Anda di halaman 1dari 5

Ozon

Bumi kita diselubungi oleh lapisan udara yang disebut atmosfer. Atmosfer adalah
lapisan gas atau campuran gas yang menyelimuti Bumi dan terikat pada Bumi karena adanya
gaya gravitasi bumi. Pada awalnya, atmosfer bumi hanya terdiri dari hidrogen dan helium.
Namun, memlalui proses degassing (pelepasan gas dari dalam Bumi), gas-gas lain mulai
bermunculan dan masuk ke atmosfer bumi. Gas-gas tersebut memiliki peran yang berbeda
antara satu dengan yang lainnya. Salah satu gas yang terdapat di atmosfer Bumi adalah ozon.
Ozon merupakan gas yang memiliki tingkat kereaktifan yang tinggi (Abuga dkk, 2018)
dan merupakan kombinasi atau penggabungan dari tiga molekul oksigen (O2) yang saling
berikatan satu sama lain (Lutgens, Tarbuck, 2015). Ozon terbentuk di stratosfer karena
oksigen (O2) dari troposfer naik ke atas dan terfotolisis oleh radiasi matahari dengan panjang
gelombang di bawah, sehingga molekul O2 terpisah menjadi dua buah atom O. Reaksi tersebut
dapat dituliskan sebagai berikut
radiasi matahari
O2 O+O (i)

O + O2 + M O3 + M (ii)

M adalah molekul ketiga yang biasanya berupa N2 atau O2


Selain itu, sinar matahari juga menghasilkan radiasi sinar UV yang menyebabkan
molekul ozon menjadi terurai menjadi oksigen seperti pada persamaan berikut
radiasi matahari
O3 O2 + O (iii)

O + O3 O2 + O2 (iv)

Persamaan (i) sampai (iv) dikenal dengan reaksi Chapman. Reaksi (ii) akan melambat
seiring dengan naiknya ketinggian, sedangkan reaksi (iv) berlaku sebaliknya, sehingga
konsentrasi ozon di setiap daerah berbeda-beda tergantung pada ketinggiannya. Lapisan ozon
paling tebal terletak pada ketinggian antara 23-24 km, yang mana daerah tersebut dekat
dengan titik tengah stratosfer. Dampak lain dari perbedaan ini adalah terjadinya keseimbangan
antara produksi dan destruksi lapisan ozon. Gambaran tentang ketebalan ozon berdasarkan
ketinggian dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini.
Gambar 1. Ketebalan lapisan ozon berdasarkan ketinggian
Namun, adanya produksi dan destruksi ozon tidak selamanya berjalan seimbang.
Seiring berjalannya waktu, destruksi atau perusakan ozon berjalan lebih cepat daripada
produksinya, sehingga lapisan ozon mengalami penipisan.
Sebenarnya sejak pertengahan 1980-an, banyak ilmuwan maupun masyarakat yang
menyadari bahwa molekul CFC dan halokarbon merupakan penyebab utama menipisnya
lapisan ozon. Oleh karena itu, penggunaan bahan-bahan tersebut hampir sepenuhnya dilarang
pada Montreal Protocol pada tahun 1987. Dengan begitu, lapisan ozon diharapkan dapat
kembali pada semula. Dan pada pertengahan 1990-an, jumlah molekul CFC di troposfer
berkurang, sehingga lapisan ozon di stratosfer diprediksi dapat kembali seperti semula.
Namun, hal ini akan sulit direalisasikan karena adanya reaksi Chapman yang telah disebutkan
di atas.
Menurut salah satu penelitian, terdapat peran gas lain yang dapat berpengaruh pada
keadaan lapisan ozon saat ini. Gas ini dikenal sebagai laughing gas. Laughing gas sebenarnya
merupakan molekul gas N2O yang secara alami biasanya berasal dari laut atau hutan tropis.
Namun, sekarang sumber N2O mayoritas berasal dari kegiatan industri dan bahan bakar migas.
N2O merupakan gas yang cukup stabil sehingga mampu bertahan hingga 120 tahun di
atmosfer kita. 10% dari N2O akan diubah menjadi NOx yang merupakan salah satu kontributor
terbesar dalam terjadinya penipisan ozon di stratosfer. Emisi N2O di dekat permukaan Bumi
merupakan salah satu sumber terbesar munculnya NOx.
Dilansir dari Earth Observatory yang mengambil data dari NASA, kadar emisi CFC
dan gas-gas lain yang juga dapat menyebabkan penipisan lapisan ozon diperkirakan naik 3%
setiap tahunnya. Namun, perkiraan ini dibuat sebelum adanya Montreal Protocol. Mereka
mensimulasikan keadaan lapisan ozon bumi dari tahun 1975 sampai 2060 seperti gambar 2
berikut

