Anda di halaman 1dari 13

Identifikasi kebencanaan geologi Kabupaten Cianjur, Jawa Barat

(Zufialdi Zakaria)

IDENTIFIKASI KEBENCANAAN GEOLOGI


KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT

Zufialdi Zakaria
Laboratorium Geologi Teknik, FTG – UNPAD

ABSTRACT
Area of Cianjur Regency is represent the part of west Indonesian tectonic. Regional of west Indonesian
tectonics is influenced by two plate, that is Indo-Australa and Eurasia, with plate boundary
characteristic is Java Trench at south Java. Regional of Cianjur Regency have potency of geological
hazard which need to attention from possibility of tsunami in south coast Java, until possibility of
volcano eruption (Mt. Gede) in north region. Early warning system is required to various geology
disaster referring to various project or activity which have developed or will expand.
Keywords : tectonis, geological hazard, early warning system

ABSTRAK
Daerah Kabupaten Cianjur merupakan bagian dari tektonik Indonesia Bagian Barat. Wilayah tektonik
Indonesia Bagian Barat dipengaruhi oleh dua lempeng yaitu Indo-Australa dan Eurasia, dengan ciri
batas lempeng yaitu parit yang sangat dalam (trench) di selatan Pulau Jawa.
Wilayah Kabupaten Cianjur mempunyai potensi kebencanaan geologi yang perlu diperhatikan mulai dari
kemungkinan tsunami di pantai selatan sampai kemungkinan letusan gunung api (Gunung Gede) di
wilayah utara.
Sistem peringatan dini diperlukan untuk berbagai potensi kebencanaan geologi sehubungan dengan
berbagai kegiatan atau proyek yang sudah ataupun akan berkembang.
Kata kunci : tektonik, kebencanaan geologi, sistem peringatan dini

PENDAHULUAN penataan ruang yang berbasis miti-


gasi bencana sebagai upaya mening-
Latar Belakang katkan keselamatan dan kenyamanan
kehidupan dan penghidupan (UU No.
Secara umum geologi menaruh
26, 2007 tentang Penataan Ruang).
perhatian pada seluruh aspek di kerak
Penyelenggaraan penataan ruang
bumi. Pemanfaatan sumber daya mi-
juga harus bertujuan mewujudkan
neral maupun energi, serta sumber
ruang wilayah yang aman, nyaman,
daya kewilayahan, membutuhkan in-
produktif dan berwawasan pemba-
formasi mengenai kebencanaan geo-
ngunan berkelanjutan.
logi lokal maupun regional agar
Kabupaten Cianjur yang terletak
pemanfaatan sumber daya tersebut
di wilayah Jawa Barat merupakan ba-
dapat mendukung pembangunan ber-
gian dari tektonik Indonesia Bagian
kelanjutan.
Barat. Wilayah tektonik Indonesia
Indonesia merupakan wilayah bu-
Bagian Barat ini dipengaruhi oleh dua
sur kepulauan Indonesia yang secara
lempeng yaitu Indo-Australa dan
tektonik terbentuk dari interaksi tiga
Eurasia, dengan ciri batas lempeng
lempeng, yaitu lempeng Indo-
yaitu parit yang sangat dalam atau
Australia, Pasifik dan Eurasia. Batas-
trench di selatan Pulau Jawa.
batas ketiga lempeng tersebut berupa
Secara umum batas lempeng me-
trench dan strike slip di barat Suma-
rupakan zona kebencanaan geologi,
tra, trench di selatan Jawa, strike
namun demikian, di sekitar wilayah
slip di utara Papua, serta trench dan
kontak antara dua lempeng tersebut
strike slip di timur kepulauan Filipina
dapat pula terbentuk zonasi-zonasi
(Gambar 1).
yang memiliki aspek manfaat maupun
Ditinjau dari aspek geografis,
aspek kendala (kebencanaan) dengan
Indonesia berada pada kawasan
ciri-cirinya yang khas. Zonasi-zonasi
rawan bencana sehingga diperlukan

44
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 6, Nomor 1, Agustus 2008: 44-58

