Anda di halaman 1dari 12

A.

JUDUL
MASSA JENIS MINERAL

B. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian mineral
2. Mahasiswa dapat mengenali jenis-jenis mineral
3. Mahasiswa dapat mengetahui proses terbentuknya mineral
4. Mahasiswa dapat mengetahui tahapan dalam menghitung massa jenis
5. Mahasiswa dapat mengetahui massa jenis mineral yang diamati
6. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang skala mohs berdasarkan tabel pengukurannya

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
• Calcite
• Rose Quartz
• Quartz
• Phyrite
• Purple Fluorite
• Gelas ukur
• Air
• Timbangan analisis digital
• Kikir
• Kaca
• Laptop
• Pulpen biru
• Pensil
• Pensil warna
• Penghapus

2. Bahan
• Kertas cover
• Lembar instrumen
• Kertas hvs
• Kertas gambar print
D. DASAR TEORI
1. Pengertian Mineral
Mineral adalah suatu benda padat organik yang terdapat secara alamiah yang terdiri
dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu, di mana atom-atom di dalamnya
tersusun mengikuti suatu pola yang sistematis.
• Berry dan Mason
Mineral merupakan benda padat homogen yang terdapat di alam, terbentuk
secara anorganik dan memiliki komposisi kimia pada batasan tertentu, dan tersusun
oleh atom-atom yang teratur.
• Whitten dan Brooks
Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural bersifat homogen dan
memiliki komposisi kimia tertentu serta terbentuk melalui proses alam anorganik.
• Potter dan Robinson
Mineral merupakan suatu zat atau bahan yang homogen yang mempunyai
komposisi kimia tertentu atau dalam batas-batas dan memiliki sifat tetap, dibentuk di
alam dan bukan suatu hasil kehidupan.

Dari beberapa penjelasan di atas, maka dapat saya simpulkan bahwa mineral adalah
suatu bentuk padat homogen yang terbentuk dari alam yang memiliki komposisi kimia
tertentu.

2. Ciri-ciri dan Proses Terbentuknya Mineral


a. Ciri-ciri Mineral
• Mineral bersifat alami
Suatu mineral harus terbentuk dari proses alami dalam konteks geologi.
Material yang terbentuk dari buatan tangan manusia atau menggunakan teknologi
tidak bisa dikatakan mineral.

• Mineral bersifat anorganik


Beberapa senyawa organik seperti NaCI (garam) membentuk mineral halit,
serta kalsium karbonat membentuk mineral kalsit. Material anorganik tersebut
harus melewati proses geologi yang panjang dan terekam dalam batuan.

• Mineral adalah padatan


Mineral memiliki wujud berupa padatan, bukan cairan, uap, ataupun gas.
Mineral merupakan padatan karena memiliki volume dan bentuk yang jelas, dan
molekul-molekulnya tidak dapat ditekan lebih jauh, serta memiliki struktur yang
kaku.
• Komposisi kimia yang jelas
Setiap mineral memiliki komposisi kimia tertentu, yang ditentukan oleh jenis
dan jumlah atom yang menyusun setiap mineral.

• Struktur kristal
Mineral memiliki pola atom yang teratur dan berulang yang membentuk
struktur kristal. Hal ini menyebabkan mineral memiliki bentuk yang berbeda-beda
dan memungkinkan mineral untuk membentuk kristal.

