Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1. Tujuan

Secara umum tujuan pembuatan laporan ini adalah untuk


menjelaskan apa itu deskripsi batuan, disertai dengan deskripsi mineral
menurut struktur dan tekstur batuan tersebut berdasarkan jenis dari Batuan
Metamorf.
Penulisan laporan ini secara umum bertujuan untuk memberikan
gambaran tentang ciri-ciri fisik pada batuan metamorf dan dapat
mendeskripsikannya dan sebagai syarat pemenuhan nilai di mata kuliah
Geologi Fisik Jurusan Teknik Pertambangan.
Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Mendapatkan wawasan dan pengetahuan tentang batuan Metamorf.
2. Mendapatkan wawasan dan pengetahuan tentang bagaimana proses
terbentuknya batuan Metamorf.
3. Menjelaskan dan Mendapatkan wawasan dan pengetahuan tentang
struktur batuan Metamorf.

2. Pelaksanaan Praktikum
a. Alat dan Bahan
1. Sampel batuan Metamorf
2. Loupe
3. Komperator
b. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum
identifikasi batuan Metamorf adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Melakukan identifikasi batuan Metamorf secara megaskopis/ kasat
mata berdasarkan sifat-sifat fisiknya:
 Warna

1
 Tekstur
 Struktur
 Komposisi mineral pembentuk batuan
3. Menentukan nama batuannya
4. Mengisi data pada lembar pengamatan

2
BAB II
DASAR TEORI

II.1. Proses Pembentukan Batuan Metamorf

Batuan metamorf merupakan batuan hasil malihan dari batuan


yang telah ada sebelumnya yang ditunjukkan dengan adanya perubahan
komposisi mineral, tekstur dan struktur batuan yang terjadi pada fase
padat (solid rate) akibat adanya perubahan temperatur, tekanan dan
kondisi kimia di kerak bumi (Ehlers and Blatt, 1982).
Jadi batuan metamorf terjadi karena adanya perubahan yang
disebabkan oleh proses metamorfosa. Proses metamorfosa merupakan
suatu proses pengubahan batuan akibat perubahan tekanan, temperatur dan
adanya aktifitas kimia fluida/gas atau variasi dari ketiga faktor tersebut.
Proses metamorfosa merupakan proses isokimia, dimana tidak terjadi
penambahan unsur-unsur kimia pada batuan yang mengalami
metamorfosa. Temperatur berkisar antara 2000 C – 8000 C, tanpa melalui
fase cair (Diktat Praktikum Petrologi, 2006).
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya metamorfosa adalah
perubahan temperatur, tekanan dan adanya aktifitas kimia fluida atau gas
(Huang, 1962).

Perubahan temperatur dapat terjadi oleh karena berbagai macam


sebab, antara lain oleh adanya pemanasan akibat intrusi magmatit dan
perubahan gradien geothermal. Panas dalam skala kecil juga dapat terjadi
akibat adanya gesekan atau friksi selama terjadinya deformasi suatu massa
batuan. Pada batuan silikat batas bawah terjadinya metamorfosa pada
umumnya pada suhu 1500 C + 500C yang ditandai dengan munculnya
mineral-mineral Mg – carpholite, Glaucophane, Lawsonite, Paragonite,
Prehnite atau Slitpnomelane. Sedangkan batas atas terjadinya metamorfosa
sebelum terjadi pelelehan adalah berkisar 6500C-11000C, tergantung pada
jenis batuan asalnya (Bucher & Frey, 1994).

3
Tekanan yang menyebabkan terjadinya suatu metamorfosa
bervariasi dasarnya. Metamorfosa akibat intrusi magmatik dapat terjadi
mendekati tekanan permukaan yang besarnya beberapa bar saja.
Sedangkan metamorfosa yang terjadi pada suatu kompleks ofiolit dapat
terjadi dengan tekanan lebih dari 30-40 kBar (Bucher & Frey, 1994).

Aktivitas kimiawi fluida dan gas yang berada pada jaringan antara
butir batuan, mempunyai peranan yang penting dalam metamorfosa.
Fluida aktif yang banyak berperan adalah air beserta karbon dioksida,
asam hidroklorik dan hidroflorik. Umumnya fluida dan gas tersebut
bertindak sebagai katalis atau solven serta bersifat membentuk reaksi
kimia dan penyetimbang mekanis (Huang WT, 1962).