akibat gejala tumbukan lempeng- pemanfaatan sumberdaya material


lempeng dalam kerak bumi tersebut beserta sarana & prasarananya
dapat berupa: Zonasi gempa, Zonasi berupa infrastruktur.
vulkanisme, Zonasi magmatisme, Pada kajian sumber daya lahan /
Zonasi mineralisasi, Zonasi endapan kewilayahan, diperlukan inventarisasi
hidrokarbon, dan Zonasi gerakan ta- faktor pendukung yang perlu diman-
nah. Zona tersebut bergantung pula faatkan atau ditingkatkan maupun
letak daerah secara struktur tektonik. inventarisasi faktor kendala yang per-
Dengan posisi Kabupaten Cianjur lu dikendalikan, diturunkan dampak-
yang berada mulai dari pantai selatan nya atau dihindari. Faktor kendala
Pulau Jawa sampai ke pegunungan pada setiap pemanfaatan sumberdaya
(Gunung Gede), maka potensi keben- lahan/kewilayahan diantaranya adalah
canaan geologi perlu diperhatikan kelemahan geologi ataupun kebenca-
mulai dari kemungkinan tsunami di naan geologi.
pantai selatan sampai kemungkinan Kebencanaan geologi adalah peris-
letusan gunung api (Gunung Gede) di tiwa yang disebabkan oleh kondisi
wilayah utara. Sistem peringatan dini geologi akibat interaksi berbagai
(early warning system) untuk berba- faktor geologi atau melibatkan aspek
gai potensi kebencanaan geologi di- geologi, peristiwa tersebut tersebut
perlukan sehubungan dengan berba- mengakibatkan kerugian harta benda,
gai kegiatan atau proyek yang sudah kerusakan sarana & prasarana, serta
ataupun akan berkembang. fasilitas umum lainnya, maupun me-
nyebabkan korban manusia dan mah-
Permasalahan luk hidup lainnya. Jenis-jenis keben-
canaan geologi diantaranya, yaitu :
Ditinjau dari aspek sumberdaya,
Gerakan tanah (mass movement,
Kabupaten Cianjur merupakan bagian
longsor berbagai jenis). Letusan gu-
dari wilayah tektonik di Indonesia
nungapi. Gempa tektonik dan gempa
yang mempunyai potensi sumberdaya
volkanik, dan Tsunami
mineral, energi, serta kewilayahan.
Selain kebencanaan geologi di
Namun selain potensi yang dimiliki,
atas, ada pula kebencanaan yang
terdapat pula kendala berupa keben-
dipengaruhi pula oleh faktor lain
canaan geologi. Untuk itu, diperlukan
(cuaca, hujan dll.) yang melibatkan
identifikasi dan mitigasi kebencanaan
kondisi geologi adalah :
geologi Kabupaten Cianjur agar
a. Banjir dan banjir bandang
potensi sumberdaya di atas dapat di-
b. Erosi dan sedimentasi
manfaatkan secara optimal dan
c. Settlement dan subsidence
berwawasan pembangunan berke-
(penurunan tanah), berkaitan
lanjutan.
dengan fondasi. Kebencanaan aki-
bat kelemahan geologi: swelling
KEBENCANAAN GEOLOGI
clay, slacking clay,expansive soil.
Jenis Kebencanaan Geologi d. Land subsidence (penurunan)
dan/atau uplift (pengangkatan),
Secara umum kondisi geologi di-
berkaitan dengan kegiatan neotek-
manapun menyimpan sumber daya
tonik regional (patahan aktif)
yang bermanfaat bagi manusia sekali-
e. Liquifaction, berkaitan dengan
gus menyimpan potensi kebencana-
gempa
an yang merugikan manusia. Sumber
daya yang menguntungkan terdiri
Beberapa diantara kebencanaan
atas sumber daya mineral & energi
geologi tersebut saling berhubungan,
dan sumber daya lahan / kewilayah-
dari jenis bencana yang satu disusul
an. Yang pertama merupakan materi-
oleh jenis bencana lainnya atau men-
al yang dimanfaatkan, yang terakhir
jadi pemicu bencana lainnya, bergan-
merupakan space (ruang) tempat
tung kepada faktor penyebab utama-
45
Identifikasi kebencanaan geologi Kabupaten Cianjur, Jawa Barat
(Zufialdi Zakaria)

nya. Faktor penyebab utamanya bisa ketahui pula untuk melakukan sta-
faktor internal dari material yang bilisasi, yaitu menghilangkan atau
terkena bencana atau faktor eksternal mengurangi faktor-faktor negatif
di luar material yang terkena bencana sebagai kendala bagi pegembangan
atau dua faktor tersebut ikut wilayah, sekaligus memaksimalkan
berperan. atau meningkatkan faktor-faktor posi-
Proses utama yang terlibat bisa tif atau pendukung bagi pengem-
berupa proses endogen (kegiatan bangan wilayah tersebut.
atau gaya-gaya yang berkerja dari Upaya untuk mengurangi atau
dalam bumi, misalnya kegiatan tek- menghilangkan dampak akibat
tonik yang menyebabkan gempa, bencana disebut sebagai mitigasi. Se-
patahan dan/atau letusan gunungapi), cara umum manfaat dari mempelajari
bisa pula berupa proses eksogen kebencanaan geologi adalah untuk
(kegiatan atau gaya-gaya yang mitigasi bencana geologi.
bekerja dari luar bumi, seperti
pelapukan fisika maupun kimia, erosi, Kebencanaan Geologi akibat
abrasi, iklim, dll.). aktivitas tektonik
Kebencanaan geologi terjadi aki-
Daerah-daerah dengan risiko dan
bat proses endogen maupun proses
kebencanaan geologi yang berhu-
eksogen terhadap suatu kondisi geo-
bungan dengan tektonik adalah
logi pada suatu waktu tertentu. Jenis
daerah yang mempunyai potensi ke-
kebencanaan dan intensitas kerusak-
bencanaan alamiah yang berhubung-
an akibat bencana yang timbul sangat
an dengan kondisi setempat. Bebera-
dipengaruhi oleh proses terjadinya
pa kebencanaan geologi yang meli-
bencana, material geologi (batuan
batkan aktivitas tektonik adalah gem-
dan tanah) yang terlibat, kerusakan
pa, tsunami, letusan gunungapi,
infrastruktur yang terkena bencana
gerakan tanah. Aktivitas tektonik
dan waktu kebencanaan berlangsung.
tersebut berkaitan pergerakan lem-
peng-lempeng kulit bumi atau per-
Manfaat mempelajari
geseran sesar-sesar aktif.
kebencanaan geologi
Kebencanaan (hazard) didefinisi-
kan sebagai suatu kondisi atau situasi IDENTIFIKASI KEBENCANAAN
yang memiliki potensi menimbulkan
atau menambah kerusakan, korban a) Gerakan Tanah
jiwa, atau kerugian lain yang ditim-
Kabupaten Cianjur memiliki poten-
bulkannya, baik terhadap manusia,
si bencana, sebagian wilayahnya me-
harta-benda, maupun lingkungan.
rupakan wilayah yang rawan bencana
Risiko (risk) mempunyai pengertian
berupa gerakan tanah, gempa, letus-
sebagai pengaruh yang dikombinasi-
an gunung api dan tsunami. Kabu-
kan antara kemungkinan terjadinya
paten Cianjur menempati peringkat
suatu peristiwa yang tidak diinginkan
teratas daerah yang memiliki kera-
dengan ukuran (besar/kecil) peristiwa
wanan terhadap gerakan tanah atau
itu.
longsor pada musim penghujan.
Kebencanaan geologi perlu diketa-
Beberapa titik yang memiliki kera-
hui untuk pemilihan alternatif terha-
wanan longsor cukup tinggi di Kabu-
dap wilayah-wilayah yang akan di-
paten Cianjur antara lain di kawasan
kembangkan, terutama untuk me-
Kadupandak, Pacet Utara, Pagelaran,
netapkan wilayah-wilayah yang meru-
Cibinong, Cibeber, Cugenang, Suka-
pakan limitasi atau pembatas (daerah
resmi, Bojongpicung, Mande Barat,
dengan tingkat kualitas kebencanaan
Argabinta, Naringgul, Campaka Timur,
tinggi sehingga perlu dihindari). Se-
Cidaun, Cikalongkulon dan Tanggeng.
lain itu kebencanaan geologi perlu di-
Beberapa kawasan yang menjadi

