Anda di halaman 1dari 10

1

IDENTIFIKASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN


BERDASARKAN NILAI SUSEPTIBILLITAS MAGNETIK BATUAN
DI LAUT SULAWESI

Dhea Intan Patya1.*,Dadi Rusdiana1, Catur Purwanto2

1
Departemen Pendidikan Fisika, Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi No.229 Bandung 40154
2
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Badan Litbang Kementrian Energi
dan Sumber Daya Mineral
Jl. Dr. Djundjunan No.236, Bandung 40174

Email: dheaip95@gmail.com caturpwt@yahoo.com

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian dengan menggunakan metode magnetik untuk mengetahui


struktur bawah permukaan di sekitar Laut Sulawesi. Pengambilan data dilakukan
dengan menggunakan seperangkat alat Proton Procession Magnetometer pada Kapal
Geomarine III dengan total 22 lintasan. Pengolahan data dengan koreksi IGRF untuk
mendapatkan anomali medan magnet total. Hasil dari interpretasi kualitatif maupun
kuantitatif yaitu berupa variasi nilai intensitas magnet total sebesar -450 nT dari arah
timur laut menuju ke barat daya sebesar 110 nT. Variasi nilai anomali intensitas
magnet total merupakan parameter dalam menentukan nilai suseptibilitas batuan yang
sangat berpengaruh terhadap struktur geologi bawah permukaan di sekitar Laut
Sulawesi. Pengaruh geologi yang dihasilkan adalah berupa daerah penunjaman dan
terdapat patahan atau sesar. Nilai suseptibilitas magnetik batuan pada struktur bawah
permukaan di sekitar Laut Sulawesi di dominasi batuan basalt (k = 0,041667 SI) dan
batuan andesit (k = 0,018333 SI – 0,005 SI).

Kata kunci: Anomali Magnetik, Struktur Geologi, Suseptibilitas, Metode Magnetik.


IDENTIFICATION OF GEOLOGY STRUCTURE
SUBSURFACE BASED ON SUSEPTIBILLITY MAGNETIC
ROCK IN SEA SULAWESI

ABSTRACT

A research has been conducted to used magnetic method to know the subsurface
structure around Sulawesi Sea. The data was collected using a set Proton Procession
Magnetometer tools on Geomarine III ship with a total 22 trajectories. Processing
data with IGRF correction to obtain total field magnetic anomaly. The result
qualitative and quantitative interpretation is a variation of the total magnetic intensity
of -450 nT from the northeast toward the southwest of 110 nT. Variation of total
anomaly magnetic intensity is a parameter in determine the susceptibility rock have
the effect to the subsurface geological structure around Sulawesi Sea. The results of
geological effect are a subduction zone and a fault section. Magnetic suseptibility of
rocks on the subsurface around Sulawesi Sea is dominated by basalt rock (k =
0,041667 SI) and andesite rock (k = 0,01833 SI – 0,005 SI).

