Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Batuan merupakan kumpulan mineral yang membeku atau merupakan
elemen kulit bumi yang mengandung mineral-mineral anorganik melaui proses
pelapukan dan menghasilkan tanah.

Secara garis besar, batuan terbagi menjadi tiga, yaitu batuan beku, batuan
sedimen, dan batuan metamorf. Batuan beku (igneous rock ) adalah batuan yang
terbentuk langsung oleh pembekuan magma, baik diatas permukaan bumi
maupun dibawah permukaan bumi. Magma adalah cairan atau larutan silikat pijar
yang terbentuk secara alamiah, bersifat mudah bergerak, bersuhu antara 900oC-
1200oC dan berasal atau terbentuk pada kerak bumi pada bagian bawah hingga
selubung bagian atas.

Proses pembekuan tersebut merupakan proses perubahan fase dari cair


menjadi padat. Proses pembekuan magma sangan berpengaruh terhadap tekstur
dan struktur primer batuan, sedangkan komposisi batuan sangan dipengaruhi oleh
sifat magma asal.

Untuk mengetahui jenis dari suatu batuan, diperlukan pendeskripsian dari


batuan tersebut. Dari deskripsi inilah nantinya akan lahir nama batuan.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

Secara umum maksud dan tujuan pembuatan laporan ini adalah untuk
menjelaskan apa itu deskripsi batuan, disertai dengan deskripsi mineral menurut
struktur dan tekstur batuan tersebut berdasarkan jenis batuan beku.
Penulisan laporan ini secara umum bertujuan untuk memberikan gambaran
tentang ciri-ciri fisik pada batuan dan dapat mendeskripsikannya serta sebagai
syarat pemenuhan nilai di mata kuliah Geologi Fisik Jurusan Teknik
Pertambangan
Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang batuan beku.
2. Menjelaskan bagaimana proses terbentuknya batuan beku.
3. Menjelaskan struktur batuan beku.

1
BAB II

DASAR TEORI

1. Proses Pembentukan Batuan Beku

Batuan beku (igneous rock ) adalah batuan yang terbentuk langsung oleh
pembekuan magma, baik diatas permukaan bumi maupun dibawah permukaan
bumi. Magma adalah cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk secara
alamiah, bersifat mudah bergerak, bersuhu antara 900oC-1200oC dan berasal atau
terbentuk pada kerak bumi pada bagian bawah hingga selubung bagian atas.

Proses pembekuan tersebut merupakan proses perubahan fase dari cair


menjadi padat. Proses pembekuan magma sangan berpengaruh terhadap tekstur
dan struktur primer batuan, sedangkan komposisi batuan sangan dipengaruhi oleh
sifat magma asal.

Pada saat suhu mengalami penurunan akan terjadi tahapan perubahan


fase dari cair menjadi padat. Apabila cukup energi pembentukan kristal maka
akan terbentuk kristal-kristal mineral yang berukuran besar, sedangkan bila
energi pembentukan rendah akan terbentuk kristal-kristal mineral berukuran
halus. Bila pendinginan berlangsung sangat cepat maka kristal tidak akan
terbentuk dan cairan magma tersebut beku menjadi gelas.

2. Pembagian Batuan Beku


2.1. Berdasarkan Genetik
1. Intrusi, terbentuk dalam lingkungan yang jauh di dalam perut bumi dalam
kondisi tekanan tinggi. Bentuk intrusi secara garis besar dapat dibagi menjadi
dua, yaitu:
a) Bentuk Konkordan adalah tubuh batuan yang mempunyai hubungan
struktur batuan intrusi imni dengan batuan sekelilingnya sedemikian rupa
sehingga batas/bidang kontaknya sejajar dengan bidang perlapisan batuan
sekelilingnya. Macamnya : sill, laccolith, phacolith, lopolith.
 Sill merupakan Intrusi yang melembar sejajar dengan lapisan
batuan sekitarnya dengan ketebalan beberapa milimeter hingga
beberapa kilometer.
 Laccolith merupakan Sill dengan bentuk kubah (plankonvex).
 Lopolith adalah bentuk lain dari sill dengan ketebalan 1/10
sampai 1/12 dari lebar tubuhnya dengan bentuk seperti lensa
dimana bagian tengahnya melengkun ke arah bawah karena
batuan di bawahnya lentur.
 Phacolith adalah masa intrusi yang melensa yang terletak pada
sumbu lipatan.

