Oleh :
Supartoyo *)
*) Surveyor Pemetaan Muda di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi
1. Pendahuluan
Daerah Bengkulu telah dikenal sebagai salah satu daerah di Indonesia yang
sering terlanda kejadian gempabumi, sehingga Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi (PVMBG, 2006) telah menggolongkan daerah ini sebagai
salah satu wilayah rawan gempabumi merusak di Indonesia. Berdasarkan
catatan katalog gempabumi merusak yang dihimpun oleh PVMBG selama
kurun waktu tujuh tahun terakhir telah terjadi 3 kejadian gempabumi merusak,
yaitu gempabumi tanggal 4-6-2006 yang mengakibatkan 99 orang meninggal,
gempabumi tanggal 3-2-2003 mengakibatkan 5 bangunan mengalami
kerusakan di Kabupaten Muko-Muko yang merupakan Kabupaten baru hasil
pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Utara dan terakhir adalah gempabumi
tanggal 12-9-2007 mengakibatkan 14 orang meninggal.
(Warta Geologi Volume 2 nomor 3, edisi Bulan September 2007, hal. 24 – 33)
wilayah ini terlanda kejadian gempabumi, sebagian masyarakat tanpa diberi
komando serentak keluar rumah dan mereka akan saling menduga magnitudo
kejadian gempabumi tersebut dengan berkata, “gempabumi yang baru saja
terjadi magnitudo sekitar 5 SR” atau “wah kuat nian gempabumi yang baru saja
terjadi, rasanyo mencapai 6 SR”.
2. Geotektonik
(Warta Geologi Volume 2 nomor 3, edisi Bulan September 2007, hal. 24 – 33)
3. Geologi
Wilayah Bengkulu terletak sepanjang pantai bagian barat Pulau Sumatera yang
didominasi oleh batuan Kuarter dengan morfologi dataran pada bagian barat
dan dibatasi oleh pegunungan di bagian timurnya. Kota Bengkulu merupakan
dataran rendah dengan ketinggian berkisar antara 0-50 meter dari permukaan
air laut. Batuan Kuarter penyusun wilayah Bengkulu berupa : endapan undak
pantai, endapan aluvial, endapan rawa, endapan batugamping terumbu dan
endapan rombakan gunungapi. Sedangkan daerah perbukitan pada umumnya
tertutup oleh endapan rombakan gunungapi berupa lava berkomposisi
andesitic-basaltic. Batuan ini secara umum bersifat lepas, urai, belum
terkonsolidasi (unconsolidated) bersifat memperkuat efek goncangan
(amplifikasi) sehingga rawan terhadap goncangan gempabumi.
(Warta Geologi Volume 2 nomor 3, edisi Bulan September 2007, hal. 24 – 33)
Gambar 2. Peta geologi wilayah Bengkulu (S.Gafoer, dkk, 1990).
Sumber gempabumi yang mengancam wilayah Bengkulu berasal dari laut dan
darat. Di laut bersumber dari zona penunjaman atau zona subduksi akibat
tumbukan antara Lempeng Samudera Hindia dan Lempeng Benua Eurasia
yang terdapat pada bagian Barat wilayah Bengkulu. Gempabumi bersumber
dari zona subduksi dikenal dengan sebutan “megatrust”. Gempabumi yang
bersumber dari zona subduksi di wilayah ini mempunyai kedalaman dangkal,
menengah dan dalam, semuanya dapat dirasakan oleh masyarakat di
Bengkulu.
(Warta Geologi Volume 2 nomor 3, edisi Bulan September 2007, hal. 24 – 33)
Gambar 4. Penampang kegempaan yang
Gambar 3. Kegempaan wilayah Bengkulu melewati wilayah Bengkulu (USGS).
(USGS).
