Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PEMANFAATAN PETA PENGINDERAAN JAUH


DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Disusun oleh :

………………………………………………………………

SMA NEGERI 3 MERANGIN


TP. 2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setelah era agrikultur dan industry, kita kini memasuki era informasi dan konsepsi
(Pink, 2005, dalam Djoko Santosa, 2010). Pada era informasi, kebutuhan informasi geografi
makin nyata, termasuk kegunaanya untuk pendidikan geografi dari sejak sekolah dasar hingga
perguruan tinggi. Di satu sisi, diyakini bahwa informasi geografi sangat penting dalam
menunjukan sumberdaya alam dan fenomena spasial, tetapi di lain pihak, informasi geografi
tersebut belum diperoleh, diselenggarakan dan dikelola sebagaimana mestinya dalam
pengelolaan muka bumi, karena belum menjadi prioritas dalam sistem pengelolaannya.
Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek
atau gejala di permukaan bumi (atau permukaan bumi) tanpa melalui kontak langsung.
Teknologi ini dapat pula diartikan sebagai kegiatan perolehan informasi tentang permukaan
bumi dengan menggunakan citra yang diperoleh dari dirgantara menggunakan energi
elektromagnetik pada satu atau beberapa bagian spektrum elektromagnetik yang dipantulkan
maupun dipancarkan dari permukaan bumi (Campell, 1996, dalam Sigit, 2008). Penginderaan
jauh terdiri dari komponen-komponen yang membentuk suatu sistem: energi elektromagnetik,
atmosfer, obyek permukaan bumi, dan sensor (Curran, 1985).

B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang pemanbfaatan citra penginderaan jauh.

C. Tujuan
Penulisan makalah ini selain bertujuan untuk memenuhi tugas Geografi, juga diharapkan
dapat menambah pengetahuan mengenai penginderaan jauh.

D. Manfaat
Hasil dari penulisan makalah tentang Pemanfaatan citra penginderaan jauh ini diharapkan
dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, khususnya kepada siswa lainnya untuk
menambah pengetahuan dan wawasan mengenai makalah kami ini.
BAB II
PEMBAHASAN

1. PEMANFAATAN PETA PENGINDERAAN JAUH


A. Pemanfaatan Citra Penginderaan Jauh
Seiring dengan perkembangan tehnologi dalam penginderaan jauh maka manfaat
penginderaan jauh juga semakin besar dan semakin banyak orang yang memanfaatkan
penginderaan jauh dalam studi geografi. Berikut ini beberapa pemanfaatan
penginderaan jauh dalam studi geografi secara umum :
1. Dalam kajian fenomena hidrologi
Pemanfaatan penginderaan jauh dalam kajian hidrologi antara lain :
1) Pengamatan DAS.
Dalam hal ini, informasi spasial di Daerah Aliran Sungai atau daerah sekitar
yang mempengaruhinya perlu diketahui sesuai dengan kondisi riil saat ini.
Penggunaan data Penginderaan Jauh Landsat dapat memberikan gambaran
secara keruangan tentang bencana banjir dan longsor yang menimpa suatu
daerah.
2) Pengamatan luas daerah dan intensitas banjir
Citra penginderaan jauh satelit, dapat dimanfaatkan sebagai data untuk
memahami dan menganalisis luas areal yang tergenang oleh banjir secara
spasial.
3) Pemetaan pola aliran sungai.
Pola aliran merupakan pola dari organisasi atau hubungan keruangan dari
lembah-lembah, baik yang dialiri sungai maupun lembah yang kering atau
tidak dialiri sungai. Pola aliran dipengaruhi oleh lereng, kekerasan batuan,
struktur, sejarah diastrofisme, sejarah geologi dan geomerfologi dari daerah
alairan sungai. Dengan demikian pola aliran sangat berguna dalam interpretasi
kenampakan geomorfologis, batuan dan struktur geologi. Citra satelit yang
paling baik digunakan untuk pembuatan peta pola aliran adalah citra radar
yang menghasilkan kenampakan tiga dimensi yang paling baik. Keunggulan
dari citra radar salah satunya adalah sangat baik menggambarkan topografi
permukaan bumi. Pola aliran mempunyai berbagai jenis pola, diantaranya ialah
dendritic, paralel, radial, trelis, rectangular, centripetal, angular dan
multibasinal. Yang semuanya memiliki tipe sendiri-sendiri yang membedakan
antara satu pola aliran dengan pola aliran yang lain.
4) Studi sedimentasi sungai.
Kaitanya dengan sedimentasi sungai cintra penginderaan jauh dapat digunakan
untuk menganalisis perkembangan sedimentasi dari waktu kewaktu dengan
cara membandingkan citra dari waktu yang berbeda sehingga dapatb di ketahui
perkembangan sedimentasinya.
2. Dalam kajian fenomena klimatologi
(NOAA, Meteor dan GMS) Pemanfaatan penginderaan jauh dalam kajian
hidrologi antara lain :
1) Pengamatan iklim suatu daerah.
Sejak tahun 1999 LAPAN telah mengembangkan dan mengoperasionalkan
model prediksi curah hujan bulanan di Indonesia berdasarkan suhu permukaan
laut Pasifik Tropik. Model prediksi curah hujan ini dapat memprediksi kondisi
curah hujan secara global di Indonesia untuk periode 4 bulan.

