Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PROGRES PROJECT ALAT GELOMBANG

( Alat Kewaspadaan Terhadap Gempa Bumi )

Oleh :

Novia Mita Safitri 2213022081


Siti Ulfa Nur Annisa 2213022088
Shelva Yulita Sari 2213022077

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIK


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................2

ABSTRAK...........................................................................................................................3

I. PENDAHULUAN.......................................................................................................4

A. Latar Belakang.........................................................................................................4

B. Rumusan Masalah....................................................................................................5

C. Tujuan......................................................................................................................5

II. TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................6

III. PROSEDUR PERCOBAAN....................................................................................9

D. Alat dan Bahan.........................................................................................................9

E. Langkah Percobaan................................................................................................10

IV. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN.....................................................11

F. Hasil Percobaan......................................................................................................11

G. Pembahasan............................................................................................................12

V. PENUTUP..................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................16

LAMPIRAN.......................................................................................................................17
ABSTRAK

Indonesia berada dalam cincin api atau biasa disebut ring of fire karena dikelilingi oleh
banyak gunung berapi sehingga kemungkinan untuk terjadinya bencana alam gempa
cukup besar potensi nya. Ketika bencana alam gempa terjadi, masih banyak masyarakat
kurang tanggap dalam menyadarinya, Banyak juga korban jiwa yang pada akhirnya tidak
dapat menyelamatkan diri karena minimnya informasi gempa terjadi dan terlambat dalam
melakukan evakuasi diri. Gempa bumi membuat banyak kerugian, baik dari segi fisik
maupun moril. Untuk mengurangi dampak dari gempa bumi, diperlukan suatu alat yang
dapat mendeteksi gempa bumi sedini mungkin. Project ini bertujuan untuk merancang
suatu early warning system yang ekonomis, efektif, dan portable sehingga bisa
ditempatkan di lokasi yang diinginkan dan gampang digunakan. Oleh karena itu penting
sekali peranan teknologi dalam membantu memperingati jika akan terjadinya gempa.
Karena bencana gempa bumi tidak dapat dihindari maka dari itu masyarakat dapat
waspada ketika mendapat pemberitahuan dari peranan alat pemberi kewaspadaan
terhadap gempa bumi kepada masyarakat. Sensor vibration dipekirakan dapat digunakan
sebagai sensor adanya gempa. Untuk dapat mengetahui apakah sensor vibration dapat
digunakan untuk mendeteksi gempa, kita akan mencoba membuat alarm gempa yang
akan berbunyi ketika terjadi gempa. Vibration sensor atau sensor getaran yang kami pakai
adalah sensor dalam bentuk modul yang didalamnya menggunakan SW-420 dan juga
pembanding LM393 untuk mendeteksi adanya getaran yang melampaui ambang batas.
Pada modul ini dilengkapi dengan potensiometer yang berfungsi untuk mengatur
sensitivitas tingkat getaran pada sensor. Vibration sensor atau sensor getar ini
membutuhkan suplai tegangan dari 3.3V sampai dengan 5V DC untuk dapat bekerja.
Aplikasi yang digunakan untuk menampilkan skala ritcher yaitu telemetry viewer dan
aplikasi yang digunakan untuk menampilkan grafik osiloskop yaitu PC Scope. Perbedaan
besar frekuensi yang terdeteksi oleh skala ritcher ketika sensor menangkap getaran yang
terjadi, semakin besar atau semakin tinggi getaran yang tertangkap oleh sensor maka pada
buzzer semakin kencang bunyinya, LED akan berwarna merah, dan LCD akan
menampilkan peringatan bahwa “Kondisi Berbahaya” begitupula sebaliknya, semakin
kecil atau semakin rendah getaran yang tertangkap oleh sensor maka buzzer akan
semakin kecil bunyinya, LED akan mati, dan LCD akan menampilkan peringatan bahwa
“Kondisi Aman”. Perbedaan jarak pada grafik akan berpengaruh dalam proses
pendeteksian gempa bumi, frekuensi yang diperoleh akan berbeda-beda pada tampilan
grafik tersebut. Perbedaan getaran akan berpengaruh pada frekuensi yang diperoleh.
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia memiliki banyak keindahan alam dengan banyaknya pantai,
perbukitan, gunung, dan keindahan alam lainnya. Namun dibalik banyak
keindahan tersebut, tentu ada resiko yang harus dijumpai oleh masyarakat atau
warga negara Indonesia. Resiko tersebut biasa disebut dengan kata bencana alam.
Mulai dari potensi tsunami, erupsi gunung aktif, banjir, dan lainnya. Bencana
alam yang dapat dirasakan sebagian besar warga Indonesia ketika terjadi adalah
bencana alam gempa. Wajar saja karena Indonesia dikelilingisetidaknya oleh 127
gunung aktif yang tersebar di berbagai wilayah dari sabang hingga merauke.

