Anda di halaman 1dari 8

PENAFSIRAN GEOLOGI PERAIRAN SUMUR, UJUNG KULON-BANTEN

BERDASARKAN DATA SEISMIK PANTUL SALURAN TUNGGAL

GEOLOGICAL INTERPRETATION OF SUMUR WATERS, UJUNG KULON-BANTEN


BASED ON A SINGLE CHANNEL SEISMIC REFLECTION DATA

Joni Widodo*, Dida Kusnida, dan Lukman Arifin

Pusat Riset Sumber Daya Geologi


Badan Riset dan Inovasi Nasional
*
joni.widodo64@gmail.com
Jl. Sangkuriang No.21 Bandung 40136

Diterima : 19-07-2022, Disetujui : 17-11-2022

AB STR AK

Perairan Sumur hingga Teluk Lada merupakan bagian dari Selat Sunda, yang secara fisiografi merupakan ujung
barat dari Lajur Bogor, Lajur Depresi Tengah dan Lajur Bandung. Untuk menganalisis kondisi geologi bawah laut, dapat
dirunut dari geologi darat, yang mengacu pada Geologi Lembar Cikarang 1109-2 yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian
dan Pengembangan Geologi. Batimetri daerah penelitian memperlihatkan kecenderungan adanya pengaruh struktur
geologi terhadap perubahan kedalaman laut, dimana struktur geologi berupa sesar normal dan perlipatan banyak
dijumpai di daerah penelitian. Hasil penetrasi seismik dangkal yang dipergunakan secara umum terbatas hingga
kedalaman 350 milidetik, atau + 250 m. Terdapat 2 satuan batuan Pliosen (awal dan akhir) dan 4 satuan batuan
Pleistosen/Kuarter dari tua ke muda: Q0, Q1, Q2, dan Q3, yang dapat dikenali dari seluruh penampang seismik dangkal
di Selat Sunda.
Kata kunci: Selat Sunda, batimetri, struktur geologi, seismik stratigrafi.

AB STRA CT

Sumur waters until Teluk Lada is part of the Sunda Strait, which is physiographically is the westernmost end of the
Bogor Belt, Central Depression Belt, and Bandung Belt. To analyze the geological condition of the study area, it is
referred to the Geological Map of Cikarang Quadrangle1109-02 published by the Geological Research and
Development Center. The bathymetry of the study area tends to show the presence of geological structures that
influenced the change of water depths, where the normal faults and folds are widespread in this area. The maximum
penetration our system can reach of 350 msecond or 250 meters. There are two rock units of early and late Pliocene and
four rock units of Pleistocene/Quaternary, namely from the oldest to the youngest are Q0, Q1, Q2, and Q3; those can be
recognized in the entire shallow seismic profiles in Sunda Strait.
Keyword: Sunda Strait, bathymetry, geological structure, seismic stratigraphy.

Kontribusi:
Joni Widodo, Dida Kusnida dan Lukman Arifin adalah kontributor utama dalam makalah ini.