2) Analisis cuaca.
Data MTSAT kanal inframerah yang diterima kemudian diolah menjadi suhu
kecerahannya (brightness temperature) dan diklasifikasikan potensi hujannya
berdasarkan tinggi rendahnya suhu kecerahan awan. Semakin rendah suhu
awan akan menyebabkan terjadinya kondensasi sehingga berpotensi tinggi
untuk menimbulkan hujan, sebaliknya semakin tinggi suhu awan maka potensi
hujannya rendah.

3) Pemetaan iklim dan perubahannya


Dengan adanya citra dapat digunakan sebagai basemap dalam pembuatan peta
iklim. Dengan menginterpretasi peta akan di ketahui perubahan iklim yang
terjadi dari waktu ke waktu. Peta citra merupakan citra yang telah bereferensi
geografis sehingga dapat dianggap sebagai peta. Informasi spasial yang
disajikan dalam peta citra merupakan data raster yang bersumber dari hasil
perekaman citra satelit sumber alam yang berupa iklim secara kontinu. Peta
citra memberikan semua informasi yang terekam pada bumi tanpa adanya
generalisasi.
3. Dalam kajian sumber daya bumi dan lingkungan
1) Pemetaan penggunaan lahan.
Inventarisasi penggunaan lahan penting dilakukan untuk mengetahui apakah
pemetaan lahan yang dilakukan oleh aktivitas manusia sesuai dengan potensi
ataupun daya dukungnya. Penggunaan lahan yang sesuai memperoleh hasil
yang baik, tetapi lambat laun hasil yang diperoleh akan menurun sejalan
dengan menurunnya potensi dan daya dukung lahan tersebut. Integrasi
teknologi penginderaan jauh merupakan salah satu bentuk yang potensial
dalam penyusunan arahan fungsi penggunaan lahan. Dasar penggunaan lahan
dapat dikembangkan untuk berbagai kepentingan penelitian, perencanaan, dan
pengembangan wilayah. Contohnya penggunaan lahan untuk usaha pertanian
atau budidaya permukiman.

2) Mengumpulkan data kerusakan lingkungan karena berbagai sebab.


Data dan teknologi penginderaan jauh tentu saja dapat dimanfaatkan terutama
dalam kegiatan pemantauan bencana alam. Melalui data penginderaan jauh
dalam hal ini citra Landsat ETM+ dapat untuk mengetahui tutupan vegetasi di
daerah hutan atau adanya indikasi penggundulan hutan. Lapisan tanah yang
relatif tebal tersebut terutama sekali tersebar pada bagian lereng-lereng bawah,
sebagian tertutupi oleh tumbuhan hutan tropis savana (warna hijau), sebagian
dimanfaatkan penduduk setempat untuk tanaman semusim dan sebagian lagi
terutama tampak jelas pada citra satelit Landsat ETM+ spot berwarna merah
terang yang mengindikasikan lahan yang telah gundul.
3) Analisis eksploitasi sumber daya alam.
Citra inderaja dengan resolusi spasial menengah (30 meter) dapat memberikan
gambaran mengenai wilayah pertambangan cukup baik. Untuk dapat
memperoleh gambaran wilayah pertambangan yang lebih detail, penggunaan
citra resolusi tinggi diperlukan. Lingkungan pertambangan secara garis besar
tampak pada citra dari perubahan kondisi lingkungan fisik seperti misalnya
perubahan bentuk mukabumi (landscape), perubahan tutupan vegetasi (land
cover) dan akibat dari penggalian tambang, khususnya galian di permukaan
bumi. Wilayah pertambangan yang dikelola dengan baik pada umumnya relatif
teratur, efisien dan rapih sebaliknya apabila pengelolaannya kurang baik
perusakan permukaan tidak teratur dan acak.

