Anda di halaman 1dari 41

Bab 5

Struktur Bumi
A. Lapisan Litosfer

Lapisan litosfer adalah lapisan terluar dari kulit


bumi.

Di lapisan litosfer inilah manusia tinggal

Di lapisan litosfer ini dikenal ada bentang alam.


Bentang alam ini memiliki 3 unsur, yaitu
kemiringan medan, ketinggian puncak, dan cara
terdapatnya muka daratan.
1. Kemiringan Medan
Medan pada litosfer disebut miring jika kedudukannya membentuk sudut
dengan bidang datar. Bentang alam yang miring ini disebut lereng.
Kemiringan medan untuk lereng ini di kelompokkan menjadi 4 macam :

LERENG adalah permukaan bumi/tanah yang membentuk sudut kemiringan tertentu dengan


bidang horisontal.
• Lereng landai dengan kemiringan kemiringan sekitar 5o
• Lereng curam dengan kemiringan kemiringan sekitar 45o
• Lereng terjal dengan kemiringan kemiringan sekitar 70o
• Lereng tegak/dinding dengan kemiringan sekitar 90o
2. Ketinggian Puncak
Bagian tertinggi dari gunung atau bukit disebut puncak.
Sedangkan bagian terendah disebut kaki
Ketinggian puncak biasanya diukur dari permukaan
laut.
a. puncak tinggi, jika ketinggiannya ribuan meter,
b. puncak sedang,jika ketinggiannya ratusan meter, dan
c. puncak rendah jika ketinggiannya kurang dari 100 m.
3. Cara Terdapatnya Muka Daratan
Cara terdapatnya muka daratan merupakan keadaan suatu
bentang alam.

Ada yang berkelompok seperti gugusan bukit dan barisan


pegunungan.
Ada pula yang memanjang, dan ada pula yang berupa suatu
daratan yang luas membentang.
B. Bentuk Permukaan Daratan
Macam-macam bentuk muka daratan, yaitu dataran rendah dan
dataran tinggi, bukit, pebukitan, gunung, pegunungan, lembah, ngarai,
dan cekungan.

a. Dataran rendah adalah dataran yang melandai hampir rata dengan


sedikit kemiringan terletak pada ketinggian kurang dari 200 meter di
atas permukaan air laut.
b. Dataran tinggi adalah dataran yang melandai atau daerah datar
terletak di gunung-gunung atau pegunungan
c. Lembah adalah dataran yang memanjang sepanjang sungai dan
berada di antara gunung-gunung. Jika kiri-kanan lembah itu dibatasi
oleh tebing-tebing yang terjal disebut ngarai.

d. Bukit adalah muka bumi yang mempunyai puncak dan kemiringan


sampai 500 meter dari tempat sekelilingnya. Bila muka bumi terdiri dari
kelompok-kelompok bukit yang tingginya antara 200 meter sampai 300
meter disebut pebukitan.

e. Gunung merupakan bukit yang ketinggiannya mencapai 1000 meter


lebih. Suatu pegunungan atau pebukitan yang mempunyai puncak
berderet dan kakinya bersatu disebut pematang. Pematang yang
puncaknya landai disebut punggung dan yang berpuncak tajam disebut
igir
C. Bentuk Dasar Laut
Di dasar laut juga terdapat bentuk-bentuk yang menyerupai bentuk
daratan, berupa paparan, cekungan, gunung, lembah, palung, dan
ambang laut.
 Paparan adalah dataran di dasar laut yang terhampar di tepi benua, landai dan membentuk
dangkalan. Di Indonesia terdapat paparan Sunda dengan luas 2 juta km 2 dan paparan Sahul
dengan luas 8000 km2

 Lerang Benua adalah merupakan paparan di tepi benua yang melandai ke arah laut sampai ke
dasar cekungan

 Cekungan adalah paparan benua ke arah laut dan berbentuk cekung dengan kedalaman 130 m
- 4000 m. Contoh, cekungan Banda (kedalaman lebih 5000 m).