46
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 6, Nomor 1, Agustus 2008: 44-58

pengawasan dan perhatian khusus dengan nilai F < 1,07, longsor biasa
PVMBG adalah kawasan Ciloto Cianjur terjadi, maknanya lereng rawan
dimana tebing di sana mengancam longsor atau relatif labil; b) Pada
jalur utama Bandung - Cianjur – lereng dengan nilai F antara 1,07 s.d.
Bogor (http://siaga-bencana.com/ 1,25, longsor pernah terjadi, makna-
2007/10/22/di-wilayah-jabar-cianjur- nya lereng kritis atau relatif rawan
paling-rawan-longsor/). longsor; c) Pada lereng dengan nilai F
Tahun 2008 ini, sebanyak 126 > 1,25, longsor jarang terjadi,
desa di 19 dari 30 kecamatan di maknanya lereng relatif stabil. Besar
Kabupaten Cianjur rawan bencana nilai F dapat diakibatkan oleh kekuat-
longsor, banjir dan gerakan tanah, an menahan yang menurun atau/dan
terutama pada musim penghujan kali kekuatan mendorong yang bertam-
ini. Gerakan tanah terjadi di Kecamat- bah.
an Takokak, Kab. Cianjur, Jawa Barat, Kekuatan menahan dari tubuh
pada hari Selasa 29 Januari 2008 . lereng dapat menurun akibat kenaik-
kemudian terjadi pula di Kec. an kadar air tanah. Kadar air tanah
Pagelaran Kab. Cianjur, Jawa Barat, meningkat akibat meningkatnya curah
pada hari Minggu, 16 Maret 2008. hujan. Pada beberapa kasus longsor
(http://www.bgl.esdm.go.id). Pada yang terjadi, hujan sering sebagai
bulan Maret 2008 akibat dipicu oleh pemicu karena hujan meningkatkan
hujan deras, sebanyak 15 lokasi kadar air tanah yang menyebabkan
mengalami bencana tanah longsor kondisi fisik/mekanik material tubuh
dan air meluap. Dilaporkan dua warga lereng berubah. Kenaikan kadar air
tewas,dan ratusan hektare sawah dan akan memperlemah sifat fisik-
ladang hancur tergenang banjir. mekanik tanah dan menurunkan
(http://www.seputar-indonesia.com) Faktor Kemanan lereng (Hirnawan &
/edisicetak/jawa-barat/19-kecamat- Zakaria, 1991). Kekuatan menahan
an-rawan-bencana.htm). dapat menurun pula akibat sudut
Jenis dan material maupun gerak- lereng curam atau tinggi lereng
an kecepatan material melongsor bertambah akibat erosi maupun
(jatuh atau merayap) menyebabkan akibat pemangkasan (cut) maupun
longsoran terdiri atas berbagai jenis. penimbunan (fill) lereng. Pada ke-
Gerak longsor dipengaruhi oleh peran jadian di beberapa tempat, gempa
gravitasi. Longsoran yang terjadi pada seringkali menyebabkan Faktor Ke-
dua jenis material (misalnya material amanan lereng menurun, sehingga
kedap seperti lempung dan material longsor timbul. Getaran pada jalan
poros seperti pasir atau lanau) raya di lereng rawan longsor dapat
menyebabkan longsoran melalui pula menurunkan Faktor Keamanan
bidang batas keduanya yang ber- Lereng.
tindak sebagai bidang lemah. Pada Penambahan beban di bagian atas
bidang lemah tersebut material di tubuh lereng, seperti pembangunan
atasnya akan jatuh. Bidang lemah perumahan (villa) di puncak-puncak
tersebut dikenal sebagai bidang atau tepi lereng, seringkali menye-
gelincir. babkan kekuatan mendorong bertam-
Secara umum keamanan suatu le- bah sehingga Faktor Keamanan me-
reng sangat dipengaruhi oleh perban- nurun.
dingan kekuatan yang menahan dan Perlu pula perhatian pada bebe-
kekuatan mendorong dari tubuh rapa daerah dengan kondisi tertentu
lereng tersebut. Secara umum per- misalnya: daerah dilalui zona
bandingan tersebut dikenal sebagai patahan, daerah jalur gempa, daerah
Faktor Keamanan (F). Secara umum berbatuan lepas-lepas, daerah erosi
nilai F (Faktor Keamanan) dan mak- kuat, daerah perbukitan batulempung
nanya diberikan oleh Bowles (1989) dan lapukannya, maupun daerah
sebagai berikut: a) Pada lereng perbukitan dengan tanah residu yang
47
Identifikasi kebencanaan geologi Kabupaten Cianjur, Jawa Barat
(Zufialdi Zakaria)

