Anda di halaman 1dari 14

KEGEMPAAN DI WILAYAH BENGKULU

Oleh :
Supartoyo *)
*) Surveyor Pemetaan Muda di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi

1. Pendahuluan

Daerah Bengkulu telah dikenal sebagai salah satu daerah di Indonesia yang
sering terlanda kejadian gempabumi, sehingga Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi (PVMBG, 2006) telah menggolongkan daerah ini sebagai
salah satu wilayah rawan gempabumi merusak di Indonesia. Berdasarkan
catatan katalog gempabumi merusak yang dihimpun oleh PVMBG selama
kurun waktu tujuh tahun terakhir telah terjadi 3 kejadian gempabumi merusak,
yaitu gempabumi tanggal 4-6-2006 yang mengakibatkan 99 orang meninggal,
gempabumi tanggal 3-2-2003 mengakibatkan 5 bangunan mengalami
kerusakan di Kabupaten Muko-Muko yang merupakan Kabupaten baru hasil
pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Utara dan terakhir adalah gempabumi
tanggal 12-9-2007 mengakibatkan 14 orang meninggal.

Gambar 1. Peta wilayah rawan gempabumi di Indonesia, dimana wilayah Bengkulu


merupakan salah satu wilayah rawan gempabumi (PVMBG, 2006).

Daerah Bengkulu memang merupakan wilayah langganan gempabumi. Hampir


setiap bulan pasti terasa kejadian gempabumi dengan skala intensitas III – IV
MMI (Modified Mercally Intensity) yang dapat dirasakan oleh penduduk.
Penulis yang pernah tinggal di kota Bengkulu selama 7,5 tahun merasakan
betul kejadian gempabumi dengan skala III – IV MMI yang pasti terjadi setiap
bulannya, sehingga bagi masyarakat Bengkulu kejadian gempabumi sudah
menganggap merupakan bagian dari kehidupan mereka. Hal ini terbukti bila di

(Warta Geologi Volume 2 nomor 3, edisi Bulan September 2007, hal. 24 – 33)
wilayah ini terlanda kejadian gempabumi, sebagian masyarakat tanpa diberi
komando serentak keluar rumah dan mereka akan saling menduga magnitudo
kejadian gempabumi tersebut dengan berkata, “gempabumi yang baru saja
terjadi magnitudo sekitar 5 SR” atau “wah kuat nian gempabumi yang baru saja
terjadi, rasanyo mencapai 6 SR”.

Dengan demikian kesadaran masyarakat di daerah Bengkulu tentang


gempabumi sebenarnya sudah cukup tinggi, namun belum diikuti oleh upaya
mitigasi yang maksimal, sehingga begitu terjadi kejadian gempabumi merusak
tetap saja timbul bencana baik berupa korban jiwa, kerusakan bangunan
maupun perasaan trauma akibat kejadian gempabumi.

2. Geotektonik

Daerah Bengkulu yang terletak di bagian barat Pulau Sumatera merupakan


bagian dari Lempeng Benua Eurasia yang bergerak sangat lambat relatif ke
arah tenggara dengan kecepatan sekitar 0,4 cm/ tahun dan berinteraksi/
bertabrakan dengan Lempeng Samudera Hindia – Australia yang bergerak
relatif ke arah utara dengan kecepatan sekitar 7 cm/ tahun (Minster dan Jordan,
1978). Tumbukan tersebut telah berlangsung sejak Jaman Kapur dan masih
terus berlangsung hingga kini dan menghasilkan zona penunjaman, zona
prismatik akresi, jalur magmatik dan pembentukan struktur geologi dengan pola
dan arah tertentu. Tumbukan antar lempeng tersebut terdapat membentang di
sebelah barat Pulau Sumatera, selatan Jawa, selatan Nusa Tenggara dan
membelok ke Kepulauan Maluku. Kawasan barat Pulau Sumatera merupakan
salah satu kawasan yang terletak pada pinggiran lempeng aktif (active plate
margin) di dunia ini yang dicerminkan aktifnya tingkat kegempaan di wilayah ini.