 Palung adalah cekungan berupa lembah yang sempit, dalam, dan dengan dinding yang curam.
Contoh: palung Jawa di sebelah selatan pulau Jawa (dalamnya lebih dari 8000 m).

 Ambang laut merupakan bentuk gunung laut yang puncaknya mucul ke permukaan air laut.
Contoh: ambang Sulawesi (terletak di antara cekungan Sulawesi dan Samudera Pasifik)
D. Bahan Pembentuk Kerak Bumi
Litosfer sering juga disebut kerak bumi.
Kerak bumi ini berupa batuan keras.

Tebal kerak bumi di daerah benua bisa mencapai 40 km.


Sedang di dasar lautan kerak bumi hanya setebal kira-kira 8 km.
Kerak bumi ini akan selalu terus berubah.

Perubahan ini diakibatkan karena arus material cair di kedalaman bumi.


Batuan Pembentuk Kerak Bumi

01 Batuan Beku 02 Batuan


Metamorfik

03 Batuan Sedimen
1. Batuan Beku
Batuan beku terbentuk ketika magma cair dan
pijar yang berasal dari dalam Bumi akan
keluar.
a. batuan dalam,
b. batuan korok/retas, dan
c. batuan leleran.
2. Batuan Metamorfik
• Batuan metamorfik artinya batuan yang
terbentuk karena proses fisis, yaitu panas,
tekanan, dan waktu.
• Bahan utama batuan ini adalah mineral-mineral.
Contoh: batu pualam (yang terbentuk dari
sedimen gamping), sabak, pualam, granit, dan
batu bara.
3. Batuan Sedimen/Endapan
Batuan sedimen/endapan terjadi karena
perombakan batuan lain atau karena proses
kimia.

Dalam waktu yang lama batuan berupa endapan


ini akan menjadi batuan sedimen.
Contoh: gamping, batu lempung, gips, dan batu
pasir
Gunung Berapi
Gunung berapi merupakan suatu sistem saluran magma (batuan
dalam wujud cair dan lava) dari kedalaman sekitar 10 km di
bawah permukaan Bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk
endapan material yang dikeluarkan pada saat meletus.

Gunung berapi dapat diklasifikasikan berdasarkan sejarah


erupsi (letusan), sumber erupsi, tinggi rendahnya derajat
fragmentasi dan luasnya, kuat lemahnya letusan, serta tinggi
tiang asap.
Berdasarkan sejarah erupsi (letusan)
1. Gunung Api Tipe A
Tercatat sudah pernah terjadi erupsi magmatik sekurang-kurangnya satu kali setelah tahun 1600.
2. Gunung Api Tipe B
Setelah tahun 1600 belum tercatat lagi mengalami erupsi magmatik tetapi masih menunjukkan
gejala aktivitas vulkanik seperti kegiatan solfatara.
3. Gunung Api Tipe C
Sejarah erupsinya belum diketahui atau tidak diketahui dalam catatan manusia, tetapi masih ada
tanda-tanda aktivitas masa lampau dalam bentuk lapangan solfatara atau fumarola di tingkah
lemah.
Berdasarkan sumber erupsinya
Berdasarkan tinggi rendahnya derajat fragmentasi dan
luasnya, kuat lemahnya letusan, serta tinggi tiang asap,
gunung berapi dibagi menjadi :
BAHAYA GUNUNG API
Bahaya letusan gunung api dapat berpengaruh secara langsung (primer) dan
tidak langsung (sekunder).
BAHAYA LANGSUNG
1) Leleran Lava

• cairan lava yang pekat dan panas


dapat merusak segala infrastruktur
yang dilaluinya.
• Kecepatan aliran lava tergantung dari
kekentalan magmanya, makin rendah
kekentalannya, maka makin jauh
jangkauan alirannya.
• Suhu lava pada saat dierupsikan
berkisar antara
2) Aliran Piroklastik
● terjadi akibat runtuhan tiang asap
erupsi plinian, letusan langsung ke
satu arah, guguran kubah lava atau
lidah lava dan aliran pada permukaan
tanah (surge)
● mengalir melalui daerah rendah atau
lembah.
● Kecepatan aliran dapat mencapai 150
- 250 km/jam dan jangkauan aliran
dapat mencapai puluhan kilometer
walaupun bergerak di atas air/laut.
3) Jatuhan piroklastik