(Warta Geologi Volume 2 nomor 3, edisi Bulan September 2007, hal. 24 – 33)
Sedangkan gempabumi yang terjadi akibat pergerakan sesar aktif segmen
Kepahiang terjadi pada tanggal 15-12-1979 mengakibatklan 4 orang meninggal
dan bencana terjadi di desa Daspetah, Kabupaten Kepahiang. Pada tanggal
15-5-1997 sesar aktif segmen Kepahiang kembali bergerak yang
mengakibatkan terjadinya retakan tanah dan kerusakan sejumlah bangunan di
daerah Kepahiang. Sedangkan segmen Tes-Seblat pernah mengakibatkan
gempabumi merusak di daerah Tes pada tahun 1952.
(Warta Geologi Volume 2 nomor 3, edisi Bulan September 2007, hal. 24 – 33)
dan Sumbar.
10. Tes -/-/1952 3,35ºLS– 33 6,3 VIII Kerusakan bangunan & rumah
102,45ºBT penduduk di daerah Tes, Kec.
Lebong Selatan, Taba &
Turunlalang (Kraeff, 1952). Gempa
bersumber di darat akibat
pergerakan sesar aktif.
11. Kepahiang 15/12/1979 3,3ºLS– 30 6,2 SR VII-IX 4 org meninggal di Kab. Rejang
102,71ºBT Lebong. Bencana melanda desa
Daspetah. Di Kepahiang 550
rumah rusak. Di Rejang Lebong
630 rumah rusak, terjadi tanah
longsor & retakan tanah. Di
Bengkulu banyak rumah terlepas
dari pondasinya, pipa-pipa air
ledeng rusak berat. Gempa
bersumber di darat akibat
pergerakan sesar aktif.
12. Bengkulu 05/02/1991 3,984ºLS - 59 5,9 VI-VII 1 sekolah dan beberapa rumah
102,37ºBT penduduk rusak.
16. Bengkulu 04/06/2000 4,734ºLU– 33 7,9 VIII - IX 99 org meninggal, ratusan orang
102,047ºBT Mw luka - luka, ratusan rumah hancur,
7,3 SR ribuan bangunan rusak, terjadi
retakan tanah, longsoran dan
liquefaction. Kerusakan bangunan
tersebar di Bengkulu, Manna,
Curup, Arga Makmur, 80%
bangunan di Pulau Enggano
roboh. Gempa susulan masih
terasa hingga ± 1 bulan setelah
gempa utama.
18. Muko-Muko 12/9/2007 4,517ºLS– 30 8,4 VII 14 org meninggal, 12 org luka
18.10.26 101,382ºBT Mw berat, 26 org luka ringan, ribuan
WIB bangunan mengalami kerusakan
di kota Muko-Muko, Ipuh, Ketahun,
Lais dan Bengkulu. Terjadi retakan
tanah di Muko-Muko, Ipuh, Seblat,
Lais & Bengkulu. Liquefaksi di
Seblat. Longsoran di Muko-Muko
(Warta Geologi Volume 2 nomor 3, edisi Bulan September 2007, hal. 24 – 33)
dan Bengkulu Utara. Beberapa
bangunan juga mengalami
kerusakan di kota Padang.
(Warta Geologi Volume 2 nomor 3, edisi Bulan September 2007, hal. 24 – 33)
Tabel 2. Parameter kejadian gempabumi Muko – Muko tanggal 12-9-2007 menurut
BMG dan USGS.
Gempabumi susulan masih terus terjadi dan dapat dirasakan oleh masyarakat
di wilayah bencana. Gempabumi susulan yang terjadi menunjukkan
kecenderungan menurun baik pada besarnya magnitudo maupun frekwensi
kejadiannya. Hal ini merupakan cerminan bahwa patahan yang menyebabkan
gempabumi masih aktif bergerak dan sedang menuju fase keseimbangan,
dicirikan dengan masih terjadinya gempabumi susulan. Gempabumi susulan
yang terjadi belum pernah tercatat magnitudonya lebih besar dari pada
gempabumi utama. Hingga laporan singkat ini dibuat gempabumi susulan yang
terjadi masih dapat dirasakan oleh masyarakat di kota Bengkulu, Lais dan
Muko-Muko dengan skala intensitas berkisar III – IV MMI. Grafik di bawah ini
menampilkan jumlah gempabumi susulan yang terasa menunjukkan
kecenderungan menurun hingga hari ke enam setelah gempabumi utama.