Evolusi tektonik di daerah Bengkulu yang merupakan bagian dari kawasan


Indonesia bagian barat sebelum Jaman Neogen dicirikan oleh tektonik
pemekaran (Simanjuntak, 2004) yang diikuti oleh terjadinya tumbukan,
amalgamasi dan akrasi dan mengakibatkan terbentuknya pegunungan,
perlipatan dan pensesaran. Tersingkapnya batuan bancuh (melange) di
Sumatera Utara dan Sumatera Barat berumur Kapur menunjukkan terdapatnya
sistem penunjaman yang berhubungan dengan komplek akrasi (Asikin, 1974;
Simanjuntak, 1980; Sukamto, 1986; Wajzer dkk, 1991). Pada Jaman Paleogen
sistem penunjaman ini beralih/ berpindah ke arah barat dengan ditemukannya
batuan bancuh di Pulau Nias, Pagai dan Sipora yang terletak di sebelah barat
Pulau Sumatera (Katili, 1973, Karig dkk, 1978, Hamilton, 1979, Djamal dkk
1990, Andi – Mangga 1991). Dalam istilah geotektonik perubahan jalur batuan
bancuh yang berhubungan dengan komplek akrasi dikenal dengan sebutan “roll
back”. Orogenesa pada Jaman Neogen di kawasan ini menghasilkan
Pegunungan Bukit Barisan dan penunjaman di sebelah barat Pulau Sumatera
bersifat penunjaman miring berkisar 50o – 65° (oblique subduction), Sesar
Sumatera serta kegiatan magmatisme (Simanjuntak dan barber, 1996).

(Warta Geologi Volume 2 nomor 3, edisi Bulan September 2007, hal. 24 – 33)
3. Geologi

Wilayah Bengkulu terletak sepanjang pantai bagian barat Pulau Sumatera yang
didominasi oleh batuan Kuarter dengan morfologi dataran pada bagian barat
dan dibatasi oleh pegunungan di bagian timurnya. Kota Bengkulu merupakan
dataran rendah dengan ketinggian berkisar antara 0-50 meter dari permukaan
air laut. Batuan Kuarter penyusun wilayah Bengkulu berupa : endapan undak
pantai, endapan aluvial, endapan rawa, endapan batugamping terumbu dan
endapan rombakan gunungapi. Sedangkan daerah perbukitan pada umumnya
tertutup oleh endapan rombakan gunungapi berupa lava berkomposisi
andesitic-basaltic. Batuan ini secara umum bersifat lepas, urai, belum
terkonsolidasi (unconsolidated) bersifat memperkuat efek goncangan
(amplifikasi) sehingga rawan terhadap goncangan gempabumi.

Di wilayah Kota Bengkulu daerah yang mengalami kerusakan akibat kejadian


gempabumi tanggal 4-6-2000 dan 12-9-2007 pada umumnya merupakan tanah
urug dan endapan Kuarter berupa : endapan alluvial dan endapan rawa.
Demikian juga dengan gejala retakan tanah dan pelulukan (liquefaction). Di
Kota Curup hingga Kepahiang yang pernah mengalami kerusakan akibat
kejadian gempabumi tanggal 15-12-1979 pada umumnya tersusun oleh
endapan Kuarter berupa endapan rombakan gunungapi.

Struktur geologi yang mengontrol Wilayah Bengkulu berupa Sesar Semangko


berarah Barat Laut – Tenggara. Pada lembar Bengkulu dapat dibedakan 2
bagian sesar, yaitu : Sesar Ketahun dan Sesar Musi-Keruh yang merupakan
bagian dari Sesar Besar Sumatera/ Sesar Semangko (Tjia, 1977). Sesar
Ketahun membentang mulai dari Lembah Seblat, Sungai Seblat, Sungai
Ketahun, Danau Tes, Lembah Rimbo Pengadang hingga Lembah Air Dingin.
Sedangkan Sesar Musi-Keruh membentang mulai dari lembah bagian Barat
Curup, Sungai Musi, Daspetah, Kepahiang, Talang Kemang hingga Sungai
Keruh. Beberapa kejadian gempabumi merusak akibat pergerakan kedua sesar
ini antara lain: gempabumi Tes 1952 dan gempabumi Kepahiang 15 Desember
1979. Di wilayah Kotamadia Bengkulu terdapat beberapa kelurusan berarah
Barat Laut-Tenggara dan Barat Daya-Timur Laut. Pada kejadian gempabumi
tanggal 4 Juni 2000 yang lalu, beberapa kelurusan di Perumahan Dolog,
Tanah Patah dan Lempuing menimbulkan kerusakan bangunan.

