Anda di halaman 1dari 14

CEKUNGAN BANGGAI

( SULAWESI TENGAH )
(Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Stratigrafi Indonesia)

oleh
Taufiq Akbar

D1H040010

Aditnya Hartono

D1H040041

Asep Angga Kusumah

D1H040058

M. Budi Purnomo

D1H040055

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
Jatinangor, 2007

CEKUNGAN BANGGAI

PENDAHULUAN

"Tidak ada masalah yang lebih penting artinya bagi geologi selain pertanyaan mengenai
asal-usul perlapisan. Kata perlapisan memegang peranan besar dalam semua
perdebatan geologi, mulai dari perdebatan antara kaum Neptunists dengan kaum
Plutonists hingga perdebatan mengenai berbagai permasalahan yang berkaitan dengan
terumbu koral dan morena. Apa perlapisan itu? Bagaimana perlapisan itu terbentuk?
Apa yang diimplikasikannya?"
(Walther, 1894, h. 623)

Kata-kata Walther tersebut di atas masih relevan hingga sekarang.


Adalah fakta bahwa prinsip sedimentasi paling mendasar, yang menyatakan
bahwa sebagian besar sedimen diendapkan lauh demi lauh, sering terabaikan.
Pelauhan atau stratifikasi itu bervariasi sejalan dengan bervariasinya proses
pengendapan. Demikian pula jika kita menganalis suatu cekungan yang
merupakan produk dari sedimentasi dengan ciri khas akan ketebalan dari setiap
perlapisannya. Namun, dalam paper ini akan dipaparkan faktor lain yang tidak
kalah pentingnya dalam pembentukan suatu cekungan yang tiada lain ditinjau
dari tektonika yang berlaku dan hal lain yang menjadikan cekungan Banggai
terbentuk dengan ciri khasnya.
Cekungan Banggai merupakan salah satu cekungan di Indonesia bagian
timur yang menghasilkan sumber daya alam berupa hidrokarbon terutama Gas
dan Minyak. Cekungan ini Terletak di Pulau Sulawesi bagian Lengan Timur.
Beberapa field yang mengandung akumulasi Gas dan Minyak telah diproduksi
seperti Matindok Field, Sukamaju Field, Mina Hari Field dan Mentawa Field.
Cekungan Banggai yang ditempati oleh Blok Matindok terletak pada
Tangan Timur Sulawesi yang mencangkup daerah daratan dan lepas pantai
barat daya kota Luwuk. Secara geologi Tangan Timur Sulawesi ditafsirkan

sebagai daerah tumbukan antara mikrokontinen Banggai Sula dengan Busur


Volkanik Lengan Barat Sulawesi. Tumbukan terjadi akibat pergerakan kearah
barat dari Mikrokontinen Banggai Sula sepanjang patahan Sula-Sorong,
Hamilton, 1929, Simanjuntak, 1986 (gambar 2.1).
Secara Fisiografis, cekungan ini dibatasi dibagian Selatan oleh Sesar
Sorong, dibagian barat oleh Ophiolit Belt Sulawesi Timur, di bagian Timur oleh
kepulauan Banggai yang merupakan bagian dari Mikrokontinen Banggai-Sula.

Peta Lokasi Cekungan Banggai (sumber EH. Eks bppka 12 Desember 2000)

Tumbukan yang terjadi di Cekungan Banggai terjadi setelah Kala Miosen


Akhir yang ditandai dengan endapan pra tumbukan, Formasi Minahaki dan
Anggota Mentawa yang berumur Miosen Tengah hingga Miosen Akhir.
Struktur geologi yang mendominasi kawasan ini adalah sesar naik (thrust
fault) dan sesar mendatar (strike-slip fault) yang merupakan karakteristik
struktur di zona ophiolit. Arah utama sesar naik adalah NE SW. Sesar mendatar
umumnya berarah NW SE dan membentang sepanjang beberapa ratus km.

Stratigrafi Cekungan
Stratigrafi Cekungan Banggai dibagi secara Tektonostratigrafi, yaitu:

1.