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN


Volume 20 No. 2, Nopember 2022
67
PENDAHULUAN Miosen Awal yang tergabung dalam Formasi Cimapag
Lokasi penelitian seismik pantul dangkal yang telah (Tmc) dan tersingkap di sepanjang lereng barat G. Honje.
dilakukan di perairan Sumur hingga Teluk Lada berada Formasi Cimapag di bagian bawah terdiri dari breksi
aneka bahan, lava andesit, batupasir, batulempung,
pada koordinat 105o00’00” – 106o00’00” BT dan batugamping, konglomerat dan tufa. Tidak selaras di atas
6o15’00” – 6o45’00” LS (Gambar 1). Di daerah Sumur satuan ini diendapkan batuan berumur Miosen Akhir yang
bagian timur terdapat Pulau Panaitan sedangkan di bagian terdiri dari breksi gunungapi, lava andesit-basal dan tufaa
barat terdapat Gunung Walang dan Gunung Honje. yang mengandung kayu terkersikkan. Batuan-batuan ini
Terdapat dua Teluk yaitu Teluk Lada dibagian utara dan termasuk kedalam Formasi Honje (Tmh) yang tersebar
Teluk Selamat Datang di bagian selatannya. Tujuan luas di G. Honje. Formasi Bojongmanik (Tmb), yang
penelitian adalah untuk mengetahui kondisi geologi terdiri dari perslingan batupasir, batulempung, napal,
dengan menafsirkan rekaman seismik pantul dangkal batugamping, konglomerat, tufaa dan sisipan lignit,
sparker. Data yang digunakan dalam interpretasi geologi menumpang secara tidak selaras di atas Formasi
laut perairan Sumur merupakan data seismik dangkal Cimapag. Formasi ini kemungkinan menjari dengan
sepanjang 273 km hasil penelitian Tim Puslitbang dengan Formasi Honje yang merupakan produk
Geologi Kelautan pada tahun 1989 (Susilohadi, 2019). kegunungapian. Formasi Bojongmanik kemudian juga
Interpretasi data lepas pantai ini juga mengambil manfaat ditindih secara tidak selaras oleh Formasi Cipacar yang
dari publikasi hasil pemboran eksplorasi migas Aminoil juga merupakan produk kegunungapian berumur Pliosen
Indonesia (Noujaim, 1976), berupa informasi endapan dan terdiri dari tufa, tufa batuapung, batupasir tufa,
Pliosen Atas yang terdiri dari batulempung sisipan pasir- batulempung tufaaan, tufa breksi dan napal. Hingga
lanau dan piroklastik hingga kedalaman lebih dari 8000 Pleistosen Akhir kegiatan kegunungapian terus
kaki. Hasil interpretasi data seismik laut telah terkorelasi berlangsung di timur G. Honje dan menghasilkan Formasi
dengan baik, dengan data bor maupun data singkapan Bojong yang dipengaruhi pengendapannya oleh
geologi darat hasil pemetaan Pusat Penelitian dan lingkungan marin dangkal hingga menghasilkan batupasir
Pengembangan Geologi (P3G, Sudana dan Santosa, gampingan, batulempung, napal, batugamping, tufa dan
1992). gambut; dan batuan gunung api Kuarter berupa breksi
Berdasarkan peta geologi (Sudana dan Santosa, gunungapi, aglomerat dan tufa. Kegiatan magmatisme
1992) pada Gambar 1, batuan tertua di wilayah darat juga berlangsung pada jaman Pliosen yang menghasilkan
antara Sumur hingga Teluk Lada adalah batuan berumur andesit-basal sebagai batuan terobosan.

Gambar 1. Peta lokasi, peta geologi, dan lintasan seismik pantul dangkal diplot di atas peta batimetri. C-1-SX adalah sumur
eksplorasi migas Aminoil 1973. Notasi batuan dapat dilihat pada bab pendahuluan.