50
Jumlah Kejadian
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6
Hari Ke
Gambar 8. Grafik gempabumi susulan yang terasa hingga hari keenam (17-9-2007)
setelah kejadian gempabumi utama.
Tabel 3. Dampak korban jiwa dan kerusakan akibat gempabumi tanggal 12-9-2007 di
Propinsi Bengkulu.
(Warta Geologi Volume 2 nomor 3, edisi Bulan September 2007, hal. 24 – 33)
7. Penutup
Hingga saat ini kejadian gempabumi belum dapat diramalkan kapan, dimana
dan berapa kekuatan yang akan terjadi, meskipun hingga saat ini berbagai alat
pemantau gempabumi sudah tergolong canggih. Sementara upaya prediksi
kejadian gempabumi hingga saat ini belum menunjukkan hasil yang
memuaskan, maka upaya terbaik untuk mengurangi dampak dari kejadian
gempabumi adalah upaya mitigasi bencana gempabumi, seperti : meningkatkan
kesiapsiagaan bagi masyarakat yang bermukim di wilayah rawan gempabumi,
mengadakan pendidikan kebencanaan baik di kalangan masyarakat maupun
lembaga pendidikan, menentukan tempat – tempat evakuasi apabila terjadi
bencana serta yang tidak kalah pentingnya adalah penataan ruang dan
penentuan kode bangunan. Sejarah mencatat bahwa korban akibat goncangan
gempabumi disebabkan akibat tertimpa reruntuhan bangunan. Kesadaran
masyarakat di Propinsi Bengkulu tentang gempabumi dan tsunami sudah cukup
tinggi. Oleh karena itu harus ditindaklanjuti dari Pemerintah terutama
Pemerintah Daerah pada langkah-langkah mitigasi menghadapi bencana
gempabumi dan tsunami.
(Warta Geologi Volume 2 nomor 3, edisi Bulan September 2007, hal. 24 – 33)
Foto 1. Pantai di Kota Bengkulu, tidak Foto 2. Ruko di Padang Jati, Kota Bengkulu
memperlihatkan jejak tsunami. amblas ± 1,2 meter karena kegagalan
struktur bangunan.
Foto 3. Retakan jalan di komplek Dolog, Kota Foto 4. Tim Tanggap Darurat PVG sedang
Bengkulu yang dibangun di tanah urug. melaporkan kegiatannya kepada Assisten
Bidang Pemerintahan Bupati Seluma.
Foto 5. Sosialisasi gempabumi dan tsunami di Foto 6. Material tsunami menutupi jalan raya
pantai desa Bakung, Kec. Semidang Alas Bengkulu – Manna di desa Muara Maras,
Maras, Kab. Seluma. Kec. Alas Maras, Kab. Seluma.
(Warta Geologi Volume 2 nomor 3, edisi Bulan September 2007, hal. 24 – 33)
Foto 7. Jejak landaan tsunami setinggi ± 60 Foto 8. Kerusakan SD 4 Lais karena
cm di pantai Pasar Bawah Manna, Kab. kegagalan struktur di Kec. Lais, Kab.
Bengkulu Selatan. Bengkulu Utara.
Foto 9. Retakan tanah di tepi jembatan Air Foto 10. Pelulukan (liquefaction) berarah N
Lais, Kab. Bengkulu Utara arah barat – 270 oE di Pasar Seblat, Kec. Puteri Hijau,
timur, panjang ± 40 m. Kab. Bengkulu Utara.
Foto 11. Kerusakan rumah penduduk akibat Foto 12. Kerusakan SD 18 Pondok Suguh
kegagalan konstruksi di Desa Lubuk karena kegagalan konstruksi di Desa
Gedang, Kab. Muko-Muko. Ampera, Kec. Teras Penunjam, Kab. Muko-
Muko.
(Warta Geologi Volume 2 nomor 3, edisi Bulan September 2007, hal. 24 – 33)
Gambar 9. Peta Intensitas Gempabumi Muko-Muko tanggal 12-9-2007.
(Warta Geologi Volume 2 nomor 3, edisi Bulan September 2007, hal. 24 – 33)