Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari hari, manusia memerlukan peralatan atau
punperlengkapan yang bahan awalnya pertama kali berasal dari alam, seperti
rumahyang berfungsi sebagai tempat berlindung, jalan dan jembatan fasilitas
umumuntuk manusia dan hiasan hiasan atau dekorasi dalam rumah
Peralatan ataupun fasilitas manusia yang berupa rumah, jalan
atau jembatan itu dibentuk menggunakan batuan ataupun fragmen batuan yang berasa
ldari alam, yang kemudian diambil dengan metode penambangan. Bahan
tambangyang sering digunakan dalam kehidupan manusia ialah marmer, marmer
dapatdigunakan sebagai lantai, dekorasi bangunan, dan batu nisan
Marmer itu sendiri merupakan batuan metamorf, yaitu batuan yangterbentuk
dikarenakan adanya perubahan suhu dan tekanan yang tinggi, selainmarmer terdapat
batuan batuan sedimen lainnya antara lain batu sabak, batugness, batu sekis, batu
kuarsit, batu milonit dan lain sebagainya

1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud

Untuk mengetahui apa itu batuan metamorf dan proses keterbentukannya

1.2.2 Tujuan

1. Untuk dapat mengetahui acuan dalam mendeskripsikan batuan metamorf

2. Untuk mengetahui proses keterbentukan batuan metamorf

3. Untuk mengetahui ciri khas dari batuan metamorf
BAB 2

TEORI DASAR

2.1  Pengertian Batuan Metamorf
Batuan metamorf merupakan batuan yang berasal dari batuan lain yang
sebagai induk seperti batuan beku dan batuna sedimen.Batuan indik berasal dari
batuan itu sendiri tetapi dengan syarat sudah melalui proses mineralogi. Tekstur dan
struktur yang disebabkan oleh perubahan tingginya dan temperatur tekanan pada
batuan induk.Tekanan tinggi dan temperatur dari batuan tersebut akan mengakibatkan
perubahan tekstur dan struktur batuan tersebut. Oleh karena itu satu batuan dengan
batuan lainnya memilikiperbedaan tekstur dan struktur yang disebabkan daro proses
metamorfismenya.Batuan metamorf dalam pembentukannya mengalami proses
metamorfisme. Proses ini ada dalam fase padat namun tidak melewati fase cair.
Temperatur yang dibutuhkan sekitar 200 derajat Celcius sampai 6500 derajat Celcius.
Tanpa adanya proses metaformisme, batuan ini tidak bisa terbentuk.
Batuan malihan yaitu batuan yang berasal dari batuan-batuan lain sebagai
induk, seperti batuan sedimen atau batuan beku. Batuan induk tersebut juga bisa
berasal dari batuan itu sendiri namun dengan syarat sudah melalui proses mineralogi,
struktur dan tekstur yang disebabkan oleh perubahan temperatur dan tingginya
tekanan pada batuan induknya. Temperatur dan tekanan tinggi dari batuan induk
tersebut akan berakibat merubah struktrur dan tekstur batuan tersebut. Batuan yang
terbentuk akan menyesuaikan sifatnya sesuai dengan material pembentuknya.
Sehingga, bisa saja antara satu batuan dengan yang lain memiliki perbedaan struktur
dan tekstur disebabkan proses metamorfismenya.
2.2 Proses Terjadinya Batuan Metamorf
Batuan metamorf ini bukanlah merupakan jenis batuan yang langsung ada di
dunia ini. Untuk berubah menjadi batuan metamorf, diperlukan beberapa proses.
Proses terjadinya batuan metamor ini berasal dari batuan yang sudah ada sebelumnya,
yakni protolith. Protolith atau batuan asal yang dikenai panas lebih dari 150 derajat
celcius dan juga tekanan yang ekstrem akan mengalami perubahan fisika atau
perubahan kimia yang besar. Batuan protolith ini banyak sekali jenisnya. Yang
termasuk ke dalam batuan protolith ini adalah batuan beku, batuan sedimen, atau bisa
juga batuan metamorf lainnya yang usianya lebih tua seperti batu Gneis, batu sabak,
batu marmer, dan juga batu skist.