(Warta Geologi Volume 2 nomor 3, edisi Bulan September 2007, hal. 24 – 33)
Gambar 2. Peta geologi wilayah Bengkulu (S.Gafoer, dkk, 1990).

4. Kegempaan dan Sumber Gempabumi

Kegempaan wilayah Bengkulu tergolong aktif dengan frekwensi kejadian


gempabumi cukup tinggi. Wilayah lainnya di Indonesia yang tergolong
kegempaan dengan frekwensi tinggi adalah Laut Maluku yang bersumber dari
aktivitas punggungan Mayu dan penunjaman ganda antar busur kepulauan.

Sumber gempabumi yang mengancam wilayah Bengkulu berasal dari laut dan
darat. Di laut bersumber dari zona penunjaman atau zona subduksi akibat
tumbukan antara Lempeng Samudera Hindia dan Lempeng Benua Eurasia
yang terdapat pada bagian Barat wilayah Bengkulu. Gempabumi bersumber
dari zona subduksi dikenal dengan sebutan “megatrust”. Gempabumi yang
bersumber dari zona subduksi di wilayah ini mempunyai kedalaman dangkal,
menengah dan dalam, semuanya dapat dirasakan oleh masyarakat di
Bengkulu.

Sedangkan di darat terdapat pada zona Sesar Semangko, yang melewati


lembah Sungai Ketahun, Danau Tes, lembah bagian Barat Curup hingga
Daerah Kepahiang. Gempabumi yang bersumber dari pergerakan sesar aktif
pada umumnya berpotensi mengakibatkan bencana meskipun magnitudonya
tidak terlalu besar, namun kedalaman dangkal dan terletak dekat permukiman
dan aktivitas manusia.

(Warta Geologi Volume 2 nomor 3, edisi Bulan September 2007, hal. 24 – 33)
Gambar 4. Penampang kegempaan yang
Gambar 3. Kegempaan wilayah Bengkulu melewati wilayah Bengkulu (USGS).
(USGS).

Gambar 6. Mekanisme fokal beberapa


Gambar 5. Kegempaan wilayah Bengkulu kejadian gempabumi di wilayah Bengkulu
selama tahun 2007. Tanda bintang merupakan yang memperlihatkan mekanisme sesar naik
pusat gempabumi tanggal 12-9-2007 (USGS). (USGS).

5. Gempabumi Merusak Wilayah Bengkulu

Berdasarkan buku Katalog Gempabumi Merusak di Indonesia Tahun 1629 –


2006 yang sedang diterbitkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi, wilayah Bengkulu telah mengalami beberapa kejadian gempabumi
merusak. Data yang berhasil dihimpun diawali pada tahun 1756 yakni tanggal
3-11-1756 yang menimbulkan beberapa kerusakan bangunan di wilayah
Bengkulu, bahkan pada kejadian gempabumi tanggal 24-11-1833 terjadi
gempabumi hebat yang getarannya terasa sampai Singapura dan Malaysia
yang menurut Newcomb & Mc. Cann gempabumi ini merupakan gempabumi 10
terbesar yang terjadi pada abad 19. Pada tanggal 26-6-1914 terjadi gempabumi
yang mengakibatkan 20 orang meninggal dan kerusakan hebat terutama di
Kotamadia Bengkulu.

(Warta Geologi Volume 2 nomor 3, edisi Bulan September 2007, hal. 24 – 33)
Sedangkan gempabumi yang terjadi akibat pergerakan sesar aktif segmen
Kepahiang terjadi pada tanggal 15-12-1979 mengakibatklan 4 orang meninggal
dan bencana terjadi di desa Daspetah, Kabupaten Kepahiang. Pada tanggal
15-5-1997 sesar aktif segmen Kepahiang kembali bergerak yang
mengakibatkan terjadinya retakan tanah dan kerusakan sejumlah bangunan di
daerah Kepahiang. Sedangkan segmen Tes-Seblat pernah mengakibatkan
gempabumi merusak di daerah Tes pada tahun 1952.