68 JURNAL GEOLOGI KELAUTAN


Volume 20, No. 2, Nopember 2022
METODE pengaruh kondisi geologi (terutama struktur geologi)
terhadap perubahan kedalaman laut. Di Teluk Selamat
Peralatan yang digunakan pada saat pengambilan
Datang, batimetri sangat landai dengan kemiringan lereng
data lapangan tahun 1989 adalah sistem seismik pantul
sekitar 2% yang kemungkinan pembentukannya
dangkal sparker dengan energi luaran sebesar 400 Joule,
dipengaruhi oleh adanya penurunan perairan antara Ujung
picu ledakan setiap 1 detik, dengan sapuan perekaman 0,5
Kulon dengan G. Honje. Ke arah Tanjung Lesung,
detik. Perekaman data seismik ditapis dengan
morfologi dasar laut semakin curam hingga mencapai
menggunakan Khron hite filter dengan menggunakan
kemiringan lereng 1,25% di barat tanjung. Kecuraman ini
penguat sinyal Time Varied Gain (TVG). Navigasi pada
kemungkinan dipengaruhi oleh tumbuhnya kompleks
saat data lapangan diakuisisi adalah dengan menggunakan
lipatan G. Walang.
peralatan kombinasi radio navigasi (Motorola Mini
Ranger III) dan optik (theodolit). Pemeruman untuk
Geologi Struktur
pengukuran kedalaman laut menggunakan echosounder
Struktur geologi daerah Sumur sangat dipengaruhi
Raytheon.
oleh perkembangan Graben Semangko yang berkembang
mulai akhir kala Miosen Tengah. Peta geologi darat
HASIL DAN PEMBAHASAN (Sudana & Santosa, 1992) memperlihatkan bahwa sisi
Data dasar untuk studi ini dilengkapi dengan data barat G. Honje mengalami persesaran normal dengan arah
geologi darat (Atmawinata dan Abidin, 1991; Mangga drr, azimut hampir sejajar pantai (Gambar 2). Interpretasi
1993; Santosa, 1991; Sudana dan Santosa, 1992) yang terhadap data seismik dangkal di perairan Sumur
telah dipublikasikan oleh P3G. Kerangka stratigrafi memperlihatkan bahwa arah penurunan sesar normal
seismik dibagi menjadi beberapa runtunan (sekuen tidak selalu konsisten dan pada umumnya disertai dengan
pengendapan) berdasarkan batas sekuen dan analisis perlipatan (Gambar 3), sehingga terdapat kemungkinan
fasies (Vail drr, 1977). bahwa sesar-sesar yang teramati pada penampang seismik
dangkal hanya merupakan bagian atas dari sesar mendatar
Morfologi Dasar Laut regional yang membentuk negative flower stucture. Hasil
Kedalaman dasar laut daerah penelitian semakin interpretasi data seismik juga memperlihatkan bahwa
dalam ke arah lepas pantai dengan kedalaman mencapai sebagian sesar berhenti berkembang sejak akhir
100 meter. Morfologi dasar laut perairan Sumur dan Teluk Pleistosen Tengah (Gambar 3, 4 & 5). Walaupun demikian
Lada (Gambar 1), memperlihatkan kecenderungan adanya beberapa sesar normal aktif masih dapat diidentifikasi,

Gambar 2. Peta struktur geologi daerah Sumur, diplot di atas peta geologi Lembar Cikarang. Struktur geologi darat berasal dari
Peta Geologi Lembar Cikarang (Sudana & Santosa, 1992). Struktur geologi laut berasal dari hasil interpretasi data
seismik dangkal P3GL. Keterangan simbol satuan batuan dapat dilihat pada teks.

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN


Volume 20 No. 2, Nopember 2022
69
terutama di wilayah lebih ke arah laut (barat laut) perairan ekstensi batuan berumur lebih tua dari Pliosen Akhir
Sumur, yang memperlihatkan bahwa pembentukan graben dapat diamati.
masih berlangsung dan mengontrol sedimentasi Sesuai dengan kaidah stratigrafi seismik, disamping
Pleistosen Akhir dan Holosen. konfigurasi refleksi, batas-batas satuan stratigrafi yang

Gambar 3. Interpretasi penampang seismik L-12, arah barat laut-tenggara dekat pantai Sumur. Satuan batuan Pliosen
memperlihatkan amplitudo yang lemah dengan pola refleksi sub-paralel. Di bagian atas, amplitudo menguat dan
berasosiasi dengan channel. Satuan batuan Pliosen tidak secara luas dijumpai di daerah Honje dan kemungkinan
sebagian besar telah tererosi, namun diperkirakan ekivalen dengan Formasi Cipacar yang lebih dipengaruhi oleh
kegiatan kegunungapian di timur Honje. Satuan batuan Pleistosen Awal memperlihatkan karakter yang serupa dan
kemungkinan juga diendapkan pada lingkungan laut dangkal. Satuan batuan Pleistosen Akhir umumnya merupakan
selang-seling antara sedimen berlingkungan fluvial dan laut dangkal. Struktur lipatan yang berasosiasi dengan
persesaran aktif hingga akhir Pleistosen Awal.

Gambar 4. Kelanjutan ke arah barat laut dari penampang seismik Gambar 3 yang memperlihatkan penurunan cekungan yang
konsisten dan cepat ke arah barat. Sehingga terjadi penebalan sedimen Pliosen hingga Pleistosen Tengah. Satuan
batuan Pleistosen Akhir (Q3e - Q3g) relatif tipis yang kemungkinan menunjukkan berkurangnya aktifitas penurunan
cekungan.