Key words: Magnetic Anomaly, Geology Structure Sulawesi Sea, Geology Structure,
Susceptibility, geomagnetic methods.
Indonesia merupakan negara dari kandungan magnetik batuan
kepulauan yang letaknya pada pertemuan penyusunnya yang ada di bawah permukaan
tiga lempeng besar dunia yang sangat aktif bumi. Kandungan magnetik tersebut dapat
yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan berasal dari suseptibulitas magnetik atau
lempeng Indo-Australia, dan satu lempeng magnetik remanent. Adanya kandungan
mikro yaitu lempeng mikro Filipina. Oleh magnetik tersebut diakibatkan oleh
karena itu, wilayah Indonesia baik di darat perubahan struktur geologi bawah
maupun di laut sangatlah rawan terhadap permukaannya atau perbedaan kandungan
bencana alam seperti gempa-gempa tektonik magnetik batuan dekat permukaan sehingga
sampai tsunami. anomali magnetik bisa terlihat. Dalam
Pulau Sulawesi merupakan pulau yang eksplorasi geomagnet, bumi dianggap
terletak di zona pertemuan di antara tiga sebagai penghasil medan magnet utama,
pergerakan lempeng Hindia-Australia. Pulau sedangkan medan magnet yang sebagian
Sulawesi memiliki keadaan geologi yang kecil dihasilkan oleh kerak bumi. Jika pada
sangat rawan dan sering terjaidnya gerakan daerah tertentu terlihat medan magnet, maka
dan benturan lempeng bumi sehingga hal ini yang disebut dengan anomali
menimbulkan fenomena geologi seperti magnetik yang dipengaruhi oleh
gempa dan tsunami. Di utara Indonesia suseptibilitas batuan. Dengan diketahuinya
Timur, lempeng pasifik menabrak sisi utara anomali magnetik batuan atau lapisan suatu
Pulau Irian dan pulau-pulau di utara Maluku permukaan bumi, maka dapat diketahui
Pada bagian utara Pulau Sulawesi dan struktur bawah permukaan atau struktur
kawasan Laut Maluku geologi suatu daerah, jenis batuan
Daerah Sulawesi Utara yang letaknya penyusunnya, dan sumber daya alam yang
baik di darat maupun di laut merupakan terdapat dalam lapisan tersebut.Data yang
daerah yang dekat dengan sumber gempa diperoleh pada eksplorasi magnetik ini
bumi dan penyebab tsunami akibat proses menunjukan sifat residual yang kompleks.
tektonik. Daerah Sulawesi Utara terdapat Pengukuran intensitas medan magnetik bisa
sesar aktif yang menimbulkan munculnya dilakukan melalui darat, laut, dan udara.
fenomena geologi. Sumber gempa di Laut Pada prinsipnya, dalam penyelidikan
Sulawesi biasanya berasal dari penunjaman magnet selalu dianggap bahwa kemagnetan
sublempeng Sulawesi Utara, lempeng batuan yang memberikan respon terhadap
Panggungan Mayu, dan lempeng Sangihe pengukuran magnet hanya disebabkan oleh
yang letaknya di sebelah timur Sulawesi pengaruh kemagnetan induksi. Dengan
Utara. Gempa yang terjadi di laut ini juga demikian, sifat kemagnetan ini
akan menimbulkan tsunami. dipergunakan sebagai dasar dalam
Struktur bawah permukaan bumi atau penyelidikan-penyelidikan magnet.
struktur geologi suatu daerah dapat Sedangkan kemagnetan sisa pada umunya
diperkirakan menggunakan metode seringkali diabaikan dalam penyelidikan
geofisika. Metode geofisika merupakan magnet karena disamping pengaruhnya
metode untuk mengetahui kondisi di bawah sangat kecil, juga untuk memperoleh
permukaan bumi yang melibatkan besaran dan arah kemagnetannya harus
pengukuran di atas permukaan bumi dari dilakukan pengukuran di laboratorium
parameter-parameter fisika yang dimiliki palaeomagnetik dengan menggunakan alat
oleh batuan di dalam bumi. Metode khusus. Perubahan yang terjadi pada kuat
geomagnet merupakan metode geofisika medan magnet bumi adalah sangat kecil dan
yang bersifat pasif, karena pengukuran memerlukan waktu yang sangat lama
dilakukan dengan cara memanfaatkan mencapai ratusan sampai ribuan tahun. Oleh
medan alami yang dihasilkan oleh bumi. karena itu, dalam waktu penyelidikan
