Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN AWAL PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK

LAPORAN AWAL BATUAN METAMORF

Disusun Oleh
Nama : Mu’ammar Ghiffari Ar Rahman Sumadi
NPM : 140710220001
kompok :1
Nama Asisten : Lukman Hakim

LABORATORIUM GEOFISIKA
DEPARTEMEN GEOFISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2022
MODUL 2
BATUAN METAMORF
RABU, 21 SEPTEMBER 2022
I. Tujuan Praktikum
1.1. Praktikan mampu mengetahui pengertian dan cara pembentukan batuan
metamorf
1.2. Praktikan mampu mengetahui jenis-jenis batuan metamorf
1.3. Praktikan mampu mengidentifikasi batuan metamorf

II. Alat dan Kegunaan


2.1. Komprator batuan
Untuk mengmati batuan secara nyata
2.2. Kertas HVS
Untuk menulis hasil pengmatan
2.3. Alat tulis
Untuk menulis

III. Teori Dasar


3.1. Pengertian batu metamorf
Metamorfisme merupakan perubahan komposisi kimia, mineralogi
dan struktur batuan yang disebabkan temperatur dan tekanan yang terjadi
pada kerak dan mantel bumi. Batuan metamorf merupakan batuan yang
telah mengalami perubahan mineralogi dan karakteristik struktur yang
disebabkan oleh proses metamorfisme. Faktor yang mempengaruhi
metamorfisme secara langsung adalah tekanan, temperatur dan fluida
metamorf .

3.2. Proses pembentukan batu metamorf


Metamorfisme adalah proses perubahan mineralogi batuan pada
kondisipadat(solid), akibat perbedaan suhu dan tekanan pada kondisi
tertentu dengankondisi baru.Proses ini diluar proses pelapukan dan
diagenesa (Wingkler, 1967di dalam Mulyo, 2013). Jadi batuan metamorf
merupakan batuan-batuan yangterbentuk dari proses perubahan batuan
asal (batuan beku maupun sedimen),baik perubahan bentuk atau struktur
maupun susunan mineralnya akibatpengaruh tekanan dan/atau
temperatur yang sangat tinggi, sehingga menjadibatuan yang baru.
Proses metamorfisme ini berlangsung dalam kondisiisokimia.Menurut
Doe, 2013 Metamorfisme dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
1. Metamorfisme termal
Batuan metamorf yang terbentuk pada zone kontak dengan
magma,intrusi maupun ekstrusi, yang memiliki tekanan 1.000 - 3.000
atm dan suhu300°C -800°C.
2. Metamorfisme dinamo
Proses metamorfisme yang membentuk batuan terjadi pada daerah
yangmengalami pensesaran intensif atau tekanan yang tinggi.
3. Metamorfisme regional
Batuan metamorf yang terbentuk dihasilkan oleh proses
metamorfismepada daerah yang luas akibat orogenesis, yang memiliki
tekanan dan suhu yangtinggi. Metamorfosa ini dibedakan menjadi tiga
yaitu: metamorfosa orogenik,burial, dan dasar samudera
(ocean-floor).
Berdasarkan kenampakan hasil metamorfisme pada batuan,
prosesnyadapat dikelompokkan menjadi deformasi mekanik (mechanical
deformation)dan rekristalisasi kimia (chemical recrystalisation).
Deformasi mekanikmenghancurkan, menggerus dan membentuk foliasi.
Rekristalisasi kimia,merupakan proses perubahan komposisi mineral
serta pembentuk-an mineral-mineral baru, dimana H2O dan CO2
terlepas akibat kenaikan suhu. Perbedaan jenis metamorfime
mencerminkan perbeda-an tingkat atau derajat kedua prosesitu.
1. Metamorfisme Kataklastik (Cataclastic Metamorphism)
Kadang-kadang deformasi mekanik pada meta-morfisme
dapatberlangsung tanpa disertai rekristalisasi kimia. Meskipun hal ini
jarang terjadinamun apabila terjadi, sifatnya hanya setempat-setempat
saja. Misalnyabatuan berbutir kasar, granit, jika mengalami deferensial
stress yang kuat,butiran mineralnya hancur dan juga menjadi halus.
Deformasi ini terjadi padabatuan yang bersifat regas (britle) dan
dinamakan metamorfisme kataklastik. Apabila metamofisme berlanjut
maka butiran dan fragmen batuan akanmenjadi lonjong (elongated), dan
berkembanglah foliasi.