dipakai dalam pengelompokan satuan adalah berupa


Seismik Stratigrafi bidang ketidak-selarasan (unconformity). Terdapat 2
Kemampuan penetrasi seismik dangkal yang satuan batuan Pliosen (awal dan akhir) dan 4 satuan
dipergunakan secara umum terbatas hingga kedalaman batuan Pleistosen/Kuarter dari tua ke muda: Q0, Q1, Q2,
350 milidetik, atau + 250 m. Hasil korelasi dengan data dan Q3, yang dapat dikenali dari seluruh penampang
bor C-1-SX, data seismik Sonne SO-137 dan data seismik dangkal di Selat Sunda. Lebih jauh satuan Q3
pemetaan geologi darat, memperlihatkan bahwa batuan dapat dibagi menjadi sub-satuan Q3a hingga Q3h. Satuan-
yang terekam pada penampang seismik dangkal pada satuan tersebut pada umumnya memperlihatkan
umumnya lebih muda dari Pliosen Akhir. Beberapa konfigurasi refleksi paralel - subparalel dengan amplitudo
penampang seismik, terutama dekat dengan Tanjung lemah hingga sedang yang menunjukkan lingkungan
Lesung dimana batuan berumur Mio-Pliosen tersingkap, pengendapan laut dangkal. Beberapa satuan sering sekali
memperlihatkan perubahan konfigurasi refleksi ke arah

70 JURNAL GEOLOGI KELAUTAN


Volume 20, No. 2, Nopember 2022
Gambar 5. Interpretasi penampang seismik lintasan L-10, arah barat laut-tenggara dekat pantai di perairan antara Sumur dan
Tanjung Lesung. Satuan batuan Pleistosen Awal sangat tebal sebagai akibal penurunan cekungan yang cepat dan
aktif sejak Pliosen. Penurunan berkurang pada Pleistosen Akhir ketika satuan Q3 mulai diendapkan sehingga
terbentuk runtunan satuan marin-non marin sebagai akibat perubahan mukan laut global.

Gambar 6. Kelanjutan penampang seismik Gambar 5 ke arah barat. Satuan batuan Pleistosen Akhir masih mengalami penebalan
ke arah barat sebagai akibat adanya pengurangan penurunan cekungan. Adanya sesar aktif kemudian mengontrol
penebalan sedimentasi secara lokal pada satuan-satuan Q3e - Q3g.

Gambar 7. Interpretasi penampang seismik lintasan CL, arah barat laut-tenggara dekat pantai Sumur. Serupa dengan penampang
sebelumnya, onlapping dan penebalan pada satuan Q3a menunjukkan masih adanya penurunan cekungan hingga
awal Pleistosen Akhir. Sesar normal aktif yang terbentuk kemudian mengakomodir penurunan lokal dan mengontrol
sedimentasi pada satuan batuan Pleistosen Akhir.

atas menjadi beramplitudo tinggi, dengan pola refleksi


JURNAL GEOLOGI KELAUTAN
Volume 20 No. 2, Nopember 2022
71
bergelombang atau chaotic, yang menunjukkan adanya kemungkinan mewakili tingginya frekuensi perubahan
penurunan relatif muka laut yang diakhiri dengan muka laut global, permukaan erosi dan pengendapan
terbentuknya bidang ketidak-selarasan. Pada penampang, berlingkungan fluvial akan terjadi di Selat Sunda Utara
perbedaan fasies semacam ini ditandai dengan huruf (m) saat susut laut jaman glasial (Susilohadi 2005;
untuk lingkungan pengendapan laut, dan huruf (f) untuk Pramumijoyo dan Sebrier, 1991).
lingkungan pengendapan darat atau fluviatil. Satuan- Penampang pada Gambar 3, 4, 5 dan 6
satuan tersebut dapat terpetakan pada seismik resolusi memperlihatkan struktur geologi dan seismik stratigrafi di
tinggi mengingat Selat Sunda mengalami penurunan yang perairan Sumur. Satuan batuan Pliosen memperlihatkan
sangat cepat dan tingkat sedimentasi yang sangat tinggi. konfigurasi refleksi sub-paralel dengan amplitudo refleksi

Gambar 8. Interpretasi penampang seismik lintasan L-5, arah barat laut-tenggara melintasi ujung utara Tanjung Lesung. Satuan
batuan Pliosen Awal dan Pliosen Akhir memperlihatkan karakter yang serupa dengan di perairan Sumur dan dapat
dibagi menjadi 2 satuan yang dipisahkan oleh ketidakselarasan. Pembentukan struktur lipatan yang kemudian
disertai persesaran terjadi pada akhir Pleistosen Tengah. Pengendapan satuan Pleistosen Akhir Q3g dan Q3h tidak
terganggu oleh pembentukan struktur geologi dan menghasilkan cut and fill deposits (Q3g) dan highstand deposit
(Q3h).

