Anda di halaman 1dari 4

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latarbelakang

Wilayah Indonesia berada pada posisi strategis, terletak di daerah tropis


antara Benua Asia dan Australia, antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia,
serta dilalui garis khatulistiwa, terdiri dari pulau dan kepulauan yang membujur
dari barat ke timur, terdapat banyak selat dan teluk, menyebabkan wilayah
Indonesia rentan terhadap perubahan iklim/cuaca1. BMKG (Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika) memprediksi pada bulan September hingga
November tahun 2016 Indonesia akan mengalami musim hujan. Bagi Indonesia,
khususnya propinsi Jawa Barat, banjir merupakan bencana yang paling sering
terjadi, terutama pada saat musim hujan (Rosyidie 2013). Besar kemungkinan,
jika hujan terus menerus turun namun tidak diiringi penyerapan air yang baik
maka akan menyebabkan berbagai macam bencana alam. Diantaranya; erosi,
banjir, hingga tanah longsor. Bencana alam menurut UU No. 24 tahun 2007
adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus,
banjir, kekeringan, angin topan dan tanah longsor. Beda bencana alam berbeda
pula dampak yang disebabkan. Semakin dahsyat suatu bencana alam maka
semakin dahsyat pula dampak yang terjadi. Bencana yang terjadi membuat
masyarakat menjadi rapuh karena kehilangan harta, benda, dan keluarga (Pusat
Studi Bencana IPB 2015). Menurut BNPB (2016) salah satu bencana yang
paling banyak menyebabkan korban jiwa adalah banjir. Banjir adalah peristiwa
atau keadaan dimana terendamnya suatu daerah atau daratan karena volume air
yang meningkat (UU no. 24 tahun 2007). Sedangkan banjir bandang merupakan
suatu proses aliran air yang deras dan pekat karena disertai dengan muatan
sedimen berupa bongkah-bongkah batuan dan tanah (sering pula disertai dengan

1
pohon-pohon tumbang) yang berasal dari arah hulu sungai (Pelly et al. 2013).
Banjir bandang ini dapat berkisar 3 – 6 meter terjadi dengan cepat melanda
daerah-daerah rendah permukaan bumi, di lembah sungai, cekungan dan
biasanya membawa debris yang sangat berbahaya yang akan melanda hampir
semua yang dilewatinya (Pelly et al. 2013). Banjir disebabkan oleh dua kategori,
yaitu banjir akibat alami dan banjir akibat aktivitas manusia (Ulum 2013). Salah
satu banjir akibat alami adalah banjir bandang yang terjadi di Kabupaten Garut.
Bencana ini terjadi pada Rabu, 21 September 2016 silam. Akumulasi curah
hujan dari tanggal 18 – 20 September 2016 merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan terjadinya banjir bandang Garut pada tanggal 20 September 2016
(LAPAN 2016). Hal ini terjadi karena intensitas curah hujan yang tinggi
menyebabkan meluapnya sungai-sungai karena tidak mampu menampung air
(Suprapto 2011). Akibatnya banjir terjadi di mana-mana,
1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa luas dan


seberapa besar kerugian serta korban jiwa yang dihasilkan dari bencana banjir
bandang yang berada di daerah kabupaten Garut, sehingga dapat dihitung
seberapa besar dampak dari banjir bandang yang terjadi serta pemulihan dan
perkembangan .

1.3 Lokasi Penelitian

BPS (2016) mencatat kecamatan Tarogong Kidul mempunyai luas


wilayah sekitar 1671,9 Ha, dengan memiliki ketinggian antara 600-820 meter
dari permukaan air laut serta memiliki batas-batas wilayah dengan; Tarogong
Kaler di sebelah Utara, Garut Kota di sebelah Timur, Bayongbong di sebelah
Selatan, Samarang di sebelah Barat. Berdasarkan BNPB (2016) lokasi banjir
bandang terparah terdapat di Kecamatan Tarogong Kidul, Desa Haur Panggung.
Jumlah rumah tangga 2.389 dengan anggota rumah tangga rata-rata 2,17 (3

2
orang). Jumlah sarana fasilitas kesehatan tercatat hanya terdapat 1 puskesmas
didukung dengan 19 posyandu, 5 tempat praktek dokter, 6 tempat praktek bidan,
1 apotik dan 6 toko khusus obat/jamu. Terdapat 20 mesjid dan 18 musholla.
Secara spesifik, lokasi penelitian terletak di Kampung Bojong Sudika (RW 014)
dan Kampung Lame (RW 010) yang terletak di sebelah sungai Cimanuk. Posisi
Geografis 1070 48' 18.13" BT dan 7o 17' 14.33" LS, teramati adanya bekas
luapan air yang melimpasi sisi sungai.

Gambar 1.1. Lokasi Penelitian

3
1.4 Permasalahan
Pada permasalahan kali ini dapat diketahui bahwa bencana banjir
bandang ini disebabkan karena debit air hujan yang tinggi sehingga sungai
cimanuk tidak bisa menahan besar nya volume air sehingga menimbulkan banjir
yang berdampak besar di kawasan padat penduduk itu diketahui sebanyak 160
rumah porak poranda, 22 korban meninggal ditemukan dan 8 orang hilang
sampai Rabu (21/9/2016) malam. Hal ini terjadi karena kerusakan akibat banjir
paling terasa di daerah perkotaan, di mana kepadatan orang, aset, dan
infrastruktur yang tinggi terjadi (Svetlana et al. 2015). Maka dari itu, perlu
dilakukan rehabilitasi dan rekonstruksi yang bersinergi antara pemerintah,
masyarakat sipil, dan dunia usaha agar dapat memperingan beban masyarakat
Garut pasca bencana (BNPB 2016).

1.5 Batasan Masalah

Batasan – batasan masalah pada penyusun laporan ini adalah untuk


mengtahui seberapa besar dampak banjir bandang serta sejarah terjadinya banjir
bandang tersebut, dapat berupa data sebaran banjir, tahun terjadinya erupsi dan
data kerugian terbesar hasil dari banjir bandang tersebut.

1.6 Pemecahan Masalah

Pada permasalahan kali ini dapat dikumpulkan data – data berupa data
sebaran bencana, korban jiwa, dan kerugian material. Hal ini dapat di minimalisir
dengan membuat peta zona daerah yang terkena dampak bencana tersebut dan
membuat jalur evakuasi jika terjadi bencana.

Anda mungkin juga menyukai