2.3 Jenis- jenis Batuan Metamorf


Batuan Metamorf ini jenisnya ada bermacam- macam dan tidak hanya satu
saja. Batuan metamorf ini dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni batuan
metamorf kontak, bauan metamorf dinamo, dan batuan metamorf kontak
pneumatolistis. Untuk mengenal lebih dekat dengan masing- masing batuanmetamorf
tersebut, kita akan membahasnya satu per satu.
1. Batuan metamorf kontak
Jenis batuan metamorf yang pertama akan kita bahas adalah jenis batuan
metamorf kontak. Batuan metamorf kontak merupakan jenis batuan metamorf
yang mengalami metamorfose sebagai akibat dari adanya suhu yang sangat tinggi
atau sebagai akibat dari adanya aktivitas magma. Ada yang menyatakan pula
bahwa batuan metamorf kontak ini adalah batuan yang terbentuk karena adanya
pengaruh intrusi magma pada suhu yang sangat tinggi. Adanya suhu yang sangat
tinggi yang berasal dari aktivitas magma ini menyebabkan terjadinya perubahan
bentuk maupun perubahan warna batuan. Suhu yang tinggi ini juga karena
letaknya dekat dengan magma. Contoh dari batuan metamorf kontak ini adalah
batu kapur atau gamping menjadi batu marmer, kemudian batuan batolit, batuan
lakolit, dan juga batuan sill. Satu hal yang perlu kita ketahui tentang batuan jenis
ini, yakni batuan jenis ini dipengaruhi oleh letak instrusinya, dimana semakin jauh
letaknya dari intrusinya maka derajat metamorfosisnya akan semakin berkurang.
2. Batuan metamorf dinamo
Jenis batuan metamorf yang kedua adalah batuan metamorf dinamo. Batuan
metamorf dinamo merupakan jenis batuan yang mengalami metamorfose sebagai
akibat adanya tekanan yang tinggi yang berasal dari tenaga endogen dalam waktu
yang lama, serta dihasilkan dalam proses pembentukan kulit bumi karena adanya
tenaga endogen. Batuan metamorf dinamo ini biasanya terjadi atau ada di bagian
atas kerak bumi. Adanya tekanan dengan arah berlawanan mengekibatkan
terjadinya perubahan butiran- butiran mineral ada yang berbentuk pipih dan ada
pula yang kembali menjadi bentuk kristal. Beberapa jenis batuan metamorf ini
berubah menjadi batuan hablur. Contohnya adalah batuan serbuk dan juga serpih.
Contoh lain dari batuan metamorf dinamo ialah batu lumpur atau mud stone
menjadi batu tulis atau slate. Batuan jenis ini banyak dijumpai di daerah- daerah
patahan ataupun lipatan. 
3. Batuan metamorf kontak pneumatolistis
Jenis dari batuan metamorf selanjutnya adalah batuan metamorf kontak
pneumatolistis. Jenis batuan ini merupakan batuan yang mengalami proses
metamorfose sebagai akibat dari adanya pengaruh dari gas- gas yang ada pada
magma. Pengaruh dari gas yang panas ini menyebabkan perubahan komposisi
kimiawi mineral dari batuan ini. Contoh dari batuan metamorf kontak
pneumatolistis ialah batu kuarsa dengan gas borium berubah menjadi turmalin
atau sejenis batu permata. Contoh lain dari jenis batu ini yaitu batu kuarsa dengan
gas florium dan berumah menjadi topas.
Itulah macam- macam atau jenis dari batuan metamorf yang berada di sekitar kita
atau yang sering kita temui. Batuan metamorf pada intinya adalah jenis batuan
yang mengalami proses metamorfosa. Metamorfosa yang terjadi pada batuan
sendiri merupakan suatu proses dimana suatu benda berupah bentuk dari bentuk
satu ke bentuk yang lainnya. Dalam metamorfosis batu ini, proses metamorfosis
terdari dari bermacam- macam dan tidak hanya satu saja.