● terjadi dari letusan yang membentuk tiang asap cukup tinggi. Pada saat energinya habis, abu
akan menyebar sesuai arah angin kemudian jatuh lagi ke muka bumi

● Hujan abu ini bukan merupakan bahaya langsung bagi manusia, tetapi endapan abunya akan
merontokkan daun – daun dan pepohonan kecil sehingga merusak agro dan pada ketebalan
tertentu dapat merobohkan atap rumah. Sebaran abu di udara dapat menggelapkan bumi
beberapa saat serta mengancam bahaya bagi jalur penerbangan.
4) Lahar letusan
Lahar letusan terjadi pada gunungapi yang mempunyai danau kawah. Apabila volume air alam
kawah cukup besar akan menjadi ancaman langsung saat terjadi letusan dengan menumpahkan
lumpur panas.
5. Gas vulkanik beracun
Gas beracun umumnya muncul pada gunungapi aktif berupa CO, CO2, HCN, H2S, SO2 dll, pada
konsentrasi di atas ambang batas dapat membunuh.
Bahaya sekunder, terjadi setelah atau saat gunungapi
aktif:
1. Lahar Hujan
Lahar hujan terjadi apabila endapan material lepas hasil erupsi gunungapi yang diendapkan pada puncak dan
lereng, terangkut oleh hujan atau air permukaan. Aliran lahar ini berupa aliran lumpur yang sangat pekat
sehingga dapat mengangkut material berbagai ukuran. Bongkahan batu besar berdiameter lebih dari 5 m dapat
mengapung pada aliran lumpur ini. Lahar juga dapat merubah topografi sungai yang dilaluinya dan merusak
infrastruktur.

2. Banjir bandang
Banjir bandang terjadi akibat longsoran material vulkanik lama pada lereng gunungapi karena jenuh air atau
curah hujan cukup tinggi. Aliran Lumpur disini tidak begitu pekat seperti lahar, tapi cukup membahayakan bagi
penduduk yang bekerja di sungai dengan tibatiba terjadi aliran lumpur.

3. Longsoran vulkanik
Longsoran vulkanik dapat terjadi akibat letusan gunungapi, eksplosi uap air, alterasi batuan pada tubuh
gunungapi sehingga menjadi rapuh, atau terkena gempabumi berintensitas kuat. Longsoran vulkanik ini jarang
terjadi di gunungapi secara umum sehingga dalam peta kawasan rawan bencana tidak mencantumkan bahaya
akibat Longsoran vulkanik.
PENANGGULANGAN BENCANA GUNUNGAPI
Dalam penanggulangan bencana letusan gunungapi dibagi menjadi tiga bagian, yaitu persiapan sebelum
terjadi letusan, saat terjadi letusan dan sesudah terjadi letusan.

