Anda di halaman 1dari 9

REIFAN FAHRISYAH (D062 19 1 005)

PROGRAM MAGISTER PASCA-SARJANA


TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

GEOLISTRIK, GEOMAGNETIK & GRAVITY


Batuan mempunyai beberapa sifat fisika diantaranya sifat kelistrikan (tahanan jenis), sifat
kemagnetan dan density (berat jenis). Metode geolistrik digunakan untuk mengukur tahanan
jenis (Keller at al, 1982), metode gravity (gaya berat) untuk mendapatkan sebaran batuan
berdasarkan berat jenis sedangkan sifat kemagnetan batuan diukur dengan magneto-meter.
Daerah penyelidikan termasuk kedalam Peta Geologi Lembar Bogor, Jawa Barat, skala 1 :
250.000 (Effendi, at al., 2011) yang diterbitkan oleh Pusat Survei Geologi, Badan Geologi
ESDM. Secara fisiografi, daerah ini termasuk ke dalam rangkaian Pegunungan Selatan Jawa
Barat (Van Bemmelen, 1949), memiliki curah hujan 3000 – 4000 mm/tahun dengan suhu
udara rata– rata dilokasi 29°– 32°C, dan kelembaban udara 85%.Berdasarkan pada peta
geologi regional ini, lokasi penelitian ditutupi oleh batuan vulkanik muda dan aluvium berumur
Tersier – Kuarter. Batuan yang tersingkap di lokasi penelitian tersusun atas breksi, breksi tuf,
batupasir tufaan.

Gambar 1 Peta Geologi Daerah Penelitian.

A. GEOLISTRIK
Metode geolistrik atau geolistrik carat ahanan jenis, mengukur tahanan jenis batuan
dengan cara meng-injeksikan arus listrik (DC Block) melalui elektroda transmitter C1,C2
kedalam tanah dan mengukur beda potensial melalui elektroda P1-P8.
Gambar 2 Susunan Elektroda Dipole-dipole dengan 8 Elektroda Penerima (P1-P8)

Untuk mendapatkan harga tahanan jenis bawah permukaan 𝛒�, digunakan geolistrik cara
dipoledipole dengan multi elektroda (Parasnis, 1986). Arus listrik dialirkan melalui elektroda
C1 dan C2 dan Δν diukur melalui elektroda P1 s/d P8, jarak antar elektroda P = 5 meter, n =
8a dan diekspansi sampi 6 x a. Nilai resistivity dihitung dengan rumus (Grandis, 2001):

𝛒� = ……………………………………………………………………………………(1)

Dimana: k = konstanta geometri dipoledipole = � (� + �)(� + �)�,

R = harga pembacaan dari instrument.

Pengukuran geolistrik dilakukan pada 9 lintasan, 3 lintasan berarah Barat-Timur dan 6


lintasan Utara-Selatan. Hasil pengukuran geolistrik adalah model 2D Inversi Tahanan jenis,
model tersebut menyajikan bentuk penampang bawah permukaan berdasarkan nilai
tahananjenis batuan. Sumbu tegak sebelah kiri adalah elevasi/tinggi berdasarkan tinggi
topografi, sumbu tegak sebelah kanan adalah kedalaman dihitung dari topografi tertinggi pada
lintasan tersebut.
Nilai tahanan jenis dikontrol oleh dua faktor utama yaitu jenis batuan dan kandungan
mineral / air.
Tahanan jenis kecil berkaitan dengan jenis batuan tufa/lempung pada umumnya batuan
lunak. Makin keras dan kompak batuan maka makin tinggi nilai tahanan jenisnya. Pada
kondisi batuan kering nilai tahanan jenis batuan juga menjadi lebih tinggi.

Tahanan jenis R<3 Ohm-m bersesuaian dengan lempung, batuan lunak, tidak lulus
air/impermeabel. Pada kondisi lereng dengan kemiringan tertentu hujan bisa mengakibatkan
gerakan tanah, sedangkan musim kemarau dapat mengakibatkan retak-retak. Tahanan jenis 3
≤ R < 10 Ohm-m berasosiasi dengan tufa, tufa pasiran, batuan lunak berair. Tahanan jenis
10≤R < 30 Ohm-m pasir, kerikil, breksi yang sudah lapuk, batuan lulus air/impermeabel
kemungkinan merupakan lapisan pembawa air atau akuifer. Tahanan jenis30≤ R < 100 Ohm-
m batuan breksi, kerakal atau batu pasir. Batuan batuan tersebut cenderung keras dan
merupakan batuan lulus air/impermeabel sehingga besar kemungkinan berfungsi sebagai
akuifer. Tahanan jenis R ≥ 100 Ohm-m adalah batuan breksi bolder, batuan kompak dan keras.
Batuan dengan harga tahananjenis lebih besar dari 30 ohm-m dominan tersebar di bagian
Utara di Lintasan 4 dan menipis sampai di Lintasan 1, dan tidak terdapat di Lintasan 8.
Sedangkan batuan lempung, tufa –tufa pasiran berharga kurang dari 10 Ohm-m tersebar di
bagian Selatan (Gambar 6). Ada bentuk cekungan tahananjenis kurang dari 3 Ohm-m dan diisi
oleh batuan yang berharga lebih besar dari 30 Ohm-m dan kurang dari 100 Ohm-m,
kemungkinan merupakan akuifer yang terakumulasi yang tertahan oleh lapisan impermeabel
di bagian Selatan. Potensi airtanah ini ada pada Lintasan 4, meter ke 360 sampai 450 dengan
kedalaman terdeteksi mulai 10 sampai dengan 80 meter.
Tabel 1 Nilai Tahanan Jenis.
Gambar 3 Lokasi Pengukuran Geolistrik
Gambar 4 Model Penampang Hasil Pengukuran Geolistrik.
Gambar 5 Model Pseudo 3D Hasil Pengukuran.