2.3 Jenis jenis Metamorfosa Batu Metamorf


Batuan metamorf merupakan jenis batuan yang mengalami proses
metamormofis atau metamorfosa. Proses metamorfosis batuan sendiri terdiri dari tiga
macam, yakni metamorfosis termal, metamorfosis dinamo, dan juga metamorfosis,
regional.
1. Metamorfosis Termal
Metamorfosis termal ini juga disebut dengan metamorfosis sentuh, dimana
metamorfosis jenis ini merupakan metamorfosis yang terjadi saat batu- batuan
mengalami sentuhan oleh magma panas di sekitar  dapur magma atau tubuh
batuan intrusive. Contoh dari metamorfosis termal atau sentuh ini adalah batu
gamping yang berubah menjadi batu marmer.
2. Metamorfosis Dinamo
Jenis dari metamorfosis yang selanjutnya adalah metamorfosis dinamo atau
yang juga sering disebut dengan metamorfosis tekanan. Metamorfosis jenis ini
merupakan metamorfosis yang terjadi dimana ada batuan yang terkena tekanan
yang berasal dari peristiwa tetonik (pada kulit bumi hanya terjadi di bagian atas)
sehingga akan mengalami metamorfosis. Contoh dari metamorfosis jenis ini
adalah pada bidang patahan akan terbentuk sebuah cermin gesekan atau tepung
milonit.
3. Metamorfosis Regional
Jenis metamorfosis selanjutnya adalah metamorfosis regional. Metamorfisi
regional juga dikenal dengan nama metamorfosis dinamik. Metamorfosis regional
merupakan metamorfosis yang mengenai daerah sangat luas yang terjadi di
bagian bawah kerak bumi akibat dari tekanan seluruh terbentuk yakni skis, mika,
filit, dan gneiss. Batuan dapat mengalami metamorfosis hanya dengan atau
apabila berada di kedalaman besar di bawah permukaan bumi, mengalami suhu
yang tinggi, dan juga mengalami tekanan yang besar yang disebabkan oleh berat
yang sangat besar dari lapisan- lapisan batuan yang berada di atasnya dan akan
mengganggu struktur bumi. Metamorfosis regional ini cenderung membuat
batuan menjadi lebih keras, dan pada saat yang bersamaan menyebabkan
terbentuknya tekstur foliasi, skistos, atau gneiss yang etrdiri dari susunan palanar
mineral. Sehingga memnyebakan mineral- mineral lempeng atau prismatik seperti
halnya mika dan hornblende memiliki sumbu- sumbu terpanjang yang bentuknya
sejajar satu sama lain. Ciri utaman dari batuan metamorf yang mengalami
metamorfosis jenis ini adalah adanya warna yang mengkilat dan juga tidak
berfosil.
4. Metamorfosis Kataklastik
Selanjutnya ada jenis metamorfosis kataklastik. Metamorfosis kataklastik ini
terjadi sebagai akibat drai deformasi mekanis, seperti contoh ketika dua tubuh
batuan bergeser melewati satu dengan lainnya sepanjang zona sesar. Gesekan
yang terjadi di sepanjang zona geser akan menghasilkan panas, dan batuan
terdeformasi secara mekanik. Batuan tersebut kemudian hancur dan tertumbuk
akibat pergeseran tersebut. Metamorfosis jenis ini tidak umum terjadi terbatas
zona sempit dimana sesar mendatar akan terjadi.
5. Metamorfosis Hidrotermal
Selanjutnya ada metamorfosis hidrotermal. Metamorfosis hidrotermal  terjadi
ketika ada batuan yang terubah pada suhu tinggi dan tekanan sedang akibat cairan
hidrotermal. Hal tesebut berarti bahwa batuan tersebut sedang mengalami
metamorfosis hidritermal. Hal ini biasa terjadi dalam tbatuan basaltik yang pada
umumnya kekurangan mineral- mineral hidrat. Metamorfosis hidrotermal ini
menyebabkan alterasi menjadi mineral- mineral hidray yang kaya akan Mg – Fe
seperti talk, klorit, serpenting, aktinolit, tremolit, zeolit, dan juga mineral lempung
endapan kaya bijih juga seringkali terbentuk sebagai akibat dari metamorfosis
hidrotermal.
6. Metamorfosis Tindihan
Selanjutnya ada jenis metamorfosis lagi yakni metamorfosis
tindihan.metamorfosis tindihan akan terjadi ketika batuan sedimen terkubur
hingga kedalaman beberapa ratus meter, dan suhu yang lebih besar dari 300
derajat celcius dapat berkembang dengan tanpa adanya stres diferensial. Mineral
baru tumbuh, namun batuan tidak tampak sedag bermetamorfosis, mineral utama
yang biasanya dihasilkan dari proses ini adalah zeolit. Metamorfosis tindihan ini
merupakan metamorfosis tindihan tumpang tindih dengan diagnesis sampai
denganbatas tertentu. dan metamorfosis inilah yang dapat berubah menjadi
metamorfosis regional seiring dengan meningkatnya suhu dan juga tekanan.