Gambar 2. Prediksi keadaan lapisan ozon Bumi


Dari prediksi di atas dapat dilihat bahwa konsentrasi ozon di Bumi makin tahun makin
menipis dan bahkan pada 2064 konsentrasi ozon nyaris mendekati angka nol.
Kemudian, dilakukan simulasi ulang pada tahun 2020 dan ditemukan bahwa 17% dari
lapisan ozon di dunia sudah rusak. Akibatnya, semakin banyak konsentrasi sinar UV yang
tembus ke lapisan troposfer kita. Banyaknya jumlah ozon dapat dilihat pada gambar 3 dan
indeks sinar UV yang masuk ke troposfer dapat dilihat pada gambar 4 berikut ini

Gambar 3. Jumlah ozon di Bumi dari tahun ke tahun

Gambar 4. Indeks sinar UV yang tembus ke troposfer


Garis biru pada gambar di atas menunjukkan keinginan atau target jumlah total ozon
dan indeks sinar UV yang masuk ke troposfer agar tidak membahayakan masyarakat dunia,
sedangkan garis merah merupakan realita keadaan saat ini beserta prediksi untuk tahun-tahun
ke depan. Semakin tipisnya lapisan ozon menyebabkan munculnya lubang ozon pada daerah
kutub (Antartika).
Lubang ozon bukanlah benar-benar lubang seperti yang kita bayangkan. Lubang ozon
juga bukan daerah dimana konsentrasi ozon di daerah tersebut nol. Lubang ozon sebenarnya
adalah daerah konsentrasi ozon di daerah tersebut berkurang secara signifikan, sehingga jika
digambarkan akan terlihat seperti lubang. Pengurangan jumlah ozon secara signifikan ini
terjadi di Antartika. Lubang ozon ini pertama kali ditemukan oleh British Antartic Survey
(BAS) dari data yang diambil dari spektrofotometer Dobson pada kisaran tahun 1981-1983.
Penggambaran dari lubang ozon dapat dilihat pada gambar 5 di bawah ini

Gambar 5. Penggambaran lubang ozon


Pada gambar tersebut dapat dilihat perbedaan jelas keadaan ozon di daerah Antartika
pada 1979 dan 2012. Pada 1979, lubang ozon mulai terbentuk, namun tidak separah pada
2012. Pada 2012, hampir keseluruhan Antartika mengalami penurunan konsentrasi ozon yang
signifikan dan konsentrasinya ada pada rentang antara 110-220 DU. Jika hal ini terus terjadi,
maka akan banyak dampak yang dapat berpengaruh kepada kehidupan kita di masa depan.
Seperti yang telah kita ketahui, banyak barang-barang yang digunakan di kehidupan
sehari-hari kita yang sebenarnya dapat memicu terjadinya penipisan lapisan ozon. Contohnya
adalah penggunaan pendingin ruangan (AC) dan kulkas. Pendingin pada AC dan kulkas
menghasilkan CFC. CFC pada troposfer bagian bawah besifat inert, sehingga dapat menembus
statosfer dan kemudian tepisah menjadi molekul-molekul klorin yang dapat merusak lapisan
ozon. Dengan rusaknya lapisan ozon, maka radiasi sinar UV dari matahari akan semakin
tinggi dan dapat menyebabkan banyak dampak terhadap kesehatan manusia. Dampak yang
paling serius adalah meningkatnya risiko kanker kulit. Selain itu, radiasi sinar UV yang
berlebihan dapat menyerang sistem imun yang juga dapat menyebabkan katarak mata
(Lutgens, Tarbuck, 2015). Selain CFC, CO2 juga menjadi sebab menipisnya lapisan ozon.
Lapisan ozon yang menipis membuat suhu rata-rata Bumi naik sekitar 5-6 oC. Akibatnya, es di
kutub mencair yang dapat menyebabkan punahnya hewan kutub akibat kehilangan habitat
aslinya. Akibat terparah dari menipisnya lapisan ozon adalah perubahan iklim dunia.
Dari penjabaran di atas, kita dapat mengetahui pentingnya keberadaan ozon bagi
keidupan kita. Oleh karena itu, kita sebagai manusia haruslah menjaga keseimbangan lapisan
ozon agar Bumi ini tetap menjadi tempat nyaman dan aman bagi seluruh mahkluk hidup.
Dengan begitu, anak cucu kita juga akan merasakan kenyamanannya kelak.

Anda mungkin juga menyukai