DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN..................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR.....................................ii
ABSTRAK..............................................................................................................iii
UCAPAN TERIMAKASIH....................................................................................iv
DAFTAR ISI............................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi
DAFTAR TABEL..................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
I.1 Latar Belakang...............................................................................................1
I.2 Rumusan Masalah..........................................................................................3
I.3 Tujuan Penelitian...........................................................................................3
I.4 Manfaat Penelitian.........................................................................................4
I.5 Batasan Masalah............................................................................................4
I.6 Hipotesis........................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5
2.1 Geologi Regional Wilayah Penelitian...........................................................5
2.2 Sesar..............................................................................................................6
2.3 Seismotektonik..............................................................................................9
2.4 Mitigasi Bencana.........................................................................................10
2.5 Manajemen Resiko......................................................................................12
2.6 Penulisan Studi Terdahulu..........................................................................12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..............................................................13
3.1 Lokasi Penelitian.........................................................................................13
3.2 Data dan Peralatan.......................................................................................13
3.3 Tahapan Penelitian......................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20
ii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
6
2. Bagiamana sistem informasi geografis (SIG) dapat dijadikan sebgai
metode untuk menganalisis resiko bencana gempa bumi?
3. Bagaimana pengaruh early warning dalam pengurangan resiko
bencana gempa bumi?
8
pasir, lanau, dan lempung yang berasal dari endapan sungai, danau, dan pantai.
Formasi ketiga adalah Qvps, breksi vulkanik yang diselingi lahar. Formasi Qvlp
keempat terdiri dari lava andesit-basalt yang ditambang dari puncak Gunung
Pawon. Formasi kelima yaitu Qhva pada formasi ini terdiri dari jenis batuan tuff,
lava, lava dan ignimbrit yang terbentuk akibat interaksi gunung api aktif Agung.
Formasi keenam yaitu Qpbb merupakan batuan vulkanik Grup Buyan-Bratan
yang tersusun atas tuf dan lava. Formasi terakhir adalah Formasi Tomu-Ulak,
tersusun atas breksi gunungapi, tufa dan perselingan batugamping-batuan
sedimen. Peta geologi regional menunjukkan bahwa daerah Karangasem
didominasi oleh formasi batuan Qhva yang sumber batuannya berasal dari
Gunung Api Agung. Menurut penelitian sebelumnya, Gunung Agung merupakan
gunung api aktif tipe A. Berdasarkan hasil penelitian, gunung api tipe A meletus
pada tahun 1600 Masehi. Hal ini pada tingkat 1V. Level IV merupakan kondisi
waspada sejak 27 November 2017. Kajian tentang bahaya yang ditimbulkan oleh
aktivitas Gunung Agung yang menyusut dari 8 km menjadi 6 km tanpa informasi
spesifik sektor.
2.2 Sesar
Sesar adalah patahan atau diskontinuitas pada batuan yang banyak berubah
akibat pergerakan bumi sepanjang patahan. Patahan utama di lapisan bumi adalah
gerakan tektonik yang terletak di bawah permukaan. Sesar tidak hanya terjadi
pada sesar tersebut, namun terdapat beberapa rekahan kecil di sekitar sesar utama.
Pengaruh sesar besar atau pergerakan zona sesar dan dapat dibedakan berdasarkan
jenis sesar. Jenis kesalahan adalah sebagai berikut:
1. Sesar normal
Sesar normal adalah gangguan relatif yang menyebabkan jatuhnya plafon
gangguan. Pergerakan yang terlihat pada Gambar 2.2 disebabkan oleh
pergerakan menjauhi pergerakan, sehingga penutup sesar yang bergerak
secara otomatis akan tenggelam di bawah pengaruh gravitasi. Kondisi ini
terdapat pada daerah yang mengalami gaya tarik. Gaya ekstensional
menciptakan setengah-graben yang familiar dengan geometri dan orientasi
yang familiar, yang merupakan efek keanekaragaman hayati pada litologi
batuan.