4. Dalam kajian oceanografi


1) Pengamatan sifat fisis air laut
Dalam pengamatan sifat fisis air laut sebagi contoh adalah pengamatan suhu
air laut dengan menggunakan citra termal hal ini bisa dianalisis suhu air laut
dari waktu kewaktu secara keruangan.

2) Pemetaan perubahan pantai, abrasi, sedimentasi, dan lain-lain.


Menggunakan citra dapat diketahui daerah yang mengalami pengurangan dan
yang mengalami penambahan material.
3) Pengamatan pasang surut air laut dan gelombang laut.

5. Dalam kajian Vulkanologi


Data penginderaan jauh untuk kegunungapian dapat memberikan informasi
mengenai bentuk dan sebaran produk erupsi seperti endapan piroklastik, aliran dan
kubah lava dari bentuknya yang khas. Disamping itu data penginderaan jauh dapat
juga memberikan gambaran mengenai komplek vulkanik dan sejarah erupsinya
yang tercermin dari perbedaan derajat erosi,gunungapi aktif dengan sebaran
piroklastik dan aliran lahar.
6. Dalam kajian geologi
Bencana alam seperti gempa, gerakan tanah, letusan gunungapi dan banjir
merupakan jenis bencana yang berkaitan erat dengan proses dinamika bumi.
Gejala geologi tersebut sangat umum terjadi di Indonesia karena letaknya di jalur
tektonik aktif di satu pihak dan kondisi klimatologi denga curah hujan tahunan
tinggi di lain pihak. Bencana alam geologi yang seringkali mengakibatkan korban
jiwa dan materi dalam hal tertentu dapat pula berpengaruh terhadap kegiatan
sektor pertambangan. Citra satelit penginderaan jauh dapat memberikan informasi
mengenai kerawanan bencana alam tersebut secara regional dengan cepat dengan
akurasi cukup baik. Dengan menggabungkan dengan data lain yang berkaitan
dengan bencana tersebut, informasi lebih detail akan dapat diperoleh dengan lebih
baik.

7. Sebagai alat untuk menemukan fakta


Citra yang menyajikan gambaran lengkap merupakan sumber data yang
dapat diinterpretasi secara cepat

8. Sebagai alat penelitian


Citra yang menyajikan gambaran sinoptik merupakan alat yang baik dalam
memberikan rekaman objek, gejala, atau daearah.

9. Sebagai dasar penjelasan


Citra yang menyajikan gambaran lengkap dengan ujud dan letak yang
mirip wujud dan letak sebenarnya merupkan alat yang baik sekali untuk
memahami letak dan susunan gejala di muka bumi.

10. Sebagai alat dalam prediksi pengendalian.


Citra merupakan alat bantu secara visual yang bermanfaat di dalam
prediksi dan pengendalian, yaitu sebagai abstraksi kondisi masa yang akan datang
dan sebagai peta kerja.

B. Keunggulan dan Keterbatasan Citra Penginderaan Jauh


Citra penginderaan jauh memiliki keunggulan dan keterbatasan. Pada halaman ini
kita akan memperlajarinya secara umum.
1. Keunggulan Citra Penginderaan Jauh
Sistem citra penginderaan jauh memiliki beberapa keunggulan, antara lain:
a. Pembuatan citra dapat dilakukan secara cepat meskipun wilayah yang ditinjau
merupakan wilayah yang sulit untuk dijelajahi. Sehingga dalam pemetaan
wilayah dapat dilakukan dengan lebih singkat daripada pemetaan yang
dilakukan secara manual.
b. Tingkat ketelitian citra sangat baik terutama untuk wilayah daratan.
c. Penggunaan sistem penginderaan jauh dapat menghemat dana, waktu dan
tenaga. Hal ini sangat cocok untuk dilakukan dalam operasional harian.
d. Daerah jangkauan yang bisa diamati menggunakan sistem penginderaan jauh
sangat luas.

