Anda di halaman 1dari 10

Bibliography

chudori, l. (2013). pulang. jakarta: gramedia.

DAFPUS
https://www.academia.edu/9415835/batuan_metamorf
https://www.academia.edu/33055086/BATUAN_METAMORF

Prasyarat Acara 5
Batuan Metamorf :
1. Pengertian dan jenis batuan metamorf
1.1. Pengertian
Batuan metamorf merupakan batuan hasil malihan dari batuan yang telah ada
sebelumnya yang ditunjukkan dengan adanya perubahan komposisi mineral, tekstur
dan struktur batuan yang terjadi pada fase padat (solid rate) akibat adanya perubahan
temperatur, tekanan dan kondisi kimia di kerak bumi ( Ehlers & Blatt, 1982). Batuan
metamorf adalah hasil dari perubahan-perubahan fundamental batuan yang
sebelumnya telah ada. Panas yang intensif yang dipancarkan oleh suatu massa
magma yang sedang mengintrusi menyebabkan metamorfosa kontak.
1.2. Jenis Batuan Metamorf

2. Pengertian, faktor yang mempengaruhi dan tahapan metamorfisme


2.1 Pengertian metamorfisme
Kata “metamorfosa” berasal dari bahasa Yunani, yaitu “metamorphism” dimana
“meta” yang artinya “berubah” dan “morph” yang artinya “bentuk”. Dengan
demikian pengertian “metamorfosa” dalam geologi adalah merujuk pada
perubahan dari kelompok mineral dan tekstur batuan yang terjadi dalam suatu
batuan yang mengalami tekanan dan temperatur yang berbeda dengan tekanan dan
temperatur saat batuan tersebut pertama kalinya terbentuk. Sebagai catatan
bahwa istilah “diagenesa” juga mengandung arti perubahan yang terjadi pada
batuan sedimen. Hanya saja proses diagenesa terjadi pada temperatur dibawah
200° C dan tekanan dibawah 300 MPa (MPa = Mega Pascal) atau setara dengan
tekanan sebesar 3000 atmosfir, sedangkan “metamorofsa” terjadi pada temperatur
dan t ekanan diatas “diagenesa”. Batuan yang dapat
mengalami tekanan dan temperatur diatas 300 Mpa dan 200° C umumnya berada
pada kedalaman tertentu dan biasanya berasosiasi dengan proses tektonik,
terutama di daerah tumbukan lempeng atau zona subduksi. Batas atas antara
proses metamorfosa dan pelelehan batuan masih menjadi pertanyaan hingga saat
ini. Sekali batuan mulai mencair, maka proses perubahan merupakan proses
pembentukan batuan beku. Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari
batuan asal (batuan beku, sedimen, metamorf) yang mengalami perubahan
temperatur(T), tekanan (P), atau Temperatur (T) dan Tekanan (P) secara
bersamaan yang berakibat pada pembentukan mineral-mineral baru dan tekstur
batuan yang baru.
2.2 faktor yang mempengaruhi
2.2.1 Pengaruh cairan terhadap reaksi kimia
Pori-pori yang terdapat pada batuan sedimen atua batuan beku terisi ole
cairan (fluida), yangmerupakan larutan dari gas-gas, garam dan mineral
yang terdapat pada batuan yang bersangkutan. Pada suhu yang tinggi
intergranular ini lebih bersifat uap dan pada cair, danmempunyai peran
yang penting dalam metamorfisme. Di bawah suhu dan tekanan yang
tinggiakan terjadi pertukaran unsur dari larutan ke mineral-mineral dan
sebaliknya. Fungsi cairan inisebagai media transport dari larutan ke
mineral dan sebaliknya, sehingga mempercepat proses metamorfisme
2.2.2 Suhu dan tekanan
Batuan yang terkena panas akan membentukmineral-mineral baru, yang
hasilakhirnya adalah batuan metamorf. Sumber panasnya berasal dari
panas dalam bumi. Batuandapat terpanaskan oleh timbunan (burial) atau
terobosan dapat juga menimbulkan perubahantekanan, sehingga sukar
dikatakan metamorfisme hanya disebabkan ole keniakan suhu
saja.Tekanan dalam proses metamorfisme bersifat sebagai stress yang
mempunyai besaran serta arah.Tekstur batuan metamorf memperlihatkan
bahwa batuan ini terbentuk di bawah differensialstress, atau
tekanannyatidak sama besar dari segala arah.Berbeda dengan batuan beku
yang terbentuk melalui lelehan dan di bawah pengaruh uniformstress, atau
mempunyai bersaran yang sama dari semua arah.