Eksplorasi anomali magnetik bumi berasal magnet, kuat medan magnet tersebut selalu
dianggap konstan. Dengan menganggap kuat ini karena pada saat penelitian Tim PPPGL
medan magnet bumi (𝐻 ⃗ ) adalah konstan, tidak memasang Ground Magnetometer
pada saat akuisisi data. Wilayah yang
maka besarnya intensitas magnet bumi (𝐼 )
ditinjau dalam penelitian ini adalah wilayah
semata-mata adalah hanya tergantung pada
yang secara geografis termasuk ke dalam
variasi kerentanan magnet batuan yang
wilayah perairan Laut Sulawesi-Laut
merefleksikan harga pengukuran magnet.
Maluku yang terletak pada koordinat
Prinsip inilah yang digunakan sebagai dasar
5,33'57" LU - 1,08'17'' LU dan 126,35'29"
penyelidikan magnet (Telford, 1990).
BT - 122,25'47 BT. berikut merupakan
gambar 3.1 yang merupakan lintasan-
METODE PENELITIAN lintasan yang dipakai pada akuisisi data
Metode penelitian yang digunakan geomagnet. Lintasan L01 dimulai dari
dalam penelitian ini adalah jenis penelitian pesisir Kepulauan Maluku. Selanjutnya
deskriptif analitik, yang mempunyai tujuan menyambung ke lintasan L02 sampai
untuk mendapatkan gambaran struktur dengan lintasan L11 mengarah dekat ke
geologi bawah permukaan laut di daerah Pilifina Selatan. Sedangkan lintasan L12
Laut Sulawesi dengan perkiran yang dimulai kembali dari perairan Laut Sulawesi
didasarkan pada peta kontur anomali Utara sampai dengan lintasan L22.
magnetiknya. Data yang diperoleh dari tim
PPPGL. Penelitian ini berdasarkan data
suseptibilitas batuan yang diperoleh
kemudian dimodelkan dengan pemodelan
2D menggunakan bantuan software
Mag2DC. Data mentah penelitian berupa
file Microsoft Excel yang di dalamnya
terdapat variabel-variabel seperti tanggal
penelitian, waktu penelitian, field magnetik,
latitude, longitude, dan koordinat yang telah
dikonversi menjadi koordinat UTM.
Selanjutnya data tersebut dikoreksi oleh Gambar 1.1 Lintasan Daerah Penelitian
koreksi-koreksi metode magnetik untuk (Tim PPPGL, 2016)
mendapatkan hasil anomali medan magnet Pada saat dikoreksi IGRF, nilai IGRF
yang menjadi target survei, sehingga data diperoleh dari situs NGDC. Setelah
magnetik harus terlebih dahulu dikoreksi mendapatkan nilai IGRF yang dimasukan
dari beberapa pengaruh medan magnet yang setiap datum pointnya pada setiap lintasan
lain. Secara umum koreksi pada metode kemudian untuk mendapatkan ∆𝐻 dengan
magnetik yaitu: menggunakan persamaan:
a. Koreksi Harian ∆𝐻 = 𝐻𝑂𝑏𝑠 − 𝐻𝐼𝐺𝑅𝐹
Koreksi ini dilakukan terhadap data Setelah melalui proses koreksi IGRF
magnetik yang terukur untuk dan koreksi harian, maka akan diperoleh
menghilangkan pengaruh medan magnet nilai anomali magnetik total lapangan yang
luar atau variasi harian. merupakan nilai magnetik kerak bumi.
b. Koreksi IGRF Untuk mendapatkan nilai anomali magnetik
Koreksi ini dilakukan untuk menggunakan bantuan software Surfer 10.
menghilangkan pengaruh medan magnet
bumi utama yang merupakan referensi
medan magnet di suatu tempat. HASIL DAN PEMBAHASAN
Koreksi mteode magnetik yang digunakan Gambar 1.2 merupakan pemodelan
dalam penelitian hanya koreksi IGRF. Hal data magnetik menjadi anomali magnetik
dan agar dapat diperoleh intensitas magnet interpretasinya dilakukan dengan membuat
total. Pemodelan ini berupa peta kontur. Peta model menggunakan software Mag2DC.
kontur ini dilihat berdasarkan tinggi Parameter yang digunakan dalam pemodelan
rendahnya nilai anomali magnetik. Jika adalah nilai IGRF sebesar 40077.8 nT, sudut
terdapat kontras nilai intensitas magnetnya inklinasi sebesar -12.5 derajat, sudut
dengan perubahan tinggi rendah yang drastis deklinasi 0.40 derajat, station spacing 10,
diperkirakan daerah tersebut daerah sesar maximum depth displayed 100 m, satuan
atau zona subduksi. yang digunakan adalah meter dan sistem cgs
(10-6 cgs).