Itulah beberapa jenis dari proses metamorfosis yang dapat terjadi pada
batuan metamorf. Proses metamorfosis yang terjadi pada batu ini terjadi karena alami
dan tejadi karena proses alam. Proses metamorfosis yang terjadi pada batuan ini tejadi
karena proses alam yang melibatkan elemen- elemen tertentu seperti air, angin, suhu
udara, cahaya matahari, dan lain sebagainya. Semua yang terlibat di dalam proses
metamorfosin batu ini merupakan bahan- bahan alami atau yang dapat ditemukan
dalam alam dan tidak dapat dibuat oleh manusia.
Proses metamorfosis sendiri membutuhkan waktu yang tidak sebenta. Untuk
dapat berubah menjadi batu yang bagus dan batu yang sempurna, proses
metamorfosis sendiri memerlukan keadaan yang mendukung, termasuk juga keadaan
lingkungan sekitar dan juga waktu yang menunjang. Waktu yang dibutuhkan pun ada
yang tergolong lama dan bahkan tergolong sangat lama. Tanpa sepengetahuan
manusia, batu- batu tersebut sudah ada dan kita senidiri tidak menyadarinya. Inilah
yang dinamakan oleh proses alam.

2.4 Dampak dari Metamorfosis


Proses metamorfosis yang dialami oleh bebatuan ini bukan saja hanya
menghasilkan batu- batu tertentu, namun juga kita akan mendapatkan dampak-
dampak tertentu dari adanya proses metamorfosis ini.
1. Ketika material dari luar bumi, seperti jenis jenis sistem tata surya seperti
meteorit atau komet yang jatuh ke bumi, atau apabilah terjadi ledakan gunung
berapi yang sangat besar, tekanan yang sangat tinggi dapat terjadi pada
batuan- batuan yang terkena dampaknya.
2. Tekanan- tekanan yang sangat tinggi tersebut menghasilkan mineral yang
hanya bisa stabil pada tekanan yang sangat tinggi, seperti halnya polimorf
SiO2 seperti koesit dan juga stishofit.
3. Selain itu mereka ini juga dapat menghasilkan terkstur yang dikenal sebagai
shock lamellae di buturan- butiran mineral dan juga tekstur seperti atau
menyerupai kerucut pecah dai batuan yang berdampak.
Itulah dampak yang ditimbulkan dari adanya proses metamorfosis. Itulah
sedirkit informai mengenai batuan metamorf.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

1. ATK.
2. Lembar Deskripsi.
3. Referensi.

3.2 Langkah Kerja

1. Mencari batuan/sampel yang akan dideskripsi.


2. Mendeskripsi batuan, dan membaginya sesuai dengan jenis batuannya (batuan
beku basa atau batuan beku ultrabasa).
3. Mencari referensi mengenai pembentukan batuan dan prosesnya (genesa).
4. Menuliskan hasil deskripsi pada lembar deskripsi.
3.3 Tahapan praktikum