b. Proses Terbentuknya Mineral


• Proses Magmatis
Sesuai namanya, proses pembentukan mineral ini terjadi di dapur magma
primer sehingga mineral yang terbentuk akan bersifat ultra basa kemudian
mengalami pendinginan dan pembekuan hingga membentuk mineral-mineral bijih
dan silikat. Mineral tersebut pada suhu tinggi sekitar >600 derajat C sehingga
berhasil mengubah stadium liquido magmatis menjadi mineral berbentuk logam
maupun non logam.
Proses pembentukan magmatis sendiri terbagi menjadi 2 macam, antara lain:
- Early magmatis, yaitu sebuah endapan yang berasal dari proses magmatik
secara langsung dan lebih dikenal dengan sebutan orthomagmatik di mana
pada proses ini terjadi pengkristalan magma hingga mencapai 90%. Khusus
mineral bijih, selalu berasosiasi dengan batuan beku plutonik ultrabasa dan
basa. Untuk bentuk endapan terbagi menjadi 3 cara yaitu dengan cara injeksi,
disseminated dan segregasi.
- Late magmatis, mineral ini berasal dari kristal yang telah terbentuk dari
batuan silikat dan berasal dari sisa magma yang sangat kompleks serta
memiliki corak dengan banyak variasi. Sifat mineral dari late magmatis ini
yaitu mobilitas tinggi. Di dalam late magmatis terdapat istilah jebakan ore
yang terbentuk setelah adanya batuan silikat yang menerobos serta bereaksi
dan perubahan tersebut disebut deuteric alteration. Jebakan ore late
magmatic yang bergabung dengan batuan beku dasar menghasilkan berbagai
macam proses diferensiasi dan masuk ke dalam beberapa golongan yaitu
residual liquid injection, residual liquid segregation, immiscible liquid
injection, dan immiscible liquid segregation.
• Proses Pegmatisme
Proses pembentukan mineral selanjutnya yaitu tahap pegmatisme. Pada
proses ini larutan sisa magma yang terdiri atas cairan dan gas mempunyai suhu
sekitar 450 derajat C - 600 derajat C. Di tahap ini juga terjadi kumpulan batuan
berupa batuan granit.

• Proses Pnuematolisis
Pada tahap ini, suhu mineral mulai menurun yaitu sekitar 450 derajat C - 550
derajat C dan selanjutnya terjadi akumulasi gas sehingga menghasilkan jebakan
pneumatolisis yang hanya menghasilkan sisa magma dalam bentuk cair. Terdapat
unsur volatile yang bergerak menerobos batuan beku dan juga batuan yang ada di
sekitarnya, hingga akhirnya tercipta mineral karena adanya proses volatile
maupun proses sublimasi dari batuan-batuan yang telah diterobos. Hasil dari
kedua proses tersebut berupa endapan mineral yang disebut mineralpneumatolitis.

• Proses Hidrotermal
Proses hidrotermal yaitu proses pembentukan mineral karena adanya
pengaruh dari suhu atau temperatur serta tekanan sangat rendah dan adanya
larutan magma yang sudah terbentuk sebelumnya. Bentuk-bentuk dari endapan
mineral bisa ditemukan sebagai bagian dari proses endapan hidrotermal yang
disebut Cavity Filling. Cavity Filling sendiri merupakan suatu proses mineralisasi
dengan mengisi ruang bukan rongga yang terdapat di dalam batuan dan terdiri atas
mineral – mineral yang telah diendapkan dari larutan bukaan – bukaan batuan.

• Proses Replacement
Proses ini juga disebut sebagai proses metasomatic replacement yaitu proses
pembentukan endapan-endapan yang berasal dari mineral epigenetik yang
didominasi dengan pembentukan endapan hipotermal dan mesotermal di mana
proses ini penting di dalam kelompok epitermal. Pada endapan metasomatik
terdapat mineral bijih yang telah terbentuk dan dikontrol oleh unsur-unsur sulfida
serta didominasi oleh formasi unsur-unsur endapan mineral.

• Proses Sedimenter
Proses ini menghasilkan endapan yang berasal dari proses pengendapan
beberapa mineral dan telah mengalami pelapukan batuan sebelumnya. Hingga
akhirnya terkumpul dan tersedimentasi di suatu tempat.
• Proses Evaporasi
Proses evaporasi merupakan suatu proses dari pembentukan mineral yang
terdapat di daerah kering dan juga panas hingga tidak heran jika di daerah ini
proses penguapan sering terjadi. Akibatnya mineral yang terlarut di dalam air akan
tetap tinggal saat penguapan sedang terjadi.