Gambar 1.2 Peta Kontur Anomali Magnet.


Gambar 1.3 Peta Kontur Anomali Magnet
Peta kontur pada gambar 1.2 dengan 3 Penampang
menunjukan bahwa warna yang semakin
panas terdapat anomali yang tinggi, dan
warna yang semakin dingin menunjukan
adanya anomali yang semakin rendah.
Warna biru tua merupakan warna yang
memiliki anomali paling rendah yaitu -450
nT yang terletak di sekitar L8 dan L9 yang
diduga adanya sesar yang menyebabkan
perubahan sifat fisis batuan. Sedangkan
daerah yang lain kebanyakan memiliki
anomali yang lumayan tinggi yaitu sekitar Gambar 1.4 Model Penampang A-A’
30 nT sampai dengan 70 nT. Perbedaan
warna ini menunjukan adanya perubahan Gambar 1.4 merupakan sayatan dari
anomali magnetik yang diakibatkan oleh Gambar 1.3 Hasil pemodelan yang
hadirnya batuan atau mineral pengisi sesar, ditunjukan oleh Gambar 4.4 yaitu anomali
rekahan, atau intrusi lava pada batuan magnet pada sayatan A memperlihatkan
tersebut. Jika sesar, rekahan, atau patahan harga antara 70 nT sampai dengan kurang
terisi oleh batuan intrusi, maka akan lebih -35 nT. Dalam kurva data magnetik
menimbulkan lonjakan anomali magnetik dan data model terjadi penurunan dan
yang secara otomatis akan terjadi perubahan kenaikan nilai magnetik. Terdapat beberapa
warna pada kontur. jenis batuan dengan kedalaman yang
Untuk mengetahui pengaruh dan berbeda pada sayatan A-A’. Pada kedalaman
karakteristik suseptibilitas batuan terhadap sekitar 2500 m. Harga anomali di bagian
struktur geologi di Laut Sulawesi dalam
utara secara umum lebih tingg dari bagian jauh berbeda dengan sayatan A-A’ yang
selatan. didominasi oleh andesit dan basal. Namun,
Sayatan A-A’ ini didominasi oleh masih terdapat beberapa jenis batuan yang
batuan andesit yang ditandai dengan nilai berbeda dengan sayatan A-A’, seperti
suseptibilitasnya 0,1600 dalam satuan SI adanya kandungan hematit yang memiliki
dengan kedalaman kurang lebih 2000 m. nilai suseptibilitas sebesar 0,0065. Menurut
Pada kedalaman sekitar 1200 m terdapat keadaan geologi daerah ini merupakan
batuan yang mengandung mineral kuarsa daerah Gunungapi Tamata yang terdapat
dengan suseptibilitas -0,01. Batuan andesit Singkapan banyak mengandung hematit
ini berupa lava bersusunan andesit yang yang berwarna hitam, mengkilat dan
terkekarkan meniang dan melembar juga melembar. Daerah gunungapi juga banyak
bersumber dari beberapa kerucut parasiter. menghasilkan batuan jenis aglomerat
Sayatan A-A’ ini berada disekitaran dengan (piroklastik) yang memiliki nilai
daerah gunung Awu. Gunung Awu sendiri suseptibilitas sebesar 0,0269.
terletak di Kepulauan Sangihe. Batuan Pada sayatan B-B’ ini terjadi
andesit ini diduga dihasilkan oleh gunungapi fenomena naik turunnya nilai anomali
giat Awu di Pulau Sangihe yang letusannya magnetik, sehingga menghasilkan 2 buah
berjenis Sint Vincent dan Vulkano. Selain puncak positif dan satu puncak negatif. Hal
batuan andesit pada lintasan A-A’ ini juga ini terjadi diduga karena terdapat patahan
didominasi oleh batuan jenis basal dan atau sesar pada daerah tersebut. Seperti pada
obsidian yang memilki nilai suseptibilitas sayatan A-A’ terjadi penurunan anomali
sebesar 0,0700. Diduga batuan jenis basal magnetik pada sayatan B-B’. Diduga hal ini
dan obisidian ini menguasai breksi gunung terjadi sebagai akibat dari pengendapan
api yang terletak di Pulau Bukide. Pada batuan hasil erupsi samping produk dari
beberapa tempat lainnya juga ditemukan batuan Gunungapi Tamata.
batuan jenis piroksen yang memiliki nilai
suseptibilitas sebesar 0,1300.
Kurva sayatan A-A’ ini menunjukan
adanya grafik naik turun dari intensitas
magnet positif sampai dengan intensitas
magnet yang negatif. Adanya kurva yang
naik turun ini diperkirakan adanya zona
kontak litologi ataupun zona sesar.