Tugas Pendahuluan Responsi

Praktikum

Asistensi

Penyusunan
Laporan Acara

Penyusunan
Laporan final
BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Serpentinit

Perubahan hidrotermal batuan mantel (disebut serpentinisasi) terjadi di


lingkungan bawah laut yang membentang dari pegunungan tengah laut hingga zona
subduksi. Serpentinisasi mempengaruhi sifat fisik dan kimia litosfer samudera,
mewakili salah satu mekanisme utama yang mendorong pertukaran massa antara
mantel dan permukaan bumi, dan merupakan pusat hipotesis kehidupan saat ini serta
pencarian kehidupan mikroba di bulan-bulan es Jupiter dan Saturnus. Terlepas dari
meningkatnya minat dalam proses serpentinisasi oleh para peneliti di berbagai
bidang, laju serpentinisasi dan faktor-faktor pengendali masih kurang dipahami. Di
sini kami menggunakan novel in situmetode eksperimen yang melibatkan olivin
mikro-reaktor dan menunjukkan bahwa tingkat serpentinisasi yang sangat
dikendalikan oleh salinitas (aktivitas air) dari cairan bereaksi dan menunjukkan
bahwa tingkat serpentinisasi dari olivin melambat sebagai salinitas meningkat dan
H 2 O aktivitas menurun.
Berdasarkan strukturnya yang foliasi dapat diketahui bahwa pengaruh
metamorfisme yang dominan pada saat pembentukan batuan ini adalah tekanan.
Tekanan mengakibatkan mineral-mineral yang pipih mengelompok dan membentuk
penjajaran mineral. Serpentinit terbentuk pada suhu sekitar 200-600C. Berdasarkan
komposisi utama batuan yang berupa serpentin dapat diketahui bahwa batuan ini
terbentuk dari batuan beku basa sampai ultra basa yang mengalami metamorfosa
regional. Karena mineral serpentin sendiri merupakan mineral hasil metamorfosa
mineral olivine ataupun piroksen. Mineral ini banyak terkandung pada batuan beku
basa ataupun ultra basa. Batuan ini mengalamai metamorfisme pada kedalaman kerak
bumi pada zona subduksi, karena pengaruh dorongan tektonik batuan ini terangkat
dan tersingkap pada permukaan bumi. Kegunaan batuan metamorf serpentinit
misalnya sebagai bahan pembuat pupuk, bahan bangunan, pengeras jalan, dan lain
sebagainya.

4.2 Kuarsit
Kuarsit termasuk jenis batuan metamorfosa yang kaya akan mineral-mineral
kuarsa. Dapat terbentuk dari urat-urat kuarsa, batu pasir kuarsa atau batu pasir yang
tersemen oleh silika dan kemudian mengalami proses metamorfosa akibat tekanan
dan temperatur yang tinggi selama jangka waktu tertentu. Kuarsit bersifat sangat
keras, kompak, masif dan kristalin. Dapat juga mempunyai laminasi yang sangat
halus sampai kasar dan bahkan dapat berukuran kerikil. Warnanya bervariasi dari
putih, kelabu, hijau, kemerahan sampai kecoklatan atau campuran dari warna terang.
Sifatnya transparan sampai opak. Pecahnya tidak rata, konkoidal atau menyuban
(splintery).
Kuarsit adalah batuan metamorf yang terbentuk nonfoliated oleh
metamorfosis dari batu pasir kuarsa murni. Panas intens dan tekanan dari
metamorfosis menyebabkan butir kuarsa untuk kompak dan menjadi erat intergrown
satu sama lain, sehingga kuarsit sangat keras dan padat. Kuarsit biasanya putih atau
abu-abu, tetapi dapat warna cahaya lain tergantung pada kotoran di batu pasir tua. Ia
memiliki kilau kaca, seperti yang diharapkan mempertimbangkan dalam batu pasir
kuarsa memiliki kilau vitreous atau kaca. Ketika cuaca kuarsit dapat memiliki
penampilan granular, tetapi permukaan yang baru patah bahkan istirahat di
permukaan karena melanggar melewati butir kuarsa intergrown, menunjukkan
penampilan granular pada permukaan yang baru saja patah. Terbentuk oleh proses
panas dan tekanan tinggi pada metamorfosis regional dan metamorfosis kontak di
endapan batu pasir, sehingga menjadi kuarsit. Kuarsit sangat tahan terhadap
pelapukan dan erosi.
Popularitas kuarsit seperti batu dimensi dalam konstruksi tumbuh secara
dramatis setiap tahun. Ini adalah batu yang menarik dengan daya tahan yang besar
dan tekstur yang unik semakin banyak kontraktor dan pemilik rumah menggunakan
kuarsit untuk menyelesaikan dan menghias bangunan mereka. Bahan alternatif alam
termasuk batu pasir, granit dan marmer. Dibuat bahan termasuk batu bata, ubin
keramik dan beton. Batu hias dapat berasal dari batuan beku seperti granit yang
karena sifat-sifat fisiknya dapat dipotong dan dipoles maupun diukir. Jenis  batuan
tersebut digunakan pada konstruksi bangunan sebagai bahan ekslusif sebagai pelapis
dinding, lantai suatu gedung, monumen, dan keperluan lainnya. Konsumen batuan
tersebut dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu pihak pemerintah, swasta dan
perseorangan.

