Oleh : Supartoyo *)
Sari
Pada tanggal 27 Mei 2006 pukul 05:54:01 WIB wilayah Yogyakarta dan Jawa
Tengah diguncang gempabumi kuat berpusat di darat dengan magnitudo
tercatat Mw : 6,2 (USGS), sedangkan data BMG gempabumi ini bersumber di laut
dengan magnitudo 5,8 Skala Richter (SR). Gempabumi ini mengakibatkan
bencana di wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah dengan korban jiwa lebih dari
5.700 orang (Bakornas Aju Yogyakarta), ribuan bangunan roboh dan mengalami
kerusakan. Goncangan gempabumi ini cukup kuat yang mengakibatkan
kerusakan geologi yang dapat diamati dipermukaan tanah berupa : longsoran
(landslide), retakan tanah (ground fracturing), dan pelulukan (liquefaction)
Abstract
Yogyakarta and Central Java is strike by strong earthquake which source in the
land, magnitudo Mw : 6,2 (USGS) on May 27, 2006, local time 05:54:01 AM. BMG
recorded the earthquake source in Hindia Oceanic, magnitude 5,8 Scale of
Richter. The earthquake has caused disaster in Yogyakarta and Central Java.
More than 5.700 people are died, thousand building and housing are collaps and
damage. This earthquake is strong and cause the geological effect on the surface,
such as : landslide, ground fracturing and liquefaction.
1. Pendahuluan
Pada tanggal 27 Mei 2006 pukul 05:54:01 WIB wilayah Yogyakarta dan Jawa
Tengah, diguncang gempabumi kuat berpusat di darat dengan magnitudo
tercatat Mw : 6,2 (USGS). Gempabumi ini sangat mengagetkan masyarakat
Yogyakarta dan sebagian Jawa Tengah. Pemerintah daerah dan masyarakat di
1
Buletin Berkala Merapi : Vol. 3, No. 2, Edisi Agustus 2006, ISSN 1693-9212, BPPTK PVMBG, Hal 36 - 55
wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah tidak menyangka sama sekali akan
timbulnya bencana gempabumi. Akhir - akhir ini mereka lebih berkonsentrasi
pada upaya mitigasi letusan gunung Merapi, akibat peningkatan kegiatan
gunungapi tersebut, sehingga segala upaya penanggulangan dampak letusan
Gunung Merapi merupakan prioritas utama bagi mereka.
Tujuan dari tulisan ini adalah memberikan informasi tentang dampak goncangan
gempabumi Yogyakarta tanggal 27 Mei 2006, informasi gempabumi susulan,
intensitas gempabumi, kegempaan wilayah Yogyakarta, pemantauan sesar aktif
serta kegiatan mitigasi gempabumi lainnya.
2
Buletin Berkala Merapi : Vol. 3, No. 2, Edisi Agustus 2006, ISSN 1693-9212, BPPTK PVMBG, Hal 36 - 55
2. Lokasi Penyelidikan
3. Metoda Penyelidikan
3
Buletin Berkala Merapi : Vol. 3, No. 2, Edisi Agustus 2006, ISSN 1693-9212, BPPTK PVMBG, Hal 36 - 55
4
Buletin Berkala Merapi : Vol. 3, No. 2, Edisi Agustus 2006, ISSN 1693-9212, BPPTK PVMBG, Hal 36 - 55
4.1 Morfologi
Sebagian besar wilayah Yogyakarta merupakan dataran yang tertutup oleh
endapan rombakan gunungapi muda hasil aktivitas gunung Merapi dan sebagian
kecil merupakan endapan aluvium. Hal ini menjadikan sebagian besar wilayah
Yogyakarta merupakan lahan pertanian berupa persawahan yang subur dengan
potensi air tanah yang baik. Pemukiman dan aktivitas penduduk terkonsentrasi
pada morfologi ini. Ke arah barat yaitu daerah Kulon Progo, dataran ini berubah
secara bertahap menjadi morfologi perbukitan. Dataran tinggi Jonggrangan
merupakan tempat tertinggi di wilayah ini, mencapai ketinggian ± 750 meter
diatas permukaan laut. Perbukitan tersebut terkikis oleh sejumlah sungai yang
membentuk serangkaian lembah radial. Di beberapa tempat terdapat air terjun
dengan ketinggian mencapai ± 30 meter.