Kejadian gempabumi merusak terakhir mengakibatkan bencana di wilayah ini


terjadi pada tanggal 12-9-2007 yang mengakibatkan 14 orang meninggal, 38
orang luka-luka dan ribuan bangunan mengalami kerusakan. Data
selengkapnya kejadian gempabumi merusak wilayah Bengkulu terdapat pada
tabel berikut ini.

Tabel 1. Sejarah kejadian gempabumi merusak di Propinsi Bengkulu (Pusat


Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2007).

NO NAMA TANGGAL PUSAT KDLM MAG SKALA KERUSAKAN


GEMPA GEMPA (KM) MMI

1. Bengkulu 3/11/1756 - - - - Kerusakan pada rumah penduduk


termasuk dinding bangunan yang
dibangun oleh Pemerintah Kolonial
Belanda di Propinsi Bengkulu

2. Bengkulu -/-/1770 - - - - Kerusakan pada daerah yang


sama seperti kejadian gempabumi
thn 1756. Terjadi tsunami & erupsi
gunungapi di dekat lokasi gempa.

3. Bengkulu 18/03/1818 3,5ºLS- - - IX Terjadi kerusakan bangunan dan


100,5ºBT rumah penduduk. Terjadi tsunami.

4. Bengkulu 24/11/1833 - - 8,8 VIII-IX Beberapa bangunan rusak dan


ambruk. Goncangan gempa terasa
hingga Palembang, Singapura &
Malaysia. Menurut Newcomb &
Mc Cann gempa ini termasuk 10
gempa terbesar dunia yang terjadi
pada abad ke-19. Terjadi Tsunami.

5. Bengkulu 8/04/1871 4,3ºLS- 75 6,3 VI-IX Kerusakan bangunan di kota


102,4ºBT Bengkulu. Tidak diperoleh
penjelasan rinci jumlah korban.

6. Lais 18/8/1871 - 33 5,9 VI-VII Beberapa rumah rusak di


Bengkulu dan Tebing Tinggi.

7. Bengkulu 27/06/1902 - 33 5,8 VI Kerusakan bangunan terjadi di


Lais, Kab. Bengkulu Utara.

8. Bengkulu 26/06/1914 4,5ºLS– 33 7 VII-VIII 20 org meninggal, 20 org luka-


102,5ºBT luka. Kantor residen Bengkulu,
rumah dinas Jaksa Bengkulu &
pasar Cina rusak berat. Jalan dan
jembatan rusak di Lais, Manna,
Seluma & Bintuhan (Pontoppidan,
1914). Timbul korban jiwa di
daerah Kepahiang. Goncangan
terasa di sebagian besar Pulau
Sumatera, Singapura dan
Malaysia.

9. Bengkulu 18/81938 3,8ºLS– 70 6,9 VII Kerusakan bangunan berupa


102,8ºBT retakan dinding di beberapa
tempat di Bengkulu. Getaran
terasa di Palembang, Mentawai

(Warta Geologi Volume 2 nomor 3, edisi Bulan September 2007, hal. 24 – 33)
dan Sumbar.

10. Tes -/-/1952 3,35ºLS– 33 6,3 VIII Kerusakan bangunan & rumah
102,45ºBT penduduk di daerah Tes, Kec.
Lebong Selatan, Taba &
Turunlalang (Kraeff, 1952). Gempa
bersumber di darat akibat
pergerakan sesar aktif.

NO NAMA TANGGAL PUSAT KDLM MAG SKALA KERUSAKAN


GEMPA GEMPA (KM) MMI

11. Kepahiang 15/12/1979 3,3ºLS– 30 6,2 SR VII-IX 4 org meninggal di Kab. Rejang
102,71ºBT Lebong. Bencana melanda desa
Daspetah. Di Kepahiang 550
rumah rusak. Di Rejang Lebong
630 rumah rusak, terjadi tanah
longsor & retakan tanah. Di
Bengkulu banyak rumah terlepas
dari pondasinya, pipa-pipa air
ledeng rusak berat. Gempa
bersumber di darat akibat
pergerakan sesar aktif.

12. Bengkulu 05/02/1991 3,984ºLS - 59 5,9 VI-VII 1 sekolah dan beberapa rumah
102,37ºBT penduduk rusak.

13. Bengkulu 06/03/1991 3,976ºLS - 33 5,5 III-IV Kerusakan di dermaga samudera,


dermaga lokal, Pulau Baai, ruang
102,36ºBT makan hotel Cempaka Raya & di
Kecamatan Talang Empat, Kab.
Bengkulu Utara.