2. Keterbatasan Citra Penginderaan Jauh


Selain memiliki keunggulan, sistem penginderaan jauh juga memiliki kelemahan,
diantaranya:
a. Tidak semua data terkait objek dapat ditangkap oleh sensor. Sistem ini tidak
mampu menyadap kwalitas objek misalnya berapa jumlah panen padi tiap
tahunnya, kwalitas tanah, susunan penduduk dll. Hal ini menyebabkan,
informasi yang didapat sangat tergantung dari apa yang bisa ditangkap oleh
sensor.
b. Ketelitian interpretasi citra tergantung dari kejelasan wujud objek atau gejala
pada citra.
c. Meski penggunaannya menghemat biaya namun peralatan sistem penginderaan
jauh harganya sangat mahal serta dibutuhkan keahlian khusus dalam
penggunaannya.
2. SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
A. SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Pada hakekatnya Sistem Informasi Geografis adalah suatu rangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk mendapatkan gambaran situasi ruang muka bumi atau informasi
tentang ruang muka bumi yang diperlukan untuk dapat menjawab atau menyelesaikan
suatu masalah yang terdapat dalam ruang muka bumi yang bersangkutan. Rangkaian
kegiatan tersebut meliputi pengumpulan, pemetaan, pengolahann penganalisisan dan
penyajian data-data/fakta-fakta yang ada atau terdapat dalam ruang muka bumi
tertentu. Data/fakta yang ada atau terdapat dalam ruang muka bumi tersebut, sering
juga disebut sebagai data/fakta geografis atau data /fakta spasial. Hasil analisisnya
disebut informasi geografis atau informasi spasial. Jadi SIG adalah rangkaian kegiatan
pengumpulan penataan, pengolahan dan penganalisisan data/fakta spasial sehingga
diperoleh informasi spasial untuk dapat menjawab atau menyelesaikan suatau masalah
dalam ruang muka bumi tertentu. SIG merupakan akronim dari :

