Anda di halaman 1dari 8

A.

Pengertian Batu Jenis Metamorf


Batuan metamorf yaitu batuan yang keterbentukannya berada di bawah
permukaan bumi. Batuan ini terbentuk karena adanya suhu dan tekanan yang
sangat tinggi pada bagian bumi. Batuan ini membentuk sekitar 12% dari luas
bumi dan sebagian besar dari kerak bumi juga merupakan keterbentukan dari
batuan metamorf. Tubrukan antar kontinental juga dapat menyebabkan
keterbentukan dari batuan metamorf ini. Hal itu disebabkan oleh adanya tekanan
horizontal dan juga gesekan.
Singkapan batuan metamorf yang berada diatas permukaan bumi
dapat memberikan informasi mengenai suhu dan tekanan yang ada dibawah atau
didalam kerak bumi. Adanya studi tersebut dikarenakan batuan metamorf juga
dapat terbentuk saat terjadinya intrusi dari magma pada bagian kerak bumi
sehingga adanya kenaikan suhu.
Kata metamorfdiambil dari kata bahasa Yunani yaitu Meta dan morph.
Meta artinya adalah berubah sedangkan morph artinya adalah bentuk. Jadi
metamorf dapat diartikan sebagai perubahan bentuk dari batuan dari batuan asal
ke batuan yang lain/batuan yang baru. Batuan asal dari batuan metamorf dapat
disebut sebagai batuan induk. Batuan induk pada batuan metamorf dapat berupa
batuan sedimen atau batuan beku

B. Faktor Terjadinya Metamorfosa


Terjadinya metamorfosa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor tersebut
dapat berupa adanya perubahan pada suhu, perbuahan tekanan, dan juga zat-zat
kimia. Beberapa perubahan tersebut berfungsi sebagai penyeimbangan kepada
bebatuan yang mengenai lingkungan yang berbeda dari lingkungan asal batuan
tersebut terbentuk.
1. Perubahan suhu
Perubahan suhu merupakan salah satu dari faktor-faktor terjadinya
metamorfosa pada batuan. Faktor perubahan suhu merupakan faktor yang
paling penting pada terjadinya metamorfosa. Kenaikan suhu dapat terjadi
Karena adanya penguburan dari batuan yang menyebabkan batuan
tersebut mengalami suhu yang lebih tinggi dibandingkan dengan suhu
pada permukaan bumi. Semakin dalam penguburannya maka suhu akan
semakin meningkat. Dan semakin dalam penguburannya juga akan
mempengaruhi reaksi dari pori-pori fluida yang ada pada batuan. Reaksi
yang terjadi pada saat peningkatan suhu juga dapat berupa pencairan
mineral batuan. Pencairan tersebut akan terjadi pada saat suhu berada
diatas 200 derajat celcius. Jika suhu lebih rendah dari 200°C maka akan
terjadi pelapukan pada mineralnya atau batuan. Ketika suhu berada pada
650 derajat celcius, kisi kristal akan pecah dan bereaksi dengan ion yang
sama tetapi struktur atomnya yang akan berbeda. Pada peristiwa
tersebut dapat memunculkan mineral baru. Saat suhu mencapai 700°C,
akan terjadi pencairan batuan menuju bentuk magma dan mineral yang
berbeda akan membutukan suhu yang optimal dalam mencapai
kesetimbangan.