tebal. Kondisi-kondisi daerah di atas kan pemantauan lebih ketat untuk


dengan curah hujan tinggi perlu meminimalisasi dampak bencana.
diwaspadai. Periode letusan G. Gede yang
terpendek kurang dari satu tahun
b) Letusan Gunung Api (G. Gede) (pada tahun 1899 terjadi beberapa
kali letusan) dan yang terpanjang 71
Pada daerah bahaya letusan gu-
tahun. Pada tahun ini G. Gede
nungapi, sejarah letusan sebelumnya
memasuki masa istrahat ke 51
perlu dipelajari untuk mengetahui
tahunsejak letusan terakhir.
pola letusan gunungapi yang bersang-
Dokumentasi pertama mengenai
kutan. Selain itu, morfologi gunungapi
letusan Gunung Gede terjadi pada
dan pola pengaliran (drainage
tahun 1747-1748 , Letusan tersebut
pattern), penting diidentifikasi untuk
sangat yang mengeluarkan aliran lava
mengetahui perkiraan penyebaran
dari Kawahlarang. Menurut laporan
lava dan penyebaran endapan-endap-
terdapat 2 buah aliran lava yang
an vulkanik lainnya sekaligus meng-
mengalir dari Kawah Lanang. tercatat
antisipasi banjir yang dapat timbul
aktivitas terakhir dari Raksasa tidur
terutama jika hujan tiba.
tersebut pada tahun 1957, tanggal
Pada daerah gunungapi aktif,
13 Maret, pada jam 1914 – 19.16
peringatan dini sangat bermanfaat
letusan disertai suara gemuruh, tinggi
untuk mencegah timbulnya kerugian
awan letusan lebih kurang 3 km
harta dan korban jiwa. Untuk itu perlu
diatas kawah (Hadikusumo, 1957).
dibuat peta zona bahaya letusan
Pada tahun 1972 (Hamidi, 1972, p.3)
gunungapi dengan informasi daerah-
dalam bulan Juli, Kawahlanang
daerah mulai dari daerah yang paling
mengeluarkan asap putih yang agak
berbahaya (yang pelu ditinggalkan)
tebal berbau belerang bersuara
sampai daerah yang aman (untuk
mendesis. Lokasi tempat tembusan ini
tempat pengungsian). Peta tersebut
telah bergeser lebih kurang 10 meter.
sangat bermanfaat pula bagi peng-
Di Kawahratu tembusan fumarola
gunaan lahan dan perencanaan
terdapat di tebing sebelah utara,
pengembangan fisik wilayah setem-
asapnya berwarna putih dengan
pat, sehingga peta dapat berfungsi
tekanan lemah. Dasar kawahnya
untuk mengantisipasi kerugian yang
tertutup lumpur. Di Kawawadon,
dapat timbul di kemudian hari.
tembusan fumarola terdapat di sudut
Gunung Gede di Kab. Bogor meru-
sebelah tenggara, berbau belerang
pakan salah satu dari 7 gunungapi di
berwarna putih tipis dengan tekanan
Jawa Barat yang dari diawasi ketat
rendah. Tidak ada perubahan kawah
oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
yang menyolok, kini Gunung Gede
Bencana Geologi (PVMBG). Berdasar-
dan Pangrango masih harus selalu
kan teori kemungkinan statistika,
tetap diwaspadai.
kedua gunung itu seharusnya sudah
Direktorat Vulkanologi pada tahun
memasuki masa letusan. Meski kedua
1996 telah membuat Peta Zona Risiko
gunung tersebut dikategorikan nor-
sBahaya untuk daerah Gunung Gede
mal, tetapi dari segi waktu istirahat
dan sekitarnya. Peta Zona Risiko Ba-
sudah melampaui masa istirahat yang
haya antara lain ditentukan oleh jenis
normalnya 40 tahun. Oleh karena
produk letusan dan pola sebarannya,
PVMBG mempersiapkan early warning
peta zona risiko ini berlaku dan dapat
system termutakhir dengan seismo-
digunakan jika: a) Letusan G. Gede
graf digitasl. Meski hingga kini belum
tidak bersifat katastrofis atau masing-
ada satu pun teori yang pasti me-
masing hasil letusannya tidak lebih
ngenai siklus gunung api meletus,
luas penyebarannya dari yang ter-
tetapi Gunung Gede mendapat perha-
cantum pada peta kawasan rawan
tian khusus, karena berada di jalur
bencana G. Gede. b) Letusannya ter-
strategis dan ramai. PVMBG melaku-
jadi pada kawah pusat (central