1. Sistem
Pengertian suatu system adalah kumpulan elemen-elemen yang saling
berintegrasi dan berinterdependensi dalam lingkungan yang dinamis untuk
mencapai tujuan tertentu.
2. Informasi
Informasi berasal dari pengolahan sejumlah data. Dalam SIG informasi
memiliki volume terbesar. Setiap objek geografi memiliki setting data tersendiri
karena tidak sepenuhnya data yang ada dapat terwakili dalam peta. Jadi, semua
data harus diasosiasikan dengan objek spasial yang dapat membuat peta menjadi
berkualitas baik. Ketika data tersebut diasosiasikan dengan permukaan geografis
yang representative. Data tersebut mampu memberikan informasi dengan hanya
mengklik mouse pada objek. Perlu diingat bahwa semua adalah data tapi tidak
semua data merupakan informasi.
3. Geografis
Istilah ini digunakan karena SIG dibangun berdasarkan pada ‘Geografi’
atau ‘spasial’. Setiap objek geografi mengarah pada spesifikasi lokasi dalam suatu
space. Objek bisa berupa fisik. Budaya atau ekonomi alamiah. Penampakan
tersebut ditampilkan pada suatu peta untuk memberikan gambaran yang
representatif dari spasial suatu objek sesuai dengan kenyataannya di bumi. Simbol,
dan warna garis digunakan untuk mewakili setiap spasial yang berbeda pada peta
dua dimensi (Prahasta, 2002).
Sistem informasi Geografi (SIG) merupakan computer yang berbasis
pada sistem informasi yang digunakan untuk memberikan bentuk digital dan
analisis terhadap geografi bumi. Definisi GIS selalu berubah karena GIS
merupakan bidang kajian ilmu dan teknologi yang relative masih baru. Beberapa
definisi dari GIS adalah :
1. Definisi GIS (Rhind,1998) : GIS is a computer system fo collecting , checking,
integrating and analyzing information related to the surface of the earth.
2. Definisi GIS yang dianggap lebih memadai (Marble & Peuquet,1983) and
(Parker,1988; Ozemoy et al., 1981; Burrough, 1986: GIS deals with space time
data and often but not necessarily, employs computer hardware and software.
3. Purwadhi, 1994 : SIG merupakan suatu system yang mengorganisir perangkat
keras (Hardware), perangkat lunak (Software), dan data, serta dapat mendaya-
gunakan system penyimpanan, pengolahan, maupun analisis data secara
simultan, sehingga dapat diperoleh informasi yang berkaitan dengan aspek
keruangan.
4. Sig merupakan manajemen data spasial dan non-spasial yang berbasis
computer dengan tiga karakteristik dasar, yaitu:
1) Mempunyai fenomena actual(variable data non-lokasi) yang berhubungan
dengan topik pemasalahan di lokasi yang bersangkutan.
2) Merupakan suatu kejadian di suatu lokasi dan
3) Mempunyai dimensi waktu.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi Geografi
(SIG) atau Geographic Information System (GIS) adalah suatu system informasi
yang dirancang untuk bekerja dengan data yang bereferensi spasial atau
berkoordinat geografi atau dengan kata lain suatu SIG adalah suatu sitem basis
data dengan kemampuan khusus untuk menangani data yang bereferensi
keruangan (spasial) bersamaan dengan seperangkat operasi kerja. Sedangkan
menurut Anon (2001) Sistem Informasi geografi adalah suatu sistem Informasi
yang dapat memadukan antara data grafis (spasial) dengan data teks (atribut) objek
yang dihubungkan secara geografis di bumi (georeference). DIsamping itu, SIG
juga dapat mehubungkan data, mengatur data dan melakukan analisis data yang
akhirnya akan menghasilkan keluaran yang dapat dijadikan acuan dalam
pengambilan keputusan pada masalah yang berhubungan dengan geografi. Sistem
Informasi Geografis dibagi menjadi dua kelompok yaitu sistem manual (analog),
dan system otomatis (yang berbasis digital computer). Pernedaan yang paling
mendaasar terletak pada cara pengelolaanya. Sistem Informasi manual biasanya
menggabungkan beberapa data seperti peta, lembar transparansi untuk tumpang
susun (overlay), foto udara, laporan statistik dan laporan survey lapangan kesemua
data tersebut sikompilasi dan dianalisis secara manual dengan alat tanpa computer.
Sedangkan sistem informasi Geografis otomatis telah menggunakan komputer
sebagai system pengolah data melalui proses digitasi. Sumber data digital dapat
berupa citra satelit atau foto udara digital serta foto udara yang terdigitasi.Data lain
dapat berupa peta dasar terdigitasi (Pakereng, 2004). SIG merupakan salah satu
sistem yang kompleks dan pada umumnya juga (selain yang stand-alone)
terintegrasi dengan lingkungan sistem komputer lainnya di tingkat fungsional dan
jaringan (network). Jika diuraikan, SIG terdiri dari beberapa komponen (sebagai
berikut) dengan berbagai karakteristiknya
1) Perangkat Keras
SIG sudah tersedia bagi berbagai platform perangkat keras; mulai dari
kelas PC desktop, workstations, hingga multi-user host yang bahkan dapat
digunakan oleh banyak orang secara bersamaan (simultan) dalam jaringan
komputer yang luas,tersebar, berkemampuan tinggi, memiliki ruang
penyimpanan (harddisk) yang besar, dan mempunyai kapasitas memori (RAM)
yang besar. Adapun perangkat keras yang sering digunakan untuk aplikasi SIG
adalah komputer (PC), mouse, monitor (plus VGA-card grafik) yang
beresolusi tinggi, digitizer, printer, plotter, receiver GPS, dan scanner.
2) Perangkat Lunak
SIG merupakan sistem perangkat lunak yang tersusun secara modular
di mana sistem basis datanya memegang peranan kunci pada perangkat SIG
tertentu.
3) Data & informasi geografi
SIG dapat mengumpulkan dan menyimpan data atau informasi yang
diperlukan baik secara tidak langsung maupun secara langsung.
4) Manajemen
Suatu proyek SIG akan berhasil jika dikelola dengan baik dan
dikerjakan oleh orang-orang yang memiliki keahlian (kesesuaian dengan job-
description yang bersangkutan) yang tepat pada semua tingkatan.
B. Sejarah SIG
Sistem ini pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1972 dengan nama
Data Banks for Development. Munculnya istilah Sistem Informasi Geografis seperti
sekarang ini setelah dicetuskan oleh General Assembly dari International
Geographical Union di Ottawa Kanada pada tahun 1967. Dikembangkan oleh Roger
Tomlinson, yang kemudian disebut CGIS (Canadian GIS-SIG Kanada). CGIS
digunakan untuk menyimpan, menganalisa dan mengolah data yang dikumpulkan
untuk inventarisasi Tanah Kanada (CLI-Canadian Land Inventory) yang merupakan
sebuah inisiatif untuk mengetahui kemampuan lahan di wilayah pedesaan Kanada
dengan memetakan berbagai informasi pada tanah, pertanian, pariwisata, alam bebas,
unggas dan penggunaan tanah pada skala 1:250000. Sejak saat itu Sistem Informasi
Geografis berkembang di beberapa benua terutama Benua Amerika, Benua Eropa,
Benua Australia, dan Benua Asia. Seperti di Negaranegara yang lain, di Indonesia
pengembangan SIG dimulai di lingkungan pemerintahan dan militer. Perkembangan
SIG menjadi pesat semenjak di ditunjang oleh sumberdaya yang bergerak di
lingkungan akademis (kampus). Dalam sejarahnya penggunaan SIG modern (berbasis
computer, digital) dimulai sejak tahun 1960-an. Pada saat itu untuk menjalankan
perangkat SIG diperlukan computer mainframe khusus dan mahal. Dengan
perkembangan computer PC, kecanggihan CPU, dan semakin murahnya memori,
sekarang SIG tersedia bagi siapapun dengan harga murah (Kadir, 2004).

