Anda di halaman 1dari 4

Nama : Rifka Destia Rimadania

NIM : 205090700111007
Kelompok :2

Application of Magnetic Methods fir Estimating Subsurface Rocks


Pulau Pura merupakan salah satu pulau yang berada di Nusa Tengga Timur. Pulau ini
dulunya merupakan kepulauan vulkanik, namun sudah tidak aktif kembali. Hal ini diketahui
dengan keberadaan gas belerang disana. Berdasarkan peta geologi regional Pantar-Pura,
Pulau Pura didominasi oleh formasi batuan vulkanik tua, yang terdiri dari lava, aglomerat,
basalt, andesit, batuan pumice tuff, breksi vulkanik, dan batupasir vulkanik. Kondisi geologi
yang didominasi oleh batuan vulkanik menyebabkan Pulau Pura mengalami kekurangan
pasokan air bersih. Para penduduk di sana menggunakan air hujan dan air laut untuk berbagai
kegiatan sehari-hari, termasuk minum. Hal ini diperparah oleh letaknya uang jauh dari
perkotaan, sehingga para penduduk tidak mendapatkan suplai air dari PDAM.

Gambar 1 Peta Geologi Pantar-Pura


Penelitian lapisan bawah permukaan di salah satu daerah di Pulau Pura dilakukan untuk
mengetahui potensi keberadaan air tanah, berdasarkan tipe batuan, kedalaman, ketebalan
batuan, dan analisis dari citra satelit. Penelitian ini menggunakan metode geofisika yang
berupa metode magnetik. Metode magnetik memanfaatkan properti magnetik dari bumi
dengan menghitung variasi intensitas medan magnetik. Variasi ini diakibatkan oleh variasi
persebaran batuan di bawah permukaan bumi. kemampuan batuan atau mineral
termagnetisasi bergantung kepada nilai suseptibilitas masing-masing material.
Akuisisi data magnetik dilakukan menggunakan PPM (Proton Precession Magnetometer)
tipe GSM-19T. Selain itu, digunakan juga GPS sebagai penentuan posisi atau arah, perekam
koordinat (longitude dan latitutde) serta elevasi, jam digital untuk pencatatan waktu akuisisi,
buku catatan unruk mencatat nilai anomali magnetik yang terekam, kamera untuk memotret
kondisi geologi daerah penelitian, software surfer untuk membuat peta kontur anomali
magnetik, software magpick untuk melakukan upward continuation, dan software mag2dc
untuk pemodelan 2D daerah penelitian. Jarak antar titik pengukuran yang digunakan dalam
akuisisi ini adalah sekitar 5-10 meter dengan total 54 titik pengukuran. Data magnetik yang
terukur nantinya akan melalui pengkoreksian terlebih dahulu. Koreksi yang dilakukan adalah
koreksi diurnal dan koreksi IGRF. Diagram alir untuk pengolahan data magnetik adalah
sebagai berikut.

Gambar 2 Diagram Alir Pengolahan Data Magnetik


Hasil pengolahan data magnetik adalah distribusi total intensitas magnetik yang
digambarkan dalam peta anomali intensitas magnetik total. Dari peta tersebut, terlihat bahwa
nilai intensitas magnetik total di daerah penelitian berada di rentang antara 50 nT sampai 770
nT.

Gambar 3 Peta Anomali Intensitas Magnetik Total


Dalam penelitian ini, anomali magnetik yang digunakan adalah anomali regional. Hal ini
disebabkan oleh target penelitian struktur bawah permukaan yang dicari membutuhkan
cakupan yang luas. Selain interpretasi data anomali intensitas magnetik total, dilakukan pula
interpretasi terhadap peta anomali regional. Interpretasi yang dilakukan dibagi menjadi dua,
yaitu interpretasi secara kualitatif dan interpretasi secara kuantitatif.
Berdasarkan peta kontur anomali regional di gambar 4, intensitas magnetik yang terdapat
di daerah penelitian berkisar antara -250 nT sampai 550 nT yang tersebar di seluruh daerah
penelitian. Anomali tinggi memiliki rentang nilai antara 550 nT sampai 200 nT dan anomali
sedang hingga rendah memiliki rentang antara 190 nT sampai -250 nT. Nilai anomali magetik
tinggi menunjukkan nilai suseptibilitas yang tinggi. Artinya, terdapat mineral magnetik yang
ada di lapisan bawah permukaan. Batuan yang memiliki nilai suseptibilitas tinggi biasanya
berupa batuan beku yang berasal dari intrusi maupun ekstrusi pembekuan magma. Sedangkan
anomali sedang sampai rendah menunjukkan keberadaan graben.

Gambar 4 Peta Kontur Anomali Magnetik Regional


Interpretasi secara kuantitatif dilakukan dengan slicing pada daerah yang memiliki
anomali positif ke anomali negatif pada peta anomali regional. Slicing yang dilakukan seperti
gambar 5 berikut.

Gambar 5 Slicing pada Peta Anomali Regional


Silicing dilakukan pada penampang A-A’ dan B-B’. hasil yang diperoleh menunjukkan toda
tipe batuan dengan kontras nilai resistivitas sebesar 0,0278 cgs unit di kedalaman 200 m –
300 m yang diindikasikan sebagai breksi vulkanik. Kemduian, batuan dengan kontras
suseptibilitas senilai 0,0001 cgs unit dan 0,0015 cgs unit diduga merupakan batupasir
vulkanik yang ditemukan di kedalaman 20 m sampai 200 m. terakhir, kontras suseptibilitas
batuan senilai 0,0091 cgs unit dan 0,0134 cgs unit diduga sebagai basalt berada di dekalaman
25 m sampai 300 m.
Gambar 6 Slicing Penampang AA’

Gambar 7 Slicing Penampang BB’

Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa daerah penelitian didominasi oleh batuan
vulkanik tua, yang terdiri dari batu basalt, breksi vulkanik, dan batupasir vulkanik.
(Maubana & Pedro, 2021)

Daftar Pustaka
Maubana, W. M., & Pedro, U. S. (2021). Application of Magnetic Methods for Estimating
Subsurface Rocks. Science Education and Application Journal (SEAJ), 3(1), 36–44.

Anda mungkin juga menyukai