SARI
Sejarah bencana di daerah Cililin menunjukkan bahwa wilayah ini sering mengalami peristiwa tanah longsor. Pengukuran
seismik bias dangkal di daerah ini dimaksudkan untuk mendeteksi kemungkinan adanya bidang longsoran di daerah
pengamatan. Dalam penelitian ini digunakan metode Hagiwara untuk menghitung ketebalan lapisan di bawah geofon.
Hasil analisis menunjukkan bahwa lapisan tanah permukaan yang berupa bahan rombakan serta hasil pelapukan
batupasir tufaan merupakan lapisan rawan longsor.
Kata kunci : tanah longsor, seismik bias dangkal, bidang gelincir
ABSTRACT
Hazard history of the Cililin area shows that landslides often occur there. Seismic refraction measurement has been aimed
at detecting the existence of sliding planes in this area. Hagiwara method was applied for calculating the depth of layers
beneath each geophone. The result of the analysis shows that the thickness of the layer which is potential to sliding is
about 1.4 m in average consisting of thallus and weathering material of tuffaceous sandstone .
J
yang ditandai dengan tebalnya lapisan tanah. Di Untuk memperkirakan adanya bidang gelincir
samping mendatangkan berkah kesuburan tanah, longsoran yang diasumsikan pada bidang batas
tebalnya tanah ini juga menyimpan potensi bahaya kekompakan batuan, maka dilakukan pengukuran
longsor pada daerah bermorfologi perbukitan, seismik bias.
M
J
G
S
U
M
buah data logger "Datamark" model SR 8000 SH travel time versus jarak dapat dilihat pada Gambar
yang masing-masing mempunyai empat channel. 4 a - e. Secara umum kualitas data cukup baik seperti
Setiap channel dihubungkan dengan sebuah geofon. ditunjukkan oleh deviasi arrival time yang kecil (di
Satu geofon ditempatkan pada sumber gelombang bawah 2,5 m/detik), kecuali di bagian timur lintasan
S
sebagai pencatat original time (awal gelombang), 3, ada beberapa data yang relatif acak.
M
ANTENA GPS
DATA LOGGER
GEOFON
SUMBER
GELOMBANG
0,090 0,090
0.080 0.080
0.080 0.080
0,070 0,070
0,070 0,070
0,060 0,060
0,060 0,060
0,050 0,050
0,050 0,050
0,040 0,040
0,040 0,040
0,030 0,030
0,030 0,030
0,020 0,020
0,020 0,020
0,010 0,010
0,010 0,010
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 Jarak (meter)
Jarak (meter)
0,090 0,090
0.080 0.080
0,070 0,070
0,060 0,060
0,050 0,050
J
0,040 0,040
0,030 0,030
0,020 0,020
0,010 0,010
G
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 48 50 52
Jarak (meter)
0,100 0,100
Waktu tempuh (detik)
0,090 0,090
0.080 0.080
0,070 0,070
M
0,060 0,060
0,050 0,050
0,040 0,040
0,030 0,030
0,020 0,020
0,010 0,010
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 48 50 52 54 56
Jarak (meter)
Gambar 4c. Data lintasan 3.
Lintasan 4
0,100 0,100
Waktu tempuh (detik)
0,090 0,090
0.080 0.080
0,070 0,070
0,060 0,060
0,050 0,050
0,040 0,040
0,030 0,030
0,020 0,020
0,010 0,010
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 48 50 52 54 56
Jarak (meter)
gelombang 147 m/detik untuk lapisan-1 dan 437 beban massa tanah, faktor kejenuhan air juga
m/detik untuk lapisan-2. Hasil perhitungan menyebabkan penurunan gaya gesek antara kedua
menunjukkan bahwa ketebalan lapisan-1 sangat lapisan tersebut.
bervariasi dengan ketebalan maksimum mencapai
G
2,5 m (Gambar 7d). Sketsa penampang tegak hasil korelasi tiap lintasan
dapat dilihat pada Gambar 8. Dari penampang
Lintasan 5 tersebut dapat dilihat bahwa bagian puncak bekas
longsoran tua, kemiringan bidang batas
S
Lintasan ini mempunyai panjang 28 m, terletak 20 m perlapisannya cukup besar, sehingga sangat
sebelah utara mahkota longsoran tua atau berjarak berpotensi sebagai pemicu longsor, mendorong
kurang lebih 20 m dari lintasan 4. Hasil perhitungan bagian bawahnya.
pada lintasan ini hampir serupa dengan lintasan
M
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 48 50 52
0
V1 = 190 m/s
2 V2 = 370 m/s
1,3 1,3 1,3 2,1 1,7 1,7 2,1 2,1 2,1 2,1 21 1,7 1,3 0,9 0,9 1,3 0,9 0,9 1,3 1,3 1,3 0,5 0,5 Kedalaman (m)
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 48 50 52 54 56
0
V1 = 107 m/s
2
0,7 1,2 1,5 1,5 1,7 1,5 1,7 1,5 1,7 1,7 1,5 1,5 0,9 1,0 1,0 1,0 0,8 1,0 1,0 0,8 1,6 1,3 1,0 1,0 0,8 1,0 Kedalaman (m)
V2 = 440 m/s
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 48 50 52 54 56
0
J
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28
0
V1 = 147 m/s
S
V2 = 556 m/s
2
1,5 2,6 2,2 1,7 1,9 1,9 1,9 1,5 1,5 1,2 1,2 0,5 Kedalaman (m)
M
50
Lintasan 5 40
Lintasan 4
30
Lintasan 3
Lintasan 2
m 20
70
Lintasan 1
270° 10
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Jarak (m)
ACUAN
Fadilah, A., 2005. Mengenal Terjadinya Tanah Longsor dan Upaya Antisipasinya, Dinas Pertambagan Jawa
J
Barat, Bandung.
Hagiwara, T., 1938. An Analytical Method of the Travel Time Curve for the Structure that the Inclination of Bed
Rock is uneven, Disin., Vol 10, No. 11, hal 463-468.
G
Paripurno, E.T., 2004. Gerakan Tanah Seling, Bagaimana Sebaiknya Kita Menyikapinya,
http:/www.geopangea.or.id.
Sudjatmiko, 2003. Peta Geologi Lembar Cianjur, Jawa skala 1 : 250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi, Bandung.
S
M