Sumber: Setyobudi,2012
Gambar 1
Metamorfosa
Selain menyebabkan adanya penekanan pada batuan hingga terjubur
lebih dalam, suhu juga dapat menyebabkan adanya intrusi magma yang
dapat mengenai batuan yang terkubur sehingga adanya kenaikan suhu
pada batuan sekitarnya
2. Tekanan
Tekanan menjadi salah satu faktor penting pada terjadinya metamorfosa.
Tekanan ini terjadi karena berat yang dimiliki oleh batuan atas lebih besar
dari batuan bawahnya. Tekanan ini dapat bekerja ke arah mana saja. Berat
dari batuan atas dapat diketahui dengan kepadatan(densitas) x konstanta
gravitasi x kedalaman. Tekanan disini memiliki satuan Pascal (N/m2).
Perkiraan dari kenaikan suatu tekanan pada metamorfosa ini adalah
berkisar 25-30 Mpa per kilometer. Tetapi hal tersebut bergantung juga
pada nilai kepadatan yang dimiliki oleh batuan atas. Tekanan ini tidak
semuanya sama dan tidak semuanya memiliki arah yang sama. Tekanan
ini juga disebabkan oleh adanya kekuatan endogen atau kekuatan tektonik.
Kekuatan endogen tersebut dapat menyebabkan pembentukan struktur
lipatan dan patahan dan dapat berperan menjadi agen metamorf. Total dari
tekanan yang mengarah pada batuan tidak ada hubungannya dengan
posisi batuan. Seluruh tekanan biasanya menyebabkan merata-nya butir-
butir mineral dan dan juga pengembangan pada mineral.

Sumber: AGI, 1999


Gambar 2
Tekanan
3. Zat-zat Kimia
Zat atau unsur kimia juga menjadi faktor terjadinya metamorfosa pada
batuan sehingga batuan tersebut menjadi batu metamorf. Unsur kimia
tersebut dapat berupa cairan ataupun dapat berupa uap jika dalam
keadaan panas / suhu yang tinggi. Unsur kimia yang mempengaruhi
metamorfosa merupakan unsur yang mengandung garam , volatil dan juga
unsur-unsur kimia lainnya. Pada batuan yang mengandung karbonat
seperti batugamping membutuhkan cairan kaya karbon dioksida. Saat
dicampur akan terjadi peningkatan pada metamorfosis dan dengan
campuran tersebut akan terjadi pelarutan ion yang akan menyebabkan
suatu reaksi kimia. Dengan campuran tersebut maka akan terjadi
pembentukan mineral baru dengan adanya subtitusi, penambahan dan
juga pemindahan pada ion kimia.
C. Perubahan Metamorfosa
Beberapa perubahan akibat dari metamorfosa antara lain:
1. Perubahan pada tekstur
Peningkatan panas dan juga tekanan dapat merubah tekstur dari batuan.
Perubahan tekstur tersebut dapat meliputi perubahan ukuran butir dan juga
bentuk butir batuan. Kenaikan temperatur juga dapat mempengaruhi
ukuran dari mineral batuan yang mana ukuran mineral tersebut dapat
semakin besar.

Sumber: N. Islami,2020
Gambar 3
Ukuran Butir
Butiran dapat menjadi rata apabila berada dibawah tekanan yang
diarahkan. Beberapa mineral akan mengembang dan memiliki ketempatan
yang sejajar seperti mineral biotite, muskovit, klorit, amphiboles, dan
sillimanite.
2. Perubahan Mineral
Saat terjadi pemanasan pada batuan dan penekanan pada batuan,
beberapa mineral dapat pecah dan dapat bereaksi antara mineral pecahan
tersebut. Mineral yang baru akan tumbuh membentuk kristal yang
berukuran besar dan juga kristal tersebut berada di tengah-tengah matriks
mineral halus yang lain. Kristal Porphyroblas akan membentuk seperti
fenokrin atau kristal yang berukuran besar yang banyak keberadaannya
pada batuan beku. Phorpyroblas akan terbentuk sesudah keterbentukan
dari matriks mineral induknya.
3. Perubahan Kimia
Perubahan kimia dapat terjadi akibat dari metamorfosa. Cairan
intergranular dapat membawa partikel batuan dari suatu tempat ke tempat
yang lain.