14. Arga 22/04/1997 3ºLS – 40 5,5 SR V Kerusakan ringan hingga sedang


Makmur 102,47ºBT pada beberapa sekolah &
beberapa rumah penduduk di Arga
Makmur. Gedung work shop Dinas
PU Kab. BU sebagian dindingnya
roboh.

15. Kepahiang 15/05/1997 3,6ºLS - 33 5 SR V-VI Di Pasar Ujung, Kec. Kepahiang ±


102,6ºBT 65 bangunan rusak. Terjadi
retakan tanah sepanjang ± 1 km di
Pasar Ujung hingga Pasar
Tengah. Gempa ini bersifat lokal,
akibat pergerakan sesar aktif.

16. Bengkulu 04/06/2000 4,734ºLU– 33 7,9 VIII - IX 99 org meninggal, ratusan orang
102,047ºBT Mw luka - luka, ratusan rumah hancur,
7,3 SR ribuan bangunan rusak, terjadi
retakan tanah, longsoran dan
liquefaction. Kerusakan bangunan
tersebar di Bengkulu, Manna,
Curup, Arga Makmur, 80%
bangunan di Pulau Enggano
roboh. Gempa susulan masih
terasa hingga ± 1 bulan setelah
gempa utama.

17. Muko-Muko 03/02/2003 2,7ºLS– 33 5,4 SR IV Getaran terasa di Painan, Muko-


101,08ºBT Muko, Ipuh dan Bengkulu. 5
bangunan di Muko-Muko
mengalami kerusakan ringan.

18. Muko-Muko 12/9/2007 4,517ºLS– 30 8,4 VII 14 org meninggal, 12 org luka
18.10.26 101,382ºBT Mw berat, 26 org luka ringan, ribuan
WIB bangunan mengalami kerusakan
di kota Muko-Muko, Ipuh, Ketahun,
Lais dan Bengkulu. Terjadi retakan
tanah di Muko-Muko, Ipuh, Seblat,
Lais & Bengkulu. Liquefaksi di
Seblat. Longsoran di Muko-Muko

(Warta Geologi Volume 2 nomor 3, edisi Bulan September 2007, hal. 24 – 33)
dan Bengkulu Utara. Beberapa
bangunan juga mengalami
kerusakan di kota Padang.

Peta berikut ini menampilkan sebaran pusat gempabumi merusak di Pulau


Sumatera. Dari peta sebaran pusat gempabumi merusak Pulau Sumatera
terlihat bahwa konsentrasi gempabumi merusak di wilayah Bengkulu cukup
tinggi frekwensinya dibanding daerah lainnya.

Gambar 7. Peta pusat gempabumi merusak Pulau Sumatera (PVG, 2006).

6. Gempabumi Muko – Muko Tanggal 12-9-2007

Pada tanggal 12-9-2007 pada saat sebagian besar masyarakat di Propinsi


Bengkulu sedang bersiap-siap menyambut bulan Ramadhan, terjadilah
goncangan gempabumi kuat dengan parameter sebagai berikut :

(Warta Geologi Volume 2 nomor 3, edisi Bulan September 2007, hal. 24 – 33)
Tabel 2. Parameter kejadian gempabumi Muko – Muko tanggal 12-9-2007 menurut
BMG dan USGS.

Waktu Lintang Bujur Kedalaman Magnitudo Keterangan


12/09/2007 4,67o LS 101,13o 10 Km 7,9 SR 159 km barat
18:10:23 BT daya Bengkulu
WIB (sumber: BMG)
12/09/2007 4,517o 101,382o 30 Km 8,4 Mw 130 km barat
18:10:26 LS BT Daya Bengkulu
WIB (sumber: USGS)

Kejadian gempabumi tersebut bersumber gempabumi berasal dari aktifitas


sistem subduksi di sebelah barat Pulau Sumatera yang merupakan suatu zona
pertemuan antara Lempeng Samudera Hindia – Australia dan Lempeng Benua
Eurasia. Berdasarkan analisis mekanisme fokal, gempabumi ini disebabkan
oleh sesar naik dengan kedudukan N 327o E, dip : 12o dan slip 114o (USGS).