1. Sebelum terjadi letusan dilakukan :


 Pemantaun dan pengamatan kegiatan pada semua gunungapi aktif,
 Pembuatan dan penyediaan Peta Kawasan Rawan Bencana dan Peta Zona Resiko Bahaya
Gunungapi yang didukung dengan dengan Peta Geologi Gunungapi,
 Melaksanakan prosedur tetap penanggulangan bencana letusan gunungapi,
 Melakukan pembimbingan dan pemeberian informasi gunungapi,
 Melakukan penyelidikan dan penelitian geologi, geofisika dan geokimia di gunungapi,
 Melakukan peningkatan sumberdaya manusia dan pendukungnya seperti peningkatan sarana
dan prasarananya.
2. Setelah terjadi letusan
● Menginventarisir data, mencakup sebaran dan volume hasil letusan,
● Mengidentifikasi daerah yang terancam bahaya,
● Memberikan saran penanggulangan bahaya,
● Memberikan penataan kawasan jangka pendek dan jangka panjang,
● Memperbaiki fasilitas pemantauan yang rusak,
● Menurunkan status kegiatan, bila keadaan sudah menurun,
● Melanjutkan memantauan rutin
GEMPA BUMI
Gempa bumi adalah guncangan di permukaan
bumi yang diakibatkan oleh pelepasan energi di
lempeng bumi yang menimbulkan gelombang
seismik.
Tsunami adalah rangkaian gelombang laut yang
mampu menjalar dengan kecepatan hingga lebih
dari 900 km/jam, terutama diakibatkan oleh
gempa bumi yang terjadi di dasar laut.
Berbeda dengan gelombang laut biasa, tsunami memiliki panjang gelombang
antara dua puncaknya lebih dari 100 km di laut lepas dan selisih waktu antara
puncak-puncak gelombangnya berkisar antara 10 menit hingga 1 jam. Saat
mencapai pantai yang dangkal, teluk atau muara sungai, gelombang ini
menurun kecepatannya tetapi tinggi gelombangnya meningkat puluhan meter
dan bersifat merusak.

Syarat terjadinya tsunami :


1. Pusat gempa akibat dasar laut
2. Kedalaman pusat gempa kurang dari 60 km
1. Wilayah Indonesia Rawan Bencana Gempa dan
Tsunami
Ada 22 wilayah rawan tsunami di Indonesia.

Indonesia secara geologis terletak di antara 3 lempeng  Hindia – Australia, Eurasia, dan
Pasifik.

Titik di permukaan bumi yang berada tepat di atas titik pusat gempa ini disebut episentrum.
2. Penyebab Bencana Gempa Bumi dan Tsunami

● Faktor tektonik
● Faktor vulkanik, misalnya aktivitas
magma.
Istilah – istilah berkaitan gempa bumi :
● Hiposentrum, sumber peristiwa yang menyebabkan gempa yang berada di bawah tanah.

● Episentrum, titik di permukaan bumi yang berada tepat di atas titik pusat gempa.

● Makroseisme (daerah getaran kuat), mikroseisme (daerah getaran kecil) di sekitar


episentrum

● Seismoraf, alat pencatat gempa bumi

● Seismogram, hasil catatan dari seismograf.


Penyelamatan
diri saat terjadi
gempa :
Cuaca

● Lapisan troposfer paling dekat dengan permukaan bumi (tempat


terjadinya fenomena iklim dan cuaca).
Cuaca  keadaan udara dalam waktu yang relatif singkat dan wilayah yang
relatif sempit.
Unsur – unsur cuaca :

a. Suhu udara
b. Tekanan udara
c. Kelembapan udara
d. Curah hujan
e. Kecepatan angin
1. SUHU UDARA
● Suhu adalah panas atau dinginnya suatu benda. Jadi, suhu udara
(temperatur udara) adalah suhu panas/ dinginnya udara di suatu
tempat pada waktu tertentu. 

2. TEKANAN UDARA
● Tekanan udara adalah beratnya massa udara di atas suatu satuan
wilayah.

3. KELEMBAPAN UDARA
● Kandungan uap air di udara disebut kelembapan udara. Uap air
tersebut berasal dari evaporasi dan transpirasi (penguapan dari
tumbuhan). Alat untuk mengukur kelembaban udara adalah higrometer.
Kelembaban udara akan turun bila suhu naik dan sebaliknya.
● Kelembaban udara ada yang dinamakan kelembaban mutlak (absolut)
dan kelembaban nisbi (relatif).
● Kelembaban relatif secara matematis dapat ditulis dengan:

4. ANGIN
● Angin adalah massa udara yang bergerak di atas permukaan bumi dari
daerah yang tekanan udaranya tinggi (suhu rendah) ke daerah yang tekanan
udaranya rendah (suhu tinggi). Kecepatan angin dapat diukur dengan
menggunakan anemometer.
● Arah dan kecepatan angin dapat diketahui dengan bermacam-macam cara, di
antaranya dengan bendera angin.
5. AWAN
Uap jenuh  terjadinya kondensasi (pengembunan uap air)  awan
Jika terjadi inti kondensasi yang terdiri atas jutaan partikel halus,
akan memudahkan terjadinya kondensasi. Jika inti ini menyerap
berjuta-juta titik uap air, terjadilah titik-titik awan. Awan tersusun
atas berjuta-juta titik awan yang prosesnya terjadi secara
serentak.