4.3 Gneiss
Batuan gneiss atau batu genes adalah salah satu batuan metamorf berjenis
foliated (foliasi) yang mempunyai kesan penjajaran atau garis-garis yang
disebut bands dan lensa yang tersusun dari berbagai macam mineral. Garis-garis yang
ada pada batuan genes biasanya terdiri dari mineral yang mempunyai tekstur granular
dan garis-garis pada batuan ini biasanya mempunyai orientasi memanjang. Batuan
jenis ini merupakan batuan hasil proses metamorfosisme dari jenis batuan beku.
Proses terbentuknya batuan gneiss biasanya sama seperti proses terbentuknya batuan
metamorf lainnya. Batuan gneiss atau genes terbentuk dari proses metamorfisme
regional atau metamorfisme dinamik yang terjadi di batas lempeng konvergen.
Mineral penyusun dalam batuan gneiss direkristalisasi dengan suhu atau temperatur
dan tekanan yang tinggi, oleh karena itu batuan gneiss dikategorikan sebagai batuan
metamorf berkualitas tinggi dan sulit pecah. Proses rekristalisasi dari mineral
penyusun ini menyebabkan ukuran mineral meningkat dan memisah sehingga
memberi kesan garis-garis (bands).
Batu genes merupakan salah satu batuan matemorf yang memiliki kristal-
kristal kasar, biasanya berbentuk seperti lapisan yang diakibatkan oleh pemisahan
mineral-mineral yang berbeda, sehingga membentuk foliasi sekunder yang kasar pula.
Batu genes biasanya terbentuk di tempat yang dalam dan pada tingkat proses
metamorfise yang tinggi dengan struktur pegunungan lipatan. Batuan gneiss
mempunyai beberapa cara dalam proses terbentuknya, seperti yang paling umum
batuan ini dimulai dari bentuk batu serpih atau batuan sedimen. Proses metamorfosis
regional ini mengubah batu serpih menjadi batu genes. Partikel lempung yang
terdapat dalam batu serpih berubah menjadi mika dan tumbuh dalam proses
transformasi ini. Lalu lembaran mika tersebut mengkristal menjadi mineral yang
mempunyai tekstur granular. Proses transisi menjadi batu genes ditandai dengan
munculnya mineral bertekstur granular tersebut. Mineral-mineral penyusun pada
batuan jenis ini yang berjumlah kurang dari 50 persen dapat  bertransformasi ke
dalam bentuk bentuk penjajaran yang bertekstur tipis dan terlipat pada lapisan-
lapisannya. Suhu dan tekanan yang tinggi dalam proses pembentukan ini dapat
membuat batu granit berjenis granit genes yaitu batu granit yang termetamorfosa
menjadi batuan bertekstur garis-garis (banded). Perubahan yang terjadi pada batu
granit tersebut lebih dominan mengalami perubahan struktural dibandingkan
perubahan mineralogi. Selain itu, batu granit genes juga bisa terbentuk melalui proses
metamorfosis batuan sedimen dan menghasilkan batuan banded yang mempunyai
komposisi mineralogi seperti granit. Batu genes dapat mengekalkan bukti terjadinya
proses geokimia di dalam sejarah pembentukannya meskipun batuan ini terubah
secara alamiah.