2. Sesar naik
Sesar naik berbanding terbalik dengan sesar normal, atap sesar mengalami
pergerakan naik terhadap alas sesar. Pada Gambar 2.3. Pergeseran
diakibatkan oleh adanya pergerakan yang saling tekan kemudian salah satu
blok yaitu atap sesar mengalami kepatahan, kemudian mengalami pergerakan
naik.
10
Gambar 2.3 Sesar naik
Sumber: Renyka Sarah (2021)
3. Sesar Mendatar
Sesar geser atau sesar mendatar ialah pergerakan dua blok yang bergeser
secara horizontal. Pada Gambar 2.4 terlihat pergeseran dari sesar ini yang
merupakan kombinasi dari sesar naik maupun turun dengan sesar
mendatar.
Pada sesar tidak hanya terjadi pada satu bagian, tetapi ada beberapa sesar
yang juga berada di sekitar sesar utama. Dapat diketahui adanya sesar
dikarenakan suatu pergerakan yang berasal dari sumber sesar utama yang
disebut sesar minor. Adanya sesar minor dicirikan oleh kekar-kekar dan
penyebaran batuan ubahan di sekitar lokasi penelitian.
2.3 Seismotektonik
Seismotektonik merupakan ilmu yang menggunakan konsep geofisika untuk
menerapkan terjadinya gempa bumi dan pergerakan lempeng tektonik serta
patahan di daerah penelitian. Seismotektonik mempelajari patahan yang
mempengaruhi aktivitas seismik suatu wilayah dengan mengetahui tektonik
regional dan mencatat data seismiknya. Mengenai informasi yang didapat
berupa pola tektonik saat ini dan di wilayah studi untuk dapat
merekonstruksi kejadian tektonik masa lalu dan menjelaskan keadaan
tektonik saat ini
A. Sesar aktif
Sesar aktif diindikasikan sebagai pemicu bencana gempa bumi yang terjadi
di bawah struktur bawah permukaan. Keberadaan sesar perlu diketahui
dalam setiap daerah, hal tersebut dilakukan untuk untuk mengurangi resiko
bahaya yang terjadi akibat gempa bumi yang ditimbulkan oleh sesar aktif.
Kdejadian gempa bumi dapat mempengaruhi terjadinya proses likuifaksi.
Kejadian tersebut berasal dari bencana susulan yaitu gempa bumi apabila
daerah tersebut masih tertutupi oleh material permukaan yang
berkarakteristik. Daerah yang yang dinilai sebagai daerah rawan bencana
gempa bumi memiliki resiko untuk mengalami bencana alam yang lain
seperti: retakan tanah, likuifaksi, longsoran pada topografi terjal, dan
penurunan tanah.
B. Gempa bumi
Gempa bumi ialah pelepasan suatu energi, yang disebabkan oleh aktivitas
pergeseran lempeng tektonik atau letusan yang berasal dari gunung api yang
aktif. Sumber sumber gempa bumi yang ada di Indonesia terbagi menjadi
lima yaitu: gempa tektonik, gempa vulkanik, gempa tumbukan, gempa
runtuhan dan gempa buatan.
1. Gempa Tektonik
Gempa bumi tektonik merupakan salah satu penyebab seringnya terjadi
gempa bumi di Indonesia. Pusat seismik terhubung pada tempat-tempat
12
yang sering terjadi perubahan kerak bumi, yaitu patahan dan zona subduksi.
Gempa ini memerlukan perhatian karena dampaknya yang merugikan. Hal
mendasar yang ditemukan adalah frekuensi tinggi yang terjalin dengan
energi yang dilepaskan dan dampaknya yang luas terhadap pergerakan
lempeng tektonik. Akibat gempa tersebut, terjadi pergerakan sepanjang
cangkokan dengan perubahan 1-10 meter.