2. Metamorfisme Kontak (Contact Metamorphism)


Metamorfisme kontak terjadi akibat intrusi tubuh magma panas
padabatuan yang dingin dalam kerak bumi. Akibat kenaikan suhu,
makarekristalisasi kimia memegang peran utama. Sedangkan deformasi
mekaniksangat kecil, bahkan tidak ada, karena stress disekitar magma
relatif homogen.
Batuan yang terkena intrusi mengalami pemanasan dan
termetamorfosa,membentuk satu lapisan disekitar terobosan yang
dinamakan aureole metamorphic, batuan ubahan. Tebal lapisan batuan
ubahan padametamorfisme kontak tergantung pada besarnya tubuh
intrusi dan kandungan H2O didalam batuan yang diterobos. Misalnya
pada korok atau sill lapisannyahanya beberapa meter, tetapi tanpa H2O
hanya beberapa centimeter lebarnya.Batuan metamorf kontak yang
terjadi, keras terdiri dari mineral berbutirseragam dan halus yang saling
mengunci (interlocking), dinamakan Hornfels.Pada terobosan besar,
bergaris tengah sampai ribuan meter mempunyai energipanas jauh lebih
besar dari pada terobosan kecil, dan dapat mengandungbanyak uap H2O.
Aureol yang terbentuk dapat sampai ratusan meter lebarnyadan
berbutir kasar. Didalam aureol metamorf lebar ini yang telah dilalui
cairan,terjadi zonasi himpunan mineral yang konentris. Zona himpunan
mineral inimencirikan kisaran suhu tertentu. Dekat dengan terobosan,
dimana suhu sangattinggi, dijumpai mineral-mineral anhidrous, garnet
dan piroksen. Kemudiandijumpai mineral-mineral hidrous seperti
amfibol dan epidot. Selanjutnyamika dan klorit. Zonasi himpunan-
himpunan mineral tersebuttekstunya tergantung pada komposisi kimia
batuan yang diterobos, cairan yangmelaluinya serta suhu dan tekanan.
3. Metamorfisme Timbunan (Burial Metamorphism)
Sedimen bersama perselingan piroklastik yang tertimbun sangat
dalam pada cekungan dapat mencapai suhu 3000 atau lebih. Adanya
H2O yang terperangkap dalam pori-pori sedimen mempercepat proses
rekristalisasi kimia dan membantu pembentuk-an mineral-mineral baru.
Oleh karena sedimen yang mengandung air lebih bersifat cair dari pada
padat, maka tegasan (stress) yang bekerja lebih bersifat homogen, bukan
deferensial. Akibatnya pada metamorfisme timbunan pengaruh
deformasi mekanik kecil sekali sehingga teksturnya mirip dengan batuan
asalnya, meskipun himpunan mineralnya sama sekali berbeda.
Ciri khas untuk metamorfisme ini adalah kelompok mineral zeolit,
yang merupakan kelompok mineral berstruktur kristal polymer silikat.
Metamorfisme kontak sekitar suatu intrusi porfiri granit. Komposisi batu
gamping terubah oleh cairan yang keluar dari granit yang mendingin,
menghasilkan metamorfisme aureole. Mineral-mineral baru membentuk
satu seri kulit konsentris dalam aureole, masing-masing dengan
himpunan mineral yang khas. Lanau diantara lapisan batu gamping yang
impervious tidak terpengaruh kecuali bersentuhan dengan granit
membentuk lapisan tipis hornfels (Skinner, 1992) Komposisi kimianya
sama dengan kelompok felspar, yang juga mengandung H2O.
Metamorfisme timbunan merupakan tahap pertama setelah diagenesa,
terjadi pada cekungan sedimen yang dalam, seperti palung-palung pada
batas lempeng. Apabila suhu dan tekanan naik, maka metamorfisme
timbunan meningkat menjadi metamorfisme regional.
4. Metamorfisme Regional
Batuan metamorf yang umum dijumpai pada kerak benua dengan
penyebaran yang sangat luas, sampai puluhan ribu kilometer persegi,
dibentuk oleh proses metamorfisme regional. Pada metamorfisme ini
melibatkan juga deformasi mekanik selain rekristalisasi kimia. Oleh
karena itu batuannya memperlihatkan adanya foliasi.
Batuan metamorf regional pada umumnya dijumpai pada deretan
pegunungan atau yang sudah tererosi, berupa batu sabak (slate), filit,
sekis dan gneiss. Deretan pegunungan dengan batuan metamof regional
terbentuk akibat subduksi atau tumbukan (collision) kerak benua. Pada
saat tumbukan benua, batuan sedimen sepanjang batas lempeng
mengalami diferensial stress yang intensif.
Dan mengakibatkan berkembangnya foliasi yang khas pada
batusabak, sekis, dan gneiss. Sekis hijau dan amfibolit juga merupakan
hasil metamorfisme regional, umumnya dijumpai dimana segmen kerak
samudra purba yang berkomposisi basaltis bersatu dengan kerak benua
dan kemudian termetamorfosa. memperlihatkan bagaimana terjadinya
metamorfisme regional.
Saat satu segmen kerak mengalami stress, kompresi horizontal,
batuan dalam kerak terlipat dan melenglung (buckling). Akibatnya kerak
akan menebal pada satu tempat, seperti diperlihatkan pada. Dasar kerak
yang menebal akan terdorong lebih kedalam selubung.
Akibatnya bagian dasar kerak tersebut mengalami peningkatan suhu
dan tekanan, dan mineral-mineral baru mulai tumbuh. Aliran panas dari
dasar keatas sangat lambat karena batuan bukan penghantar panas yang
baik. Pencapaian panas sangat bergantung pada kedalaman dan waktu
batuan yang terbenam dalam timbunan yang menebal. Bila perlipatan
dan penebalan berlangsung sangat lambat, pemanasan timbunan sesuai
dengan suhu pada bagian batas mantel dan kerak (gradient geotermal
benua). Sedangkan jika penimbunan berlangsung sangat cepat, seperti
halnya pada daerah subduksi, sedimen tertarik dan terseret kebawah ,
timbunan sedimen tidak sempat mengalami pemanasan, sehingga peran
tekanan lebih besar dibandingkan dengan suhu.
Berdasarkan kecepatan penimbunan, dari batuan yang sama, dapat
terjadi dua batuan metamorf yang berbeda, karena perbedaan suhu dan
tekanan yang mempengaruhinya.