2.2.3 Waktu
Dalam percobaan di laboratorium memperlihatkan bahwa di bawah
tekanan suhu tinggi sertawaktu reasi yang lama akan menghasilkan kristal
dengan ukuran yang besar. Dan dalam kondisiyang sebaliknya dihasilkan
kristal yang kecil. Dengan demikian untuk sementara ini disimpulkan
bahwa batuan berbutir kasar merupakan hasil metamorfisme dalam waktu
yang panjang sertasuhu dan tekanan yang tinggi. Sebaliknya yang berbutir
halus, waktunya pendek serta suhu dantekanan yang rendah.
2.3 Tahapan metamorfisme
2.3.1 Rekristalisasi,
Proses ini dibentukoleh tenaga kristaloblastik, di sini terjadi penyusunan
kembali kristal-kristaldimana elemen-elemen kimia yang sudah ada
sebelumnya.
.
2.3.2 Reorientasi
Proses ini dibentuk oleh tenaga kristaloblastik, di sini pengorientasian
kembali dari susunankristak-kristal, dan ini akan berpengaruh pada tekstur
dan struktur yang ada
2.3.3 Pembentukan mineral-mineral baru
Proses ini terjadi dengan penyusunan kembali elemen-elemen kimiawi
yang sebelumnya sudahada
3. Jenis-jenis Metamorfisme
3.1 Metamorfosa local
Pengertian lokal disini adalah berhubungan dengan luas daerah dimana proses
metamorfosa tersebut terjadi. Luasnya hanya sampai beberapa ratus kaki.
Metamorfosa yang disebut sebagai metamorfosa lokal ini antara lain :
3.1.1 Metamorfosa thermal atau metamormosa kontak
Miyashiro.A.(1972), mengatakan bahwa metamorfosa kontak adalah
rekristalisasi batuan di sekitar aureole intrusi tubuh batuan beku karena
kenaikan temperature. Proses yang ada adalah rekristalisasi, reaksi kecil
antar mineral dengan fluida, dan kadang kadang ada penambahan mineral.
Contoh : marmer, kuarsit, skarn
3.1.2 Metamorfosa dinamik atau kataklastik
Metamorfosa ini juga disebut sebagai metamorfosa Dislokasi atau
Kinematik, Dinamik. Metamorfosa ini berkembang didekat zona yang
mengalami Dislokasi/sesar atau deformasi yang intensif, banyak
ditemukan di sepanjang daerah pergeseran (thrust). Proses yang ada pada
metamorfosa ini adalah pemecahan mekanis dari partikel atau butiran-
butiran. Faktor penyebabnya adalah stress dan kadang-kadan “confining
pressure”. Metamorfosa kataklastik ini merupakan deformasi/ perubahan
mekanis pada batuan, tanpa rekristalisasi atau reaksi kimia. Proses
mekanik yang mengontrol struktur batuan yang dideformasi terjadi pada
temperatur yang rendah. Metamorfosa dinamik dihasilkan dengan skala
minor oleh beban atau tegangan patahan (tensional foulting), pada skala
yang lebih besar oleh pergeseran dan skala regional pleh lipatan. Contoh :
milonit, filonit
3.1.3 Pirometamorfosa/thermal/kaustik/optalik
Metamorfosa yang juga disebut metamorfosa optalik, thermal atau kaustik.
Faktor penyebab pada metamorfosa ini hanya panas. Proses yang terjadi
adalah rekristalisasi, reaksi kecil antara mineral, pembalikan mineral dan
pencairan. Pirometamorfosa diperlihatkan oleh aliran xenolith dan dike
pada batuan vulkanik khususnya basalt. Metamorfosa dengan temperatur
yang ekstrim dikategorikan dalam kategori ini.
3.1.4 metamorfosa hydrothermal/Metasomatisme
Faktor penyebabnya adalah fluida dari penurunan magmatik, “confining
pressure” dan kadang-kadang juga oleh panas. Proses yang ada yaitu
rekristalisasi, reaksi antara mineral dengan fluida dan pergantian tempat
atau “replacement”. Karena adanya replacement ini, maka ada pemunculan
material baru pada batuan. Metasomatisme menyangkut perubahan yang
nyata di dalam komposisi kimia, yang disimpulkan dari kriteria kimia,
mineralogi dan pabriknya. Contoh yang umum adalah perubahan peridotite
ke skiss antigorit atau “soap stone” dan pergantian batu gamping oleh
batuan kalk-silikat.
3.1.5 Metamorfosa retrograde (diaptoresis)
Kumpulan-kumpulan mineral tingkat tinggi yang berubah ke kumpulan
stabil pada temperatur yang lebih rendah (biasanya mengandung air)