48
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 6, Nomor 1, Agustus 2008: 44-58

eruption) dan tegak (vertical). c) duduk rendah hingga sedang (10 – 45


Tidak terjadi perubahan morfologi di %). Jenis potensi bahayanya adalah:
daerah puncak secara drastis yang potensi bahaya awanpanas (Apk),
dapat mengakibatkan perubahan arah lahar kuat (Lhk), lahar sedang (Lhs),
produk letusan, terutama awan dan jatuhan piroklastika sedang (Jps).
panas. d) Sebaran piroklastika jatuh- Unit-unit pemukiman yang termasuk
an tidak terpengaruh oleh arah tiupan kedalam zona ini adalah: Sukamantri,
angin. e) Tidak terjadi perubahan pe- Loji, Desa Ciwalen, desa Burukupa.
manfaatan tutupan lahan secara dras-
tis. f) Tidak terjadi pertambahan pen- 4. Zona risiko sangat rendah
duduk di tiap pemukiman secara
Daerah-daerah yang mempunyai
drastis.
tingkat risiko sangat rendah terletak
Peta Zona Risiko Bahaya G. Gede
di lereng timurlaut dan tenggara,
dapat dikelompokkan 4 zona, yaitu:
unit-unit pemukiman penduduk ren-
zona risiko tinggi, sedang, rendah dan
dah hingga tinggi ( 10->50%). Jenis
sangat rendah, zona-zona risiko dan
potensi bahaya yang mengancamnya
cakupan daerahnya adalah sebagai
terdiri dari awan panas, jatuhan piro-
berikut:
klastika sedang, jatuhan piroklastika
rendah, lahar kuat (lh.k) dan lahar
1. Zona risiko tinggi
sedang (Lh.s) dengan relatif nilai
Daerah yang termasuk zona risiko risiko 51 – 2. Daerahnya berada di
tinggi, yaitu daerah-daerah yang ke- luar radius 8 km dari pusat letusan
mungkinan dapat terlanda potensi dan konsentrasi terbesar berada di
bahaya awan panas kuat (Ap.k) dan lereng dan kaki timurlaut, timur-teng-
jatuhan piroklastika kuat (Jp.k). gara dan di lereng utara. Dibagian
Objek-objek bencananya hanya terda- lereng baratdaya yang termasuk
pat di lereng timurlaut, hanya satu daerah zona risiko sangat rendah
unit pemukiman desa Cimacan de- terdapat di taman wisata Situgunung.
ngan kepadatan penduduk >50% (http://www.vsi.esdm.go.id/gunungap
dengan relatif nilai risiko 204-154, iIndonesia/gede/bahaya.html)
dan satu objek hutan/taman wisata
yang termasuk kawasan Taman c) Gempa dan Tsunami
Nasional Cibodas.
Tsunami pada umumnya berhu-
2. Zona risiko menengah bungan dengan gempa tektonik di
bawah permukaan laut ataupun letus-
Daerah yang termasuk dalam zona
an gunungapi di bawah laut. Fenome-
risiko menengah sangat sedikit,
na tsunami masih merupakan misteri,
diantaranya terdapat di lereng timur-
umumnya dikenal sebagai gelombang
laut dan tenggara, terdiri dari unit-
pasang raksasa bergerak sepanjang
unit pemukiman dengan kepadatan
samudera dengan kecepatan dapat
penduduk tinggi (>50%). Adapun
mencapai 500 km per-jam, akhirnya
jenis bahaya yang mengancamnya
menerjang kawasan pantai dan me-
adalah lahar kuat (Lh.k) dengan
rusak infrastruktur masyarakat, ka-
relatif nilai risiko 153-103. Unit
dang-kadang tanpa ada suatu per-
pemukiman yang termasuk kedalam
ingatan yang teramati (Prasetyo,
zona ini adalah: Cibadak, Bumikasih
1994).
dan Peuteuycondong.
Pada umumnya, gempa tektonik
dan gempa vulkanik yang tejadi di
3. Zona risiko rendah
samudera, maupun longsoran di
Daerah yang termasuk dalam zona bawah laut merupakan penyebab awal
risiko rendah terdiri dari unit-unit tejadinya tsunami. Namun, longsoran
pemukiman dengan kepadatan pen- besar di pinggir pantai (misalnya