3.3. Strukrur batuan metamorf


Adalah kenampakan batuan yang berdasarkan ukuran, bentuk atau orientasi
unit poligranular batuan tersebut. (Jacson, 1997).  Secara umum struktur
batuan metamorf dapat dibadakan menjadi struktur foliasi dan nonfoliasi
(Jacson, 1997).
1. Struktur Foliasi
Merupakan kenampakan struktur planar pada suatu massa. Foliasi ini
dapat terjadi karena adnya penjajaran mineral-mineral menjadi lapisan-
lapisan (gneissoty), orientasi butiran (schistosity), permukaan belahan
planar (cleavage) atau kombinasi dari ketiga hal tersebut (Jacson, 1970).
Struktur foliasi yang ditemukan adalah :
1.2 Slaty Cleavage
Umumnya ditemukan pada batuan metamorf berbutir sangat halus
(mikrokristalin) yang dicirikan oleh adanya bidang-bidang belah planar
yang sangat rapat, teratur dan sejajar. Batuannya disebut slate
(batusabak).
1.3 Phylitic
Srtuktur ini hampir sama dengan struktur slaty cleavage tetapi terlihat
rekristalisasi yang lebih besar dan mulai terlihat pemisahan mineral pipih
dengan mineral granular. Batuannya disebut phyllite (filit)
1.4 Schistosic
Terbentuk adanya susunan parallel mineral-mineral pipih, prismatic atau
lentikular (umumnya mika atau klorit) yang berukuran butir sedang
sampai kasar. Batuannya disebut schist (sekis).
1.5Gneissic/Gnissose
Terbentuk oleh adanya perselingan., lapisan penjajaran mineral yang
mempunyai bentuk berbeda, umumnya antara mineral-mineral granuler
(feldspar dan kuarsa) dengan mineral-mineral tabular atau prismatic
(mioneral ferromagnesium). Penjajaran mineral ini umumnya tidak
menerus melainkan terputus-putus. Batuannya disebut gneiss.

2. Struktur Non Foliasi


Terbentuk oleh mineral-mineral equidimensional dan umumnya terdiri
dari butiran-butiran (granular). Struktur non foliasi yang umum dijumpai
antara lain:
2.1 Hornfelsic/granulose
Terbentuk oleh mozaic mineral-mineral equidimensional dan
equigranular dan umumnya berbentuk polygonal. Batuannya disebut
hornfels (batutanduk)
2.2 Kataklastik
Berbentuk oleh pecahan/fragmen batuan atau mineral berukuran kasar
dan umumnya membentuk kenampakan breksiasi. Struktur kataklastik
ini terjadi akibat metamorfosa kataklastik. Batuannya disebut cataclasite
(kataklasit).
2.3 Milonitic
Dihasilkan oleh adanya penggerusan mekanik pada metamorfosa
kataklastik. Cirri struktur ini adalah mineralnya berbutir halus,
menunjukkan kenampakan goresan-goresan searah dan belum terjadi
rekristalisasi mineral-mineral primer. Batiannya disebut mylonite
(milonit).
2.4 Phylonitic
Mempunyai kenampakan yang sama dengan struktur milonitik tetapi
umumnya telah terjadi rekristalisasi. Cirri lainnya adlah kenampakan
kilap sutera pada batuan yang ,mempunyai struktur ini. Batuannya
disebut phyllonite (filonit).

3.4. Tekstur batuan metamorf


Tekstur batuan metamorf secara umum dibagi menjadi dua yaitu tekstur
kristaloblastik dan tekstur sisa (relict) (Mulyo, 2013).
1. Tekstur kristaloblastik
Merupakan tekstur yang terbentuk oleh proses metamorfisme.
Tekstur ini sudah berbeda dengan tekstur batuan asalnya
( protolith ) . Macam – macam tekstur kristaloblastik :
1.1 Lepidoblastik, adalah tekstur batuan metamorf dengan mineral –
mineral penyusun berbentuk tabular.
1.2 Nematoblastik, adalah tekstur batuan metamorf dengan mineral –
mineral penyusun berbentuk prismatik.
1.3 Granoblastik – granular, dalam tekstur ini tersusun oleh butiran yang
relatif equidimensional (granular) dengan batas kristal suture
( jackson, 1970 ).
1.4 Granuloblastik, tekstur ini tersusun oleh butiran yang relatif
equidimensional (granular) dengan batas kristal unsuture.
1.5 Granoblastik – polygonal,
1.6 Dekusat, tekatur granoblastik dengan individu kristalnya cenderung
berbentuk subidioblastik, prismatik dan tersusun secara acak.
1.7 Porpiroblastik, tektur dengan mineral besar di dalam mineral kecil
1.8 Tekstur mortar, tektur batuan metamorf akibat penggerusan
2. Tekstur sisa ( relict )
Merupakan tekstur batuan metamorf yang masih memperlihatkan
tekstur batuan asalnya
3.5. Klasifikasi batuan metamorf
Klasifikasi batuan metamorfosa didasarkan pada tekstur dan
komposisi. Terdapat dua kelompok utama batuan metamorfosa: Batu
yang memiliki tekstur planar, disebut Foliation dan Batu yang tidak
foliasi dan memiliki tekstur granular (Non Foliation)
1. Foliasi
Foliasi berasal dari bahasa Latin "Folium" berarti "Daun" sebuah
lembaran, susunan planar paralel mineral pada batuan. Sebuah analogi
adalah lembaran kertas di buku atau daun datar tergeletak di tanah. Jenis
utama batuan foliated adalah: Slate, Phyllite, Schist, dan Gneiss
sedangkan batuan utama yang tidak berfoliasi adalah: Kuarsit, Marmer,
Amfibolit, Hornfels, Metakonglomerat, Granulite, Zeolit, Eclogite.
2. Non Foliasi
Batuan yang tidak berfoliasi akan tampak masif dan tidak memiliki
struktur. Batuan ini mengekspos karakter yang tidak berfoliasi karena
batuan aslinya terdiri dari biji-bijian yang cenderung tumbuh rata di
segala penjuru dan membentuk mosaik kristal yang saling terkait dan
saling rapat.

Klasifikasi batuan metamorf berdasarkan jenis atau awal mula proses


pembentukan nya ada tiga, yaitu:
1. Batuan Metamorf Kontak
Jenis Batuan Metamorf Kontak
Contoh Gambar Batuan Metamorf Kontak (Arsip Zenius)
Batuan metamorf kontak merupakan batuan yang terjadi karena adanya
pengaruh intrusi magma yang panas. Batuan ini mengalami
metamorfosis karena adanya suhu yang sangat tinggi atau sebagai akibat
dari adanya aktivitas magma.

Karena perubahan suhu itulah yang menyebabkan adanya perubahan


bentuk maupun warna pada batuan. Contoh batuan metamorf adalah
adalah batu kapur yang berubah menjadi batu marmer. Batu marmer ini
merupakan jenis batuan malihan metamorf yang terjadi karena adanya
perubahan suhu.

2. Batuan Metamorf Dinamo


Jenis Batuan Metamorf Dinamo
Contoh Gambar Batuan Metamorf Dinamo Sabak (Arsip Zenius)
Next, ada Contoh batuan metamorf dinamo. Batuan metamorf dinamo
merupakan batuan yang terjadi adanya tekanan tinggi yang dihasilkan
oleh gerak diatropisme. Metamorfosa ini banyak dijumpai di daerah
patahan dan lipatan.

Contoh batuan metamorf adalah, batu lumpur (mudstone) menjadi batu


tulis (slate), batu bara menjadi antrasit, sabak, gneis dan serpih.

3. Batuan Metamorf Pneumatolisis


Jenis Batuan Metamorf Pneumatolisis
Contoh Gambar Batuan Metamorf Pneumatolisis (Arsip Zenius)
Jenis batuan selanjutnya adalah contoh batuan metamorf pneumatolisis.
Metamorf pneumatolisis ini merupakan batuan yang mengalami proses
metamorfosis karena adanya pengaruh gas-gas yang ada pada magma.
Pengaruh dari gas yang panas ini menyebabkan perubahan komposisi
kimiawi mineral dari batuan ini.

3.6. Contoh batuan metamorf


1. Slate
Batu metamorfosa ini sangat halus yang umumnya diproduksi oleh
metamorfosa tingkat rendah dari batuan serpih (dalam kondisi suhu yang
relatif rendah dan tekanan rendah). Warna batuan slate ini tergantung
pada komposisi kimia serpih induknya atau batu lumpur. Jika warnanya
merah berarti hematit atu oksida besi; hijau (klorit); ungu (oksida
mangan); hitam (bahan organik kaya karbon)
2. Phyllite
Mineral platy lebih besar dari pada batu slate, tapi tidak mudah terlihat.
Bersumber dari batu karang yang diproduksi dengan metamorfosis kelas
atas (suhu) sedikit lebih tinggi dari pada batu slate dan memiliki kemilau
glossy. Biasanya berkembang dari batu slate pada suhu sekitar 300
derajat
3. Schist
Schist adalah batuan foliasi yang mulai dari tekstur dari butiran
berukuran medium sampai kasar. Hasil foliasi dari susunan paralel dari
mineral platy yang relatif besar seperti mika, klorit, hematit. Butir
mineral cukup besar untuk diidentifikasi dengan mata tanpa bantuan
mikroskop
4. Gneiss
Batu granular berbutiran kasar dengan pita bolak-balik cahaya (kuarsa
dan feldspar) dan mineral gelap (biotit dan hornblende). Diproduksi oleh
kondisi tekanan tinggi dan shu tinggi. Gneiss sering terbentuk dari
metamorfosis granit atau diorit. Mineral utama adalah mineral kuarsa,
feldspar, dan feromagnes
5. Kuarsit
Kuarsit adalah batu pasir kaya kuarsa yang bermetamorfosa. Ini tidak
dikoloni karena butiran kuarsa, unsur utama, tidak membentuk kristal
platy. Batuan Metamorfosa 172 Kuarsa murni berwarna putih atau
berwarna terang, namun oksida besi dan mineral lainnya sering memberi
berbagai warna merah, coklat, hijau, dan lainnya
6. Marmer
Marmer adalah metamorfosa dari batu gamping atau dolomit. Marmer
yang paling murni adalah berbentuk dan bewarna seperti salju putih.
Namun banyak marmer yang mengandung sedikit batuan sedimen
lainnya diantara bagian bagian batuan aslinya
7. Amfibolit
Amfibolit adalah batuan metamorf kasar yang terdiri dari amphibol dan
plagioklas. Mika, kuarsa, garnet, dan epidot juga bisa hadir. Amfibolit
dihasilkan dari metamorfosis basalt, gabro, dan batuan lainnya yang
kaya zat besi dan magnesium
8. Metakonglomerat
Metakonglomerat bukanlah batu metamorf yang melimpah. Batuan ini
bersumber dari batuan Konglomerat. Butiran batuan berbutir kasar
dikelilingi oleh batuan berbutir halus.

IV. Tugas Pendahuluan


4.1. Gambarkan dan jelaskan siklus batuan

Gambar 1. Siklus batuan


(sumber: dokumentasi pribadi)
Batuan dapat mengalami perubahan dari satu tipe menjadi tipe batuan
yang lainnya. Batuan dari jenis apapun jika tertimbun kedalam bumi,
mendapatkan energi panas hingga meleleh, kemudian membeku kembali,
maka batuan tersebut akan menjadi batuan beku.Batuan jenis apapun jika
mengalami pelapukan, transportasi, kemudian terendapkan kembali, maka
batuan tersebut akan menjadi batuan sedimen. Batuan jenis apapun jika
mengalami pemanasan (pematangan termal) dan penekanan, maka batuan
tersebut akan berubah menjadi batuan metamorf. Gambar 1 menunjukkan
siklus batuan yang dapat berubah menjadi tipe btuan lain.
4.2. Sebutkan 5 contoh batuan metamorf dan ceritakan pembentukan nya!
1. Marmer
Marmer merupakan hasil metamorfosa dari batu kapur atau yang
sering disebut dengan gamping. Batu kapur ini mengalami
rekristalisasi, yang lama- kelamaan akan berubah menjadi batu
marmer tersebut.
2. Kuarsit
Sebagian besar kuarsit terbentuk selama aktivitas pembentukan
pegunungan di batas lempeng konvergen. Batu pasir yang lebih awal
terdeposisi selanjut akan termetamorfosis membentuk kuarsit akibat
aktivitas di batas lempeng tersebut.
3. Gneiss
Gneiss biasanya terbentuk oleh metamorfisme regional di batas
lempeng konvergen. Batuan ini merupakan salah satu jenis batuan
metamorf berkualitas tinggi dimana butiran mineral penyusunnya
direkristalisasi oleh suhu dan tekanan yang tinggi.
4. Serpenitit
karena perubahan kondisi lingkungan, batu yang dipanaskan dan
bertekanan jauh di dalam permukaan bumi. serpentinit terbentuk dari
panas yang ekstrim yang disebabkan oleh magma atau oleh tabrakan
intens dan gesekan lempeng tektonik.
5. Filit
Batuan filit ini adalah salah satu jenis batuan metamorf yang
biasanya terdiri dari kuarsa, sericite mica, dan juga klorit. Dimana
batuan filit ini berasal dari lanjutan proses peralihan dari batuan
Slate. Sebab, asal batuan filit berasal dari batuan slate, maka dari itu
material utama pembentukan batuan filit yaitu batuan shale. Adapun
warna dari batuan filit yaitu perak, merah, putih, ungu, coklat, dan
juga kehijauan. Untuk ukuran butir batuan filit lebih cenderung halus
daripada batuan slate. Sehingga bila dilihat secara langsung, maka
batu tersebut sangatlah apik.

4.3 Jelaskan kegunaan batuan metamorf dalam pengaplikasiannya dalam


geofisika.
1. Pualam, dimanfaatkan menjadi meja, asbak, guci, hiasan- hiasan.
2. Kuarsa, sebagai pembuatan kaca dan keramik, batu perhiasan.
3. Sabak (batu tulis), sebagai bahan campuran semen, papan tulis, panel
instrumen listrik, dan jaman dahulu digunakan sebagai pengganti buku.
4. Marmer, sebagai bahan lantai, dan dinding.
5. Gneiss atau genes banyak digunakan dan manfaatkan untuk membuat
barang kerajinan seperti asbak, jambangan bunga dan patung.
6. Sekis (Schist) sebagai sumber mika yang utama. Mika ini merupakan
salah satu komponen penting dalam pembuatan kondensator dan
kapasitor dalam industri elektronika.
7. Filit sebagai bahan isolator/isolasi elektrik dan bahan bangunan. Batu filit
merupakan bahan isolator yang baik dan tahan terhadap api. Sebagai
bahan bangunan, biasanya batu filitik di gunakan sebagai bahan interior
dan exterior untuk lantai dan dinding serta untuk bahan atap
Daftar Pustaka
Hasria, H, Idrus, A, & Warmada, IW (2022). Protolit Batuan Metamorf di Pegunungan
Rumbia Kabupaten Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia. Jurnal Geologi dan
Sumberdaya Mineral, jgsm.geologi.esdm.go.id,
Kholil Abdul, Proses Pembentuka Batuan Metamorf. Academia.edu,
Ridhoni Ahmad, Struktur Batuan Metamorf dan Tekstur Batuan Metamorf. Academia.edu,
Kurniasih, A, Adha, I, Nugroho,(2018). Petrogenesis Batuan Metamorf di Perbukitan Jiwo
Barat, Bayat, Klaten, Jawa Tengah. Jurnal Geosains ejournal2.undip.ac.id,

Anda mungkin juga menyukai