https://gotbooks.miracosta.edu/earth_science/chapter11.html
Facoid serpentinite - batuan berbentuk biji semangka yang dipoles secara
alami dan menampilkan pola tekstur aliran seperti plastik dipermukaannya.
3.1.6 Metamorfosa Impact
Metamorfosa impact terjadi akibat tabrakan sebuah meteorit dengan
kecepatan yang sangat tinggi.Kisaran waktu terjadinya hanya beberapa
mikrodetik dan umumnya ditandai dengan terbentuknya mineral coesite
dan stishovite.

3.2 Metamorfosa Regional


Metamorfosa regional berkembang pada daerah yang luas hingga beberapa ribu
mil persegi, pada dasar pegunungan lipatan dan pada daerah prekambium.
Kemungkinan bahwa didalam kulit bumi dari zona orogenesa dan konsentrasi
panas yang periodik, yang diperlukan untuk perlipatan, metamorfosa regional dan
pemunculan magmagranitik. Temperatur yang tinggi diperlukan pada
metamorfosa regional, terutama pada kedalaman dimana terdapat pemanasan yang
abnormal didalam kulit bumi.
Winkler (1967) membagi metamorfosa regional menjadi 2 tipe genetik yaitu :
3.2.1 Metamorfosa regional orogenik
Metamorfosa orogenic terjadi pada daerah sabuk orogenik dimana terjadi
proses deformasi yang menyebabkan rekristalisasi. Umumnya batuan
metamorf yang dihasilkan mempunyai butiran mineral yang teroreintasi
dan membentuk sabuk yang melampar dari ratusan sampai ribuan
kilometer. Proses metamorfosa memerlukan waktu yang sangat lama
dengan kisaran puluhan juta tahun. Contohnya slate, filit, sekis, gneis
3.2.2 Metamorfosa regional timbunan (Burial)
Metamorfosa burial tidak mengandung hubungan genetik dengan
orogenesa maupun intrusi magmatic Endapan-endapan atau batuan
vulkanik yang terletak di dalam geosinklin dapat tertimbun secara
gradual/bertingkat. Temperatur pada kedalaman yang besar dalam banyak
hal lebih rendah daripada temperatur yang ada pada metamorfosa regional
dinamothermal. Biasanya temperatur tipe ini berkisar 200oC.
Contohnya metabatupasir, metabatu gamping
3.2.3 Metamorfosa dasar samudera
Metamorfosa dasar samudra terjadi akibat adanya perubahan pada kerak
samudera di sekitar punggungan tengah samudera (mid oceanic ridges).
Contoh greenstone, serpentinite, metabasalt
4. Tingkatan metamorfisme
Summber buku 2009+2012+tambahan
Berdasarkan tekanan dan temperatur yang berada diatas kondisi diagenesa, maka ada
3 tingkat derajat metamorfosa yang dapat dikenal, yaitu derajat metomorfosa rendah,
sedang dan tinggi. Adapun batas antara metamorfosa dan peleburan sangat
dipengaruhi oleh jenis batuan dan jumlah air yang terdapat dalam batuan. Pada
gambar 3-24 diperlihatkan hubungan antara Tekanan (P), Temperatur (T), Kedalaman
(D) dan Tipe/Jenis Metamorfosa. Metamorfosa Burial dicirikan oleh tekanan,
temperatur, yang rendah dan kedalaman yang relatif dangkal. Tipe metamorfosa akan
meningkat seiring dengan meningkatnya tekanan, temperatur, dan kedalaman, yaitu
dari Burial Metamorfosa berubah menjadi Metamorfosa Regional Derajat Rendah dan
kemudian dengan semakin meningkatnya tekanan, temperatur dan kedalaman
Metamorfosa Regional Derajat Rendah dapat berubah menjadi Metamorfosa Regional
Derajat Tinggi, sedangkan pada kedalaman (D > 20 km), Tekanan (P > 7 kilobars),
dan Temperatur (T > 700° C ) batuan akan mengalami peleburan (mencair) menjadi
magma.
Capt : Hubungan antara Tekanan (P), Temperatur
(T), Kedalaman (D) dan Derajat Metamorfosa (Djauhari Noor, 2012)