2
b) Bentuk Diskordan adalah tubuh batuan yang mempunyai hubungan
struktur yang memotong (tidak sejajar) dengan batuan induk yang
diterobosnya. Macamnya : dike, batolith, stock.
 Dike adalah Intrusi yang berbentuk tabular yang memotong lapisan
batuan sekitarnya.
 Batholith adalah intrusi yang tersingkap di permukaan, berukuran
>100 km persegi, bentuk takberaturan dan tidak diketahui dasarnya.
 Stock adalah intrusi mirip dengan batholith, dengan ukuran yang
tersingkap di permukaan <100 km persegi, terbentuk pada
lingkungan yang tidak jauh dari permukaan bumi.

c) Volkanik, terbentuk dipermukaan bumi dalam kondisi tekanan rendah.

2. Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya


berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang
memiliki berbagai struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang
terjadi pada saat pembekuan lava tersebut. Struktur ini diantaranya:
a) Masif, yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan yang
terlihat seragam.
b) Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan.
c) Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah
poligonal seperti batang pensil.
d) Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-
gumpal. Hal ini diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan
air.
e) Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada
batuan beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat
pembekuan.
f) Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral
lain seperti kalsit, kuarsa atau zeolit.
g) Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran
mineral pada arah tertentu akibat aliran.
2.2. Berdasarkan Komposisi Kimia
 Batuan beku ultrabasa, memiliki kandungan silika < 45%.
Biasanya berwarna gelap dan kemungkinan terbentuk dari
magma yang bersifat basa.
 Batuan beku basa, memiliki kandungan silika 45% - 52%.
Biasanya berwarna gelap dan kemungkinan terbentuk dari
magma yang bersifat basa.
 Batuan beku intermediet, memiliki kandungan silika antara
52% - 66%. Biasanya berwarna tidak terlalu gelap dan tidak
terlalu cerah.

3
 Batuan beku asam, memiliki kandungan silika lebih dari
66%. Biasanya berwarna cerah dan kemungkinan terbentuk
dari magma yang bersifat asam.

3. Faktor yang Diperhatikan Dalam Deskripsi Batuan Beku


3.1. Warna

Menurut Subroto (1984), yang diperhatikan pertama kali dalam deskripsi


batauan beku adalah warna. Warna dari sampel batuanbeku dapat
menentukan komposisi kimia batuan tersebut. Ada empat kelompok warna
dalam batuan beku:

 Warna Cerah : Warna cerah menunjukkan batuan beku tersebut bersifat


asam.
 Warna Gelap-Hitam : Batuan beku warna gelap-hitam termasuk atau
memiliki sifat intermediet (menengah)
 Warna Hitam Kehijauan : Batuan Dengan warna hitam kehijauan
mempunyai sifat kimia basa.
 Warna Hijau Kelam : Warna batuan beku yang hijau kelam termasuk
dalam batuan ultra basa.

3.2. Struktur Batuan Beku

Struktur batuan beku adalah bentuk batuan beku dalam skala besar.
Seperti lava bantal yang terbentuk di lingkungan air (laut), lava bongkah,
struktur aliran dan lain-lain. Suatu bentuk dari struktur batuan sangat erat
sekali dengan waktu terbentuknya.

Pada batuan beku, struktur yang sering ditemukan adalah:

1. Masif, Bila batuan pejal, tanpa retakan ataupun lubang-lubang gas. Dan
struktur juga memperlihatkan suatu masa batuan yang seragam

2. Jointing, Bila batuan tampak mempunyai retakan-retakan. Kenampakan


ini akan mudah diamati pada singkapan di lapangan.

3. Vasikuler, Dicirikan dengan adanya lubang-lubang gas. Struktur ini


dibagi lagi menjadi tiga, yaitu:
 Skoriaan, bila lubang gas tidak saling berhubungan.
 Pumisan, bila lubang-lubang gas saling berhubungan.
 Struktur aliran, bila ada kenampakan aliran dari kristal-
kristal maupun lubang-lubang gas.