• Konsentrasi Residu Mekanik


Pada tahap ini terdapat endapan residual yang merupakan hasil dari proses
pelapukan dan pengendapan terjadi di tempat yang sama. Sehingga dapat
dikatakan jika endapan tersebut tidak mengalami perpindahan menggunakan
media seperti air atau angin. Proses pelapukannya sendiri bisa terjadi secara kimia
dan juga fisika.

• Proses Oksidasi dan Supergen Enrichment


Mineral bijih yang berada di dekat permukaan bumi, akan mengalami
pelapukan dan itu disebabkan oleh udara ataupun rembesan dari air. Akibatnya
muncullah pelapukan hingga pelarutan dari batuan di mana batuan tersebut
membentuk padatan yang masif berubah menjadi porus disebut dengan gossam.
Terdapat mineral primer yang mengalami oksidasi sampai dengan batas muka air
tanah atau zona oksidasi. Di zona oksidasi terjadi akumulasi mineral oksida
sekunder limonit yang mempunyai ciri khusus. Selanjutnya terjadi pelarutan
garam dan asam sulfat di zona sulfidasi atau daerah di bawah air tanah, di daerah
ini juga terbentuk mineral sekunder.

• Proses Metamorfisme
Pada proses ini terbentuk batuan metamorf yang berasal dari mineral batuan
beku, mineral metamorf dan mineral batuan sedimen. Di proses metamorfisme ini
terjadi perubahan dari suatu mineral menjadi mineral baru atau menghasilkan
mineral yang sama akan tetapi mempunyai sifat berbeda sebab menyesuaikan
dengan keadaan lingkungan yang baru. Contoh perubahan mineral lama menjadi
mineral baru yaitu mineral homblende menjadi mineral serpentine, sedangkan
perubahan mineral lama menjadi mineral sama dengan sifat berbeda yaitu mineral
calcite menjadi mineral calcite kembali namun dengan sifat yang berbeda.

3. Klasifikasi Mineral menurut Dana


a. Kelompok Native Element (Unsur Murni)
Native element atau unsur murni ini adalah kelas mineral yang dicirikan dengan hanya
memiliki satu unsur atau komposisi kimia saja. Mineral pada kelas ini tidak mengandung unsur
lain selain unsur pembentuk utamanya. Pada umumnya sifat dalam (tenacity) mineralnya
adalah malleable yang jika ditempa dengan palu akan menjadi pipih, atau ductile yang jika
ditarik akan dapat memanjang, namun tidak akan kembali lagi seperti semula jika dilepaskan.
sistem kristalnya adalah isometrik. Contoh mineral dari kelompok Native Element : emas
(Au), perak (Ag), Platina (Pt), tembaga (Cu), bismuth (Bi), arsenic (As).

b. Kelompok Sulfida
Kelas mineral sulfida atau dikenal juga dengan nama sulfosalt ini terbentuk dari
kombinasi antara unsur tertentu dengan sulfur (belerang) (S2-). Pada umumnya unsur
utamanya adalah logam (metal).Pembentukan mineral kelas ini pada umumnya
terbentuk di sekitar wilayah gunung api yang memiliki kandungan sulfur yang tinggi.
Proses mineralisasinya terjadi pada tempat-tempat keluarnya atau sumber sulfur.
Unsur utama yang bercampur dengan sulfur tersebut berasal dari magma, kemudian
terkontaminasi oleh sulfur yang ada di sekitarnya. Beberapa penciri kelas mineral ini
adalah memiliki kilap logam karena unsur utamanya umumnya logam, berat jenis yang
tinggi dan memiliki tingkat atau nilai kekerasan yang rendah. Hal tersebut berkaitan
dengan unsur pembentuknya yang bersifat logam. Beberapa contoh mineral sulfides
yang terkenal adalah pirit (FeS2), Kalkosit (Cu2S), Galena (PbS), sphalerite (ZnS),
dan Kalkopirit (CuFeS2).