Gambar 9. Ekstensi penampang seismik Gambar 8 ke arah barat, memperlihatkan ekstensi satuan-satuan batuan Pleistosen ke
arah barat. Satuan-satuan Q0 hingga Q3f kemungkinan diendapkan pada posisi yang relatif datar, sehingga
menghasilkan selang-seling fasies marin-non marin yang luas dengan ketebalan yang konsisten. Penurunan
cekungan ke arah barat kemungkinan terjadi pada akhir Pleistosen Tengah namun kemudian berkurang sehingga
satuan Q3g dan Q3h telah diendapkan pada posisi yang relatif datar.

Banyaknya satuan stratigrafi di atas menunjukkan yang lemah. Terdapat kecenderungan penguatan
kuatnya pengaruh perubahan muka laut global Kuarter di amplitudo dan berasosiasi dengan kemungkinan fluvial
Selat Sunda bagian utara yang mempunyai kedalaman channel dibagian atas satuan. Satuan batuan Pliosen tidak
laut umumnya kurang dari 80 m. Sebagaimana diketahui secara luas dijumpai di daerah Honje dan kemungkinan
sejak akhir Pliosen muka laut global cenderung menurun sebagian besar telah tererosi, namun diperkirakan
dari +25 muka laut saat ini hingga -120 meter pada jaman ekivalen dengan Formasi Cipacar yang lebih dipengaruhi
glasial dengan frekuensi perubahan yang sangat tinggi oleh kegiatan kegunungapian di timur Honje, dan
(Raymo drr., 2011). Satuan-satuan stratigrafi tersebut