Sikuen pra tumbukan

2.

Sikuen syn tumbukan

3.

Sikuen post tumbukan


Stratigrafi cekungan Banggai terdiri dari sedimen Pra Tersier dan sedimen

Tersier. Grup Salodik yang berumur Tersier terletak secara tidak selaras diatas
batuan dasar granitik Pra Tersier, dari mikrokontinen Banggai Sula. Grup
Salodik terdiri dari tiga Formasi yaitu: Formasi Tomori, Formasi Matindok,
Formasi Minahaki dan Anggota Mentawa.

Batuan dasar penyusun cekungan

Banggai berumur Pra Tersier dilaporkan terdiri dari sekis mika, kwarsit dan
granit. Penanggalan radiometrik sekis mika menunjukkan umur mutlak batuan
(sekis) adalah Perm Triasic. Berikut di bawah ini penjelasan tiap-tiap formasi
dengan urutan dari yang berumur tua ke muda.
1. Grup Salodik
Formasi Tomori
Formasi Tomori terletak secara tidak selaras diatas batuan dasar. Terdiri
atas batugamping bioklastik packstone berumur Eosen Atas sampai Miosen Awal
yang diendapkan pada kedalaman zona sublitoral. Formasi Tomori terbukti
mampu sebagai batuan reservoar dan diperkirakan juga berfungsi sebagai
batuan induk.
Formasi Matindok
Formasi Matindok terletak secara selaras diatas Formasi Tomori. Batuan
yang menyusun Formasi Matindok berupa batulempung dan batupasir dengan
sedikit sisipan batugamping dan batubara. Batulempung menempati bagian
bawah Formasi Matindok yang kontak dengan bagian atas batugamping Formasi
Tomori. Secara berangsur di bagian tengah Formasi ditemukan sisipan
batugamping yang semakin kearah atas semakin tebal. Zona kedalaman
lingkungan pengendapan Formasi Matindok adalah sublitoral litoral dan
merupakan sikuen regresi selama Kala Miosen. Kandungan fosil nanolangton

menunjukkan umur Formasi Matindok adalah Miosen Tengah. Formasi Matindok


berfungsi sebagai batuan penutup Formasi Tomori.
Formasi Minahaki
Formasi Minahaki menindih secara selaras Formasi Matindok dan ditutupi
endapan flisch berumur Miosen Atas Pliosen dari Formasi Kintom, Formasi Poh
dan Celebes Molasse. Formasi Minahaki terdiri dari batugamping terumbu,
batugamping bioklastik, batugamping packstone-wackestone dan dolomit. Umur
Formasi ini adalah Miosen Tengah Miosen Atas. Di beberapa bagian atas
Formasi Minahaki ditafsirkan sebagai batugamping terumbu dan disebut sebagai
Anggota Mentawa.
2. Anggota Mentawa
Batugamping terumbu Anggota Mentawa terletak di bagian atas Formasi
Minahaki dan tersusun oleh batugamping packstone sampai boundstone. Fosil
yang ditemukan pada batuan ini menunjukkan umur Miosen Atas.
3. Sulawesi Group
Terdiri dari Formasi Poh berupa batulempung dan batugamping, Formasi
Kintom berupa batulempung, batugamping dan batupasir, Formasi Biak berupa
batupasir, batulempung dan batugamping. serta terdapat endapan Molasse.
Diendapkan pada lingkungan Inner neritc outer Bathyal.

Gambar peta geologi regional Sulawesi Tengah.