4.4 Filit
Batuan filit adalah salah satu jenis dari batuan metamorf yang tersusun dari
kuarsa, klorit, dan sericite mica. Batuan filit berasal dari proses peralihan dari batuan
slate. Karena batuan filit ini berasal dari batuan slate, pembentukan batuan filit
material utamanya yaitu batuan shale. Warna batuan filit yaitu perak, merah, putih,
coklat, ungu, dan kehijauan. Ukuran butir dari batuan filit halus dibandingkan dengan
batuan slate. Komposisi bahanya dari mika dan kuarsa, struktur batuan filit berfoliasi.
Tekanan dan suhu saat oembentukan batuan filit dari rendah ke menengah. Batuan
filit mempunyai ciri-ciri yang membelah mengikuti permukaan gelombang.
Filit adalah batuan metamorf yang terbentuk karena di pengaruhi oleh tekanan
yang lebih dominan dibandingkan dengan pengaruh suhu. Namun pengaruh suhu
pada filit lebih besar daripada pada slete. Filit termasuk dalam derajat metamorfisme
rendah. Filit terbentuk pada suhu 200-400C. Struktur yang dimiliki adalah berupa
struktur foliasi yaitu phylitic, yang hampir sama denagn slaty cleavage hanya saja
mineral dan kesejajarannya sudah mulai agak besar. Tekstur yang tampak adalah
tekstur kristaloblastik berupa nematoblastik, yang di cirikan susunan mineral saling
sejajar dan searah dengan bentuk prismatik dan ujung-ujungnya terlihat meruncing.
keselarasan mineral-mineral yang pipih memberikan penampilan reflektif mengkilap
pada batuan. Batuan induk dari filit adalah batulempung yang kaya akan tanah liat
atau serpih. Filit termasuk dalam tipe metamorfisme regional orogenik karena peran
tekanan yang dominan sehingga pada batuan terbentuk struktur yang berfoliasi.
Kegunaannya sebagai bahan isolator/isolasi elektrik yang baik dan tahan terhadap api,
bahan interior dan exterior untuk lantai dan dinding. Digunakan dalam kontruksi
suatu bangunan (atap, dll).

4.5 Marmer
Batuan marmer terbentuk dari metamorfosis batuan yang mendapat suhu dan
temperatur yang tinggi sehingga mengalami perubahan bentuk dan kristalisasi kalsit.
Bahan utama dari penyusun batuan marmer yaitu kalsium karbonat. Batuan marmer
mempunyai warna coklat terang kekuning-kuningan. Batuan marmer mempunyai
sifat yang padat, kompak dan tanpa foliasi.Batuan marmer mempunyai tekstur butiran
seperti gula dan kadang-kadang terdapat fosil.
Marmer termasuk dalam derajat metamorfisme tinggi hingga sedang dan
terbentuk pada suhu 200-600C. Struktur yang dimiliki adalah berupa struktur non-
foliasi dengan butiran dari sedang hingga berukuran kasar. Tekstur yang tampak
adalah tekstur sakaroidal yang kenampakannya seperti gula pasir. Batuan induk dari
marmer adalah batugamping yang kaya akan karbonat, sehingga bereaksi degan HCl.
Marmer termasuk dalam tipe metamorfisme kontak karena peran suhu yang dominan
sehingga pada batuan terbentuk struktur yang tidak foliasi. Batu marmer dipakai
sebagai bahan ornamen dinding dan lantai juga digunakan untuk pembuatan barang-
barang kerajinan.