4. Amigdaloidal, Bila lubang-lubang gas telah terisi oleh mineral-mineral


sekunder, seperti kalsit, kuarsa, atau zeolit.

4
5. Struktur Aliran, Semua batuan beku berawal dari adanya aliran ke suatu
tempat. Struktur aliran adalah bagian dari magma atau lava yang
berdekatan pada pendinginan secara cepat pada kontak langsung, dan
oleh karena itu batas ketercapaiannya pada viskositas yang relatif tinggi
dan diakhiri dengan konsolidasi. Bagian yang lebih dahulu terbentuk
lebih keras dan lebih dalam.

6. Struktur Bantal, Struktur bantal (pillow structure) adalah struktur yang


dinyatakan pada batuan ekstrusi tertentu, yang dicirikan oleh masa yang
berbentuk bantal. Dimana ukuran dari bentuk lava ini pada umumnya
antara 30-60 cm
3.3. Tekstur

Magma merupakan larutan yang kompleks. Karena terjadi penurunan


temperatur, perubahan tekanan, dan perubahan dalam komposisi, larutan
magma ini mengalami kristalisasi. Perbedaan kombinasi hal-hal tersebut pada
saat pembekuan magma mengakibatkan terbentuknya batuan yang memiliki
tekstur yang berbeda. Tekstur merupakan hubungan antar butir mineral
pembentuk batuan (skala kecil).

Ketika batuan beku membeku pada keadaan temperatur dan tekanan yang
tinggi dibawah permukaan dengan waktu pembekuan cukup lama, maka
mineral-mineral penyusunnya memiliki waktu untuk membentuk sisitem
kristal tertentu dengan ukuran mineral yang relatif besar. Sedangkan pada
kondidi pembekuan dengan temperatur dan tekanan permukaan yang rendah,
mineral-mineral penyusun batuan beku tidak sempat membentuk sistem
kristal tertentu, sehingga terbentuklah gelas yang tidak memiliki sistem
kristal, dan mineral yang terbentuk biasanya berukuran relatif kecil.

Menurut Sapiie (2006), beberapa tekstur batuan beku yang umum adalah:

 Gelas (Glassy) – tidak berbutir atau tidak mempunyai kristal (amorf).


 Afanitik (aphanitic) – (fine grain texture), berbutir sangat halus, hanya
dapat dilihat dengan mikroskop.
 Faneritik (phaneritic) – ( coarse grain texture), Berbutir cukup besar,
dapat dilihat tanpa mikroskop.
 Porfiritik (porphyritik) – mempunyai dua ukuran kristal yang dominan.
 Piroklastik (pyroklastik) – mempunyai fragmen material volkanik.

Beberapa hal utama yang diperhatikan mengenai tekstur dalam deskripsi


batuan :

5
1. Tingkat Kristalisasi, Merupakan keadaan proporsi antara massa kristal
dan massa gelas dalam batuan. Dikenal 3 kelas derajat kristalisasi yaitu
 Holokristalin, apabila batuan tersususn seluruhnya oleh massa kristal.
 Hipokristalin, apabila batuan tersususun oleh massa gelas dan massa
kristal.
 Holohyalin, apabila batuan seluruhnya tersusun oleh massa gelas.

2. Granularitas, Merupakan ukuran butir kristal dalam batuan beku. Dikenal


2 kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:
 Afanitik: Kelompok ini mempunyai kristal-kristal yang sangat halus,
sehingga antara mineral satu dengan lainya sulit dibedakan dengan mata
biasa, ataupun dengan pertolongan lup atau kaca pembesar.
 Fanerik: Kristal-kristalnya terlihat jelas sehingga dapat dibedakan satu
dengan yang lainnya secara megaskopis. Kristal fanerik dibedakan
menjadi 4 kategori, yaitu:
 Halus, ukuran diameter butir D >1 mm
 Sedang, 1 mm < D< 5 mm
 Kasar, 5 mm < D < 30 mm
 Sangat Kasar, D > 30 mm