72 JURNAL GEOLOGI KELAUTAN


Volume 20, No. 2, Nopember 2022
menghasilkan tufa, tufa batuapung, batupasir tufa, UCAPAN TERIMA KASIH
batulempung tufaaan, tufa breksi dan napal. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala
Satuan batuan Pleistosen Awal memperlihatkan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
karakter yang serupa dengan satuan batuan Pliosen dan yang telah mengijinkan penulisan makalah ini. Terima
kemungkinan juga diendapkan pada lingkungan laut kasih juga ditujukan kepada DR. Susilohadi atas
dangkal. Satuan batuan Pleistosen Akhir umumnya dorongannya untuk menyelesaikan makalah ini serta
merupakan selang-seling antara sedimen-sedimen hasil pemanfaatan data atlas seismik. Terima kasih juga
cut and fill dari sistem fluvial dan laut dangkal. Ke arah disampaikan kepada anggota tim dan teknisi atas
barat laut dari perairan Sumur terjadi penurunan cekungan kerjasama pada saat pengambilan dan pengolahan data
yang konsisten dan cepat ke arah barat pada kala Pliosen seismik.
hingga Pleistosen Tengah, seperti terlihat oleh adanya
penebalan sedimen Pliosen hingga Pleistosen Tengah.
Satuan batuan Pleistosen Akhir (Q3a - Q3g) relatif tipis DAFTAR ACUAN
yang kemungkinan menunjukkan berkurangnya aktifitas Atmawinata, S. & Abidin, H.Z., 1991. Geological Map of
penurunan cekungan. Namun terbentuk runtunan satuan the Ujung Kulon quadrangle, West Java.
batuan marin-non marin sebagai akibat adanya perubahan Geological Research and Development Centre,
muka laut global yang ekstrim. Adanya sesar aktif di Bandung.
perairan barat Sumur mengontrol penurunan lokal dan Mangga, S.A., Amirudin, Suwarti, T., Gafoer, S. &
penebalan sedimentasi pada satuan-satuan Q3a - Q3g. Sidarto, 1993. Geological map of the
Di daerah sekitar Tanjung Lesung (Gambar 8 & 9), Tanjungkarang quadrangle, Sumatera. Geological
satuan batuan Pliosen Awal dan Pliosen Akhir Research and Development Centre, Bandung.
memperlihatkan karakter yang serupa dengan di perairan
Noujaim, A.K., 1976. Drilling in a high temperature and
Sumur dan dapat dibagi menjadi 2 satuan yang dipisahkan
overpressured area Sunda Strait, Indonesia.
oleh ketidakselarasan. Kedua satuan tersebut dan satuan
Proceedings 5th Annual Conference, Indonesia
Pleistosen Awal hingga Tengah (Q0 hingga Q3f)
Petroleum Association, 211-214.
kemungkinan diendapkan pada posisi yang relatif datar,
sehingga menghasilkan selang-seling fasies marin-non Pramumijoyo, S. & Sebrier, M., 1991. Neogene and
marin yang luas dengan ketebalan yang konsisten. Quaternary fault kinematics around the Sunda
Pembentukan struktur lipatan yang kemudian disertai Strait area, Indonesia. J. Southeast Asian Earth
persesaran terjadi pada akhir Pleistosen Tengah, namun Sci. 6, 137-145.
kemudian berkurang. Sehingga pengendapan satuan Raymo, M.E., Mitrovica, J.X., O’Leary, M.J., DeConto,
Pleistosen Akhir Q3g dan Q3h tidak terganggu oleh R.M., Hearty, P.J., 2011. Departures from eustasy
pembentukan struktur geologi dan menghasilkan cut and in Pliocene sea-level records. Nature Geoscience,
fill deposits (Q3g) dan highstand deposit (Q3h). v. 4, May 2011, p. 328-332.
Santosa, S., 1991. Geological map of the Anyer
KESIMPULAN DAN SARAN Quadrangle, West Jawa. Geological Research and
Morfologi dasar laut perairan Sumur hingga Teluk Development Centre, Bandung.
Lada cenderung dipengaruh kondisi geologi terutama Sudana, D. dan Santosa, S., 1992. Geological map of the
struktur geologi di daerah penelitian yang diduga masih Cikarang, Jawa. Geological Research and
aktif. Interpretasi data seismik dangkal di perairan Sumur Development Centre, Bandung.
memperlihatkan bahwa arah penurunan sesar normal Susilohadi, S., Gaedicke, C. & Ehrhardt, A., 2005.
tidak selalu konsisten dan pada umumnya disertai dengan Neogene structures and sedimentation history
perlipatan, sehingga terdapat kemungkinan bahwa sesar- along the Sunda forearc basins off southwest
sesar yang teramati pada penampang seismik dangkal Sumatra and southwest Java. Marine Geology 219,
hanya merupakan bagian atas dari sesar mendatar regional 133– 154.
yang membentuk negative flower stucture. Hasil korelasi
Susilohadi, 2019, Atlas Seismik Refleksi Dangkal Selat
kesebandingan data seismik dengan data geologi darat,
Sunda Timur Laut dan Teluk Lampung (Shallow
diperoleh bahwa di perairan Sumur paling tidak terdapat
Seismic Atlas of Northeastern Sunda Strait And
dua satuan batuan Pliosen (awal dan akhir) dan 4 satuan
Lampung Bay): Pusat Penelitian dan
batuan Pleistosen/Kuarter yaitu subsekuen Q0, Q1, Q2,
Pengembangan Geologi Kelautan.
dan Q3 yang juga dapat dikenali dari seluruh penampang
seismik dangkal di Selat Sunda. Kondisi geologi yang Vail, P.R., Mitchum Jr., R.M., Todd, R.G., Widmaier, S.,
menunjukkan adanya pelipatan dan sesar sesar yang aktif Thomson III, S., Sangree, J.B., Bubb, J.N. &
perlu diwaspadai bila membangun kontruksi di sekitar Hatlelid, W.G., 1977. Seismic stratigraphy and
perairan Sumur. Sumber Daya Geologi yang tampaknya global changes of sea level. In: Payton, C.E. (Ed.),
dapat dimanfaatkan adalah keterdapatan gas biogenik Seismic stratigraphy-application to hydrocarbon
dalam sedimen sebagai energi alternatif. exploration, Am. Assoc. Pet. Geol. Memoir 26, pp.
48-212.

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN


Volume 20 No. 2, Nopember 2022
73
74 JURNAL GEOLOGI KELAUTAN
Volume 20, No. 2, Nopember 2022

Anda mungkin juga menyukai