II.2. Tipe-Tipe Metamorfosa


Bucher dan Frey (1994) mengemukakan bahwa berdasarkan
tatanan geologinya, metamorfosa terdapat 4 Tipe, yaitu :

1. Metamorfosa Kontak

Metamofosa Kontak, merupakan tipe metamorfosa (baca:


perubahan) yang terjadi sebagai akibat terjadinya kontak antara magma
(sebagai intrusi) terhadap batuan yang ada disekitarnya, baik itu batuan
sedimen maupun batuan beku. Perubahan yang terjadi diakibatkan
intensitas panas yang dikeluarkan oleh magma. Jenis metamorfosis ini

4
terbatas pada zona sekitar intrusi yang dikenal dengan disebut
aureole malihan atau malihan kontak. Di luar zona ini, batuan tidak
terpengaruh oleh peristiwa kontak tersebut. Sebagai contoh, misalnya
serpih menjadi batu tulis (sabak), phyllite, atau sekis, ketika mineral
diselaraskan oleh tekanan. Tapi oleh peristiwa metamorfosis kontak ini,
serpih “dipanggang” oleh intrusi dan berubah menjadi hornsfel, jika
butirannya halus atau terubahkan menjadi granofel, jika butirannya
menengah atau kasar.

2. Metamorfosa Burial

Metamorfosa Burial ini merupakan bagian dari metamorfosa


regional, dimana peristiwa perubahan yang terjadi pada batuan adalah
sebagai akibat dari terkuburnya batuan asal jauh di bawah lapisan –
lapisan batuan sedimen. Suhu pada kedalaman beberapa ratus meter
dapat mencapai lebih dari 3000 C. Dalam peristiwa ini mineral –
mineral banyak yang mengalami perubahan dalam batuan asalnya, akan
tetapi pada kebanyakan kasus perubahan batuan akibat metamorfosa ini
tidak tampak melalui pengamatan biasa.

3. Metamorfosa Regional

Jenis metamorfosa ini adalah metamorfosa yang paling sering


muncul dan biasanya meliputi area yang sangat luas. Perubahan batuan
terjadi sebagai akibat adanya temperatur dan tekanan tinggi yang
menyertainya dalam proses perubahan dari batuan asal menjadi batuan
metamorf. Sebagai contoh; Pegunungan Taconic di New York dan New
England terbentuk dari kegiatan tabrakan purba antar lempeng yang
menghasilkan batuan malihan. Sebaliknya, beberapa batuan
malihanjuga dapat terbentuk dari peristiwa turunnya suhu dan tekanan
secara ekstrim yang dikenal dengan istilah metamorfosis pembalikan.

5
4. Metamorfosa Kataklastik

Metamorfosa kataklastik terjadi pada daerah yang mengalami


deformasi intensif, seperti pada patahan. Proses yang terjadi murni
karena gaya mekanis yang mengakibatkan penggerusan dan granulasi
batuan. Batuan yang dihasilkan bersifat non-foliasi dan dikenal
sebagai fault breccia, fault gauge, atau milonit.

II.3 Jenis-Jenis Batuan Metamorf

1. Jenis Batuan Metamorf Foliasi

Batuan metamorf foliasi merupakan jenis batuan dengan lapisan-


lapisan yang terbentuk dari proses penjajaran mineral. Munculnya
lapisan atau penjajaran mineral tersebut disebabkan oleh adanya
tekanan terarah dan paparan panas dalam proses pembentukan batuan
metamorf. Karakteristik dari metamorf berupa adanya lapisan-lapisan
tersebut dapat dilihat dengan mata secara langsung. Contoh dari batuan
metamorf foliasi adalah sebagai berikut:

• Batu Sekis : Batu sekis adalah contoh batuan metamorf yang memiliki
proses foliasi sempurna. Sebagian besar kandungan mineral dalam batu
ini didominasi oleh mika. Dengan kandungan mika di dalamnya, batu
ini dapat dipecah menjadi potongan-potongan tipis dan halus.
• Batu Gneiss :Batu gneiss adalah batu metamorf yang memiliki
komposisi berupa butiran mineral granular. Butiran-butiran mineral
yang terdapat pada batu ini membuat batu gneiss sulit dibedakan
dengan batu kuarsa karena keduanya mengandung pasir.
• Batu Filit :Seperti halnya batu sekis, filit juga dapat dikategorikan
sebagai batuan yang memiliki komposisi utama berupa mika.
Permukaan batu filit yang sangat halus umumnya akan berkilau begitu
terkena pantulan cahaya. Meski demikian, batu filit memiliki beberapa

6
jenis dimulai dari batu filit dengan permukaan halus hingga batu filit
dengan permukaan yang berkerut-kerut.
• Batu Sabak (Slate) :Jenis batu metamorf yang terakhir adalah batu
sabak (slate). Proses terbentuknya batu slate terbilang cukup cepat
apabila dibandingkan dengan batuan metamorf foliasi di atas. Hal inilah
yang menyebabkan kualitas batu slate dapat dikatakan cukup rendah.