Kenampakan urutan stratigrafi dan struktur yang terdapat pada Cekungan


Banggai dapat dilihat pada penampang dalam Gambar di bawah ini

( Gambar Kolom Stratigrafi )

SEJARAH TEKTONIK
Cekungan Banggai terletak di sebelah lengan timur Pulau Sulawesi. Secara
tektonostratigrafi terdiri dari dua unit utama, yaitu:

Unit pertama berupa Banggai-Sula merupakan mikro kontinen, yang


diinterpretasikan

sebagai bagian dari fragmen Plate Australia-Papua

New Guinea

Unit kedua berupa Sabuk Ophiolit Sulawesi bagian timur yang berumur
Mesozoikum (Koolhoven, 1930)

Pola Struktur geologi yang terbentuk merupakan produk dari tumbukan


antara Mikrokontinen Banggai-Sula yang menumbuk kearah barat Sabuk Ophiolit
Sulawesi bagian timur.Secara umum, sikuen tumbukan ini dibagi menjadi 2
sikuen yaitu :

Pra-Tumbukan
Terjadi pada Kala Miosen yang dikarakteristikan oleh dua unit litologi
karbonat

Post-Tumbukan
Terjadi pada Kala Plio-Pleistosen yang dikarakteristikan oleh litologi
clastik yang tebal berupa batulempung, konglomerat, batupasir, dan
batugamping.

Tumbukan ini secara umum mengakibatkan terbentuknya sesar normal dan


wrench fault ( pada bagian utara ) dan imbricated thrust pada bagian selatan.

Peta Pola Struktur Pulau Sulawesi dan Banggai-Sula

Tektonik dan Sedimentasi Cekungan Banggai.


Sejarah geologi cekungan Banggai dimulai pada Kala Eosen Akhir, diawali
dengan adanya transgresi regional yang kemudian diikuti dengan pengendapan
awal dari bagian bawah batuan karbonat Formasi Tomori pada Oligosen Awal.
Pengendapan tersebut terjadi pada lingkungan inner sublitoral.
Pada kala Oligosen Tengah sampai Oligosen Akhir, terjadi proses
transgresi ke dua. Selama Kala itu proses pengendapan Formasi tomori terus
berlangsung dan terjadi pada lingkungan inner sublitoral-litoral.
Pada kala Miosen Awal terjadi regresi secara mendadak dan mencapai
puncaknya pada Miosen Tengah. Pada Kala ini Formasi Matindok diendapkan
pada lingkungan inner sublitoral-litoral dengan pengaruh terestrial yang sangat
kuat.
Pada kala Miosen Tengah hingga Miosen Akhir terjadi transgresi secara
regional yang merupakan awal dari proses pengendapan Formasi Minahaki.
Perubahan lingkungan pengendapan akibat proses transgresi dari inner
sublitoral menjadi outer sublitoral mengakibatkan terendapkannya masif
limestone Formasi Minahaki. Pada beberapa lokasi lingkungannya tidak
mengalami perubahan dan masih merupakan lingkungan inner sublitoral,
lingkungan ini cocok untuk pertumbuhan batugamping terumbu (Anggota
Mentawa).
Kala Miosen Akhir hingga Pliosen Awal, terjadi penaikan air laut secara
drastis yang mengakibatkan terjadinya perubahan lingkungan dari litoral
menjadi bathyal. Pada lingkungan ini terjadi pengendapan endapan flisch dari
Formasi Kintom yang kemudian menutupi Grup Salodik.

FORMASI

LEGEND
A
B

NW

MIOCENE REEF BUILD-UP


MIOCENE CARBONATES ON WRENCH RELATED STRUCTURE

MIOCENE CARBONATES ON IMBRICATE STRUCTURES

OPHIOLITE BELT (BASAL SAND or FRACTURED RESERVOIR)

MESOZOIC SECTION ON IMBRICATE STRUCTURE

MESOZOIC SECTION ON GRABEN STRUCTURE

SE
D
PLIO-PLEISTOCENE CELEBES MOLASSE

OPHIOLITE
E
C

MIOCENE PLATFORM WITH PATCH REEFS

GRANITIC BASEMENT
POSSIBLE

MESOZOIC

METAMORPHIC
BASEMENT

DNI/TSP-05.97

Penampang Geologi Regional

KLASIFIKASI CEKUNGAN
Cekungan Banggai termasuk ke dalam tipe

Thrust Fold Belt Basin.

Karena pada cekungan ini terdapat sesar-sesar yang merupakan produk dari
tumbukan antara mikro kontinen Banggai-Sula yang menumbuk Ophiolit Belt di
lengan timur Pulau Sulawesi. Sesar-sesar tersebut berupa sesar normal,
imbricated thrust dan wrench fault. Sesar sesar ini menjadi struktur geologi
yang mengontrol cekungan Banggai.