C. Tugas Utama SIG


Berdasarkan desain awalnya tugas utama SIG adalah untuk melakukan analisis
data spasial. Dilihat dari sudut pemrosesan data geografik, SIG bukanlah penemuan
baru. Pemrosesan data geografik sudah lama dilakukan oleh berbagai macam bidang
ilmu, yang membedakannya dengan pemrosesan lama hanyalah digunakannya data
digital. Adapun tugas utama dalam SIG adalah sebagai berikut:

1. Input Data, sebelum data geografis digunakan dalam SIG, data tersebut harus
dikonversi terlebih dahulu ke dalam bentuk digital. Proses konversi data dari peta
kertas atau foto ke dalam bentuk digital disebut dengan digitizing. SIG modern
bisa melakukan proses ini secara otomatis menggunakan teknologi scanning.
2. Pembuatan peta, proses pembuatan peta dalam SIG lebih fleksibel dibandingkan
dengan cara manual atau pendekatan kartografi otomatis. Prosesnya diawali
dengan pembuatan database. Peta kertas dapat didigitalkan dan informasi digital
tersebut dapat diterjemahkan ke dalam SIG. Peta yang dihasilkan dapat dibuat
dengan berbagai skala dan dapat menunjukkan informasi yang dipilih sesuai
dengan karakteristik tertentu.
3. Manipulasi data, data dalam SIG akan membutuhkan transformasi atau
manipulasi untuk membuat data-data tersebut kompatibel dengan sistem.
Teknologi SIG menyediakan berbagai macam alat bantu untuk memanipulasi data
yang ada dan menghilangkan data-data yang tidak dibutuhkan.
4. Manajemen file, ketika volume data yang ada semakin besar dan jumlah data user
semakin banyak, maka hal terbaik yang harus dilakukan adalah menggunakan
database management system (DBMS) untuk membantu menyimpan, mengatur,
dan mengelola data
5. Analisis query, SIG menyediakan kapabilitas untuk menampilkan query dan alat
bantu untuk menganalisis informasi yang ada. Teknologi SIG digunakan untuk
menganalisis data geografis untuk melihat pola dan tren.
6. Memvisualisasikan hasil, untuk berbagai macam tipe operasi geografis, hasil
akhirnya divisualisasikan dalam bentuk peta atau graf. Peta sangat efisien untuk
menyimpan dan mengkomunikasikan informasi geografis. Namun saat ini SIG
juga sudah mengintegrasikan tampilan peta dengan menambahkan laporan,
tampilan tiga dimensi, dan multimedia (Haryanto, 2004).
D. Metode Pemetaan Dalam SIG
Banyak metode-metode pemetaan yang digunakan dalam SIG diantaranya
adalah mapinfo, arcview, surfer,mapsource dll. Masing masing mempunyai kegunaan
dan fungsi masing-masing diantaranya :
1. Map info
Mapinfo adalah salah satu perangkat lunak (software) yang digunakan sebagai
sarana untuk menampilkan atau pengimplementasian sistem informasi geografik.
Kelebihan perangkat lunaj mapinfo tersebut adalah karena fasilitas yang diberikan
cukup mudah untuk dioperasikan dan cukup lengkap untuk keperluan
pengembangan sistem informasi geografik. Seperti halnya perangkat lunak lain
yang dioperasikan dibawah windows yang memiliki kemampuan multi tasking.
Maka MapInfo juga dapat digunakan secara bersama-sama dengan fasilitas lain di
dalam mapinfo sendiri. Konsep ini dinamakan sebagai desktop mapping, sehingga
memungkinkan untuk menyajikan data spasial, data atribut dan grafik secara
bersamaan dan saling berhubungan antara satu dengan yang lain. Kemampuan lain
dari destop mapping ini adalah kemampuan untuk mengorganisir. Memanipulasi
dan menganalisis data. Informasi yang disajikan oleh map info ini pasa prinsipnya
adalah hasil penggabungan data grafik dan non-grafik ( Kadir, 2004).
2. Arcview
ArcView merupakan salah satu perangkat lunak (software) desktop Sistem
Informasi Geografis (SIG) dan pemetaan yang dikembangkan oleh ESRI. ArcView
memiliki kemampuan-kemampuan untuk melakukan visualisasi, meng-explore,
menjawab query (baik basis data spasial maupun non-spasial), menganalisis data
secara geografis, dan sebagainya. Secara umum kemampuan ArcView dapat
dilihat melalui uraian berikut :
1) Pertukaran data, membaca dan menuliskan data dari dan ke dalam format
perangkat lunak SIG lainnya.
2) Melalukan analisis statistik dan operasi-operasi matematis.
3) Menampilkan informasi (basisdata) spasial maupun atribut. Menghubungkan
informasi spasial dengan atribut-atributnya yang terdapat (disimpan) dalam
basisdata atribut.
4) Melakukan fungsi-fungsi dasar SIG seperti analisis sederhana spasial
5) Membuat peta tematik.
6) Meng-customize aplikasi dengan menggunakan bahasa skrip atau bahasa
pemrograman sederhana.
7) Melakukan fungsi-fungsi SIG khusus lainnya (dengan menggunakan extension
yang ditujukan untuk mendukung penggunaan perangkat lunak SIG ArcView)
3. Surfer
Surfer merupakan perangkat lunak yang dikembangkan oleh Golden Software
Inc. Yaitu sebuah perusahaan yang berlokasi di Golden, Colorado, Amerika
Serikat. Perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan yang mengembangkan
dan memasarkan perangkat lunak di bidang Geographic Information System dan
scientific software. Selain perangkat lunak Surfer, Golden Software Inc. juga
mengembangkan perangkat lunak lainnya seperti Grapher, Voxler, MapViewer,
Didger, dan Strater. Hingga saat ini perusahaan yang didirikan pada tahun 1983 ini
terus mengembangkan produk perangkat lunaknya dengan peningkatan kualitas,
kemudahan dalam penggunaan aplikasi, serta dukungan teknis yang lebih baik.
keunggulan utama dari perangkat lunak Surfer 10 ini adalah pada proses
visualisasi dan permodelan peta 3D, pembuatan kontur, model batimetri,
visualisasi dan analisis lansekap, proses gridding, volumetrik, serta fungsi-fungsi
utama lainnya. Berbagai metode pengolahan data yang tersedia juga
memungkinkan proses manipulasi data, menginterpretasikannya dan memilih
metode yang paling sesuai untuk kebutuhan pengguna.(Muhardi, 2012)
E. Bidang-bidang Aplikasi SIG
Sistem Informasi Geografis dapat dimanfaatkan untuk mempermudah dalam
mendapatkan data-data yang telah diolah dan tersimpan sebagai atribut suatu lokasi
atau obyek. Data-data yang diolah dalam SIG pada dasarnya terdiri dari data spasial
dan data atribut dalam bentuk dijital. Sistem ini merelasikan data spasial (lokasi
geografis) dengan data non spasial, sehingga para penggunanya dapat membuat peta
dan menganalisa informasinya dengan berbagai cara. SIG merupakan alat yang handal
untuk menangani data spasial, dimana dalam SIG data dipelihara dalam bentuk digital
sehingga data ini lebih padat dibanding dalam bentuk peta cetak, tabel, atau dalam
bentuk konvensional lainya yang akhirnya akan mempercepat pekerjaan dan
meringankan biaya yang diperlukan. Berikut ini adalah beberapa contoh aplikasi GIS
di berbagai bidang :
1) Pengelolaan Fasilitas : Peta skala besar, network analysis, biasanya digunakan
untuk pengolaan fasilitas kota. Contoh aplikasinya adalah penempatan pipa dan
kabel bawah tanah, perencanaan fasilitas perawatan, pelayanan jaringan
telekomunikasi.
2) Sumber Daya Alam: studi kelayakan untuk tanaman pertanian, pengelolaan hutan,
perencanaan tataguna lahan, analisis daerah bencana alam dan analisis dampak
lingkungan.
3) Lingkungan : pencemaran sungai, danau, laut, evaluasi pengendapan lumpur di
sekitar sungai, danau atau laut, pemodelan pencemaran udara, dll.
4) Perencanaan : pemukiman transmigrasi, tata ruang wilayah, tata kota, relokasi
industri, pasar, pemukiman, dll.
5) Ekonomi dan bisnis : penentuan lokasi bisnis yang prospektif untuk bank, pasar
swalayan, mesin ATM, show room, dll.
6) Kependudukan : penyediaan informasi kependudukan, pemilihan umum.
7) Transportasi: inventarisasi jaringan (seperti jalur angkutan umum), analisis rawan
kemacetan dan kecelakaan, manajemen transit perencanaan rute, dll.
8) Telekomunikasi : inventarisasi jaringan, perizinan lokasi-lokasi BTS beserta
pemodelan spasialnya, sistem informasi pelanggan, perencanaan pemeliharaan dan
analisis perluasan jaringan, dll.
9) Militer : penyediaan data spasial untuk rute perjalanan logistic, peralatan perang,
dll (Kodoatie, 2003).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kita ambil berdasarkan penjelasan pada lembar-lembar
sebelumnya, yaitu :
a. Penginderaan Jauh merupakan ilmu yang digunakan untuk mendapatkan informasi
mengenai permukaan bumi seperti lahan dan air dari citra yang diperoleh dari jarak
jauh dengan menggunakan sensor. Di bidang geologi, remote sensing digunakan untuk
mengetahui potensi bencana di daerah tertentu.
b. Penginderaan Jauh dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang, seperti: di Bidang
Oseanografi (SEASAT), di Bidang Hidrologi (LANDSAT/ERS, SPOT), di Bidang
Oseanografi (SEASAT), di Bidang Meteorologi (METEOSAT, TIROS, DAN
NOAA), dan di bidang Kehutanan
c. SIG untuk menangkap, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola,
mamanipulasi, mengintegrasikan, menganalisa, dan menampilkan data dalam suatu
informasi berbasis geografis.
d. SIG memiliki kekuatan lebih dan fleksibelitas dari pada lembaran peta kertas.
e. Peta merupakan representasi grafis dari dunia nyata.
f. Obyek-obyek yang direpresentasikan diatas peta disebut unsur peta atau map features
(contohnya sungai, jalan, dan lain-lain).