Gambar 1.6 Model Penampang C-C’


Hasil pemodelan yang ditunjukan oleh
Gambar 1.6 sayatan C-C’ didominasi oleh
batuan sedimen jenis batu pasir dan batu
gamping yang memiliki nilai suseptibilitas
masing-masing sebesar 0,300 dan 0,400.
Batuan konglomerat yang memiliki nilai
Gambar 1.5 Model Penampang B-B’
suseptibilitas 0,2920 juga terdapat di
Hasil pemodelan yang ditunjukan oleh kedalaman sekitar 700 m. Hal ini karena
Gambar 1.5 sayatan B-B’ ini didominasi titik awal sayatan C-C’ berada di daerah
oleh batuan beku jenis andesit dan basal lautan. Semakin ke arah timur jenis batuan
yang masing-masing memiliki nilai semakin mendekati batuan beku seperti
suseptiblitas sebesar 0,1600 dan 0,0700. adanya batuan jenis breksi yang memilki
Jenis batuan pada sayatan B-B’ ini tidak nilai suseptibilitas sebesar 0,0140.
Selanjutnya terdapat batuan beku jenis 125,5536°BT dan 4,3684°LU, diperkirakan
andesit dan basal yang mendominasi daerah titik terendah ini dipengaruhi oleh hadirnya
ini dengan maisng-masing nilai endapan aluvium yang merupakan hasil
suseptibilitasnya 0,1600 dan 0,0700. endapan dari wilayah daratan dekat daerah
Selanjutnya terjadi kenaikan nilai anomali penelitian. Batuan jenis aluvium ini bersifat
magnetik dari -20 nT menjadi 115 nT. Hal nonmagnetik diperkirakan sebagai lapisan
ini terjadi diduga karena adanya breksi permukaan. Respon magnet yang rendah
gunung api di sekitar daerah penelitian. pada penampang anomali diperkirakan
sebagai batuan riolit yang tidak tersingkap
Hasil dari penelitian ini adalah berupa
ke permukaan.
variasi nilai anomali magnetik. Variasi nilai
Pada daerah titik koordinat
anomali magnetik yang dihasilkan disajikan
125,2661°BT – 125,6472°BT dan
dalam bentuk peta kontur dan profil sayatan.
3,8869°LU – 4,4352°LU dan sekitarnya
Nilai suseptibilitas pada batuan dapat
menunjukan beberapa titik kontur, mulai
diketahui dengan menghitungnya
dari titik kontur sebagai dataran tinggi dan
menggunakan variasi nilai anomali magnetik
tiitk kontur untuk dataran yang rendah. Pada
yang terdapat pada peta kontur.
daerah ini memiliki nilai intensitas magnet
Perkiraan jenis batuan dihubungkan yang berselang-seling antara anomali
dengan nilai suseptibilitas batuan yang telah magnet positif dan negatif secara geologi
diperoleh pada masing-masing nilai anomali mengindikasikan adanya zona struktur yang
magnetiknya. Berdasarkan warna dari peta kompleks di sekitar titik ukur. Nilai
konturnya nilai intensitas magnetik yang kemagnetan yang berselang-seling seperti
banyak terdapat yaitu antara 10 nT sampai tampah pada lintasan L08 dan L09
dengan 30 nT. Nilai intensitas magnet 10 nT diperkirakan berkaitan dengan zona kontak
sampai dengan 30 nT diperkirakan litologi ataupun zona sesar (Idral, 2005).
merupakan batuan andesit dan basalt yang Kontras anomali positif dan negatif yang
memiliki nilai suseptibilitas sebesar 0,1600 terjadi pada beberapa titik ukur yang
dan 0,0700. Batuan andesit dan basalt ini berkisar antara 190 nT sampai dengan -450
mendominasi batuan penyusun di daerah nT. Keadan ini diperkirakan
penelitian dikarenakan daerah penelitian mengindikasikan adanya struktur geologi
merupakan daerah lempeng samudera. atau sesar di sekitar titik ukur. Hal ini
Daerah penelitian ini merupakan bagian dari dikarenakan terdapat adanya subduksi