2. Gempa Vulkanik
Indonesia memiliki banyak gunung api aktif yang tersebar di bagian
Sumatera,Bali, Jawa, aNusa Tenggara, Maluku, dan Sulawesi. Gempa yang
terjadi disebabkan oleh danya aktivitas gunung api aktif yang hanya terjadi
di skala lokal. Gempa ini terjadi karena magma gunung api bergerak naik
3. Gempa Tumbukan
Gempa bumi disebabkan oleh meteor yang bertabrakan dengan bumi.
Diketahui bahwa ketika gempa berasal dari meteor, getarannya hanya
dirasakan di daerah yang terkena dampaknya. Meteor yang jatuh dapat
membuat lubang di permukaan bumi. Salah satu tempat jatuhnya meteor ke
permukaan bumi adalah di wilayah Arizona Amerika Serikat, yang
membentuk Kawah Barrington.
4. Gempa Runtuhan
Tremor keruntuhan juga terjadi dalam skala lokal, tremor keruntuhan
biasanya disebabkan oleh keruntuhan tanah longsor yang tersusun dari
material batuan. Sebuah batu atau material mengalami gerakan ke bawah,
menyebabkan gempa runtuh. Gempa bumi biasanya terjadi di lereng, karena
puing-puing yang jatuh mengalami getaran di permukaan bumi.
5. Gempa Buatan
Gempa ini terjadi diakibatkan oleh pengaruh aktivitas manusia, terjadi
dikarenakan adanya getaran besar yang berasal karena buatan manusia
bukan karena struktur bawah permukaan bumi. Gempa buatan biasanya
timbul oleh adanya ledakan nuklir maupun dinamit yang diketahui berskala
besar.
2.4 Mitigasi Bencana
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat karena faktor alam
dan/atau faktor alam dan manusia, sehingga menimbulkan korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerusakan harta benda, dan dampak
psikologis (UU No. 24. 2007). Menurut Pasal 1 Ayat 6 Peraturan Pemerintah
Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana,
mitigasi adalah serangkaian tindakan yang bertujuan untuk mengurangi risiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun dengan meningkatkan
kesadaran dan keterampilan dalam menghadapi ancaman bencana. . Risiko
bencana antara lain kematian, kerusakan lingkungan, kerugian dan kehilangan
harta benda (rumah, perabot, dll), dan terjadinya dampak psikologis.
Kesiapsiagaan bencana adalah upaya untuk mengurangi risiko dan dampak
bencana terhadap masyarakat di daerah rawan bencana, baik alam maupun
ulah manusia, atau campuran keduanya, di suatu negara atau masyarakat. Ada
empat hal penting yang perlu diperhatikan dalam persiapan menghadapi
bencana, antara lain ketersediaan berita dan peta untuk setiap kategori
bencana, peningkatan pemahaman dan pendidikan masyarakat tentang cara
penanggulangan bencana, serta mengetahui apa yang harus dilakukan dan apa
yang harus dihindari. dan bagaimana cara menyelamatkan diri jika terjadi
bencana waktu - waktu dan penataan, penataan kawasan rawan bencana untuk
mengurangi resiko bencana. Saat membuat program mitigasi (khususnya di
Indonesia), hal-hal berikut harus diperhatikan:
1. Pengurangan risiko bencana harus diintegrasikan ke dalam proses
pembangunan
2. Fokusnya tidak hanya pada penanggulangan bencana, tetapi juga pada
pendidikan, pangan, pekerjaan, perumahan bahkan kebutuhan dasar lainnya. 3.
Sinkronisasi dengan kebutuhan sosial, budaya dan ekonomi setempat
4. Di sektor informal, ditekankan kemampuan warga untuk mengambil
keputusan, berpartisipasi dan membentuk sesuatu.
5. Pemanfaatan sumber daya lokal (sesuai prinsip desentralisasi)
14
6. Perkembangan pembangunan perumahan untuk kelompok kurang mampu
dan alternatif untuk mensubsidi biaya tambahan pembangunan perumahan
diperiksa.
7. Perhatikan teknik renovasi kompromi (pola dan struktur).
8. Mempelajari aturan penggunaan lahan untuk melindungi masyarakat yang
tinggal di daerah rawan sosial, ekonomi dan politik yang rawan bencana dan
kerugian adalah sederhana dan mudah dipahami dan diikuti oleh warga.
16
Keterangan:
R: Disaster Risk (Risiko Bencana) H: Hazard Threat (Frekuensi atau
kemungkinan bencana tertentu cenderung terjadi dengan intensitas
tertentu pada lokasi tertentu).
V: Vulnerability (Kerugian yang diharapkan (dampak) di daerah
tertentu pada kasus bencana tertentu dengan intensitas tertentu.
Didefinisikan sebagai penduduk, aset, dll yang dikalikan sensitivitas
untuk intensitas spesifik bencana).
C: Adaptive Capacity (Kapasitas yang di daerah tertentu tu untuk pulih
dari bencana).
18
Gambar 3.1 Metode penyusunan resiko bencana
Sumber: Perka BNPB No.2 2012
20
kerapatan nilai (exposure) dan meningkatkan kapasitas (capacity), sehingga secara
umum disarankan berbasis risiko sejak dini. Sistem Peringatan (RBEW). Seperti
yang telah disebutkan, sebagian besar masalah di atas bersifat langsung/jangka
pendek, yaitu menangani potensi dampak bencana. Konsep EW terintegrasi dapat
mengandung unsur-unsur yang mengurangi kerentanan, kepadatan nilai dan
pembangunan kapasitas. Misalnya, kerentanan fisik bangunan dapat ditentukan,
lokasi dapat dipantau, masalah dapat dikomunikasikan kepada masyarakat,
perbaikan dapat dilakukan, bantuan teknis/profesional dapat diberikan, dll. Begitu
pula dengan sosial, ekonomi dan sebagainya. Langkah/prioritas ini dimulai
dengan prioritas utama dari tiga elemen yaitu “Kondisi Paling Rentan, Exposure
dan Capacity”. Artinya harus ada “identifikasi dini, prediksi, diseminasi informasi
dan tahap persiapan awal”. Ini sebenarnya sesuai dengan definisi peringatan dini
yang diterapkan untuk empat faktor risiko yang relevan. Oleh karena itu, EW
tidak hanya berfokus pada bahaya, tetapi juga harus digunakan untuk pengurangan
kerentanan, pengurangan paparan/kontrol/pemantauan dan peningkatan kapasitas,
sehingga umumnya diusulkan sebagai sistem peringatan dini berbasis risiko
(RBEW), sebagian besar masalah di atas bersifat segera/jangka pendek, yaitu
menghadapi kemungkinan akibat dari suatu bencana. Konsep EW terintegrasi
dapat mengandung unsur-unsur yang mengurangi kerentanan, kepadatan nilai dan
pembangunan kapasitas. Misalnya, kerentanan fisik bangunan dapat ditentukan,
lokasi dapat dipantau, masalah dapat dikomunikasikan kepada masyarakat,
perbaikan dapat dilakukan, bantuan teknis/profesional dapat diberikan, dll. Sama
dengan kerentanan sosial, ekonomi dll.
(1)
Keterangan:
1. Hazard (bahaya) = ancaman gempa bumi
22
2. Vulnerability (kerentanan) = kondisi sarana dan prasarana bangunan
permukiman, perkantorandan sekolah yang rawan atau rentan terhadap
bahaya gempa bumi.
3. Capacity (kapasitas) = kemampuan personel Lanud Padang dan
masyarakat yang tinggal di Kesatrian Lanud Padang dalam menghadapi
bahaya gempa bumi-tsunami.
Hasil akhir analisis ini adalah peta risiko bencana gempa bumi di setiap cluster
sampling setiap unit bangunan di Desa Sebudi.
DAFTAR PUSTAKA
Basher,R., (2006), Global early warning systems for natural hazards: systematic
and people-centred, Philosophical Transaction364, pp.2167–2182
24