D Jenis-Jenis Metamorfosa
1. Metamorfosa Katalastik
Metamorfosa katalastik adalah jenis metamorfosa yang terjadi akibat dari
adanya deformasi secara mekanis. Deformasi tersebut dapat berupa
pergesekan antara dua tubuh batu yang terjadi pada wilayah sesar.
Gesekan batu tersebut dapat menimbulkan panas sehingga panas tersebut
dapat merusak bagian batuan dan menyebabkan batuannya
bermetamorfosa
2. Metamorfosa Kontak
Metamorfosa kontak adalah metamorfosa yang terjadi saat adanya intrusi
magma yang menyebabkan beberapa bagian batuan mendapatkan suhu
yang tinggi dan menyebabkan adanya metamorfosa pada batuannya.
Tetapi untuk batuan yang berada di posisi yang jauh dari intrusi magma,
batuan tersebut tidak akan terpengaruh oleh perubahan yang terjadi.
Batuan yang dihasilkan dari metamorfosa kontak ini adalah berupa batuan
-batuan dengan tekstur yang halus

Sumber: N. Islami,2020
Gambar 4
Metamorfosa Kontak
3. Metamorfosa Burial
Metamorfosa burial merupakan metamorfosa dari penguburan atau dapat
diartikan sebagai metamorfosa yang terjadi pada batuan yang terkubur
sangat dalam dan batuan tersebut mengalami kenaikan temperatur hingga
menyentuh diatas 300°C.
4. Metamorfosa Regional
Metamorfosa regional adalah metamorfosa yang terjadi pada wilayah yang
luas dan tidak menimbulkan suatu efek pada batuan beku. Metamorfosa
regional ini diiringi dengan terjadinya deformasi pada bagian bawah stres
diferensial.

Sumber: N.Islami,2020
Gambar 5
Metamorfosa Regional

E. Jenis Batuan Metamorf


Jenis batuan metamorf dibedakan bedasarkan dari bentuk teksturnya dan
juga komposisi dalamnya. Ada dua jenis pada metamorfosa ini yaitu foliation dan
non-foliation.
Foliation adalah jenis batuan metamorf yang mana batuan-batuan
metamorf tersebut memiliki tekstur yang paralel dan juga planar. Bentuk tekstur
pada batuan metamorf ini adalah berbentuk seperti lembaran dedaunan. Batuan-
batuan yang termasuk pada jenis ini adalah late,Phyllite, Schist, dan Gneiss
Non folation adalah jenis batuan metamorf yang tidak berstruktur atau
memiliki ketampakan yang masif batuan ini dapat memperlihatkan karakteristik
yang tidak berfoliasi dan keterbentukannya seperti bentuk kristal yang merapat.
Batu-batu pada jenis ini antara lain Kuarsit, Marmer, Amfibolit, Hornfels,
Metakonglomerat, Granulite, Zeolit, dan Eclogite.
KESIMPULAN

Batuan metamorf terbentuk dari batuan sebelumnya (batuan beku atau


batuan sedimen) yang berubah bentuknya dikarenakan oleh adanya temperatur
dan juga tekanan yang tinggi sehingga sifat dan karakteristik batuan sebelumnya
menjadi berbeda. Batuan metamorf terbentuk setelah mengalami perubahan-
perubahan pada karakteristik batuannya seperti perubahan mineral, perubahan
tekstur dan juga perubahan unsur kimianya. Terjadinya metamorfosa juga dapat
dengan berbagai cara seperti adanya deformasi secara mekanis, adanya intrusi
magma yang menyebabkan beberapa bagian batuan mendapatkan suhu yang
tinggi dan terkuburnya batuan sangat dalam dan batuan tersebut mengalami
kenaikan temperatur hingga menyentuh diatas 300°C.
DAFTAR PUSTAKA

1. Malik, Yakub, 2019 “ Mengenal Batuan” Universitas Pendidikan Indonesia,


Bandung

2. Chaerul, Muhammad, 2022 “ Pengantar Ilmu Batuan” Sulawesi Selatan:


YCAB Publisher

3. Amin, Mustaghfirin, 2014, “Geologi X-2”, Kementerian Pendidikan,


Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

4. Hynes, Margaret, 2007, “ Batuan dan Fosil”, Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai