Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH GEOLOGI DASAR

“BATUAN METAMORFIK DAN METAMORFISME”

DOSEN PEMBIMBING

Husni Randa, ST.

DIKERJAKAN OLEH

M. Ardy Febriyanto P

(1B/2020D1D068)

PRODI S1 TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester
yang telah bapak dosen berikan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Batuan Metamorfik bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Husni Randa, ST. Selaku dosen Geologi Dasar yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Mataram, 30 November 2020


DAFTAR ISI

Halaman judul
Kata Pengantar
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Tujuan
C. Rumusan masalah

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Batuan metamorf
B. Proses Pembentukan Batuan Metamorfik
C. Jenis Batuan Metamorfisme
D. Zona dan Klasifikasi Batuan Metamorfik

BAB III PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di bumi terdapat banyak sekali kandungan sumber dayaalam, diantaranya yaitu
batuan . Batuan mempunyai manfaatyang sangat penting bagi kehidupan manusia.
Batuan adalah kumpulan dari mineral-mineral yangmenjadi satu. Bisa terdiri dari satu
atau lebih mineral.Sedangkan mineral adalah substansi yang terbentuk karenakristalisasi dari
proses geologi, yang memiliki komposisi fisikdan kimia.
Batuan dan mineral merupakan sumber daya alamyang banyak dibutuhkan dan
digunakan untuk kehidupanmanusia, sebagai bahan dasar industri. Batuan terbentuk
darikumpulan magma yang membeku di permukaan bumi danberakhir menjadi berbagai jenis
batuan. Sedangkan mineralterbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi kimia
padabatas-batas tertentu dan memiliki atom-atom yang tersusunsecara teratur, mineral
merupakan komponen batuan yangmembentuk lapisan kerak bumi.
Batuan penyusun kerak bumi berdasarkan kejadiannnya (genesis), tekstur, dan
komposisi mineralnya dapat dibagi menjadi 3, yaitu Batuan beku (Igeous Rock), Batuan
sedimen (Sedimentary Rocks), Batuan metamof/malihan (Metamorphic Rocks). Dalam
makalah ini membahas mengenai batuan metamorf.

B. Tujuan
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester mata kuliah
geologi Dasar tentang Batuan metamorfik dan Metemorfisme. Di samping itu, makalah ini
dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca dan juga dapat mengembangkan
kemampuan sehingga mempunyai pandangan luas tentang kedudukan dan peranan batuan
metamorfik dan metamorfisme.

C. Rumusan Masalah
1. Apa itu Definisi Batuan Metamorfik?
2. Bagaimana proses Proses Pembentukan Batuan Metamorfik?
3. Apa saja Jenis Batuan Metamorfisme?
4. Apa itu Zona dan Klasifikasi Batuan Metamorfik?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Batuan Metamorfik


Batuan metamorf merupakan batuan yang terbentuk dari hasil proses metamorfisme,
dimana terjadi perubahan atau alterasi; physical (struktur, tekstur) dan chemical
(mineralogical) dari suatu batuan pada osaic lar dan tekanan tinggi dalam kerak bumi atau
Batuan metamorf adalah batuan yang berasal dari batuan induk yang lain, dapat berupa
batuan beku, batuan sedimen, maupun batuan metamorf sendiri yang telah mengalami
proses/perubahan osaic lar, tekstur mau pun struktur sebagai akibat pengaruh osaic lar dan
tekanan yang tinggi.

Proses metamorfosa terjadi dalam fasa padat, tanpa mengalami fasa cair, dengan
osaic lar 200oC – 6500C. Menurut Grovi (1931) perubahan dalam batuan metamorf adalah
hasil rekristalisasi dan dari rekristalisasi tersebut akan terbentuk osaic -kristal baru,
begitupula pada teksturnya.

Menurut H. G. F. Winkler (1967), metamorfisme adealah proses yang mengubah


mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh terhadap kondisi fisika dan kimia
dalam kerak bumi, dimana kondisi tersebut berbeda dengan sebelumnya. Proses tersebut tidak
termasuk pelapukan dandiagenesa.

Batuan metamorf atau batuan malihan adalah batuan yang terbentuk akibat proses
perubahan osaic lar dan/atau tekanan dari batuan yang telah ada sebelumnya. Akibat
bertambahnya osaic lar dan/atau tekanan, batuan sebelumnya akan berubah tektur dan
strukturnya sehingga membentuk batuan baru dengan tekstur dan struktur yang baru pula.
Contoh batuan tersebut adalah batu sabak atau slate yang merupakan perubahan batu
lempung. Batu marmer yang merupakan perubahan dari batu gamping. Batu kuarsit yang
merupakan perubahan dari batu pasir.Apabila semua batuan-batuan yang sebelumnya
terpanaskan dan meleleh maka akan membentuk magma yang kemudian mengalami proses
pendinginan kembali dan menjadi batuan-batuan baru lagi.

B. Proses Pembentukan Batuan Metamorfik


Proses yang terjadi saat pembentukan batuan metamorf disebabkan oleh beberapa
faktor. Seperti perubahan tekanan, aktivitas kimia, dan temperatur batu induknya. Di bawah
ini dijelaskan mengenai faktor yang berpengaruh saat proses pembentukan batuan malihan
atau metamorf.
1. Perubahan Tekanan
Tekanan (pressure) adalah faktor yang berfungsi mengontrol proses pembentukan batuan ini.
Perubahan tekanan semakin tinggi bisa menyebabkan rekristalisasi (pengkristalan ulang) pada
mineral dalam kandungan batuan induk sebelumnya. Tekanan yang terjadi kurang lebih antara
1 – 10.000 bar (Jackson)

Perubahan tekanan ini juga dipengaruhi oleh berbagai hal. Pada umumnya, pengaruh utama
berasa dari aktivitas tektonik dan vulkanik bumi. Penumpukan endapan dari batuan – batuan
juga dapat menyebabkan tekanan berubah – ubah.
2. Aktivitas Kimia
Aktivitas kimia berpengaruh dalam pembentukan batuan malihan, yaitu mengubah dan
merekristalisasi batuan induk sebelumnya yang tidak perlu melewati fase cair. Tempetur saat
aktivitas kimia berlangsung sekitar 350 derajat Celcius sampai 1200 derajat Celcius.
Sedangkan tekanan yang terbentuk ada diantara 1 – 10000 bar (Jackson).

Bentuk dari aktivitas kimia yang sering dijumpai adalah fluida dan gas pada jaringan batuan
induk. Aktivitas kimia berperan untuk mengubah komposisi kimia dan mineral dalam batuan
metamorf. Fluida yang mudah ditemukan yaitu karbondioksida, asam hidroklorik, air, dan
hidroflorik. Pada umumnya zat kimia tersebut berguna sebagai katalis dalam reaksi kimia.

3. Perubahan Temperatur
Temperatur yang berubah bisa diakibatkan karena perubahan gradient geothermal atau dapat
disebut dengan intrusi magma. Selain hal tersebut, gesekan antar massa batuan menyebabkan
temperatur mudah berubah dan akan berujung saat proses metamorfisme berlangsung.

Perubahan temperatur dapat terjadi dalam suhu sekitar 350 sampai 1200 derajat Celcius. Suhu
atau temperatur berfungsi sebagai pengontrol saat proses pembentukan batuan berlangsung
agar tidak memasuki fase cair terlebih dahulu. Sehingga proses metamorfisme berjalan lancar
dan menghasilkan batuan yang sempurna.

C. Jenis Batuan Metamorfisme


Berdasarkan kenampakan hasil metamorfisme pada batuan, prosesnya dapat
dikelompokkan menjadi deformasi mekanik (mechanical deformation) dan rekristalisasi
kimia (chemical recrystalisation).
Deformasi mekanik akan cenderung menghancurkan, menggerus, dan membentuk
foliasi. Rekristalisasi kimia merupakan proses perubahan komposisi mineral serta
pembentukan mineral-mineral baru, dimana H 2O dan CO2 terlepas akibat terjadinya kenaikan
suhu.
Perbedaan jenis metamorfisme mencerminkan perbedaan tingkat atau derajat kedua
prose situ. Adapun metamorfisme dibagi menjadi 4 berdasarkan penyebab utamanya yaitu
bisa akibat suhu dan atau tekanan tinggi:

1. Metamorfisme Kataklastik (Cataclastic metamorphism)


Terkadang proses deformasi mekanik pada metamorfisme dapat berlangsung tanpa disertai
rekristalisasi kimia. Meskipun jarang terjadi, walaupun terjadi sifatnya hanya setempat saja.
Misalnya batuan yang berbutir kasar seperti granit jika mengalami diferensial stress yang
kuat, butirannya akan hancur menjadi lebih halus.
Apabila ini terjadi pada batuan yang bersifat regas (britle) mengalami stress namun tidak
hancur dan berlanjut pada proses metamorfisme maka butiran dan fragmen batuannya akan
menjadi lonjong (elongated), dan berkembanglah foliasi.
2. Metamorfisme Kontak (Contact metamorphism)
Metamorfisme kontak terjadi akibat adanya intrusi tubuh magma panas pada batuan yang
dingin dalam kerak bumi. Akibat kenaikan suhu, maka rekristalisasi kimia memegang peran
utama. Sedangkan deformasi mekanik sangat kecil, bahkan tidak ada, karena stress disekitar
magma relatif homogen.

Batuan yang terkena intrusi akan mengalami pemanasan dan termetamorfosa, membentuk
suatu lapisan di sekitar intrusi yang dinamakan aureole metamorphic (batuan ubahan). Tebal
lapisan tersebut tergantung pada besarnya tubuh intrusi dan kandungan H 2O di dalam batuan
yang diterobosnya. Misalkan pada korok ataupun sill yang seharusnya terbentuk lapisan
setebal beberapa meter hanya akan terbentuk beberapa centimeter saja tebalnya apabila tanpa
H2O.

Batuan metamorf yang terjadi sangat keras terdiri dari mineral yang seragam dan halus yang
saling mengunci (interlocking), dinamakan Hornfels. Pada intrusi berskala besar, bergaris
tengah sampai ribuan meter menghasilkan energy panas yang jauh lebih besar, dan dapat
mengandung H2O yang sangat banyak.

Aureol yang terbentuk dapat sampai ratusan meter tebalnya dan berbutir kasar. Di dalam
lapisan yang tebal yang sudah dilalui cairan ini, terjadi zonasi himpunan mineral yang
konsentris. Zona ini mencirikan kisaran suhu tertentu.

Dekat intrusi dimana suhu sangat tinggi dijumpai mineral bersifat anhidrous seperti garnet
dan piroksen. Kemudian mineral bersifat hidrous seperti amphibol dan epidot. Selanjutnya
mika dan klorit.Tektur dari zonasi tersebut tergantung pada komposisi kimia batuan yang
diterobosnya, cairan yang melaluinya serta suhu dan tekanan.

3. Metamorfisme Timbunan (Burial metamorphism)


Batuan sedimen bersama perselingan piroklastik yang tertimbun sangat dalam pada cekungan
dapat mencapai suhu 3000 atau lebih. Adanya H2O yang terperangkap di dalam porinya akan
mempercepat proses rekristalisasi kimia dan membantu pembentukan mineral baru.

Oleh karena batuan sedimen yang mengandung air lebih bersifat cair daripada padat, maka
tegasan (stress) yang bekerja leih bersifat homogen, bukan diferensial. Akibatnya pada
metamorfisme timbunan pengaruh deformasi mekanik sangat kecil sekali sehingga teksturnya
mirip dengan batuan asalnya, meskipun himpunan mineralnya sama sekali berbeda.