Gempabumi susulan masih terus terjadi dan dapat dirasakan oleh masyarakat
di wilayah bencana. Gempabumi susulan yang terjadi menunjukkan
kecenderungan menurun baik pada besarnya magnitudo maupun frekwensi
kejadiannya. Hal ini merupakan cerminan bahwa patahan yang menyebabkan
gempabumi masih aktif bergerak dan sedang menuju fase keseimbangan,
dicirikan dengan masih terjadinya gempabumi susulan. Gempabumi susulan
yang terjadi belum pernah tercatat magnitudonya lebih besar dari pada
gempabumi utama. Hingga laporan singkat ini dibuat gempabumi susulan yang
terjadi masih dapat dirasakan oleh masyarakat di kota Bengkulu, Lais dan
Muko-Muko dengan skala intensitas berkisar III – IV MMI. Grafik di bawah ini
menampilkan jumlah gempabumi susulan yang terasa menunjukkan
kecenderungan menurun hingga hari ke enam setelah gempabumi utama.

Grafik Gempabumi Susulan

50
Jumlah Kejadian

40

30

20

10

0
1 2 3 4 5 6
Hari Ke

Gambar 8. Grafik gempabumi susulan yang terasa hingga hari keenam (17-9-2007)
setelah kejadian gempabumi utama.

Kejadian gempabumi tanggal 12 September 2007 dinamakan Gempabumi


Muko-Muko, karena wilayah terparah yang mengalami bencana adalah di
Kabupaten Muko-Muko Propinsi Bengkulu. Kejadian gempabumi ini telah
mengakibatkan 14 korban jiwa dan kerusakan bangunan di Propinsi Bengkulu.
(Warta Geologi Volume 2 nomor 3, edisi Bulan September 2007, hal. 24 – 33)
Data selengkapnya korban jiwa dan kerusakan bangunan terdapat pada tabel
berikut ini. Kejadian gempabumi tersebut juga mengakibatkan kebakaran
gedung SMP I Muhammadiyah Kota Bengkulu. Kejadian gempabumi ini
mengakibatkan padamnya listrik di kota Bengkulu dan sekitarnya setelah
gempabumi utama. Kejadian gempabumi ini mengakibatkan retakan tanah di
Kota Bengkulu (di jalan perumahan Dolog, Danau Dendam Tak Sudah), Lais,
Seblat dan Muko – Muko). Sedangkan pelulukan (liquefaction) teramati di desa
Pasar Seblat.

Tabel 3. Dampak korban jiwa dan kerusakan akibat gempabumi tanggal 12-9-2007 di
Propinsi Bengkulu.

(Sumber : Satkorlak Propinsi Bengkulu).

Skala intensitas maksimum gempabumi tanggal 12 September 2007 terjadi di


wilayah pesisir mulai dari Lais, Ketahun, Ipuh hingga Muko-Muko yang
mencapai skala VII MMI (Modified Mercally Intensity), dicirikan : terasa oleh
orang mengemudi kendaraan, orang yang sedang berjalan sulit berjalan
dengan baik, terjadi pelulukan, terjadi retakan tanah dalam ukuran panjang
lebih dari 20 meter, sebagian kecil bangunan konstruksi baik rusak dan selokan
irigasi rusak.

Di kota Bengkulu gempabumi tersebut mencapai skala VI MMI dicirikan :


goncangan gempabumi terasa oleh semua orang, sebagian besar orang keluar
dari bangunan karena terkejut, pohon bergoyang, terjadi retakan tanah,
beberapa bangunan yang dibuat dengan konstruksi tidak baik roboh
dindingnya, bangunan dengan konstruksi baik terjadi retakan dinding.

Sedangkan di Kabupaten Seluma dan Bengkulu Selatan skala intensitas


mencapai V MMI dicirikan : terasa oleh orang di luar rumah, orang yang
sedang tidur terbangun, barang – barang yang digantung di dinding dan
diletakkan di atas meja terjatuh dan pintu pada bangunan membuka dan
menutup. Peta intensitas gempabumi Muko-Muko tanggal 12-9-2007
selengkapnya terlampir.