3. Relasi, Merupakan hubungan antara kristal satu dengan kristal yang lain
atau dengan gelas. Terdapat beberapa kenampakan:
a. Equigranular, yaitu jika ukuran butir sama besar atau seragam.
Apabila mineral yang seragam dapat terlihat jelas dengan mata dan
mineral penyusunnya dapat dibedakan dengan maka disebut dengan
fanerik. Sedangkan mineral yang seragam tetapi tidak dapat
dibedakan mineral penyusunnya dengan mata maka disebut afanitik
b. Inequigranular, yaitu jika ukuran dari masing-masing kristal tidak
sama besar(tidak seragam). Inequigranular dibedakan menjadi 2
yaitu:
c. Faneroporfiritik, yaitu jika fenokris (mineral besar) terdapat
diantara massa dasar kristal-kristal yang faneritik (terlihat dengan
mata telanjang).
d. Porfiroafanitik, yaitu jika fenokris (mineral besar) terdapat diantara
massa dasar kristal-kristal yang Afanitik ( tidak terlihat dengan mata
telanjang).

4. Bentuk Kristal
Untuk kristal-kristal yang mempunyai ukuran cukup besar dapat
dilihat kesempurnaan bentuk kristalnya. Hal ini dapat memberikan
gambaran mengenai proses kristalisasi mineral-mineral pembentuk
batuan. Bentuk kristal dibedakan menjadi:
 Euhedral: Apabila bentuk kristal sempurna dan dibatasi oleh bidang-
bidang kristal yang jelas.

6
 Subhedral: Apabila bentuk kristal tidak sempurna dan hanya
sebagian saja yang dibatasi bidang-bidang kristal
 Anhedral: Apabila bidang batas kristal tidak jelas

3.4. Komposisi Mineral

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam dentifikasi mineral yaitu:

1. Warna mineral

a. Kilap, yaitu kenampakan mineral jika dikenai cahaya. Dalam


mineralogi dikenal kilap logam dan non logam. Kilap non logam
terbagi lagi atas :
 Kilap intan
 Kilap tanah, contoh : kaolin, dan limonit.
 Kilap kaca, contoh : kalsit, kuarsa.
 Kilap mutiara, contoh : opal, serpentin.
 Kilap dammar, contoh : spharelit.
 Kilap sutera, contoh : asbes.

2. Kekerasan, yaitu tingkat resistansi mineral terhadap goresan, umumnya


ditentukan dengan skala Mohs.
3. Cerat, yaitu warna mineral dalam bentuk serbuk.
4. Belahan, yaitu kecenderungan mineral untuk membelah pada satu atau
lebih arah tertentu sebagai bidang dengan permukaan rata.
5. Pecahan, jika kecenderungan untuk arah tak beraturan. Macamnya :
 Concoidal : seperti pecahan botol, contoh: kuarsa.
 Fibrous : kenampakan berserat, contoh: asbes, augit.
 Even: bidang pecahan halus, contoh: mineral-mineral lempung
 Uneven : bidang pecahan kasar, contoh: magnetit, garnet.
 Hackly : bidang pecahan runcing-runcing, contoh: mineral-mineral
logam.

Komposisi mineral penyusun batuan beku dibedakan menjadi:

1. Mineral Primer: Merupakan mineral hasil pertama dari proses


pembentukan batuan beku, terdiri atas:
 Mineral Utama (essential minerals) : yaitu mineral yang
jumlahnya cukup banyak (>10%). Mineral ini sangat penting
untuk dikenali karena menentukan nama batuan. Berdasarkan
warna dan densitas nya, dikelompokkan menjadi dua yaitu
 Mineral felsik (mineral berwarna terang) yaitu

7
 Kuarsa (SiO2)
 Kelompok feldspar, terdiri dari seri feldspar alkali (Kna)
AlSi3O8 dan seri plagioklas, anorthoklas, adularia, dan
mikrolin. Seri plagioklas terdisi dari albit, oligoklas, andesit,
labradiorit, bitownit, dan labradorit.
 Kelompok feldspatoid (Na, K alumina silika) terditri dari
nefelin, sodalit, leusit.
 Mineral mafik (mineral berwarna gelap) yaitu :
 Kelompok olivin terdiri dari fayalit dan forsterit
 Kelompok piroksen terdiri dari enstatit, hiperstein,
augite, pigeonit, dan diopsid
 Kelompok mika terdiri dari biotit, muscovit, dan
plogopit
 Kelompok ampibol terdiri dari anthofilit, cumingtonit,
hornblende, rieberkit, tremolit, aktinolit, dan glucofan.