49
Identifikasi kebencanaan geologi Kabupaten Cianjur, Jawa Barat
(Zufialdi Zakaria)

gunung es yang runtuh) yang Masyarakat dan aparat pemerintah


menyebabkan material lereng jatuh di daerah rawan bencana perlu saling
tiba-tiba ke laut, dapat menyebabkan bertukar informasi dengan para
gelombang besar yang tiba-tiba. ilmuwan tentang resiko dan keben-
Peringatan dini sangat bermanfaat canaan di daerahnya. Maka perlu
untuk mencegah timbulnya kerugian adanya pengetahuan praktis yang
harta dan korban jiwa. Peta daerah memadai agar masyarakat lebih
bahaya tsunami dengan informasi mengenal kondisi daerahnya dilihat
sejarah tsunami sebelumnya perlu dari aspek geologinya, sehingga
dipelajari untuk mengetahui kekuatan mengenal kekuatan (potensi)
tsunami yang bersangkutan, sehing- sekaligus kelemahan (kendala) yang
ga antisipasi dapat dilakukan sedini dikandung daerahnya. Dengan
mungkin terutama dengan mem- demikian, masyarakat dan aparat
berikan tanda-tanda daerah bahaya pemerintah setempat dapat mengenal
tsunami. Tinggi gelombang yang per- bahaya yang akan/dapat terjadi
nah terjadi, perlu diinformasikan di sehingga kerugian yang terjadi kelak
tiap daerah yang pernah terkena bisa diperkecil.
tsunami. Daerah yang pernah terkena Pendidikan mengenai keben-
tsunami dapat dihindari pengem- canaan geologi sangat penting disam-
bangan wilayahnya dengan pence- paikan melalui penyuluhan, seminar,
gahan atau dilakukan stabilisasi dan atau pendidikan di sekolah-sekolah
pengamanan terutama terhadap ba- sehingga masyarakat di daerah rawan
ngunan-bangunan infrastruktur di bencana akan lebih mengenal daerah-
pinggir pantai. nya, juga bahaya dan antisipasinya.
Di wilayah yang berdekatan Diharapkan masyarakat dapat
dengan pantai selatan Kabupaten mengenal perilaku alam atau indika-
Cianjur, pernah terjadi tsunami, yaitu si-indikasi bencana yang mengarah
di Pantai Pangandaran dan perbatas- kepada kejadian bencana. Misalnya
an Jawa Barat-Jawa Tengah. Tsunami ketika akan banjir bandang, perilaku
terjadi pada tanggal 17 Juli 2006. sungai menunjukkan air surut terlebih
Jauh sebelumnya pada tahun 1994 dahulu. Perilaku pantai menjelang
pernah pula terjadi tsunami melanda tsunami ditunjukkan pula dengan air
pantai selatan Pulau Jawa bagian laut atau garis pantai yang tiba-tiba
Timur. Dari dua kejadian tersebut, surut setelah adanya gempa. Perilaku
peringatan dini hampir tidak ada atau longsoran diperlihatkan dengan mun-
luput dari pengamatan pemerintah culnya retakan-retakan di puncak
maupun masyarakat. lereng terutama pada musim hujan.
Dsb.
PENTINGNYA MITIGASI DAN Dengan memperkecil resiko ke-
MANAJEMEN LINGKUNGAN bencanaan, pengenalan potensi dan
kendala yang dikandung suatu daerah
Untuk memperkecil kerusakan dapat bermanfaat untuk pengambilan
maupun kerugian yang timbul akibat keputusan bagi serangkaian desain
bencana geologi, maka dilakukan infrastruktur maupun pengembangan
mitigasi. Secara umum penanganan fisik wilayah yang akan dikembang-
bencana geologi dilakukan melalui kan.
siklus: Mitigasi - Kesiapsiagaan - Mitigasi harus diikuti dengan ke-
Bencana Geologi - Penanggulangan - siapsiagaan. Kesiapsiagaan hendak-
Rehabilitasi - Rekonstruksi - kembali nya melibatkan kepentingan bersama
ke Mitigasi (Gambar 2). Rehabilitasi antara ilmuwan, pemerintah, peng-
dimaksudkan agar infrastruktur, usaha dan masyarakat dalam meman-
sarana dan prasarana yang rusak dang secara bijaksana dari kejadian
dapat kembali berfungsi. bencana geologi, sehingga komponen
manusia yang terlibat tersebut saling

50
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 6, Nomor 1, Agustus 2008: 44-58