4.2 Batuan
5
Buletin Berkala Merapi : Vol. 3, No. 2, Edisi Agustus 2006, ISSN 1693-9212, BPPTK PVMBG, Hal 36 - 55
batuan sedimen yang tersingkap di bagian barat dan bagian tenggara kota
Yogyakarta. Umumnya pada bagian tengah secara dominan tertutupi oleh
endapaan hasil erupsi gunung Merapi muda yang berupa tuf, abu, breksi,
agglomerat dan leleran lava tak terpisahkan.
Sistem perlipatan berkembang dengan sumbu lipatan berarah timur laut - barat
daya dapat dijumpai di sebelah tenggara Kota Yogyakarta. Beberapa perlipatan
berupa sinklin dan antiklin dapat dijumpai di wilayah Wates hingga Wonogiri.
Sistem perlipatan ini tersingkap pada Formasi Sentolo yang berupa batugamping
dan batupasir napalan. Dari data geofisika diketahui bahwa Sistem Sesar utama
di wilayah Yogyakarta adalah Sistem Sesar berarah timur laut – barat daya,
6
Buletin Berkala Merapi : Vol. 3, No. 2, Edisi Agustus 2006, ISSN 1693-9212, BPPTK PVMBG, Hal 36 - 55
tersebar mulai dari sebelah barat Parang Tritis, Bantul hingga Prambanan. Sistem
sesar utama ini telah terpotong oleh suatu sistem sesar geser kecil - kecil dengan
arah barat - timur. Suatu sistem sesar yang berkembang dengan arah barat laut -
tenggara berupa sesar geser menganan dapat dijumpai di sebelah selatan Kota
Yogyakarta.
Dari sejarah gempabumi yang pernah melanda daerah ini, gempabumi tektonik
yang terjadi di wilayah ini umumnya berasal dari zona penunjaman. Sebelum
kejadian gempabumi tanggal 27 Mei 2006 sangat jarang kejadian gempabumi
yang bersumber dari sistem sesar aktif yang ada di daratan Yogyakarta. Melihat
dari catatan sejarah gempabumi merusak yang terjadi pada tanggal 10-6-1867
dan tanggal 23-7-1943 dimana intensitas gempabumi mencapai IX dan kerusakan
tercatat di wilayah Yogyakarta hingga Klaten dan Surakarta, maka penulis
menyimpulkan bahwa kedua gempabumi ini akibat pergerakan sistem sesar aktif.
Adanya kejadian gempabumi tanggal 27 Mei 2006 yang diikuti oleh gempabumi
susulan setelahnya yang bersumber pada zona sesar berarah barat daya – timur
laut, semakin memperkuat kesimpulan bahwa sesar yang dimulai dari daerah
Parang Tritis melewati daerah Bantul hingga Prambanan yang berarah barat daya
– timur laut merupakan salah satu sesar aktif di Indonesia. Beberapa ahli geologi
telah mengusulkan penamaan sesar aktif ini, ada yang mengusulkan nama Sesar
Opak, beberapa ahli geologi lainnya mengusulkan nama Sesar Imogiri. Yang jelas
apapun namanya bahwa sesar ini merupakan sesar aktif.
7
Buletin Berkala Merapi : Vol. 3, No. 2, Edisi Agustus 2006, ISSN 1693-9212, BPPTK PVMBG, Hal 36 - 55
8
Buletin Berkala Merapi : Vol. 3, No. 2, Edisi Agustus 2006, ISSN 1693-9212, BPPTK PVMBG, Hal 36 - 55
9
Buletin Berkala Merapi : Vol. 3, No. 2, Edisi Agustus 2006, ISSN 1693-9212, BPPTK PVMBG, Hal 36 - 55
jarang terjadi gempabumi yang dikenal dengan seismic gap, berpotensi untuk
terjadi gempabumi dengan kekuatan besar yang berpotensi merusak, karena
diperkirakan akumulasi strain akibat proses subduksi yang berjalan terus di
daerah seismic gap sudah mengalami batas maksimum.
Dari data Katalog Gempabumi Merusak Indonesia dan peta wilayah rawan
gempabumi Indonesia yang disusun oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi, wilayah Yogyakarta merupakan salah satu wilayah rawan gempabumi
merusak. Data yang berhasil dihimpun diawali pada gempabumi tanggal 10-6-
1867 yang menimbulkan kerusakan bangunan di Yogyakarta, Klaten hingga
Surakarta. Korban jiwa akibat gempabumi ini tercatat 5 orang. Skala intensitas
diperkirakan mencapai IX MMI. Pada tanggal 23-7-1943 terjadi gempabumi
tektonik yang mengakibatkan korban jiwa 213 orang, 2096 orang luka – luka.
Kerusakan bangunan melanda wilayah Yogyakarta, Klaten hingga Surakarta.