 Mineral tambahan (accessory minerals) : yaitu mineral-mineral


yang jumlahnya sedikit (<10% ) dan tak menentukan nama
batuan. Contohnya adalah mineral magnetit, suatu oksida besi
mempunyai magnetit yang kuat dan terhadap jumlah yang sedikit
dalam batuan beku. Mineral-mineral tambahan betuan beku
adalah zicron, sphen, magnetit, ilmenit, hematit, apatit, pyrior,
rutil, corundum, dan garnet.
 Mineral Sekunder: Merupakan mineral hasil ubahan (alterasi)
dari mineral primer. Biasanya berasal dari proses sirkulasi air,
pelapukan, atau larutan metamorfosa. Mineral sekunder teriri
dari
 Kelompok kalsit (kalsit, dolomit, magnesit, siderit) terbentuk
dari hasil ubahan mineral plagioklas
 Kelompok serpentin (antigorit dan krisotil) terbentuk dari hasil
ubahan mineral mafik 9terutama kelompok olivin dan piroksen)
 Kelompok klorit (proklor, penin, talk) umumnya terbentuk dari
ubahan kelompok plagioklas
 Kelompok sericit sebagai ubahan mineral plagioklas
 Kelompok kaolin (kaolin, halosit) umunya ditemukan sebagai
hasil pelapukan batuan beku.

8
BAB III

ALAT DAN BAHAN

Alat dan Bahan :

1. Sampel batuan beku


2. Loupe
3. Komperator Klasifikasi Russel B Travis

Prosedur Kerja :

Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum identifikasi batuan beku
adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Melakukan identifikasi batuan beku secara megaskopis/ kasat mata
berdasarkan sifat-sifat fisiknya:
 Warna
 Tekstur
 Struktur
 Komposisi mineral pembentuk batuan
3. Mengisi data pada lembar pengamatan
4. Tentukan nama batuan beku yang diamati.

9
BAB IV

LEMBARAN DESKRIPSI

Hari/tanggal : Senin, 24 September 2018

Pukul : 08.50 – 10.30

NO DESKRIPSI BATUAN BEKU


1 No. Urut IR-01
2 Warna
3 Jenis Batuan
4 Struktur
5 Tekstur
- Derajat Kristalin
- Granularitas
- Relasi
- Bentuk Kristal
6 Komposisi Mineral

7 Ganesa

8 Nama Batuan
9 Gambar Batuan

10
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari pratikum ini adalah,

1. Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api")
adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan
mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah
permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas
permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik).
2. Beberapa macam nama batuan beku ditentukan dari mineral dan ciri-
cirinya seperti : andesit, skoria, granodiorit, riolit, granit, basalt, tuff,
obsidian, dan porfiri andesit.
3. Bantuan beku memiliki warna, tekstur dan komposisi mineral yang
berbeda-beda
4. Hampir semua batuan beku mengandung silika, silika ini yang
mempengaruhi warna batuan beku, semakin banyak mengadung
silika warna semakin putih

B. SARAN
1. Sebelum mendeskripsikan suatu batuan sebaiknya terlebih dahulu
mengusai teori mengenai batuan beku.
2. Dalam pelaksaannya, gunakanlah alat dengan baik, serta perlakukan
batu dengan sebaik-baiknya.
3. Amati batuan dengan cermat dan teliti

11
DAFTAR PUSTAKA

Nur, Irzal, 2008. Pengantar Geologi. Makassar.

Simon and Schuster. 1988. Rocks and Minerals. New York : A Fireside Book

12

Anda mungkin juga menyukai