bahu-membahu untuk menanggulangi Manajemen dan monitoring ling-


dan memperingan bahaya bencana kungan dapat diarahkan untuk semua
tersebut. kegiatan pembuatan infrastruktur,
Salah satu upaya mitigasi yang baik pada saat prakonstruksi, saat
paling mendasar adalah membuat Pe- konstruksi maupun saat pasca-
ta Resiko dan Kebencanaan Geologi di konstruksi. Dengan melibatkan studi
masing-masing daerah terutama lingkungan, diharapkan infrastruktur
daerah yang menyimpan potensi eko- yang telah dibangun dapat diantisipasi
nomi daerah seperti: daerah wisata, bilamana terjadi bencana geologi.
daerah hunian, daerah tambang mau-
pun daerah dengan wilayah yang ber- SISTEM PERINGATAN DINI
kembang pesat. Skala dapat dise-
suaikan dengan keperluan (Tabel 1). Salah satu komponen dalam sis-
Untuk kondisi yang memerlukan tem peringatan dini adalah inven-
kajian detail dengan skala lebih besar tarisasi Peta-peta Kebencanaan (Peta
lagi, tentunya diperlukan kajian pe- melaksanakan pemetaan wilayah ben-
metaan detail (berskala besar). Khu- cana seperti Peta Bahaya Gunungapi,
sus untuk peta dengan skala detail, Peta Gerakan Tanah atau lebih khusus
jenis kebencanaan yang sering terjadi lagi Peta Orde Longsoran, Peta Wila-
di daerah yang bersangkutan hendak- yah Banjir, Peta Rawan Gempa, Peta
nya dibuat tersendiri. Rawan Tsunami dan sebagainya).
Mitigasi lainnya adalah melalui Peta-peta ini penting bagi pengem-
manajemen lingkungan dan moni- bangan wilayah secara umum. Bagi
toring lingkungan untuk daerah- wilayah yang telah dikembangkan di
daerah prioritas beresiko bencana, daerah rawan benana, maka informasi
terutama untuk daerah wisata andal- memegang peranan penting untuk
an, daerah dengan pengembangan mengurangi dampak kerugian yang
fisik wilayah yang pesat, daerah timbul.
dengan penduduk yang cepat ber- Pendidikan mengenai kebenca-
kembang (padat penduduk). Untuk naan juga merupakan komponen pen-
kajian geologi lingkungan, diperlukan ting yang perlu dilakukan dalam
kajian geologi teknik dan hidrogeo- sistem peringatan dini. Penyuluhan
logi. Manajemen lingkungan dan mo- kepada aparat pemerintah, murid-
nitoring lingkungan dilakukan sebagai murid sekolah, maupun masyarakat di
antisipasi untuk menanggulangi ke- wilayah rawan bencana akan sangat
mungkinan terjadinya dampak ling- bermanfaat jika sebelum terjadi
kungan negatif, yaitu dengan cara bencana.
memperkecil dampak negatif dan Salah satu upaya untuk mengurangi
memperbesar dampak positif resiko korban jiwa adalah dengan
(Fandeli, 1992, Soemarwoto, 1990; memanfaatkan sistem informasi. HP
dalam Zakaria, 2004), atau dan SMS sudah menjadi sarana yang
meminimalkan faktor kendala dan biasa dipunyai masyarakat. Jika ter-
memaksimalkan faktor pendukung. jadi indikasi bencana, maka aparat
Dengan demikian, manajemen ling- pemerintahan dapat dengan cepat
kungan diarahkan sebagai upaya menyebarkan informasi ke daerah
mengurangi dampak negatif yang dengan memanfaatkan teknologi
diperkirakan akan timbul dan harus komunikasi ini.
dikelola, sekaligus memperkirakan
dampak positif yang bisa dikelola. KESIMPULAN
Monitoring lingkungan diarahkan
untuk memantau kondisi-kondisi yang Kebencanaan geologi yang di-
mengarah kepada timbulnya dampak sebabkan oleh aktivitas tektonik
sekaligus sebagai informasi bagi dapat saling berhubungan atau saling
manajemen lingkungan. berkaitan seperti gempa di laut
51
Identifikasi kebencanaan geologi Kabupaten Cianjur, Jawa Barat
(Zufialdi Zakaria)

dengan kejadian tsunami. Beberapa Mandala Geologi dan Lingkungan


bencana geologi yang terjadi di Jawa Fisiknya di Jawa Barat, Majalah
Barat (atau Pulau Jawa bagian Selat- Ilmiah UNPAD, No. 2., vol. 12 Th.
an) adalah akibat akibat aktivitas per- 1994, p. 32-42.
geseran lempeng samudra (Lempeng Natawidjaja, D.H., 2007, Tectonic
Indo-Australia) dari selatan Pulau setting Indonesia dan pemodelan
Jawa yang bergerak ke arah utara sumber gempa dan tsunami,
dan menunjam lempeng benua Pelatihan pemodelan run-up
(Lempeng Eurasia) menyebabkan tsunami, Ristek, 20-24 Agustus
aktivitas letusan gunung-api, gempa 2007. 17 hal.
bumi dan tsunami. Sementara ke- Stewart, I.S., & Hancock, P.L., 1994,
jadian gerakan tanah (longsor) biasa Neotectonics, Continental De-
terjadi pada musim hujan. formation (Editor : P.L. Hancock),
Wilayah Kabupaten Cianjur memi- Pergamon Press, p. 370-409
liki potensi sumber daya alam dan Tjia, H.D., 1991, Active Tectonics in
kendala berupa kebencanaan geologi. Indonesian Archipelago,s
Kebencanaan geologi dapat dikurangi Proceedings of the 20th. Annual
dampaknya dengan mitigasi dan sis- Convention of the IAGI 1991, p.
tem peringatan dini melalui berbagai 281 - 300
hal. Prasetyo, H., 1994, Geodinamika &
tsunami di Indonesia, Seminar
sehari masalah tsunami di
Indonesia dan aspek-aspeknya,
DAFTAR PUSTAKA 6-9-1994, hal. 4-5
Soehaimi, A., Effendi, I., & Kertapati,
E., 1990, Gempabumi
Alzwar, M., Samodra, H., & Tarigan, Majalengka Tanggal 6 Juli 1990,
J.J., 1987, Pengantar Dasar Ilmu Proceeding PIT XIX IAGI,
Gunungapi, Penerbit Nova, 226 Desember 1990, hal. 170
hal. Sudradjat, A., 1996, Analisis
Anwar, H.Z., & Kesumadhama, S., tektonik dalam evaluasi bahaya
1991, Konstruksi Jalan di daerah tsunami di
Pegunungan Indonesia, Majalah Ilmiah UNPAD,
tropis, Makalah IAGI, PIT ke-20, No. 3, Vol. 14, Th. 1996, hal. 52-
Desember 1991, hal. 471- 481 64
Bowles, J.E. Sifat-sifat Fisik & Geotek- Surya Online, 12 Oktober 2002;
nis Tanah, Erlangga, Jakarta, 562 http://www.surya.co.id/1210200
hal 2/intim.phtml
Hall, R., 1995, Plate Tectonic Sutikno, & Untung S., 1996, Peran
Reconstructions of the Indonesian Geologi dalam Penanggulangan
Region, Proceedings Indonesian Bencana
Petroleum Association vol. 1, Gerakan Tanah dengan Studi Kasus di
1995, IPA, p.70-84. Jawa Barat, Kumpulan Makalah
Hirnawan, R.F, & Zakaria, Z., 1991, Peran Sumberdaya Geologi dalam
Sikap Fisik Tanah Lapukan Brek- PJP- II, hal. 173-178.
si-volkanik terhadap Kadar Air Zakaria, Z., 2004, Kebencanaan
Sebagai Dasar Simulasi Geo- Geologi dan Hubungannya de-
metris Lereng Kupasan Stabil di ngan Aktivitas
Jatinangor, Kabupaten Sume- Tektonik di Jawa Barat Bagian Se-
dang, Jawa Barat, Makalah PIT latan, Jurnal Alami, Vol. 9.,
20, IAGI 1991, hal. 553-571. No. 2., Tahun 2004, hal. 60-67.
Hirnawan, R. F., 1994, Peranan
faktor-faktor Penentu Zona
berpotensi Longsor di dalam