Gempa bumi terjadi karena adanya getaran yang terjadi di permukaan bumi
akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang
seismik. Gempa bumi merupakan bencana alam yang datangnya secara tiba-tiba
dan dalam waktu yang relative singkat namun bisa menghancurkan semua yang
ada di muka bumi ini baik harta, benda, dan manusia. Gempa bumi di Indonesia
seringkali dijumpai mengingat Indonesia merupakan pertemuan tiga buah
lempeng tektonik yang membentuk jalur-jalur gempa dan jalur volkanisme yang
memberikan dampak begitu besar terhadap distribusi penyebaran gempa di
Indonesia. Gempa bumi seringkali terjadi dan dialami oleh masyarakat,
khususnya yang bertempat tinggal di daerah jalur gempa.

Dampak buruk dari gempa tentu berbahaya dan merupakan ancaman bagi
keselamatan manusia. Gempa terbagi menjadi 2 tipe yaitu, gempa tektonik yang
diakibatkan oleh pergeseran lempeng tektonik, dan gempa vulkanik yang
disebabkan oleh aktivitas magma di dalam perut bumi sebelum gunung meletus.

Dengan dibuatnya Internet of Things (IoT) alat pendeteksi gempa, masyarakat


sekitar dapat lebih sigap dan sadar akan situasi yang sedang terjadi secara
mendadak sehingga dapat melakukan evakuasi diri dengan cepat. Alat ini akan
mendeteksi setiap getaran atau pergerakan yang tidak wajar, dan ketika mencapai
batas tidak wajar getaran, maka alat akan membunyikan buzzer atau alarm untuk
memperingati terjadinya gempa.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya yaitu :
1. Bagaimanakah cara agar masyarakat tahu bahwa adanya peringatan
kewaspadaan terhadap getaran gempa bumi ?
2. Bagaimanakah keefektifan alat kewaspadaan terhadap gempa bumi baik
menggunakan rangkaian Arduino Uno dan rangkaian ESP8266 Node
MCU 12e ?
3. Bagaimanakah daya terhadap frekuensi, relative frekuensi, relative skala
ritcher, serta statistics suatu getaran yang diwaspadai sebagai gempa
bumi
?

C. Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya Alat Kewaspadaan Terhadap Gempa Bumi yaitu :
1. Agar masyarakat tahu bahwa adanya peringatan kewaspadaan terhadap
getaran gempa bumi.
2. Untuk mengetahui keefektifan alat kewaspadaan terhadap gempa bumi
baik menggunakan rangkaian Arduino Uno dan rangkaian ESP8266
Node MCU 12e
3. Untuk mengetahui daya terhadap frekuensi, relative frekuensi, relative
skala ritcher, serta skatatis suatu getaran yang diwaspadai sebagai gempa
bumi.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Indonesia berada di zona subduksi dimana lempeng samudera menabrak lempeng


benua, selain itu kondisi geologi yang kompleks membuat Indonesia rentan
terhadap bencana khususnya gempa bumi. Gempa bumi memiliki ancaman yang
serius bagi kehidupan terutama di lingkungan yang dekat dengan sesar aktif
utama baik di darat maupun di zona subduksi di daerah pantai (Wu & Kanamori,
2008). Hal ini terbukti dengan terjadinya beberapa gempa bumi di Indonesia yang
menelan banyak korban serta menimbulkan kerugian yang sangat besar. Dampak
yang dapat ditimbulkan dari gempa bumi adalah kehilangan nyawa, cedera,
kerusakan properti, dan bahkan berdampak ke perekonomian (Strauss & Allen,
2016).