2. Jenis Batuan Metamorf Nonfoliasi


Batuan metamorf non foliated atau tidak berfoliasi merupakan jenis
batuan yang tak memiliki lapisan atau penjajaran mineral. Contoh
batuan metamorf tidak berfoliasi adalah:
• Batu Kuarsit : Batu kuarsit merupakan batuan metamorf tidak
berfoliasi yang proses terbentuknya dari pasir, baik yang berasal
langsung dari pelapukan dan pengisikan batuan sebelumnya atau dari
pasir-pasir dengan kandungan mineral kuarsa yang tinggi.
• Batu Amfibolit : Contoh selanjutnya adalah batu amfibolit. Jenis
batuan metamorf ini terbentuk dari adanya proses rekristalisasi
mineral dengan tekanan yang terarah. Bahan utama pembentuk batu
amfibolit adalah amphibole dan plagioklas.
• Batu Sabun (Soapstone) :Batu sabun adalah jenis batu metamorf yang
memiliki bentuk yang halus serta dapat bertahan dengan kondisi suhu
tinggi. Hal ini karena komposisi penyusun batu sabun sendiri terbilang
cukup beragam, seperti talk, mineral karbonat, mika, klorit,
amphibole, dan pyroxenes.
• Batu Pualam : Batu pualam atau yang sering disebut sebagai batu
marmer merupakan jenis batuan yang mengalami metamorfosis dari
batu kapur. Batu marmer masuk dalam kategori tipe batuan metamorf
kontak. Kandungan mineral paling banyak pada batu pualam adalah
kalsium karbonat. Dengan proses pembentukan yang cukup lama, batu
ini memiliki tingkat kekuatan yang sangat tinggi terhadap perubahan
suhu namun mudah dibentuk.

7
• Batu Hornfels : dalam kategori batuan metamorf tidak berfoliasi
dengan karakteristik batuan yang sangat halus. Umumnya, batu hornfels
terbentuk oleh tekanan suhu yang sangat panas, baik berasal dari panas
bumi ataupun cuaca.
• Novaculite :Ini adalah jenis batu metamorf yang memiliki bentuk
halus, padat, dan keras. Di dalam batu novaculite, terdapat kandungan
silika yang sangat tinggi. Proses pembentukan batu ini berasal dari
batuan sedimen yang mengalami pengendapan di lingkungan laut
dibantu organisme-organisme bersel satu seperti ganggang laut. Oleh
karena itu, batu novaculit sangat mudah ditemukan di area pantai.

II.4. Tekstur Batuan Metamorf

Merupakan kenampakan batuan yang berdasarkan pada ukuran,


bentuk dan orientasi butir mineral dan individual penyusun batuan
metamorf. Penamaan tekstur batuan metamorf umumnya menggunakan
awalan blasto atau akhiran blastic tang ditambahkan pada istilah
dasarnya. (Jacson, 1997).

1. Tekstur Berdasarkan Ketahanan Terhadap Proses Metamorfosa

Berdasarkan ketahanan terhadap prose metamorfosa ini tekstur batuan


metamorf dapat dibedakan menjadi:

a. Relict/Palimset/Sisa : Merupakan tekstur batuan metamorf yang masih


menunjukkan sisa tekstur batuan asalnya atau tekstur batuan asalnya
nasih tampak pada batuan metamorf tersebut.

b. Kristaloblastik : Merupakan tekstur batuan metamorf yang terbentuk


oleh sebab proses metamorfosa itu sendiri. Batuan dengan tekstur ini
sudah mengalami rekristalisasi sehingga tekstur asalnya tidak tampak.
Penamaannya menggunakan akhiran blastik.

8
2. Tekstur Berdasarkan Ukuran Butir

Berdasarkan butirnya tekstur batuan metmorf dapat dibedakan


menjadi:

Fanerit: bila butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata

Afanitit: bila ukuran butir kristal tidak dapat dilihat dengan mata.