52
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 6, Nomor 1, Agustus 2008: 44-56

Sumber lain:

http://siaga-bencana.com/2007/10/22/di-wilayah-jabar-cianjur-paling-rawan-
longsor/.

http://www.bgl.esdm.go.id

http://www.seputar-indonesia.com)/edisicetak/jawa-barat/19-kecamatan-rawan-
bencana.htm

http://www.vsi.esdm.go.id/gunungapiIndonesia/gede/bahaya.html

http://catros.wordpress.com/2007/05/02/sejarah-letusan-gunung-gede/

http://pub.garut.go.id/pub/news/detail/1800-pvmbg-waspadai-g-gede-guntur.html
--> situs_resmi_garut.htm

http://www.bakornaspbp.go.id/html/laporan.php?page=90&per_page=10

http://www.bakornaspbp.go.id/html/cari_laporan.php

http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/jawamadura/2004/04/23/brk,20040423 -
24,id.html

www.sinarharapan.co.id/berita/0705/22/nus03.html

http://portal.vsi.esdm.go.id/joomla/

http://www.KapanLagi.com Jalur Cianjur-Kalapa Nunggal Putus Akibat Longsor


Minggu.htm

53
Identifikasi kebencanaan geologi Kabupaten Cianjur, Jawa Barat
(Zufialdi Zakaria)
Gambar 1. Rekonstruksi lempeng tektonik Indonesia (Hall, 1995)

54
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 6, Nomor 1, Agustus 2008: 44-58

Gambar 2. Peta sismisitas Pulau Jawa berdasarkan data gempa dari NEIC –USGS
1973-2007 (Natawidjaja, D.H., 2007)

BENCANA
GEOLOGI

KERUSAKAN
SIAP SIAGA INFRASTRUKTUR

PENANGGULANGAN
SISTEM
PERINGATAN
DINI REHABILITASI &
REKONSTRUKSI

MITIGASI

Gambar 3. Sketsa aliran penanggulangan bencana geologi

55
Identifikasi kebencanaan geologi Kabupaten Cianjur, Jawa Barat
(Zufialdi Zakaria)

Tabel 1.
Jenis peta geologi teknik menurut UNESCO (Dearmant, 1991) yang dapat
dianalogikan untuk peta resiko dan kebencanaan geologi sesuai kondisi dan
keperluan yang dapat dikembangkan untuk Peta Bahaya Gunungapi, Peta
Longsoran, Peta Gerakan Tanah, Peta Wilayah Banjir, Peta Rawan Gempa, dll.
(Zakaria, 2004).

No. Tipe Peta Skala Keterangan


1 Engineering 1:5.000 Informasi yang didapat sangat detail.
type Jenis peta ini identik dengan peta resiko
kebencanaan secara detail (sesuai jenis
bencana). Pemetaan dilakukan melalui
survey lapangan.
2 Lithologycal 1:5.000 Peta detail yang memuat jenis
type s.d. kebencanaan atau pun kondisi-kondisi
1:10.000 resiko & kebencanaan yang menonjol.
Pemetaan dilakukan melalui survey
lapangan.
3 Engineering 1:10.000 Pemetaan dapat memanfaatkan remote
formation s.d. sensing (foto udara mau- pun citra
1:200.000 satelit) untuk bencana yang luas
penyebarannya.
4 Engineering lebih kecil Pemetaan dapat melalui inderaja (citra
groups dari satelit) untuk bencana yang lebih luas
1:200.000 lagi penyebarannya

56

Anda mungkin juga menyukai