2012
Berdasarkan tingkat malihannya, batuan metamorf dibagi menjadi dua yaitu
- Metamorfosa derajat rendah terjadi pada temperatur antara 200° – 320° C dan
tekanan yang relatif rendah. Batuan metamorf derajat rendah dicirikan oleh
berlimpahnya mineral-mineral hydrous, yaitu mineral-mineral yang mengandung
air (H2O) didalam struktur kristalnya). Contoh dari mineral-mineral hydrous yang
terdapat pada batuan-batuan metamorf derajat rendah: Mineral Lempung,
Serpentine, Chlorite
- Metamorfosa derajat tinggi terjadi pada temperatur lebih besar dari 320° C dan
tekanan yang relatif tinggi. Seiring dengan meningkatnya derajat metamorfosa,
maka mineral-mineral hydrous akan semakin kurang hydrous dikarenakan
hilangnya unsur H2O dan mineral-mineral non-hydrous menjadi bertambah
banyak. Contoh mineral-mineral yang kurang hydrous dan mineral-mineral non-
hydrous yang mencirikan batuan metamorfosa derajat tinggi adalah: Muscovite -
mineral hydrous yang akan menghilang pada metamorfosa derajat tinggi. Biotite -
mineral hydrous yang stabil pada meskipun pada metamorfosa derajat tinggi
sekalipun. Pyroxene - mineral non-hydrous. Garnet - mineral non-hydrous
Tambahan

Capt : memperlihatkan batuan asal yang mengalami metamorfisme tingkat rendah-


medium-dan tingkat tinggi(O’Dunn dan Sill,1986)
Pada batuan metamorf tingkat rendah jejak kenampakan batuan asal masih bisa
diamati dan penamaannya menggunakan awalan meta (-sedimen, -beku), sedangkan
pada batuan metamorf tingkat tinggi jejak batuan asal sudah tidak nampak, malihan
tertinggi membentuk migmatit (batuan yang sebagian bertekstur malihan dan sebagian
lagi bertekstur beku atau igneous)
5. Fasies metamorfisme
Facies merupakan suatu pengelompokkan mineral-mineral metamorfik berdasarkan
tekanan dan temperatur dalam pembentukannya pada batuan metamorf. Setiap facies
pada batuan metamorf pada umumnya dinamakan berdasarkan jenis batuan
(kumpulan mineral), kesamaan sifat-sifat fisik atau kimia. Dalam hubungannya,
tekstur dan struktur batuan metamorf sangat dipengaruhi oleh tekanan dan temperatur
dalam proses metamorfisme. Dan dalam facies metamorfisme, tekanan dan
temperatur merupakan
faktor dominan, dimana semakin tinggi derajat metamorfisme (facies berkembang),
struktur akan semakin berfoliasi dan mineral-mineral metamorfik akan semakin
tampak kasar dan besar.
Facies tersebut adalah sebagai berikut :
(L = Low , M = Middle , H = High P = Pressure , T = Temperature)
- Zeolite facies (LP/LT)
The zeolit fasies adalah fasies metamorf dengan terendah grade
metamorf. Pada suhu dan tekanan rendah proses dalam batu disebut diagenesis
foto : zeolite fasies