B. Saran
Teknologi sudah semakin maju, penginderaan jauh yang awalnya hanya
menggunakan citra foto udara dengan wahana balon udara kini telah banyak
dikembangkan dengan munculnya citra satelit yang tentu saja cara kerjanya lebih canggih.
Penggunaan citra satelit hendaknya lebih di dikembangkan lagi dan pemanfaatanya lebih
dioptimalkan.
DAFTAR PUSTAKA

 Eddy Prahasta, 2002. Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografi,


Bandung: Informatika
 Lillesand, Thomas M. ( Penerjemah Dulbhri, Suharsono P, Suharyadi S). 1990.
Remote Sensing and Image Interpretation Diterjemahkan Dalam bahasa Indonesia :
Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Yogyakarta: gadjah mada University
Press.
 Sinaga,J.2011.Satelit ikonos. www.pagarberkawatduri.blogspot.com/2011/11/satelit-
ikonos.html. diakses pada tanggal 28 November 2011 Jam 15. 35 WIB
 Sutanto.1986.Penginderaan Jauh Jilid 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
 Sutanto.1994.Penginderaan Jauh Jilid I1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
 Lillesland, Thomas. M dan Ralph W. Kiefer. 2007. Penginderaan Jauh dan Interpretasi
Citra. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.
 Sutanto. 1979. Pengetahuan Dasar Interpretasi Citra. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.

Anda mungkin juga menyukai