Berdasarkan pengamatan di lapangan tidak ditemukan jejak tsunami di pantai


Panjang Kota Bengkulu. Jejak tsunami teramati di desa Muara Maras,
Kecamatan Alas Maras, Kabupaten Seluma (runup ± 20 – 60 cm, jarak inundasi
± 150 m dari garis pantai) di pantai Pasar Bawah, Kabupaten Bengkulu Selatan
(runup ± 60 cm, jarak inundasi ± 60 m dari garis pantai), pantai Lais (jarak
inundasi sekitar ± 40 m dari garis pantai) dan di pantai Muko-Muko (jarak
inundasi sekitar ± 50 m dari garis pantai).

(Warta Geologi Volume 2 nomor 3, edisi Bulan September 2007, hal. 24 – 33)
7. Penutup

Hingga saat ini kejadian gempabumi belum dapat diramalkan kapan, dimana
dan berapa kekuatan yang akan terjadi, meskipun hingga saat ini berbagai alat
pemantau gempabumi sudah tergolong canggih. Sementara upaya prediksi
kejadian gempabumi hingga saat ini belum menunjukkan hasil yang
memuaskan, maka upaya terbaik untuk mengurangi dampak dari kejadian
gempabumi adalah upaya mitigasi bencana gempabumi, seperti : meningkatkan
kesiapsiagaan bagi masyarakat yang bermukim di wilayah rawan gempabumi,
mengadakan pendidikan kebencanaan baik di kalangan masyarakat maupun
lembaga pendidikan, menentukan tempat – tempat evakuasi apabila terjadi
bencana serta yang tidak kalah pentingnya adalah penataan ruang dan
penentuan kode bangunan. Sejarah mencatat bahwa korban akibat goncangan
gempabumi disebabkan akibat tertimpa reruntuhan bangunan. Kesadaran
masyarakat di Propinsi Bengkulu tentang gempabumi dan tsunami sudah cukup
tinggi. Oleh karena itu harus ditindaklanjuti dari Pemerintah terutama
Pemerintah Daerah pada langkah-langkah mitigasi menghadapi bencana
gempabumi dan tsunami.

(Warta Geologi Volume 2 nomor 3, edisi Bulan September 2007, hal. 24 – 33)
Foto 1. Pantai di Kota Bengkulu, tidak Foto 2. Ruko di Padang Jati, Kota Bengkulu
memperlihatkan jejak tsunami. amblas ± 1,2 meter karena kegagalan
struktur bangunan.

Foto 3. Retakan jalan di komplek Dolog, Kota Foto 4. Tim Tanggap Darurat PVG sedang
Bengkulu yang dibangun di tanah urug. melaporkan kegiatannya kepada Assisten
Bidang Pemerintahan Bupati Seluma.

Foto 5. Sosialisasi gempabumi dan tsunami di Foto 6. Material tsunami menutupi jalan raya
pantai desa Bakung, Kec. Semidang Alas Bengkulu – Manna di desa Muara Maras,
Maras, Kab. Seluma. Kec. Alas Maras, Kab. Seluma.

(Warta Geologi Volume 2 nomor 3, edisi Bulan September 2007, hal. 24 – 33)
Foto 7. Jejak landaan tsunami setinggi ± 60 Foto 8. Kerusakan SD 4 Lais karena
cm di pantai Pasar Bawah Manna, Kab. kegagalan struktur di Kec. Lais, Kab.
Bengkulu Selatan. Bengkulu Utara.

Foto 9. Retakan tanah di tepi jembatan Air Foto 10. Pelulukan (liquefaction) berarah N
Lais, Kab. Bengkulu Utara arah barat – 270 oE di Pasar Seblat, Kec. Puteri Hijau,
timur, panjang ± 40 m. Kab. Bengkulu Utara.

Foto 11. Kerusakan rumah penduduk akibat Foto 12. Kerusakan SD 18 Pondok Suguh
kegagalan konstruksi di Desa Lubuk karena kegagalan konstruksi di Desa
Gedang, Kab. Muko-Muko. Ampera, Kec. Teras Penunjam, Kab. Muko-
Muko.

(Warta Geologi Volume 2 nomor 3, edisi Bulan September 2007, hal. 24 – 33)
Gambar 9. Peta Intensitas Gempabumi Muko-Muko tanggal 12-9-2007.

(Warta Geologi Volume 2 nomor 3, edisi Bulan September 2007, hal. 24 – 33)

Anda mungkin juga menyukai