B. GEOMAGNET
Bumi merupakan magnet raksasa, sehingga setiap benda yang berada di bumi akan
terpengaruh oleh kemagnetan bumi. Intensitas magnetisasi adalah suatu besaran yang
menunjukkan kuat lemahnya medan magnet benda yang timbul karena pengaruh medan
magnet bumi. Makin tinggi nilai suseptibilitas suatu benda makin tinggi intensitas magnetisasi
(Blakely, 1995). Kuat intensitas magnet dinyatakan dengan hubungan berikut:
I = k H
……………………………………………………………………………………………….(2)
Dimana: I = intensitas magnetisasi dalam nT;
k = nilai suseptibilitas dalam emu
H = intensitas medan magnet bumi dalam nT.

Anomali geomagnetik hasil pengukuran di lapangan disebabkan oleh keberadaan jumlah


unsur, mineral, atau senyawa magnetik dalam batuan. Anomali yang tergambar rentang
anomali berkisar antara -1200 sampai 1500 nT. Nilai geomagnet latar belakang (background
geomagnetic value) berkisar antara 0 sampai 600 nT. Berdasarkan peta geomagnetik total,
dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok anomali. Anomali rendah -1200 sampai 0 ηΤ
sebagai kelompok batuan yang kurang termagnetisasi, 0 sampai 800 ηΤ dan lebih besar dari
800 ηΤ. Tidak ada hal yang mencolok dalam anomali geomagnet total.
Gambar 6 Peta Geomagnet Daerah Penyelidikan)

C. GRAVITY

Metode gravity atau gayaberat merupakan metode geofisika yang memanfaatkan medan
gravitasi bumi, dengan cara mengukur beda percepatan gravitasi antara satu titik dengan
lainnya. Harga percepatan gravitasi absolut didapat dengan jalan mengacu pada titik Base
Stasiun yang ada di LIPI (Sudrajat et al, 2004).Besar-kecilnya nilai percepatan gravitasi salah
satu penyebabnya adalah keragaman rapat massa batuan dibawah permukaan (Blakely,
1995). Bouguer Anomali adalah nilai anomali percepatan gravitasi yang sudah dikoresi.
Koreksi-koreksi tersebut terdiri dari koreksi pasang-surut (tide correction), koreksi apungan
(drift correction), koreksi udara bebas FAC (free air correction), koreksi Bouguer BC (Bouguer
correction) dan koreksi medan TC (terrain correction). Secara matematis anomali Bouguer
dihitung dengan menggunakan rumusan (Telford et al., 1982):
BA = (g o + FAC – BC + TC) - gn
………………………………………………………………………..(3)
Dimana: g n = nilai gavitasi normal atau g teoritis = 978,0318 {1+ 0,0053024 (sin 2ø) –
0,0000058 (sin22ø)}
Pola anomali Bouguer di sekitar lokasi peneltian memiliki pola menurun dari Selatan ke
arah Utara dengan nilai maksimum sekitar 136 mgal di bagian Selatan dan minimum 116
mgal di Utara. Anomali tinggi mencerminkan density (berat jenis) batuan lebih tinggi di
Selatan dan rendah di Utara.Dari pengamatan geologi dibagian utara penelitian tersingkap
litologi batupasir dengan strike/dip N102 oE/45o dengan kemiringan ke arah Selatan.
Penampang Model 2 dimensi adalah potongan penampang gaya berat A-B, A di Utara dan B di
Selatan. Model 2Dimensi menggambarkan susunan pelapisan batuan berdasarkan berat jenis
batuan dalam satuan gram/cm3. Pemodelan dibuat sampai kedalaman 3500 meter.

Gambar 7 Peta Geomagnetik Daerah Penyelidikan.


Gambar 8 Model Penampang Cross Section A-B.

Dari Penampang model 2 dimensi, menunjukan kemungkinan adanya bidang ketidak


selarasan/sesar atau cekungan/grabben, yang diisi oleh batuan yang mempunyai density
rendah 1.85 s/d 2 gr/cm3 pada sumbu ordinat 1500 sampai 2000. Batuan pada bidang ini
mempunyai potensi sebagai akuifer. Hubungan dengan kebencanaan pada sesar ini perlu
diteliti lebih lanjut. Bidang ketidak selarasan berupa grabben akan menimbulkan bahaya
pergerakan apabila sesar tersebut aktif. Perlu diteliti kemungkinan aktifnya sesar tersebut.

Anda mungkin juga menyukai