Pulau Sulawesi yang memiliki keadaan ganda, akibat subduksi (penunjaman)
litotektonik Mandala Barat (West and North lempeng Pasifik terhadap lempeng Eurasia
Sulawesi Volcano-Plutonic Arc) sebagai yang menimbulkan dua busur melengkung
jalur magmatik (Cenozoic Volacnics and yang arahnya berbeda, yaitu busur
Plutonic Rock) yang merupakan bagian Halmahera dan busur Mayu-Sangihe.
ujung timur Paparan Sunda. Mandala Barat, Daerah ini dekat dengan Kepulauan
menyebutkan bahwa mandala barat sebagai Sangihe.
busur magmatik bagian utara yang bersifat Pada bagian tengah menuju ke selatan
riodasitik sampai andesiitk, terbentuk pada daerah penelitian pada peta kontur
Miosen-Resen dengan batuan dasar basaltik menunjukan nilai intensitas magnet antara
yang berbentuk pada Eosen-Oligosen. 90 nT sampai dengan -10 nT. Peta kontur
Untuk intensitas magnet -70 nT anomali magnet menunjukan sebaran
sampai dengan -270 nT diperkirakan anomali intensitas magnet tinggi menyebar
merupakan batuan jenis batuan pasir dan di bagian tengah dan barat daerah pemetaan.
batugamping tetapi masih terdapat batuan Daerah ini merupakan daerah tempat
andesit dan basalt. Intensitas magnet munculnya pulau-pulau kecil sebagai
terendah berada pada titik koordinat manifestasi tubuh intrusi batuan andesit-
basalt ke permukaan. Berbeda dengan (sudut antara bidang horizontal dan vektor
bagian tenggara yang memiliki intensitas medan total) yang diukur dalam derajat
magnet rendah. Pada daerah ini ditunjukan (Telford, 1990).
kembali adanya kontras anomali positif dan Nilai suseptibilitas batuan pada
negatif. Diperkirakan di daerah ini terdapat dasarnya dipengaruhi oleh intensitas medan
zona kontak litologi ataupun zona sesar. Hal magnet. Nilai suseptibilitas akan semakin
ini dikarenakan pada daerah tersebut besar jika jumlah kandungan mineral
merupakan jalur penunjaman pada magnetik pada batuan semakin banyak
pertemuan antara beberapa lempeng yang (Telford, 1990). Hal ini terjadi pada nilai
terjadi di bagian utara pulau Sulawesi dan intensitas medan magnet pada peta kontur
kawasan Laut Maluku. anomali medan magnet di Laut Sulawesi.
Nilai suseptibilitas setiap batuan pada
struktur bawah permukaan Laut Sulawesi
memiliki beberapa variasi. Parameter
suseptibilitas magnetik batuan (k)
merupakan parameter yang sangat penting,
karena menyatakan derajat magnetisasi
suatu benda akibat pengaruh medan magnet
luar. Suseptibilitas magnetik batuan ini yang
merupakan parameter yang menyebabkan Gambar 1.7 Grafik Intensitas Magnet
timbulnya anomali magnetik. Variasi nilai Terhadap Nilai Suseptibilitas Batuan
suseptibilitas ini juga dipengaruhi oleh
variasi anomali intensitas magnetiknya. Pada Gambar 1.7 terlihat grafik
Selain variasi anomali intensitas intensitas magnet terhadap nilai
magnetik, nilai suseptibilitas juga suseptibilitas batuan yang menjelaskan
dipengaruhi oleh nilai medan magnet (H). bahwa jika semakin besar nilai intensitas
Nilai suseptibilitas pada batuan dan mineral magnet pada suatu titik pengamatan maka
tidaklah konstan. Jika nilai medan magnet akan semakin besar pula nilai suseptibilitas
(H) meningkat maka nilai suseptibilitas (k) yang terkandung dalam mineral ataupun
juga meningkat (Telford, 1990). Tetapi, batuan penyusun struktur geologi di Laut
karena nilai medan magnet bumi ini Sulawesi. Ini terlihat pada peta kontur