96 E

100 E

104 E

108 E

112 E

116 E

120 E

124 E

128 E

132 E

136 E

140 E

144 E

Manila

THAILAND

TYPES OF BASINS

LIST OF BASINS

Bangkok

INTRACRATONIC

OCEANIC TRENCH*

ISLAND ARC

PASSIVE MARGIN

FOREARC

ABORTED RIFT

INTRA-ARC

FORELAND

PULL-APART

BACK-ARC

THRUST FOLD BELT

TRANSFORM MARGIN

SUSPENDED

SUTURES

CAMBODIA

12 N

OCEANIC AND
REMNANT OCEANIC

VIETNAM
FOREDEEP

Pnom Pene

PLATFORM

Ho Chiminth

outh

China

1 NORTH SUMATRA
2 CENTRAL SUMATRA
3 OMBILIN
4 SOUTH SUMATRA
5 MEULABOH
6 NIAS
7 MENTAWAI
8 SUNDA STRAIT
9 SOUTH WEST JAVA
10 SOUTH JAVA
11 SOUTH BALI-LOMBOK
12 SOUTH CENTRAL JAVA
13 SOUTH EAST JAVA
14 SUNDA
15 ASRI
16 VERA
SBILLITON
ea
17

18 NORTH WEST JAVA


19 NORTH EAST JAVA
20 FLORES
21 WEST NATUNA
22 EAST NATUNA
23 MELAWI
24 KETUNGAU
25 PEMBUANG
26 BARITO
27 ASEM ASEM & PASIR
28 PATERNOSTER
29 UPPER KUTEI
30 KUTEI
31 MUARA
32 NORTH EAST KALIMANTAN
33 CELEBES
34 NORTH MAKASSAR

35 SOUTH MAKASSAR
36 LARIANG
37 SPERMONDE
38 SALAYAR
39 SENGKANG
40 BONE
41 GORONTALO
42 SOUTH MINAHASA
43 NORTH MINAHASA
44 BANGGAI-SULA
45 SALABANGKA
46 MANUI
47 BUTON
48 BANDA
49 SAVU
50 TIMOR
Palawan
51 TANIMBAR-KAIS

Mindoro

INDONESIA BASINS

52 WEBER
53 SERAM (BULA)
54 NE HALMAHERA (KAU BAY)
55 EAST HALMAHERA (BULI BAY)
56 SE HALMHERA (WEDA BAY)
57 ARAFURA
Samar
58 ARU
59 AKIMEUGAH
60 CENTRAL IRIAN JAYA
Panay
61 LENGGURU
62 BINTUNI
63 TELUK BERAU-AJUMARU
64 MISOOL-ONIN
65 SALAWATI
66 WAIPOGA-WAROPEN

PHILIPPINES

PAC IFIC
O CEAN

Negros

This distribution of basin in Indonesia is not an official document. This map has been prepared and modified
from the previous PERTAMINA/BEICEP 1982 and 1985 non exclusive studies.