Ciri khas pada metamorfisme ini adalah adalah kelompok mineral zeolit, yang merupakan
kelompok mineral berstruktur Kristal polymer silikat. Komposisi kimianya sama dengan
kelompok feldspar, yang juga mengandung H2O.

Metamorfisme timbunan merupakan tahap pertama diagenesa, terjadi pada cekungan sedimen
yang dalam, seperti palung pada batas lempeng. Apabila suhu dan tekanan naik, maka
metamorfisme timbunan meningkat menjadi metamofisme regional.
4. Metamorfisme Regional (Regional metamorphism)
Batuan metamorf yang dijumpai di kerak bumi dengan penyebaran sangat luas sampai
puluhan ribu kilometer persegi, dibentuk oleh metamorfisme regional dengan melibatkan
deformasi mekanik dan rekristalisasi kimia sehingga memperlihatkan adanya foliasi. Batuan
ini umumnya dijumpai pada deretan pegunungan atau yang sudah tererosi, berupa batu sabak
(slate), filit, sekis dan gneiss.

Deretan pegunungan dengan batuan metamorf regional terbentuk akibat subduksi atau
collision. Pada collision batuan sedimen sepanjang batas lempeng akan mengalami diferensial
stress yang intensif sehingga muncul bentuk foloiasi yang khas seperti batu sabak, sekis dan
gneiss.

Sekis hijau dan amfibolit dijumpai dimana segmen kerak samudra purba yang berkomposisi
masuk zona subduksi dan bersatu dengan kerak benua dan kemudian termetamorfosa. Ketika
segmen kerak mengalami stress kompresi horizontal, batuan dalam kerak akan terlipat dan
melengkung (bukling). Akibatnya bagian dasar mengalami peningkatan suhu dan tekanan,
dan mineral baru mulai tumbuh.

D. Zona dan Klasifikasi Batuan Metamorfik


1. Slate (sabak)
Slate merupakan batuan metamorf terbentuk dari proses metamorfosisme batuan sedimen
Shale atau Mudstone (batulempung) pada temperatur dan suhu yang rendah. Memiliki
struktur foliasi (slaty cleavage) dan tersusun atas butir-butir yang sangat halus (very fine
grained).
Asal : Metamorfisme Shale dan Mudstone
Warna : Abu-abu, hitam, hijau, merah
Ukuran butir : Very fine grained
Struktur : Foliated (Slaty Cleavage)
Komposisi :  Quartz, Muscovite, Illite
Derajat metamorfisme : rendah
Ciri khas : mudah membelah menjadi lembaran tipis
2. Filit
Merupakan batuan metamorf yang umumnya tersusun atas kuarsa, sericite mica dan klorit.
Terbentuk dari kelanjutan proses metamorfosisme dari Slate.
Asal : Metamorfisme Shale
Warna : Merah, kehijauan
Ukuran butir : Halus
Struktur : Foliated (Slaty-Schistose)
Komposisi : Mika, kuarsa
Derajat metamorfisme : Rendah – Intermediate
Ciri khas : Membelah mengikuti permukaan gelombang

3. Gneissa (gneiss)
Merupakan batuan yang terbentuk dari hasil metamorfosisme batuan beku dalam temperatur
dan tekanan yang tinggi. Dalam Gneiss dapat diperoleh rekristalisasi dan foliasi dari kuarsa,
feldspar, mika dan amphibole.
Asal : Metamorfisme regional siltstone, shale, granit
Warna : Abu-abu
Ukuran butir : Medium – Coarse grained
Struktur : Foliated (Gneissic)
Komposisi : Kuarsa, feldspar, amphibole, mika
Derajat metamorfisme : Tinggi
Ciri khas : Kuarsa dan feldspar nampak berselang-seling dengan
lapisan  tipis kaya amphibole dan mika