4.6 Sekis
Batuan sekis adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan basalt. Batuan
sekis mempunyai warna kehijauan, hitam, kecoklatan, keunguan, kemerahan,
keemasan dan kekuningan. Ukuran butir dari batuan sekis ini adalah menengah.
Komposisi yang terkandung dalam batuan sekis adalah mika dan granit. Batuan sekis
mempunyai struktur borfoliasi. Tekanan dan suhu membentuk sekis ini yaitu tinggi.
Batuan sekis mempunyai ciri khas karakteristik yang bergelombang dan ada juga
yang kristal garnet.
Sekis adalah batuan metamorf yang terbentuk karena di pengaruhi oleh
tekanan yang lebih dominan dibandingkan dengan pengaruh suhu. Namun pengaruh
suhu pada sekis lebih besar daripada pada filit. Sekis termasuk dalam derajat
metamorfisme sedang dan terbentuk pada suhu sekitar 200-600C. Struktur yang
dimiliki adalah berupa struktur foliasi yaitu schistosic, yang memperlihatkan
penjajaran mineral pipih (biotit, muskovit, feldspar) lebih banyak dibandingkan
mineral butiran. Tekstur yang tampak adalah tekstur kristaloblastik berupa grano-
lepidoblastik, yang di cirikan kombinasi atau perselingan antara tekstur granoblastik
dengan lepidoblastik. Batuan induk dari sekis adalah batulempung yang kaya akan
tanah liat atau serpih. Sekis termasuk dalam tipe metamorfisme regional orogenik
karena peran tekanan dan suhu yang dominan sehingga pada batuan terbentuk
struktur yang berfoliasi. Digunakan dalam kontruksi suatu bangunan (atap, dll).

4.7 Melonit
Batu milonit adalah batuan metamorf yang dibentuk oleh deformasi elastis
selama pergeseran yang kuat ketika terjadi pelipatan dan patahan, suatu proses yang
disebut metamorfisme kataklastik atau dinamis. Batu milonit juga bisa diartikan
sebagai salah satu jenis batuan metamorf kompak yang terbentuk oleh rekristalisasi
dinamis mineral-mineral pokok yang menyebabkan pengurangan ukuran butir-butir
batuan. Butir-butir batuan tersebut lebih halus dan dapat dibelah seperti schistose.
Definisi lain yaitu batu milonit adalah batuan patahan yang kohesif dan ditandai oleh
sekistositas yang berkembang baik akibat reduksi tektonik dari ukuran butir, dan
umumnya mengandung porfirikopi bulat dan fragmen litik dari komposisi yang mirip
dengan mineral dalam matriks. Milonite terbentuk di zona geser elastis di mana
tingkat regangan yang signifikan terjadi. Batu tersebut umumnya terjadi pada
kedalaman> 4 km di kerak, sementara cataclasites (batuan patahan granular yang
kohesif) dan patahan breksi dari pada kedalaman yang lebih dangkal.
Milonit termasuk dalam derajat metamorfisme tinggi dan terbentuk pada suhu
600-1000C. Struktur yang dimiliki adalah berupa struktur non-foliasi dengan butiran
yang halus. Tekstur yang tampak adalah tekstur masif. Milonit merupakan batuan
metamorf kompak. Terbentuk oleh rekristalisasi dinamis mineral-mineral pokok yang
mengakibatkan pengurangan ukuran butir-butir batuan. Butir-butir batuan ini lebih
halus dan dapat dibelah seperti schistose. Batuan induk dari milonit adalah berupa
batuan beku atau juga batuan sedimen. Milonit termasuk dalam tipe metamorfisme
dinamik karena peran tekanan yang dominan sehingga pada batuan terbentuk struktur
yang tidak foliasi. Batu milonit dapat dimanfaatkan untuk beragam keperluan dalam
berbagai bidang, antara lain: Arsitektur, untuk penggunaan interior seperti agregat
hias dan dekorasi interior.

Anda mungkin juga menyukai