Anda di halaman 1dari 5

Tugas vulkanoloogi

Nama: Fakhrul Ramadan

Nim: 072 15 036


*tugas diterima tgl 25-desember-2017

1. Bahaya gunung api jangka panjang, aktifitas gunung tersebut tetap berjalan walaupun

gunung api tersebut sudah tidak ada kegiatan vulkanisme. Bahaya jangka panjang

seperti peencemaran air tanah, udara, serta pencemaran lahan dan tata hidup

lingkungan. Dapat diketahui bahaya gunung api jangka panjang berdampak dengan

skala yang lebih besar.

Dibandingkan dengan bahaya gunung api jangka pendek yang meliputi kegiatan

vulkanisme yang saat gunung api aktiif seperti hujan lahar, lontaran piroklastik,

heembusan awan panas, gas beracun, serta lelehan lava yang mengalir. Hal-hal

tersebut berlangsung dalam jangka pendek dan aktifitas tersebut akan berhenti disaat

gunung api berhenti aktif.

2. Dengan adanya perbedaan bentuk dan tipe erupsi gunung api yang ada di bumi

mungkin saja sebuah gunung api dapat memiliki bahaya jangka panjang serta jangka

pendek. Aktivitas meletusnya gunung api yang mengikuti pola tertentu yang

cenderung konstan dapat dijadikan pegangan bagi para vulkanologis. Vulkanologis

dapat memprediksi dua jangka waktu yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Jangka

pendek dapat terlihat dari banyaknya hewan yang turun gunung, aktivitas gas beracun,

hingga mengamati proses biokimia yang terjadi. Dalam jangka panjang, vulkanologi
dapat memprediksi letusan menggunakan data historis gunung api yang memiliki

interval antar letusannya

3. Erupsi pada st vincent memiliki dapur magma yang lebih dangkal dibandingkan tipe

errupsi strromboli sehingga awan panas hasil errupsi saat meleetus masih

mengandung racun gas yang lebih pekat kadarnya walaupun sudah tercemarr oleeh

udara atmosfir.

4. Selain awan panas, guguran material letusan gunung, bebatuan, abu vulkanik, lava

dan erosi tanah. Longsoran dari gunung api itu sendiri juga merusak dan menimbun

daerah pemukiman penduduk serta daerah pertanian.

5. Air tercemar dengan zat-zat beracun seperti belerang, keluarnya lumpur dengan suhu

tinggi pada sumur sumur warga akibat kegiatan vulkanisme. Munculnya mata air baru

yang dapat memancurkan semburan aiir yang dahsyat akibat tekanan dan suhu yang

tinggi.

6. Terdapat pencemaran air panas yang berlangsung scara periodik yang disebut geeyser.

Gas-gas yang dikeluarkan gunung api disebut ekshalasi, dapat berwujud asam sulfida,

asam sulfat, carbondioksida, klorida, uap air, dan sulfida. Akibat kegiatan vulkanisme

tersebut gejala-gejala yang tidak umum pun terjadi pada kondisi geothermal seperti

geyser, mengeringnya air tanah dan sumber air yang meengalami kenaikan suhu.

7. Metode pemantauan gunugn api yang memperlihatkan warna, tinggi, arah asap, suara

letusan, dan keadaan cuaca sekitar gunung api.

8. a. Meetoode geofisika

 GPS (Global Positioning System) adalah suatu metode yang biasa digunakan dalam

pemantauan deformasi gunungapi. Pemantauan dengan GPS pada dasarnya adalah

pemantauan perubahan titik-titik koordinat yang terdapat pada tubuh gunungapi.


 Pada monitoring deformasi menggunakan GPS, beberapa titik dipasang membentuk

kerangka yang tersebar pada tubuh gunungapi yang akan diukur. Koordinat titik-titik

tersebut ditentukan dengan menggunakan GPS relatif terhadap satu stasiun yang telah

diketahui koordinatnya dan ditempatkan berada diluar zona deformasi gunungapi.

 Pemantauan deformasi dapat dilakukan secara kontinyu maupun dengan cara

periodik. pemantauan ini pada dasarnya melihat selisih dari posisi GPS dari waktu ke

waktu. Dengan perubahan dari waktu ke waktu inilah sehingga deformasi gunungapi

dapat dipelajari.

b. Metoode geokimia

Penyelidikan geokimia dilakukan di gunungapi aktif dengan mempelajari komposisi

kimia batuan, air dan gas kegiatan gunungapi. Penyelidikan ini dapat menolong dalam

rangka evaluasi kegiatan gunungapi, terutama pengukuran gas SO2 yang dikeluarkan

dari kawah. Pengukuran SO2 dapat dilakukan langsung dari jarak jauh dengan alat

COSPEC (Correlation Spectrophotometer), sedangkan yang lainnya dilakukan dengan

mengambil contoh di lapangan termasuk pengukuran suhu. Hasil penyelidikan

geokimia akan menunjukkan gejala awal letusan gunungapi apabila ada penurunan

H2O dan peningkatan konsentrasi CO2, SO2, H2S, HCl dan N2.

9. Dengan mendapatkan data dari analisi statigrafi data maka pada dasarnya dapat

mengetahui bagaimana letusan-letusan yang terjadi dahulu sehingga dapat

menanggulangi bencana dengan disosialisasikan ke peenduduk sekitar gunung api.


10. Mitigasi bencana letusan gunungapi adalah “proses pencegahan bencana letusan

gunungapi atau pengurangan dampak bahaya letusan gunungapi” untuk

meminimalkan:

 Jatuhnya korban jiwa

 Kerugian harta benda

 Rusaknya lingkungan dan Terganggunya roda perekonomian masyarakat.

Mitigasi Bencana Gunungapi

Sebelum Terjadi Bencana

 Dilakukan pemantauan gunungapi

 Penyediaan peta kawasan rawan bencana gunungapi, peta zona risiko bahaya gunung

api

 Pemantapan protap tingkat kegiatan gunungapi

 Pembimbingan dan informasi gunungapi

 Penerbitan peta geologi gunungapi

 Penyelidikan geologi, geofisika dan geokimia

 Peningkatan sumberdaya manusia dan pendukungnya

Saat Terjadi Bencana

 Mengirimkan tim tanggap darurat

 Meningkatkan pengamatan

 Melaporkan tingkat kegiatan sesuai alur

 Memberikan rekomendasi kepada pemda sesuai protap

Sesudah Terjadi Bencana

 Menurunkan tingkat kegiatan gunungapi sesuai protap

 Menginventarisir data letusan, termasuk sebaran dan volume bahan letusan


 Mengidentifikasi daerah yang terancam bahaya sekunder

 Memberikan saran teknis penanggulangan bahaya sekunder

Pengurangan Resiko Bencana        

Melakukan identifikasi, kajian dan pemantauan resiko bencana dan memperkuat

sistem peringatan diniMenggunakan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk

membangun suatu budaya aman dan ketahanan terhadap bencana di semua

tingkatanMemperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana untuk menjamin pelaksanaan

tanggap darurat yang efektif

11. Daerah yang memiliki risiko tinggi terhadap ancaman terjadinya bencana baik akibat

kondisi geografis, geologis dan demografis maupun karena ulah manusia. Pada

dasarnya Indonesia merupakan salah satu negara yang ada di dunia yang sering terjadi

bencana alam. Hal tersebut disebabkan karena letak geografis Indonesia berada di

antara dua benua, sehingga dilalui oleh badai tropis alhasil Indonesia rentan terhadap

bencana.

Anda mungkin juga menyukai