dianggap konstan yaitu 0,6 gauss seperti anomali magnet total yang menunjukan
pada persamaan (3.5) maka nilai intensitas semakin kecil nilai intensitas magnetiknya
magnetiknya lah yang sangat berpengaruh. maka semakin kecil pula nilai
Dengan demikian intensitas total magnet suseptibilitasnya. Sehingga intensitas
yang terukur olrh magnetometer adalah magnet sangat mempengaruhi perubahan
suatu vektor antara medan total yang tidak nilai suseptibilitas suatu batuan atau material
terganggu (konstan) dan anomali lokal penyusunnya. Hal ini sesuai dengan
(Telford, 1990). 𝐼
persamaan 𝑘 = 𝐻, nilai k (suseptibilitas)
Nilai medan magnet bumi yang
akan berbanding lurus dengan nilai I
memiliki nilai konstan ini juga
(intensitas magnet).
terkarakterisasi oleh parameter fisis yang
Pada gambar 2 nilai intensitas magnet
dapat diukur yaitu arah dan intensitas
yang besar yaitu 250 nT menandakan nilai
kemagnetannya. Parameter fisis itu adalah
suseptibilitas yang besar yaitu 0,041667
deklinasi magnetik, intensitas horizontal H
yang merupakan kelompok batuan beku
dan intensitas vertikal Z. Parameter yang
jenis basal, sedangkan nilai suseptibilitas
menggambarkan arah medan magnetik
yang paling kecil yaitu -0,075 yang
adalah deklinasi D (sudut antara utara
diperoleh dari intensitas magnet terkecil
magnetik dan utara geografis) dan inklinasi I
sebesar -450 nT yang diduga batuan ini
merupakan kelompok batuan sedimen jenis REFERENSI
endapan aluvial yang disisipi mineral grafit Abdullah, F. M., Sunaryo, & Susilo, A.
dan kuarsa. (2016). Pendugaan Jenis Batuan
Bawah Permukaan Daerah Bendungan
KESIMPULAN Karangkates Menggunakan Metode
Berdasarkan hasil analisis pengolahan Geomagnetik. 1 – 5.
data dan interpretasi anomali intensitas Heryanto, S. T., Ardi, N. D., & Ilahude, D.
medan magnet total maka dapat diambil (2015). Identifikasi Struktur Geologi
beberapa kesimpulan, yaitu: Bawah Permukaan Dasar Laut
1. Karakteristik suseptibilitas batuan sangat Berdasarkan Interpretasi Data
berpengaruh terhadap struktur geologi di Anomali Magnetik di Perairan Teluk
daerah Laut Sulawesi. Nilai suseptibilitas Tolo Sulawesi. Fibusi (Jurnal Online
batuan sangat menentukan mineral dan Fisika), 3 (2), hlm. 1 – 7.
batuan penyusun struktur geologi di daerah Illahude, D., & Muslim, D. (2014).
Laut Sulawesi. Menurut nilai Identifikasi Cekungan dari Pola
suseptibilitasnya daerah Laut Sulawesi ini Anomali Magnet Total dan Nilai
didominasi tersusun atas batuan beku Suseptibilitas dari Batuan Dasar di
andesit dan basal yang memiliki nilai Perairan Teluk Bone Sulawesi Selatan.
suseptibilitas 0,041667 SI sampai dengan -0, Seminar Nasional Fakultas Teknologi,
dikarenakan menurut keadaan hlm. 324 – 333. Bandung.
litotektoniknya daerah Laut Sulawesi ini Kaharrudin, M. S., Hutagalung, R., &
merupakan daerah Mandala Barat sebagai Nurhamdan. (2011). Perkembangan
busur magmatik yang batuan penyusunnya Tektonik dan Implikasinya Terhadap
bersifat andesitik dan basaltik. Adanya nilai Potensi Gempa dan Tsunami di
anomali yang kontras antara positif dan Kawasan Pulau Sulawesi. Proceedings
negatif pada peta kontur sehingga adanya JCM Makassar, hlm. 1 – 10.
pengaruh geologi yang dihasilkan yaitu Moechtar, H., Pratomo, I., Mulyana, H.,
berupa daerah penunjaman dan terdapat Poedjoprajitno, S. (2007). Gerakan