Skala intensitas kejadian gempabumi ini diperkirakan mencapai IX MMI.
Pada tanggal 13-1-1981 terjadi gempabumi tektonik yang bersumber di laut akibat
aktivitas zona subduksi mengakibatkan pondasi hotel Ambarrukmo retak. Diduga
sejumlah bangunan tua juga mengalami retakan dinding. Masyarakat kota
Yogyakarta merasakan getaran gempabumi tersebut cukup kuat. Skala intensitas
kejadian gempabumi ini diperkirakan mencapai VI MMI. Terakhir adalah
gempabumi tanggal 27-5-2006 yang bersumber di darat mengakibatkan bencana
di wilayah Bantul, Prambanan dan Klaten. Korban jiwa lebih dari 5.600 orang.
Melihat dari dari kerusakan akibat gempabumi tanggal 10-6-1867, 23-7-1943 dan
27-5-2006, dimana kerusakan melanda wilayah Yogyakarta, Klaten hingga
Surakarta, kemungkinan besar disebabkan oleh pergerakan sistem sesar di
wilayah Yogyakarta yang berarah barat daya – timur laut. Data selengkapnya
kejadian gempabumi merusak wilayah Yogyakarta terdapat pada tabel berikut ini.
10
Buletin Berkala Merapi : Vol. 3, No. 2, Edisi Agustus 2006, ISSN 1693-9212, BPPTK PVMBG, Hal 36 - 55
11
Buletin Berkala Merapi : Vol. 3, No. 2, Edisi Agustus 2006, ISSN 1693-9212, BPPTK PVMBG, Hal 36 - 55
Gambar 4. Peta pusat gempabumi merusak dan struktur geologi Pulau Jawa
(Supartoyo dkk, 2005).
12
Buletin Berkala Merapi : Vol. 3, No. 2, Edisi Agustus 2006, ISSN 1693-9212, BPPTK PVMBG, Hal 36 - 55
• Catatan seismogram 4 stasiun Gunung Merapi (DEL, PLA, KLA dan PUS).
• Waktu tiba gelombang p dan s.
• Perbedaan waktu tiba gelombang s – p sekitar 17 detik berdasarkan
seismogram stasiun Plawangan dan Klakah.
• Model kecepatan menggunakan 5 lapisan Vp dan Vs.
• Perhitungan mencari kesalahan terkecil antara waktu tiba gelombang p dan s.
13
Buletin Berkala Merapi : Vol. 3, No. 2, Edisi Agustus 2006, ISSN 1693-9212, BPPTK PVMBG, Hal 36 - 55
14
Buletin Berkala Merapi : Vol. 3, No. 2, Edisi Agustus 2006, ISSN 1693-9212, BPPTK PVMBG, Hal 36 - 55
15
Buletin Berkala Merapi : Vol. 3, No. 2, Edisi Agustus 2006, ISSN 1693-9212, BPPTK PVMBG, Hal 36 - 55
150
100
50
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
HARI
16
Buletin Berkala Merapi : Vol. 3, No. 2, Edisi Agustus 2006, ISSN 1693-9212, BPPTK PVMBG, Hal 36 - 55
1.2E+19
ENERGI (erg)
8.0E+18
4.0E+18
0.0E+00
27-Mei- 28-Mei- 29-Mei- 30-Mei- 31-Mei- 1-Juni- 2-Juni- 3-Juni- 4-Juni- 5-Juni- 6-Juni- 7-Juni- 8-Juni- 9-Juni- 10-Juni- 11-Juni-
2006 2006 2006 2006 2006 2006 2006 2006 2006 2006 2006 2006 2006 2006 2006 2006
TANGGAL
17
Buletin Berkala Merapi : Vol. 3, No. 2, Edisi Agustus 2006, ISSN 1693-9212, BPPTK PVMBG, Hal 36 - 55
18
Buletin Berkala Merapi : Vol. 3, No. 2, Edisi Agustus 2006, ISSN 1693-9212, BPPTK PVMBG, Hal 36 - 55
Retakan Tanah
Retakan tanah dalam dimensi kecil maupun panjang dapat diamati di wilayah
Bantul hingga Klaten. Hasil pengukuran lapangan pola retakan tanah tersebut
secara umum berarah N 250o – 260o E, N 70o – 100o E, dan N 175o – 180o E.
Lokasi retakan tanah yang diamati dan diukur oleh TTD adalah :
• Kelurahan Sanggrahan, Kecamatan Prambanan berarah N 260o E,
panjang ±10 meter.
• Prambanan berarah N 175o E, panjang ± 4 meter.