3. Tekstur berdasarkan bentuk individu kristal


Bentuk individu kristal pada batuan metamorf dapat dibedakan
menjadi:
Euhedral: bila kristal dibatasi oleh bidang permukaan bidang kristal itu
sendiri.
Subhedral: bila kristal dibatasi oleh sebagian bidang permukaannya
sendiri dan sebagian oleh bidang permukaan kristal disekitarnya.
Anhedral: bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang permukaan
kristal lain disekitarnya.
4. Berdasarkan bentuk kristal tersebut maka tekstur batuan metamorf
dapat dibedakan menjadi:
Idioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh kristal berbentuk
euhedral.
Xenoblastik/Hypidioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh kristal
berbentuk anhedral.
5. Tekstur Berdasarkan Bentuk Mineral
Berdasarkan bentuk mineralnya tekstur batuan metamorf dapat
dibedakan menjadi:
Lepidoblastik, apabila mineralnya penyusunnya berbentuk tabular.
Nematoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk prismatic.
Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular,
equidimensional, batas mineralnya bersifat sutured (tidak teratur) dan
umumnya kristalnya berbentuk anhedral.

9
II.5. Klasifikasi Batuan Metamorf

1. Tabel Klasifikasi Batuan Metamorf

10
BAB III
DESKRIPSI BATUAN
Hari/Tanggal Rabu , 7 November 2018

No Urut 01

Warna Abu-abu, biru kehitaman, hitam

Pengukuran butir Fine grained

Struktur Non foliasi

Komposisi Kuarsa, mika

Derajat metamorfisme Metamorfisme kontak

Ciri khas Lebih keras dari pada kaca, tekstur merata

Asal Metamorfisme kontak shale dan claystone

Nama Batuan Hornfelsik (hornfels)

Genesa adalah batuan metamorf yang terbentuk karena di


pengaruhi oleh suhu yang dominan dibandingkan
dengan tekanannya. Hornfels termasuk dalam derajat
metamorfisme tinggi hingga sedang.

11
Hari/Tanggal : Rabu , 7 November 2018

No Urut : 02

Warna : Abu-abu

Pengukuran butir : Sedang - Biji-bijian kasar

Struktur : Foliated (Gneissic)

Komposisi : Kuarsa, feldspar, amphibole, mika

Derajat metamorfisme : Tinggi

Ciri khas : Kuarsa dan feldspar nampak berselang-seling dengan


lapisanir kaya amphibole dan mika

Asal : Metamorfisme regional siltstone, shale, granit

Nama Batuan : Gneissa (gneiss)

Genesa : adalah batuan metamorf yang terbentuk karena di


pengaruhi oleh tekanan dan suhu yang dominan.
Gneiss termasuk dalam derajat metamorfisme tinggi.

12
Hari/Tanggal : Rabu , 7 November 2018

No Urut : 03

Warna : Abu-abu, kehitaman, coklat, biru

Pengukuran butir : Fine grained

Struktur : Non Foliasi

Komposisi : Berbeda dalam setiap batu

Derajat metamorfisme : Tinggi

Ciri khas : Dapat dibelah-belah

Asal : Metamorfisme Kataklastik (Dinamik)

Nama Batuan : Milonitik (milonit)

Genesa : adalah batuan metamorf yang terbentuk karena di


pengaruhi oleh tekanan yang dominan dibandingkan
dengan suhunya. Milonit termasuk dalam derajat
metamorfisme tinggi.

13
Hari/Tanggal : Rabu , 7 November 2018

No Urut : 04

Warna : Hijau muda, keputihan

Pengukuran butir : Medium halus

Struktur : Non foliasi

Komposisi : Mordenit

Derajat metamorfisme : Rendah - Tinggi

Ciri khas : Ruang kosong yang akan membentuk saluran di dalam


strukturnya

Asal : Metamorfisme burial

Nama Batuan : Zeolit

Genesa : Zeolit pada prinsipnya terbentuk pada batuan sedimen


yang tidak mengalami metamorfosa dan umumnya
tersebar pada batuan volkanoklastika

14
BAB IV
PEMBAHASAN

IV. 1 Batu Hornfelsik (hornfels)

Hornfels adalah batuan metamorf yang terbentuk karena di


pengaruhi oleh suhu yang dominan dibandingkan dengan tekanannya.
Hornfels termasuk dalam derajat metamorfisme tinggi hingga sedang.
Struktur yang dimiliki adalah berupa struktur non-foliasi dengan butiran
yang halus. Tekstur yang tampak adalah tekstur masif dengan komposisi
kuarsa dan mika. Batuan induk dari Hornfels adalah berupa batuan-batuan
sedimen. Hornfels termasuk dalam tipe metamorfisme kontak karena
peran suhu yang dominan sehingga pada batuan terbentuk struktur yang
tidak foliasi.