4. Skistosa (sekis)
Schist (sekis) adalah batuan metamorf yang mengandung lapisan mika, grafit, horndlende.
Mineral pada batuan ini umumnya terpisah menjadi berkas-berkas bergelombang yang
diperlihatkan dengan kristal yang mengkilap.
Asal : Metamorfisme
siltstone, shale,
basalt
Warna : Hitam, hijau, ungu
Ukuran butir : Fine – Medium
Coarse
Struktur : Foliated (Schistose)
Komposisi : Mika, grafit, hornblende
Derajat metamorfisme : Intermediate –
Tinggi
Ciri khas : Foliasi yang kadang bergelombang,
terkadang terdapat kristal garnet

5. Quartzite (kuarsit)
Adalah salah satu batuan metamorf yang keras dan kuat. Terbentuk ketika batupasir
(sandstone) mendapat tekanan dan temperatur yang tinggi. Ketika batupasir bermetamorfosis
menjadi kuarsit, butir-butir kuarsa mengalami rekristalisasi, dan biasanya tekstur dan struktur
asal pada batupasir terhapus oleh proses metamorfosis.
Asal : Metamorfisme sandstone (batupasir)
Warna : Abu-abu, kekuningan, cokelat, merah
Ukuran butir : Medium coarse
Struktur : Non foliasi
Komposisi : Kuarsa
Derajat metamorfisme : Intermediate – Tinggi
Ciri khas : Lebih keras dibanding glass

6. Milonitik (milonit)
Milonit merupakan batuan metamorf kompak. Terbentuk oleh rekristalisasi dinamis mineral-
mineral pokok yang mengakibatkan pengurangan ukuran butir-butir batuan. Butir-butir batuan
ini lebih halus dan dapat dibelah seperti schistose.
Asal : Metamorfisme dinamik
Warna : Abu-abu, kehitaman,
coklat, biru
Ukuran butir : Fine grained
Struktur : Non foliasi
Komposisi : Kemungkinan
berbeda untuk setiap
batuan
Derajat metamorfisme : Tinggi
Ciri khas : Dapat dibelah-belah

7. Serpentinit
Serpentinit, batuan yang terdiri atas satu atau lebih mineral serpentine dimana mineral ini
dibentuk oleh proses serpentinisasi (serpentinization). Serpentinisasi adalah proses proses
metamorfosis temperatur rendah yang menyertakan tekanan dan air, sedikit silica mafic dan
batuan ultramafic teroksidasi dan ter-hidrolize dengan air menjadi serpentinit.
Asal : Batuan beku basa
Warna : Hijau terang / gelap
Ukuran butir : Medium grained
Struktur : Non foliasi
Komposisi : Serpentine
Ciri khas : Kilap berminyak dan lebih keras dibanding kuku jari

8. Hornfelsik (hornfels)
Hornfels terbentuk ketika shale dan claystone mengalami metamorfosis oleh temperatur dan
intrusi beku, terbentuk di dekat dengan sumber panas seperti dapur magma, dike, sil. Hornfels
bersifat padat tanpa foliasi.
Asal : Metamorfisme kontak shale dan claystone
Warna : Abu-abu, biru kehitaman, hitam
Ukuran butir : Fine grained
Struktur : Non foliasi
Komposisi : Kuarsa, mika
Derajat metamorfisme : Metamorfisme kontak
Ciri khas : Lebih keras dari pada glass, tekstur merata

E. Tektonik Lempeng Dan Penyebaran Batuan Metamorfik


Kerak bumi atau lithospher sebagian besar disusun oleh batuan beku dan selebihnya
disusun oleh  batuan sedimen dan metamorf. Walaupun batuan beku dominan sebagai
penyusun kerak bumi, namun  pembentukan batuan beku tidak terjadi disemua tempat dibumi
ini karena batuan tersebut hanya terbentuk pada kondisi tektonik lempeng tertentu. Fraksinasi
batuan beku (fractionation) umunya terjadi di dua tempat utama, yaitu: di batas lempeng
divergen dan di batas lempeng konvergen.

Batas – batas antara lempeng.