• Jembatan Kembang Sari, Kecamatan Piyungan, jalan Parang Tritis, desa
Putren kecamatan Plered dan daerah Lowanu kota Yogyakarta berarah
barat – timur, panjang ± 3 -5 meter.
• Desa Grojogan, Kecamatan Banguntapan, Bantul berarah N 0o E, panjang
± 15 meter.
• Desa Kamitan, Kecamatan Bambang Lipuro, Kabupaten Bantul, Bantul
berarah N 0o E, panjang ± 30 meter.
• Desa Mawen, kecamatan Gantiwarno berarah N 0o E, panjang ± 30 meter.
• Kecamatan Gantiwarno yang melewati desa Cendol, desa Kragilan dan
desa Gesikan berarah N 70o – 100o E, panjang ± 2.900 meter.
Pelulukan (Liquefaction)
Gejala pelulukan (liquefaction) dicirikan dengan munculnya pasir halus sepanjang
retakan tanah. Lokasi gejala pelulukan yang diidentifikasi oleh TTD adalah :
19
Buletin Berkala Merapi : Vol. 3, No. 2, Edisi Agustus 2006, ISSN 1693-9212, BPPTK PVMBG, Hal 36 - 55
Longsoran
Gempabumi ini juga mengakibatkan terjadinya longsoran tanah, umumnya dalam
dimensi kecil. Lokasi longsoran yang diidentifikasi oleh TTD adalah :
• Parang Tritis, Kabupaten Bantul.
20
Buletin Berkala Merapi : Vol. 3, No. 2, Edisi Agustus 2006, ISSN 1693-9212, BPPTK PVMBG, Hal 36 - 55
21
Buletin Berkala Merapi : Vol. 3, No. 2, Edisi Agustus 2006, ISSN 1693-9212, BPPTK PVMBG, Hal 36 - 55
• Terasa oleh semua orang baik di dalam maupun di luar rumah dan orang
yang sedang berjalan terganggu. Masyarakat menjadi panik.
• Pintu dan jendela berderit, mebel bergerak dan terjatuh, barang – barang
yang ada di atas meja jatuh, lonceng gereja berbunyi, pohon terlihat
bergoyang, sepeda motor yang diparkir terjatuh.
• Sebagian bangunan tua dan bangunan yang dirancang tidak tahan
goncangan gempabumi mengalami kerusakan dan roboh.
• Sumur penduduk keruh.
22
Buletin Berkala Merapi : Vol. 3, No. 2, Edisi Agustus 2006, ISSN 1693-9212, BPPTK PVMBG, Hal 36 - 55
23
Buletin Berkala Merapi : Vol. 3, No. 2, Edisi Agustus 2006, ISSN 1693-9212, BPPTK PVMBG, Hal 36 - 55
24
Buletin Berkala Merapi : Vol. 3, No. 2, Edisi Agustus 2006, ISSN 1693-9212, BPPTK PVMBG, Hal 36 - 55
8. Kesimpulan
9. Rekomendasi
25
Buletin Berkala Merapi : Vol. 3, No. 2, Edisi Agustus 2006, ISSN 1693-9212, BPPTK PVMBG, Hal 36 - 55
26
Buletin Berkala Merapi : Vol. 3, No. 2, Edisi Agustus 2006, ISSN 1693-9212, BPPTK PVMBG, Hal 36 - 55
FOTO – FOTO
KEGIATAN LAPANGAN
TIM TANGGAP DARURAT
27
Buletin Berkala Merapi : Vol. 3, No. 2, Edisi Agustus 2006, ISSN 1693-9212, BPPTK PVMBG, Hal 36 - 55
28
Buletin Berkala Merapi : Vol. 3, No. 2, Edisi Agustus 2006, ISSN 1693-9212, BPPTK PVMBG, Hal 36 - 55
Foto 4. Rumah penduduk yang roboh pada zona sesar dengan latar belakang bukit
segitiga facet di dusun Guyangan, desa Wonolelo, Plered, Bantul.
29
Buletin Berkala Merapi : Vol. 3, No. 2, Edisi Agustus 2006, ISSN 1693-9212, BPPTK PVMBG, Hal 36 - 55
DAFTAR PUSTAKA
30
Buletin Berkala Merapi : Vol. 3, No. 2, Edisi Agustus 2006, ISSN 1693-9212, BPPTK PVMBG, Hal 36 - 55
31
Buletin Berkala Merapi : Vol. 3, No. 2, Edisi Agustus 2006, ISSN 1693-9212, BPPTK PVMBG, Hal 36 - 55
32