c. Kelompok Oksida
Mineral oksida ini merupakan mineral yang terbentuk dari kombinasi unsur
tertentu dengan gugus anion oksida (O2-). Mineral oksida terbentuk sebagai akibat
persenyawaan langsung antara oksigen dan unsur tertentu. Susunannya lebih
sederhana dibanding silikat. Mineral oksida umumnya lebih keras dibanding mineral
lainnya kecuali silikat. Mereka juga lebih berat kecuali sulfida. Unsur yang paling
utama dalam oksida adalah besi, chrome, mangan, timah dan aluminium. Beberapa
mineral oksida yang paling umum adalah, korondum (Al2O3), hematit (Fe2O3),
kassiterit (SnO2), Zincite (ZnO), Magnetit (FeFe2O4), Kalium Nitrat (KNO3), dll.

d. Kelompok Hidroksida
Mineral hidroksida ini merupakan mineral yang terbentuk dari kombinasi unsur
tertentu dengan gugus hidroksil hidroksida (OH-). Seperti mineral oksida, mineral
hidroksida terbentuk akibat pencampuran atau persenyawaan unsur-unsur tertentu
dengan hidroksida (OH-). Reaksi pembentukannya dapat juga terkait dengan
pengikatan dengan air. Sama seperti oksida, pada mineral hidroksida, unsur utamanya
pada umumnya adalah unsur-unsur logam. Beberapa contoh mineral hidroksida adalah
Manganite [MnO(OH)], Bauksit [FeO(OH)] , limonite (Fe2O3.H2O), Brusit
(Mg(OH)2), Hidrargilit [Al(OH)3].
e. Kelompok Halida
Kelompok ini dicirikan oleh adanya dominasi dari ion halogenelektro negatif,
seperti: F-, Cl-, Br-, I-. Pada umumnya memiliki berat jenis yang rendah (< 5).Contoh
mineralnya adalah: Halit (NaCl), Fluorit (CaF2), Silvit (KCl), dan Kriolit (Na3AlF6).

f. Kelompok Karbonat
Merupakan persenyawaan dengan ion (CO3) 2-, dan disebut “karbonat”,
umpamanya persenyawaan dengan Ca dinamakan “kalsium karbonat”, CaCO3 dikenal
sebagai mineral “kalsit”. Mineral ini merupakan susunan utama yang membentuk
batuan sedimen. Carbonat terbentuk pada lingkungan laut oleh endapan bangkai
plankton. Carbonat juga terbentuk pada daerah evaporitic dan pada daerah karst yang
membentuk gua (caves). Beberapa contoh mineral yang termasuk kedalam kelas
carbonat ini adalah dolomite (CaMg(CO3) 2, calcite (CaCO3), magnesite (MgCO3),
niter (NaNO3), borak (Na2B4O5(OH)4.8H2O), nitrat (NO3) dan juga Borat (BO3).

g. Kelompok Sulfat
Sulfat terdiri dari anion sulfat (SO4 2-). Mineral sulfat adalah kombinasi logam
dengan anion sufat tersebut. Pembentukan mineral sulfat biasanya terjadi pada daerah
evaporitik (penguapan) yang tinggi kadar airnya, kemudian perlahan-lahan menguap
sehingga formasi sulfat dan halida berinteraksi. Contoh-contoh mineral yang termasuk
ke dalam kelas ini adalah Barite (BaSO4), Celestite (SrSO4), Anhydrite (CaSO4),
angelsit dan Gypsum (CaSO4·2H2O). Juga termasuk di dalamnya mineral molybdate
(Li2MoO4), selenate (SeO4 2–), sulfite (SO3 2−), dll.