- Prehnite-pumpellyite-facies (LP/LT)
The prehnite-pumpellyite fasies adalah sedikit lebih tinggi tekanan dan
temperatur daripada fasies zeolit. Hal ini dinamai dari mineral prehnite (a Ca - Al
- phyllosilicate) dan pumpellyite (a sorosilicate)
foto : phrenite pumpellyitr facies
- Greenschist facies (MP/MT)
Greenschist fasies menengah berada pada tekanan dan temperatur. The
fasies ini dinamai khas schistose tekstur dari batu dan warna hijau mineral klorit,
epidote dan actinolite
foto :

Greenschist facies
- Amphibolite-facies (MP/MT-HT)
The amphibolite fasies adalah fasies tekanan menengah dan rata-rata suhu
tinggi. Hal ini dinamai amphiboles yang terbentuk dalam keadaan seperti itu.

- Granulite facies (MP/HT)


The granulite fasies adalah nilai tertinggi di metamorphism tekanan
menengah. Kedalaman di mana hal ini terjadi tidak konstan. Karakteristik
mineral fasies ini dan pyroxene-hornblende fasies adalah orthopyroxene
GAMBAR DI BUKU KEMENDIKBUD
- Blueschist facies (MP-HP/LT)
The blueschist fasies berada pada suhu relatif rendah, tetapi tekanan
tinggi, seperti terjadi pada batuan di zona subduksi. The fasies ini dinamai
menurut karakter schistose bebatuan dan mineral biru glaucophane dan lawsonite
- Eclogite facies (HP/HT)
The eclogite fasies adalah fasies pada tekanan tinggi dan suhu tinggi. Hal
ini dinamai untuk metabasic batu eclogite
- Albite-epidote-hornfels facies (LP/LT-MT)
The albite-epidote-hornfels fasies adalah fasies pada tekanan rendah dan
suhu relatif rendah. Ini adalah nama untuk kedua mineral albite dan epidote,
meskipun mereka adalah lebih stabil dalam fasies.
- Hornblende-hornfels facies (LP/MT)
Hornblende-hornfels fasies adalah fasies dengan tekanan rendah yang
sama tapi sedikit lebih tinggi suhu sebagai albite-epidote fasies
- Pyroxene-hornfels facies (LP/MT-HT)
Pyroxene-hornfels fasies adalah fasies metamorf kontak dengan suhu
tertinggi dan adalah, seperti granulite fasies, dicirikan oleh mineral
orthopyroxene
- Sanidinite facies (LP/HT)
The sanidinite fasies adalah fasies langka yang sangat tinggi suhu dan tekanan rendah.
Itu hanya bisa dicapai di bawah metamorf kontak tertentu-
keadaan. Karena suhu tinggi pengalaman batu mencair parsial dan kaca terbentuk.
6. Tekstur batuan Metamorf
Tekstur batuan metammorf ditentukan dari bentuk kristal dan hubungan antar butiran
mineral. Tekstur pada batuan metamorf secara garis besar dibagi dua yaitu tekstur
Kristaloblastik dan tekstur Palimsest
6.1 Tekstur Kristaloblastik
ialah Tekstur pada batuan metamorf yang terjadi pada saat tumbuhnya mineral
dalam suasana padat dan bukan mengkristal dalam suasana cair karena itu kristal
yang terjadi disebut Blastos . Tekstur batuan asalnya sudah tidak tampak lagi ,
diganti dengan tekstur baru. Tekstur Kristaloblastik ini dibagi lagi menjadi 6
bagian tekstur , yaitu :
 Tekstur Lepidoblastik
Ialah tekstur batuan metamorf yang didominasi oleh mineral mineral pipih
dan memperlihatkan orientasi sejajar , seperti mineral mineral biotit,
muscovit dll. Tekstur Granoblastik Ialah tekstur pada batuan metamorf
yang terdiri dari mineral mineral yang membentuk butiran yang seragam,
seperti mineral kwarsa, kalsit, garnet dl.
 Tekstur Nematoblastik