patahan atau sesar. Struktur dan Kaitannya dengan Faktor
2. Parameter yang sangat berpengaruh Kendali Tektonik, Berdasarkan
terhadap suseptibilitas batuan yaitu Analisis Stratigrafi; Studi Kasus
intensitas magnet dan medan magnet bumi. Geologi Kuarter Terhadap Fase
Sedangkan intensitas magnet juga Perkembangan Danau Tondano Purba
dipengaruhi oleh beberapa paramter seperti Sepanjang Remboken – Kakas, Kec.
besarnya medan magnet bumi, sudut Remboken dan Kec. Kakas, Kab.
inklinasi, dan sudut deklinasi. Tomohon, Sulawesi Utara. Jurnal
3. Berdasarkan grafik nilai intensitas Geologi Indonesia, 2(3), hlm. 177 –
magnet terhadap nilai suseptibilitas, jika 190.
intensitas magnet memiliki nilai yang besar Mudin, Y., Yansah, A., Efendi, R., &
maka nilai suseptibilitas batuan juga akan Abdullah. (2013). Estimasi Sebaran
bertambah besar. Begitupun sebaliknya. Suseptibilitas Batuan Permukaan
Intensitas magnet ini sangat mempengaruhi Menggunakan Geostatistik di
nilai suseptibilitas batuan. Hal ini juga Kecamatan Lore Peore. Gravitasi,
𝐼
terlihat pada persamaan 𝑘 = 𝐻 bahwa nilai k 15(1), hlm. 1 – 6.
Mufaqih, A. A., Pratiwi, A. S., Septiawan,
(suseptibilitas) berbanding lurus dengan
F., Kirana, K., Nuur, M. F., Surya, R.
nilai I (intensitas magnet).
H. R., & Sidiq, U. (2014). Identifikasi
Struktur Geologi Menggunakan
Metode Magnetik di Desa Kasihan,
Tegalombo, Pacitan, Provinsi Jawa Suseptibilitas Magnetik Batuan Beku
Timur. 1 – 8. Lengan Utara Sulawesi. Jurnal MIPA
Noviantari, I., Suriamihardja, D. A., & Irfan Online, 6(1), hlm. 8 – 12.
U. R. (2015). Penampang Anomali Santosa, B. J., Mashuri, Sutrisno, W. T.,
Geomagnet dan Geolistrik Daerah Wafi, A., Salim, R., & Armi, R.
Panas Bumi Bongongoayu, Gorontalo. (2012). Interpretasi Metode Magnetik
1 – 16. untuk Penentuan Struktur Bawah
Pasau, G., & Tanauma, A. Pemodelan Permukaan di Sekitar Gunung Kelud
Sumber Gempa di Wilayah Sulawesi Kabupaten Kediri. Jurnal Penelitian
Utara Sebagai Upaya Mitigasi Fisika dan Aplikasinya (JPFA), 2(1),
Bencana Gempa Bumi. Jurnal Ilmiah hlm. 7 – 14.
Sains, 11(2), hlm. 202 – 209. Sehah, Raharjo, S. A., & Prasetyo, C. A.
Poedjoprajitno, S. (2009). Evolusi (2015). Interpretasi Model Anomali
Bentuklahan Daerah Manado dan Magnetik Bawah Permukaan di Area
Sekitarnya, Sulawesi Utara. Jurnal Pertambangan Emas Rakyat Desa
Geologi Indonesia, 4(2), hlm. 145 – Cihonje, Kecamatan Gumelar,
155. Kabupaten Banyumas. Berkala Fisika,
Rachmat, B., & Ilahude, D. (2011). Pola 18 (2), hlm. 51 – 58.
Anomali Magnet dan Nilai Singarimbun, A., Bujung, C. A. N., &
Suceptibilitas dari Batuan Dasar pada Fatihin, R. C. (2011). Penentuan
Pemetaan Geologi dan Geofisika di Struktur Bawah Permukaan Area
Perairan Teluk Bone Sulawesi Selatan. Panas Bumi Patuha dengan
Jurnal Geologi Kelautan, 9(13), hlm. Menggunakan Metoda Magnetik.
13 – 22. Puslitbang Geologi Kelautan, Jurnal matematika & sains, 18(2),
Bandung. hlm. 39 – 48.
Rachmawiana, A. M., Suharno, & Urrutia, J., & Fucugauchi. (1999).
Rustandi.(2010). Pemodelan 3D Preliminary Results of a Rock-
Magnetik Menggunakan Mag3d untuk Magnetic Study of Obsidians From
Identifikasi Sebaran Bijih BesidDi Central Mexico. Geofisica
Daerah “RAM-UNILA”. 1 - 8. Internasional, 38 (2), hlm. 83 – 94.
Rongkonusa, M., Tamuntuan, G., & Pasau
G. (2017). Analisis Anisotropi

Anda mungkin juga menyukai