Batas lempeng devergen umumnya berada pada bawah permukaan air laut dan kita
tidak dapat melihat proses tersebut. Magma yang berasal dari dalam bumi dan keluar ke lantai
samudera pada akhirnya akan membentuk kerak samudera baru. Dalam proses pembentukan
batuan di interior bumi  akan menghasilkan fraksi batuan beku mafik, seperti basalt dan di
tempat lebih dalam akan membentuk sataun batuan gabro. Silahkan lihat gambar dibawah ini.

Distribusi batuan beku di kerak bumi.

Bagian batas lempeng konvergen pada kerak samudera (dihasilkan oleh pergerakan
lempeng devergen) masuk kedalam bumi kembali, memanas dan meleleh kembali. Pada
generasi pertama ini yang terbentuk adalah batuan beku intermedier, seperti doirit, dan
mungkin terbentuk batuan felsik seperti granit. silahkan lihat kembali gambar diatas.

Dalam skala waktu geologi, fraksi batuan beku menjadi penyebab terbentuknya formasi busur
volkanik dan tepi benua didunia dan implikasinya hingga sekarang. Bumi pada awalnya
tanpa benua dan pada akhirnya daratan benua terbentuk dalam skala waktu geologi. maka
akan sangat penting untuk mengerti fraksi batuan beku agar dapat mengetahui hal apapun
tentang bumi.

Kesimpulan dari semua ini adalah bahwa batuan beku yang berbeda-beda ditemukan
pula di tempat yang berbeda di bumi. Dan semua perbedaan penyebaran ini berhubungan
dengan proses tektonik lempeng dan juga sejarah pembentukan bumi. Kesimpulan paling
sederhana adalah kerak benua dibentuk oleh batuan beku felsik (seperti granit), sedangkan
kerak samudera disusun oleh satuan batubeku mafik (seperti basalt dan gabro), dan busur
vulkanik disusun oleh satuan batubeku intermedier (seperti diorit dan andesit). Untuk lebih
jalasnya silahkan lihat gambar dibawah ini.

Distribusi batuan pada busur vulkanik.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan dalam makalah ini tentang batuan sedimen maka dapat di simpulakan
bahwa :
1. Batuan metamorf merupakan batuan yang terbentuk dari hasil proses metamorfisme,
dimana terjadi perubahan atau alterasi; physical (struktur, tekstur) dan chemical
(mineralogical) dari suatu batuan pada temperatur dan tekanan tinggi dalam kerak bumi.
2. Proses yang terjadi saat pembentukan batuan metamorf disebabkan oleh beberapa faktor.
Seperti perubahan tekanan, aktivitas kimia, dan temperatur batu induknya.
3. Adapun metamorfisme dibagi menjadi 4 berdasarkan penyebab utamanya yaitu bisa
akibat suhu dan atau tekanan tinggi, yaitu Metamorfisme Kataklastik (Cataclastic
metamorphism), Metamorfisme Kontak (Contact metamorphism), Metamorfisme
Timbunan (Burial metamorphism), Metamorfisme Regional (Regional metamorphism).
4. Kerak bumi atau lithospher sebagian besar disusun oleh batuan beku dan selebihnya
disusun oleh  batuan sedimen dan metamorf.
DAFTAR PUSTAKA

Mc Knight, Tom L & Hess, Darrel, 2008. Physical Geography: A Landscape Appreciation 9th .
Pearson Prentice Hall. 26 November 2020.

Noor, Djauhari. 2012. Pengantar Geologi. Bogor: Pakuan University Press. 28 November 2020.

https://www.gurupendidikan.co.id/batuan-metamorf/. 28 November 2020.

https://geograpik.blogspot.com/2020/02/pengertian-batuan-metamorf-klasifikasi.html . 28 November
2020.

https://demimaki.wordpress.com/tentang-saya/geologi/jenis-metamorfisme/. 29 November 2020.

https://ptbudie.wordpress.com/2012/04/02/proses-pembentukan-batuan-metamorf-serta-tipe-tipe-
mitamorfisme. 30 November 2020.

http://nuranigeo.blogspot.com/2013/05/hubungan-antara-tektonik-lempeng-dan.html. 30 November
2020.

Anda mungkin juga menyukai