusia sendiri ataupun menggunakan
alat/teknologi tidak bisa dikatakan suatu mineral.
2. Mineral Bersifat Anorganik
Mineral kalsit biasanya terbentuk dari beberapa senyawa asnorganik seperti
NaCl (garam), suatu material mirip garam adalah gula, bukan termasuk ke
dalam mineral. Hal tersebut karena gula terbentuk dari senyawa organik berupa
tanaman tebu. Material anorganik trsebut harus melewati proses geologi yang
panjang dan terekam dalam batuan.
3. Mineral Adalah Padatan
Mineral memiliki wujud berupa padatan bukan cair, uap, ataupun gas. Es
dikatakan suatu mineral, sedangkan air buka termasuk mineral.
4. Komposisi Kimia yang Jelas
Mineral juga bisa dinyatakan dengan rumus kimia. Mineral bisa disebut
sebagai kumpulan senyawa kimia dengan berbeda. Tiap mineral mempunyai
senyawa kimia yang berbeda-beda, seperti kuarsa (SiO2), Olivin (Mg, Fe)2
SiO4, dan beberapa mineral lainnya.
5. Struktur Kristal
Kristal merupakan suatu substansi dari suatu mineral. Kristal terbentuk dari
beberapa atom/senyawa yang saling berikatan dan tersusun secara beraturan.
Mineral mempunyai ciri khas bentuk kristal, seperti mineral halit berbentuk
kbus dan mineral kuarsa berbentuk heksagonal dengan ujung berbentuk
piramida.
b. Proses Terbentuknya Mineral
1. Proses Magmatis
Proses magmatis adalah proses pembentukan mineral yang terjadi di dapur
magma primer sampai mineral yang terbentuk akan mempunyai sifat ultra
basa hingga mengalami pembekuan sampai membentuk miniral bijih dan
silikat. Proses pembentukan magmatis sendiri terbagi menajdi 2 macam
anatara lain:
a. Early Magmatis, yaitu suatu endapan yang berasal dari proses magmatik
secara langsung atau orthomagnetik didalam proses ini terjadi
pengkristalan magma mencapai 90%. Format endapan terbagi menjadi 3
teknik yaitu teknik injeksi,disseminated dan segregasi.
b. Late Magmatis, mineral yang berasal dari kristal yang sudah terbentuk
silikat. Sifat mineral dari late magmatis ini yakni mobilitas tinggi.
Didalam late magmatis ada istilah jebakan ore yang terbentuk sesudah
adanya batuan silikat yang menerobos serta bereaksi dan evolusi tersebut
dinamakan deuteric alteration. Jebakan ore magmatic yang bergabungan
dengan batuan beku dasar mengahasilakan berbagai macam peoses
differensiasi yang masuk kedalam sejumlah golongan yaitu residual
liquid injection, residual liquad, segregation, immiscible liquid injection,
dan immiscible liquid segregation.
2. Proses Pegmarisme
Pada proses ini larutan saldo magma yang terdiri atas cairan dan gas
memiliki suhu selama 450℃-600℃. Ditahap ini pun terjadi kelompok batuan
berupa batuan granit
3. Proses Pneumatolisis
Pada tahap ini, suhu mineral mulai menurun sekitar 450-550 dan terjadi
akumulasi gas hingga menghasilkan pnematolisis yang tadinya
mengahasilakn saldo magma dalam format cair.
4. Proses Hidrotermal
Proses ini adalah proses pembentukan mineral sebab adanya pengaruh
suhu atau temperatur dan tekanan paling rendah karena adanya larutan
magma yang telah terbentuk sebelumnya.
5. Proses Replacement
Proses ini disebut sebagai proses metasomatic replacement yakni proses
pembentukan endapan-endapan yang berasal dari mineral epigenetik yang
didominasi dengan pembentukan endapan hipotermal dan mesotermal.
6. Proses Sedimenter
Proses ini menghasilkan endapan yang berasal dari proses pengendapan
sejumlah mineral dan telah merasakan pelapukan batuan sebelumnnya.
7. Proses Evaporasi
Proses evaporasi adalah suatu proses dari pembentukan mineral yang ada
di wilayah kering dan panas.
8. Konsentrasi Residu Mekanik
Pada tahap ini adanya hasil dari pelapukan dan pengendapan yang terjadi
ditempat yang sama, proses pelapukannya terjadi secara kimia dan fisika
9. Proses Oksidasi Dan Supergen Enrichment
Mineral bijih yang berada di sekitar permukaan bumi, akan merasakan
pelapukan dan itu diakibatkan oleh udara ataupun rembesan dari air.
Akibatnya muncullah pelapukan sampai pelarutan dari batuan di mana batuan
tersebut menyusun padatan yang masif dan menjadi porus dinamakan dengan
gossam. Terdapat mineral primer yang merasakan oksidasi hingga dengan
batas muka air tanah atau zona oksidasi. Di zona oksidasi terjadi akumulasi
mineral oksida sekunder limonit yang memiliki ciri khusus. Selanjutnya
terjadi pelarutan garam dan asam sulfat di zona sulfidasi atau wilayah di
bawah air tanah, di wilayah ini pun terbentuk mineral sekunder.
10. Proses Metamorfisme
Pada proses ini terbentuk batuan metamorf yang berasal dari mineral
batuan beku, mineral metamorf dan mineral batuan sedimen. Di proses
metamorfisme ini terjadi evolusi dari sebuah mineral menjadi mineral baru
atau menghasilkan mineral yang sama bakal tetapi memiliki sifat bertolak
belakang sebab menyesuaikan dengan suasana lingkungan yang baru. Contoh
evolusi mineral lama menjadi mineral baru yakni mineral homblende menjadi
mineral serpentine, sedangkan evolusi mineral lama menjadi mineral sama
dengan sifat bertolak belakang yaitu mineral calcite menjadi mineral calcite
kembali tetapi dengan sifat yang berbeda.
3. Klasifikasi Mineral Menurut Dana
Dana mengklasifikasi mineral menjadi 8 golongan yaitu:
a. Unsur (native element), yang dicirikan oleh hanya memiliki satu unsur kimia,
sifat dalam umumnya mudah ditempa dan/atau dapat dipintal, seperti emas,
perak, tembaga, arsenik, bismuth, belerang, intan, dan grafit.
b. Mineral sulfida atau sulfosalt, merupakan kombinasi antara logam atau semi-
logam dengan belerang (S), misalnya galena (PbS), pirit (FeS2), proustit
(Ag3AsS3), dll.
c. Oksida dan hidroksida, merupakan kombinasi antara oksigen atau hidroksil/air
dengan satu atau lebih macam logam, misalnya magnetit (Fe3O4), goethit
(FeOOH).
d. Haloid, dicirikan oleh adanya dominasi dari ion halogenida yang elektronegatif,
seperti Cl, Br, F, dan I. Contoh mineralnya: halit (NaCl), silvit (KCl), dan Fluorit
(CaF2).
e. Nitrat, karbonat dan borat, merupakan kombinasi antara logam/semilogam
dengan anion komplek, CO3 atau nitrat, NO3 atau borat (BO3). Contohnya:
kalsit (CaCO3), niter (NaNO3), dan borak (Na2B4O5(OH)4 . 8H2O).
f. Sulfat, kromat, molibdat, dan tungstat, dicirikan oleh kombinasi logam dengan
anion sulfat, kromat, molibdat, dan tungstat. Contohnya: barit (BaSO4),
wolframit ((Fe,Mn)Wo4).
g. Fosfat, arsenat, dan vanadat, contohnya apatit (CaF(PO4)3), vanadinit
(Pb5Cl(PO4)3).
h. Silikat, merupakan mineral yang jumlah meliputi 25% dari keseluruhan mineral
yang dikenal atau 40% dari mineral yang umum dijumpai. Kelompok mineral
ini mengandung ikatan antara Si dan O. Contohnya: kuarsa (SiO2), zeolit-Na
(Na6[(AlO2)6(SiO2)30] . 24H2O).
4. Pengertian Massa Jenis Mineral
Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan benda dalam hal ini adalah
massa pada jenis mineral. Semakim tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin
besar pula massa setiap volumenya. Massa jenis mineral adalah perbandingan antara
berat mineral dengan volume mineral. Cara yang digunakan untuk menentukan berat
jenis dengan menimbang mineral tersebut lebih dulu, kemudian mineral ditimbang lagi
dalam keadaan di dalam air. Berat yang terhitung didalam air adalah berat mineral
dikurangi dengan berat air yang volumenya sama dengan volume butir mineral tersebut
(Setyobudi, 2010)
5. Rumus Massa Jenis Mineral
𝑚
ρ: 𝑣

keterangan:
p = Massa jenis atau kerapatan (Kg/𝑚3 )
m = Massa mineral (Kg)
v = Volume benda (𝑀3 )
6. Skala Mosh
Skala mohs adalah skala yang umum diguanakan untuk mengukur kekerasan suatu
mineral. Kekerasan adalah ukuran daya tahan relatif suastu mineral terhadapt goresan.