08 N
Mindanao

Sandakan

22

Banda Aceh
L hokseu mawe

BRUNEI

S ABAH

21

PHILIPPINES

Brunei Darusalam

04 N

INDONESIA

Natuna

Medan

Kualalumpur

33

Anambas

Morotai
Toba Lake

N atuna

Simeule

32

Sea

Nias

Kucing

Padang

41

Samarinda

30

KALIMANTAN

M aluku

Palangkaraya

25

Bangka

Pagai

Palembang

27

26

Belitung

44

36 SULAWESI

14
Java

9
08 S

B ali

Pasuruhan

13

Bali
Denpasar

Fl ores

I R I A N J A YA

59

Kai
Wakem

51

PAPUA NEW
GUNEA

Kobroor

Trangan

57

Arafura

S ea

Wetar

Sea
Yos Sudarso

Alor

Lombok
Flores

Dili

Sumbawa

11

52

58

48

20

Mataram

10

O C E A N

Sea

S ea

40

Surabaya

Yogyakarta

Jayapura

61

Ambon

B anda

38

12

66

53 64

Seram
Buru

Buton

Madura

Semarang

JAVA

Yapen

Cendrawasih Bay

62

47

39

Cirebon

Bandung

Biak

63

60
Ujungpandang

37

19

Jakarta

65
Misool

35

Sea

16

18

56

Obi

Mangole

46

Kendari

28

Lampung

Enggano

Sea

Seram S ea

Laut

17

15

Talibu

45

Banjarmasin
Plaju

Bengkulu

Bacan

Banggai

34

Jambi

Saka kemang
Block

Sea

Palu

Siberut

Sipura

Hal ma he ra

Waigeo

29

23

Mah akam
Total

54

55

Pontianak

Singkep

I N D I A N

HALMAHERA
Manado

24

Bintan

00

04 S

43

Sea

42

Batam

Pekanbaru

Tana Batu

S ulawesi

31

SINGAPORE

Sumba

49

T imor

S ea

Timor

S aw u S ea
Kupang

50

12 S

AUSTRALIA
0
16 S

KILOMETERS

500

AUSTRALIA

Petroleum System
Seperti telah disinggung di atas, Cekungan banggai ini menghasillkan
Minyak dan gas bumi. Berikut di bawah ini ptroleum system yang menjadi
pengontrol utama akumulasi hidrokarbon.
1. Source Rock
Formasi batuan yang potensial untuk menjadi source rock adalah batuan
berumur Tersier yang terdiri dari batuan katbonat berumur Paleogen yang
diendapkan di atasnya berupa batugamping reefal dan shelf berumur Miosen.
Seperti Formasi Matindok. Beberapa bukti lain mengindikasikan bahwa terdapat
lebih dari satu source rock lain yang potensial yaitu batuan Shale Karbonatan
berumur Miosen Bawah dan batugamping argilliceous, begitu juga batugamping
bituminous

dan shale. Sementara itu, batuan Mesozoikum yang potensial

menjadi source rock masih dalam tahap kajian lebih lanjut.


2. Reservoar
Berupa batuan berumur Tersier yaitu batugamping terumbu berumur
Miosen Bawah - Atas yaitu pada Formasi Mentawa Reef Mamber, Formasi Tomori
yang merupakan batuan yang termasuk ke dalam Group Solodik. Serta beberapa
formasi berumur Plio-Plistosen yaitu batupasir Formasi Kintom dan Formasi
Kalomha.
3. Sistem Pemerangkapan
Sistem pemerangkapan hidrokarbon secara umum dikontrol oleh pola
struktur yang diakibatkan oleh tumbukan antara mikro kontinen Banggai-Sula
dengan Ophiolite Belt. Sistem pemerangkapannya berupa Fault Thrust Belt.
Sementara itu perangkap stratigrafi berupa batugamping reefal yang ditutupi
oleh seal berupa endapan mollase.

4. Migrasi
Generation dan migrasi hidrokarbon terjadi pada Kala Plio-Plistosen,
dimana hidrokarbon diperkirakan migrasi ke arah up dip dan terakumulasi pada
reservoir batugamping reefal berumur Miosen.
5. Seal
Batuan yang berumur Pliosen yang terdiri dari endapan flysch, mollase
dengan sisipan batulempung yang cukup tebal merupakan seal rock yang secara
regional berpotensi bagus.

Referensi
Allen & allen.1990. Basin analysis, Principal & application. Blackwell Scientific
Publication.USA.
Boggs Jr., Sam. 1995. Principal of Sedimentology and Stratigraphy.Second
Edition. Prantice Hall. New Jersey.
Reynolds, Stephen J., and Davis, George H., 1984. Structural Geology of Rocks
and Region.,Second Edition. John Willey and Sons, Inc.
Tim Dosen Lab. Geodinamik, Diktat kuliah Geologi Struktur Indonesia. Geologi
Unpad. Tidak dipublikasikan.

Anda mungkin juga menyukai