IV. 2 Batu Gneissa (gneiss)

Batuan gneiss atau genes terbentuk dari proses metamorfisme


regional atau metamorfisme dinamik yang terjadi di batas lempeng
konvergen. Mineral penyusun dalam batuan gneiss direkristalisasi dengan
suhu atau temperatur dan tekanan yang tinggi, oleh karena itu batuan
gneiss dikategorikan sebagai batuan metamorf berkualitas tinggi dan sulit
pecah. Proses rekristalisasi dari mineral penyusun ini menyebabkan
ukuran mineral meningkat dan memisah sehingga memberi kesan garis-
garis (bands).

Batu genes merupakan salah satu batuan matemorf yang memiliki


kristal-kristal kasar, biasanya berbentuk seperti lapisan yang diakibatkan
oleh pemisahan mineral-mineral yang berbeda, sehingga membentuk
foliasi sekunder yang kasar pula. Batu genes biasanya terbentuk di tempat
yang dalam dan pada tingkat proses metamorfise yang tinggi dengan
struktur pegunungan lipatan.

15
IV. 3 Batu Milonitik (milonit)

Milonit adalah batuan metamorf yang terbentuk karena di


pengaruhi oleh tekanan yang dominan dibandingkan dengan suhunya.
Milonit termasuk dalam derajat metamorfisme tinggi. Struktur yang
dimiliki adalah berupa struktur non-foliasi dengan butiran yang halus.
Tekstur yang tampak adalah tekstur masif. Milonit merupakan batuan
metamorf kompak. Terbentuk oleh rekristalisasi dinamis mineral-mineral
pokok yang mengakibatkan pengurangan ukuran butir-butir batuan. Butir-
butir batuan ini lebih halus dan dapat dibelah seperti schistose. Batuan
induk dari milonit adalah berupa batuan beku atau juga batuan sedimen.
Milonit termasuk dalam tipe metamorfisme dinamik karena peran tekanan
yang dominan sehingga pada batuan terbentuk struktur yang tidak foliasi.

IV. 4 Batu zeolit

Zeolit pada prinsipnya terbentuk pada batuan sedimen yang tidak


mengalami metamorfosa dan umumnya tersebar pada batuan
volkanoklastika. Zeolit yang paling umum terbentuk secara alami adalah
analisme, dan pilipsit. Jenis dan banyaknya zeolit merupakan fungsi dari
tekstur dan kompisis batuan innduknya, komposisi air pori, umur dan
temperatur. Zeolit terbentuk selama proses diagnesa batuan sebagai akibat
reaksi air pori dengan padatan alumina silikat (seperti gelas vulkanik,
felspar, silica biogenic, dan mineral lempung)

16
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum batuan metamorf dapat di simpulkan bahwa
batuan metamorf berasal dari batuan yang sudah ada, perubahan akibat
tekanan yang sangat tinggi. Praktikum ini menghasilkan data seperti yang
tertera di atas laporan ini, dari praktikum ini mahasiswa dapat menentukan
nama batuan metamorf yang awalnya belum di ketahui nama, struktur,
tekstur, asal, dan ciri khas batuan terebut.

17
DAFTAR PUSTAKA

http://Anonim,2007.Potensi Galian Bangunan.http://pertambanganjatim.or.id/ inde


x,php?option=comco.com

http://Anonim,2011. Geologi, http://earlfhamfa.wordpress.com/2009/06/19/tekstur


-sturktur-batuan-metamorf.html.

http://Anonim, 2013. Modul Praktikum Geologi Dasar, Universitas Haluoleo,


Kendari.

http://Pettijohn, F.J.,1975: Sedimentary rocks. 3rd Ed. Harper & Row, New York.

http://Utami,2011. KomposisiKerakBumi, http://novieutami.blogspot.com/2011/0


3/ Klasifikasi-batuan.html.

18

Anda mungkin juga menyukai