Ialah tekstur pada batuan metamorf yang terdiri dari mineral mineral yang
berbentuk prismatik, menjarum dan memperlihatkan orientasi sejajar .
Contoh seperti pada mineral amphibol, silimanit, piroksin dll.
 Tekstur Porfiroblastik
Ialah tekstur pada batuan metamorf dimana suatu kristal besar ( fenokris )
tertanam dalam massa dasar yang relatif halus . Identik dengan tekstur
Porfiritik pada batuan beku .
 Tekstur Idioblastik
Ialah tekstur pada batuan metamorf dimana bentuk mineral penyusunnya
euhedral
 Tekstur Xenoblastik
Ialah tekstur pada batuan metamorf dimana bentuk mineral penyusunnya
anhedral
6.2 Tekstur Palimpsest
ialah Tekstur sisa dari batuan asalnya yang masih dijumpai pada batuan metamorf
yang terbentuk . Tekstur Palimpsest ini dibagi lagi menjadi 4 bagian tekstur , yaitu
 Tekstur Blastoporfiritik
Ialah tekstur sisa dari batuan asal yang bertekstur porfiritik.
 Tekstur Blastopsefit
Ialah tekstur sisa dari batuan sedimen yang ukuran butirnya lebih besar
dari pasir(psefite).
 Tekstur Blastopsamit
Ialah tekstur sisa dari batuan sedimen yang ukuran butirnya sama besar
dengan Pasir (psamite)
 Tekstur Blastopellite
Ialah tekstur sisa dari batuan sedimen yang ukuran butirnya sama besar
dengan Lempung ( pellite )
7. Struktur batuan metamorf
Pada pengklasifikasiannya berdasarkan struktur, batuan metamorf diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu :
7.1 Struktur Foliasi, struktur planar pada batuan metamorf sebagai akibat dari
pengaruh tekanan diferensial (berbeda) pada saat proses metamorfisme. Struktur
foliasi ditunjukkan oleh adanya penjajaran mineral-mineral penyusun batuan
metamorf. Struktur foliasi ini terdiri dari struktur Slatycleavage, struktur Filitic,
struktur Schistosa, dan struktur Gneisosa.
 Struktur Slatycleavage
Merupakan struktur yang terbentuk pada derajad rendah , peralihan dari
batuan sedimen ( batu lempung ) ke metamorf. Mineralnya berukuran
halus dan kesan penjajaran / foliasi nya halus sekali , dengan
memperlihatkan belahan belahan yang rapat , mulai terdapat daun daun
mika halus
 Struktur Filitik ( Phylitic )
Mirip dengan slatycleavage , hanya mineral dan kesejajarannya / foliasi
nya sudah mulai agak kasar . Derajad metamorfosanya lebih tinggi dari
salte ( batu sabak ), dimana daun daun mika dan khlorit sudah cukup
besar / kasar , tampak berkilap sutera pada pecahan pecahannya .
 Struktur Schistosa ( Schistosity )
Adalah struktur yang memperlihatkan mineral mineral pipih ( biotit ,
muscovit , feldspar ) lebih banyak / dominan dibandingkan mineral butiran
. Struktur ini dihasilkan oleh metamorfosa tipe regional. Derajad
metamorfosanya lebih tinggi dari filit , dicirikan dengan hadirnya mineral
mineral lain disamping mika . Ciri yang sangat khas adalah kepingan
kepingan yang tampak jelas dari mi neral mineral pipih seperti mineral
mika , talk , dan klorit .
 Struktur Gnesosa ( Gneissic )
Struktur batuan metamorf dimana jumlah mineral mineral yang granular / membutir
relatif lebih banyak dibanding mineral pipih dan mempunyai sifat / memperlihatkan
banded ( seperti berlapis / sejajar ) , struktur ini terbentuk pada derajad
metamorfosa tinggi pada tipe metamorfosa regional . Komposisi mineralnya
{BUKA DI BOOK KWMDIKBUD
7.2
.