6. CURAH HUJAN
Jutaan titik air + debu  gumpalan awan dingin  butir-butir air
yang besar dan berat (hujan)
Alat penakar hujan : mengetahui sifat dan jenis hujan.
LINGKUNGAN SEKITAR KITA
Proses yang mengubah lingkungan : berupa pelapukan di lapisan bumi yang disebabkan oleh
aktivitas manusia atau proses alam seperti erosi oleh angin, erosi oleh air dan es, erosi air laut
dan sebagainya.

1. Air
● Erosi oleh air ini dapat disebabkan oleh aliran air sungai  maupun air hujan.
● Erosi oleh air sungai  atau erosi sungai merupakan sebuah proses berpindahnya suatu
massa tanah atau batuan karena adanya air sungai yang mengalir secara terus menerus.
Erosi oleh air sungai ini bisa terjadi di dasar maupun di tepi sungai. Jika erosi oleh air
sungai terjadi di dasar, maka dasar sungai akan menjadi semakin dalam. Sedangkan erosi
oleh air sungai yang terjadi di tepi akan membuat sungai menjadi semakin lebar.
● Air yang dapat menyebabkan erosi selanjunya adalah air hujan. Hujan mempunyai
pengaruh besar pada proses terjadinya erosi tanah. Daerah dengan intensitas hujan yang
tinggi sangat rawan mengalamai erosi tanah. Sebaliknya, tanah yang berada di wilayah
dengan intensitas hujan yang rendah cukup aman dari bahaya erosi.
2. Angin

Erosi oleh angin ini disebut juga dengan istilah deflasi. Deflasi hanya berlaku di
daerah dengan tekstur tanah berpasir, misalnya di pantai atau di gurun. Erosi
oleh angin dapat terjadi jika kekuatan angin cukup besar untuk memindahkan
partikel- partikel tanah. Meski seringkali tak disadari, angin laut dapat
mengangkat partikel- partikel pasir secara perlahan- lahan menuju ke tempat
yang lain. Pada akhirnya pasir yang awalnya berada di suatu tempat akan terkikis,
berpindah dan kemudian mengendap di tempat yang lain.

3. Gletser

Lapisan salju yang termampatkan dan tertekan karena beratnya sendiri akan
membentuk es. Bentuk inilah yang disebut gletser. Peristiwa itu terjadi sangat
lambat. Gletser mengalir ke bawah, menuruni lereng gunung sehingga merusak
tanah yang dilaluinya. Jika suhu udara naik, es akan meleleh dan mengakibatkan
banjir.
4. Air laut

Erosi ini lebih dikenal dengan istilah abrasi. Abrasi merupakan jenis erosi yang
disebabkan oleh gelombang atau arus laut yang sifatnya merusak. Terdapat beberapa
faktor yang dapat mempercepat terjadinya erosi oleh gelombang laut. Dua dari
faktor tersebut adalah besarnya daya gelombang dan intensitas waktu. Semakin
besar daya gelombang yang menghantam pesisir pantai maka semakin cepat terjadi
abrasi. Begitu juga dengan faktor intensitas waktu. Semakin sering gelombang laut
menghempas pasir pantai maka semakin cepat pula proses terjadinya abrasi.

5. Gerakan tanah

Gerakan tanah  terjadi di daerah pegunungan, terutama lereng curam.


Gerakan tanah secara cepat disebut aliran.
Gerakan tanah secara perlahan disebut rayapan.
Saat hujan deras, tanah di perbukitan dapat longsor.

Anda mungkin juga menyukai