Skala mohs ini dibuat oleh ahli mineralogi jerman yang bernama Friedrich Mohs pada
tahun 1812 dan diurutkan berdasarkan kekerasannya, mulai dari 1 (paling lunak)
hingga 10 (paling keras)
E. LANGKAH KERJA
1. Mahasiswa dan asisten praktikum menyiapkan alat praktikum
2. Mahasiswa mendengarkan penjelasan asisten praktikum
3. Mahasiswa mengenali dan mengidentifikasi jenis-jenis mineral
4. Mahasiswa mengukur dan menghitung massa mineral
5. Mahasiswa mengukur kekerasan mineral berdasarkan skala mohs
6. Mahasiswa mengukur kekerasan relatif mineral
7. Mahasiswa mencatat hasil perhitungan dan kekerasan mineral
8. Mahasiswa mendokumentasi mineral
9. Mahasiswa menggambar mineral
10. Mahasiswa membuat laporan hasil praktikum
11. Mahasiswa mengumpulkan hasil laporan praktikum sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan
F. PEMABAHASAN
1. Hasil pengamatan
(terlampir pada lembar instrumen)
G. KESIMPULAN
Mineral adalah zat padat yang tersusun dari senyawa kimia yang dibentuk secara
alami oleh peristiwa-peristiwa anorganik mineral sendiri memiliki 5 ciri yaitu mineral
bersifat alami, mineral bersifat anorganik, mineral berupa padatan, komposisi mineral yang
jelas dan struktur kristal.
Massa jenis adalah perbandingan antara massa suatu benda dengan volume benda
tersebut. Massa jenis benda menunjukan tingkat kerapat molekul benda tersebut dengan
satuan masssa jenis dalam sistem cgs adalah g/𝑐𝑚3 .
Pengukuran massa jenis dari 5 jenis mineral menggunakan timbangan analitik
digital dengan cara menghidupkan timbangan analitik digital terlebih dahalu lalu
meletakkan mineral di timbangan dan melihat berat mineral pada layar timbangan.
Kemudian mengukur mineral menggunakan gelas ukur dengan cara mengisi gelas ukur
dengan air sesuai dengan ketentuan lalu memasukan mineral pada gelas ukur yang sudah
berisikan air dan melihat berapa ml air yang bertambah setelah meletakkan mineral di
dalam gelas ukur dan memasukan angkanya kedalam rumus massa jenis.
Selain itu, dipraktikum ini juga melakukan pengukuran kekerasan mohs dengan
cara mengetahui terlebih dahulu nama meniral yang akan diketahui skala mineral mohsnya
kemudian melihat mineralnya didalam tabel skala kekerasan mohs. Selain itu ada juga
pengukuran skala relatif, pengukuran skala relatif dilakukan dengan cara menggoreskan
permukaan mineral menggunakan 5 alat penguji dengan skala relatifnya yaitu kuku
manusia (2,5), kawat tembaga (3), pecahan kaca (5,5-6), pisau baja (5,5-6) dan kikir baja
(6,5-7).
DAFTAR PUSTAKA

Noor Djauhari. 2014. Pengantar Geologi. Yogyakarta. Deepublish


Nickel, Ernest. 1995. “Definiton Of A Mineral”. Mineralogical Magazine, Vol 59(397). Hal
767-768
Pramesta Arie. 2015. Manajemen Sumber Daya Alam & Lingkungan. Yogyakarta..Penerbit Andi
Satria Ridwan, Supergeografi. 2021. “Skala Mohs”. https://supergeografi.com/litosfer/skala-
mohs/ (Diakses Pada Tanggal 30 September 2023)
Suntoko, Soeptono. 2013. “Kajian Aspek Geologi Dan Potensi Mineral Uranium Di Kalimantan
Barat Untuk Persiapan Pltn”. Jurnal Pengembangan Energi Nuklir”, Vol 15(2).

Anda mungkin juga menyukai