8. Mineral Stress dan Anti Stress


Pada hakekatnya komposisi mineral yang terdapat dalam batuan metamorf itu dibagi
menjadi dua golongan , yaitu : Mineral Stress dan Mineral Anti Stress.

● Mineral Stress
Adalah mineral yang stabil dalam kondisi Tekanan , dimana mineral ini dapat ber
bentuk pipih atau tabular , atau prismatik , maka mineral mineral tersebut akan
tumbuh tegak lurus searah gaya .
Contoh mineral Stress :
- Mika , Zeolite , Tremolit
- Actinolite , Glaukofan , Hornblenda , Chlorite
- Serpentin , Epidote , Sillimanit , Staurolit , Kyanit , Antopilit .

● Mineral Anti Stress


Adalah suatu mineral yang terbentuk dalam kondisi Tekanan .
Bentuk dari mineral ini pada umumnya equidimensional .
Contoh mineral Anti Stress :
- Kwarsa , Kalsit , Feldspar , Kordierite , Garnet

9. Klasifikasi Batuan Metamorf menurut Gilen Con (1982)


Berdasarkan struktur (Gillen, 1982), batuan metamorf terbagi atas dua: 1. Struktur
Nonfoliasi Dimana mineral baru tidak menunjukkan penjajaran mineral yang planar.
Seringkali terjadi pada metamorfisme kontak/termal. Pada struktur non foliasi ini
hanya ada beberapa pembagian saja, yaitu : a. Granulose/Hornfelsik Merupakan
mozaik yang terdiri dari mineral-mineral equidimensional serta pada jenis ini tidak
ditemukan tidak menunjukkan cleavage (belahan). Contohnya antara lain adalah
marmer, kuarsit. b. Liniasi Pada jenis ini, akan ditemukan keidentikan yaitu berupa
mineral- mineral menjarum dan berserabut, contohnya seperti serpentin dan asbestos.
c. Kataklastik Suatu struktur yang berkembang oleh penghancuran terhadap batuan
asal yang mengalami metamorfosa dinamo. d. Milonitik Hampir sama dengan struktur
kataklastik, hanya butirannya lebih halus dan dapat dibelah-belah seperti skistose.
Struktur ini sebagai salah satu ciri adanya sesar. 1. Struktur Foliasi Dimana mineral
baru menunjukkan penjajaran mineral yang planar. Seringkali terjadi pada
metamorfisme regional dan kataklastik. Struktur foliasi yang menunjukkan urutan
derajad metamorfosa dari rendah ke tinggi. a. Slatycleavage Berasal dari batuan
sedimen (lempung) yang berubah ke metamorfik, sangat halus dan keras, belahannya
rapat, mulai terdapat daun-daun mika halus, memberikan warna kilap, klorit dan
kuarsa mulai hadir. Umumnya dijumpai pada batuan sabak/slate. b. Filitik/Phylitik
Rekristalisasi lebih kasar daripada slatycleavage, lebih mengkilap daripada batusabak,
mineral mika lebih banyak dibanding slatycleavage. Mulai terdapat mineral lain yaitu
tourmaline. Contoh batuannya adalah filit. c. Schistosa Merupakan batuan yang
sangat umum dihasilkan dari metamorfose regional, sangat jelas keping-kepingan
mineral-mineral plat seperti mika, talk, klorit, hematit dan mineral lain yang
berserabut. Terjadi perulangan antara mineral pipih dengan mineral granular dimana
mineral pipih lebih banya daripada mineral granular. orientasi penjajaran mineral
pipih menerus d. Gneistosa Jenis ini merupakan metamorfosa derajad paling tinggi,
dimana dimana terdapat mineral mika dan mineral granular, tetapi orientasi mineral
pipihnya tidak menerus/terputus.
10. Deskripsi 5 batuan metamorf
https://www.scribd.com/document/370970294/Deskripsi-Batuan-Metamorf

Anda mungkin juga menyukai