h. Kelompok Phosphat
Kelompok ini dicirikan oleh adanya gugus PO4 3-, dan pada umumnya memiliki
kilap kaca atau lemak, contoh mineral yaitu: Apatit Ca5(PO4)3Cl, OH, F, Vanadine
Pb5Cl(PO4)3,dan Turquoise CuAl6(PO4)4(OH)8 . 4H2O. Vivianit Fe3(PO4)2.8H2O

i. Kelompok Silikat
Silikat merupakan 25% dari mineral yang dikenal dan 40% dari mineral yang
dikenali. Hampir 90 % mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok ini, yang
merupakan persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan beberapa unsur metal.
Karena jumlahnya yang besar, maka hampir 90 % dari berat kerak bumi terdiri dari
mineral silikat, dan hampir 100 % dari mantel Bumi (sampai kedalaman 2900 Km dari
kerak Bumi). Silikat merupakan bagian utama yang membentuk batuan baik itu
sedimen, batuan beku maupun batuan malihan (metamorf). Contoh mineral Silikat:
Quartz (SiO2), Feldspar Alkali (KAlSi3O8), Feldspar Plagioklas ((Ca,Na)AlSi3O8),
Mica Muscovit (K2Al4(Si6Al2O20)(OH,F) 2), Mica Biotit (K2
(Mg,Fe)6Si3O10(OH) 2), Olivin ((Mg,Fe)2SiO4), dll.
4. Pengertian Massa Jenis Mineral
Massa jenis benda adalah perbandingan antara massa suatu benda dengan volume benda
tersebut. Massa jenis benda menunjukkan tingkat kerapatan molekul benda tersebut. Satuan massa
jenis dalam sistem cgs adalah g/cm³.

5. Rumus Massa Jenis Mineral

Keterangan:
ρ = massa jenis atau kerapatan (kg/m³)
m = massa benda (kg)
v = volume benda (m³)

6. Skala Mohs
Skala Mohs adalah skala yang paling umum digunakan untuk mengukur kekerasan
suatu mineral. Kekerasan merupakan salah satu karakteristik utama dari sebuah mineral.
Kekerasan adalah ukuran daya tahan relatif suatu mineral terhadap goresan. Karakteristik
ini mengukur apakah suatu mineral akan tergores atau dapat menggores mineral lain.

Skala Mineral Keterangan


1 Talk Sangat lunak, disebut juga batu sabun
2 Gipsum Mudah tergores oleh kuku jari
3 Kalsit Hanya tergores oleh kuku jari jika searah bidang belahnya
4 Fluorit Tidak tergores oleh kuku jari
5 Apatit Sama kerang dengan gigi
6 Feldspar Sama keras dengan baja, cocok sebagai batumulia
7 Kuarsa Dapat menggores kaca dan baja
8 Topaz Dapat menggores kuarsa dan memotong kaca dengan mudah
9 Korundum Dapat menggores topaz, tapi mudah digores intan
10 Intan Benda terkeras, hanya dapat digores oleh intan lainnya
E. LANGKAH KERJA
1. Mahasiswa dan asisten praktikum menyiapkan alat dan bahan praktikum
2. Mahasiswa mendengarkan penjelasan dari asisten praktikum
3. Mahasiswa mencatat hal-hal penting yang disampaikan oleh asisten praktikum
4. Mahasiswa diberikan 5 jenis mineral, gelas ukur, timbangan analitik digital, dan air
5. Mahasiswa mengamati jenis mineral yang diberikan
6. Mahasiswa menimbang masing-masing mineral menggunakan timbangan analitik digital
7. Mahasiswa menghitung volume masing-masing mineral menggunakan gelas ukur dan air
8. Mahasiswa menentukan jenis mineral dari masing-masing mineral
9. Mahasiswa menghitung massa jenis masing-masing mineral
10. Mahasiswa menentukan tingkat kekerasan masing-masing mineral
11. Mahasiswa menyusun laporan praktikum
12. Mahasiswa mengumpulkan laporan praktikum
F. PEMBAHASAN
1. Hasil Pengamatan
(Terlampir pada lembar instrumen)
G. KESIMPULAN

Mineral adalah suatu benda padat yang terdiri dari unsur-unsur kimia dan atom-atom.
Terdapat banyak definisi menurut ahli tentang mineral, di antaranya yaitu menurut Berry dan
Mason, Whitten dan Brooks, serta Potter dan Robinson. Mineral memiliki ciri-ciri yaitu
bersifat alami, bersifat anorganik, bersifat padatan, mempunyai komposisi kimia yang jelas,
serta memiliki struktur kristal. Terdapat 10 proses terbentuknya mineral mulai dari proses
magmatis hingga proses metamorfisme. Dana mengklasifikasi mineral kepada 9 kelompok,
yaitu kelompok native element hingga silikat. Massa jenis mineral dapat dihitung dengan
rumus berat mineral (m) dibagi volume mineral (v). Kekerasan suatu meniral dapat diukur
atau ditentukan menurut tabel skala mohs yang mnyediakan tingkat kekerasan dari mineral
yang paling lunak yaitu Talk hingga mineral paling keras yaitu Intan.

Pengamatan dilakukan dengan menimbang mineral dengan menggunakan timbangan


analitik digital, kemudian mengukur volume menggunakan gelas ukur dan juga air, serta
menentukan kekerasan mineral dengan menggunakan kuku, jika mineral tidak tergores, maka
dilanjutkan dengan menggunakan kaca, dan jika mineral masih belum tergores, maka
dilanjutkan dengan menggunakan kikir. Kemudian mencocokkan hasil percobaan menggores
mineral dengan tabel skala mohs dan kekerasan relatif. Berdasarkan pengamatan dan
perhitungan yang telah dilakukan kepada mineral Calcite, Rose Quartz, Quartz, Phyrite, dan
Purple Fluorite, maka dapat saya peroleh data yaitu yang pertama yaitu Mineral Calcite
merupakan jenis mineral karbonat dengan berat 12,05gr, memiliki volume 4ml, kekerasan
relatif 2,5-7 serta massa jenis 3,012gr. selanjutnya yaitu Rose Quartz yang merupakan jenis
mineral silikat dengan berat 48,94gr, memiliki volume 18ml, kekerasan relatif 5,5-7 serta
massa jenis 2,728gr. Yang Ketiga adalah Quartz yang berjenis mineral silikat dengan berat
87,56gr, memilki volume 30ml, kekerasan relatif 5,5-7 serta massa jenis 2,918gr. Kemudian
ada mineral Phyrite yang berjenis mineral sulfida dengan berat 78,19gr, memiliki volume
25ml, kekerasan relatif 5.5-7 serta massa jenis 3,127gr. Yang terakhir adalah mineral Purple
Fluorite yang merupakan mineral berjenis halida dengan berat 30,25gr, memiliki volume
10ml, kekerasan relatif 5,5-7 serta massa jenis 3,025gr.
DAFTAR PUSTAKA

Gabriel, H. (2023). “Mineral: Pengertian, Ciri-ciri, dan Jenisnya”. https://sahitya.id/mineral-


pengertian-ciri-ciri-dan-jenisnya/ (diakses pada 04 Oktober 2023, 20.00 WIB)

Noor, D. (2014). Pengantar Geologi. Yogyakarta. Deepublish.

Ramadhan, A. R. (2019). “10 Proses Pembentukan Mineral yang Perlu Diketahui”.


https://www.utakatikotak.com/All/kongkow/detail/15680 (diakses pada 04 September
2023, 21.40 WIB)

Surya, P. (2015). Batu Akik, Jenis, dan Daya Tariknya. Yogyakarta. Cakrawala.

Tabita, N., Palloan, P., dan Tiwow, A.V. (2021). Analisis Jenis Mineral Pada Gumuk Batu Pasir
Sumalu Kecamatan Rantebua Kabupaten Toraja Utara Dengan Menggunakan Metode
Suseptibilitas Magnetik. Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika. Vol. 17 No. 1 hal. 83-
92.

Yuliana, D. A. (2012). Jenis Mineral Liat Dan Perubahan Sifat Kimia Tanah Akibat Proses Reduksi
Dan Oksidasi Pada Lingkungan Tanah Sulfat Masam. Jurnal Bumi Lestari. Vol. 12 No.
2 hal. 327-337.

Anda mungkin juga menyukai