Gempa bumi merupakan guncangan di permukaan bumi yang dihasilkan dari


pelepasan energi secara tiba-tiba dari litosfer bumi yang menciptakan gelombang
seismik (Grover & Sharma, 2017). Gempa bumi disebabkan oleh pelepasan
energi regangan elastis di sepanjang patahan. Pelepasan energi berkaitan dengan
gempa bumi yang dihasilkan oleh penjalaran gelombang seismik melalui bawah
permukaan bumi dan sepanjang permukaan bumi hingga jarak yang jauh (L. W.
Braile, 2009). Gempa bumi menghasilkan 2 gelombang, yaitu gelombangP atau
gelombang primer yang bergerak dengan kecepatan tinggi keluar dari sumber
namun jarang menyebabkan kerusakan dan gelombang-S atau gelombang
sekunder yang bergerak lambat dan tertinggal dari gelombang-P namun
menghasilkan guncangan yang lebih intens sehingga menyebabkan kerusakan
(Burkett et al., 2014) (Given et al., 2018).

Pergerakan gelombang gempa bumi dimulai di beberapa lokasi dan berkembang


jauh dari hiposenter ke segala arah di sepanjang permukaan patahan. Gelombang
geser menghasilkan gerakan periodik sekitar 1 Hz yang paling merusak struktur
bangunan, terutama bangunan yang memiliki periode resonansi yang sama.
Intensitas efek jarak jauh seperti itu sangat tergantung pada kondisi tanah lokal di
wilayah tersebut (Chusni, 2017).

IoT adalah jaringan berbagai hal, dengan identifikasi elemen yang jelas, tertanam
dengan kecerdasan perangkat lunak, sensor, dan konektivitas yang ada di mana-
mana untuk Internet. IoT memungkinkan hal atau objek untuk bertukar informasi
dengan produsen, operator, dan/atau perangkat lain yang terhubung
menggunakan telekomunikasi infrastruktur Internet. Hal ini memungkinkan objek
fisik untuk dirasakan (untuk memberikan informasi spesifik) dan dikendalikan
dari jarak jauh di Internet, sehingga menciptakan peluang untuk integrasi yang
lebih langsung antara dunia fisik dan sistem berbasis komputer dan menghasilkan
peningkatan efisiensi, akurasi, dan manfaat ekonomi (Rayes dkk., 2022).

Sensor SW-420 adalah pendeteksi getaran yang bereaksi terhadap getaran dari
berbagai sudut. Pada kondisi statis / tanpa getaran, komponen elektronika
berfungsi seperti saklar yang berada pada kondisi menutup (normally closed) dan
bersifat konduktif, sebaliknya pada terguncang (terpapar getaran) saklar akan
membuka / menutup dengan kecepatan pengalihan (switching frequency)
proporsional dengan kekerapan guncangan. Pengalihan bergantian secara cepat
ini mirip seperti cara kerja PWM (pulse width modulation) yang merupakan
sinyal pseudo-analog berupa tingkat tegangan yang kemudian dibandingkan oleh
sirkuit terpadu LM393 (Voltage Comparator IC) dengan besar nilai ambang batas
(threshold) tegangan pembanding diatur oleh sebuah resistor eksternal (Saputra,
2018).

Para ilmuwan mengukur kekuatan gempa dengan dua cara. Pertama,


menggunakan alat pengukur yang disebut Skala Richter. Mereka mengukur
jumlah energi gempa yang dilepaskan dengan member skala 0 sampai dengan 9.
Gempa berkekuatan Skala Richter berarti 100 juta kali kuatnya dari gempa
berskala 1. Skala Richter ini ditemukan oleh seseorang yang bernama Charles
Francis Richter. Charles Francis Richter adalah seseorang yang dilahirkan di
sebuah peternakan di Ohio, Amerika Serikat, pada 26 April 1900. Skala Richter
atau SR didefinisikan sebagai logaritma (basis 10) dari amplitudo maksimum,
yang diukur dalam satuan mikrometer, dari rekaman gempa.
Gambar 2.1

Gambar 2.1 merupakan hasil plot gelombang permukaan menggunakan Software


Amaseis pada gempa bumi Islandia 21 Juni 2000. Dari data tersebut dapat dilihat
ada gelombang P yang sangat kuat di dekat awal sinyal. Amplitudo gelombang
yang diberikan getaran lebih besar yang mengindikasikan bahwa telah terjadi
gempa bumi.
III. PROSEDUR PERCOBAAN

D. Alat dan Bahan


Tabel 3.1 alat dan bahan untuk alat kewaspadaan terhadap gempa bumi
No Nama Alat dan Bahan Jumlah
1. USB Power 2 buah
2. Breadboard 1 buah
3. Kabel jumper Secukupnya
4. Buzzer 5V 1 buah
5. Arduino Uno 1 buah
6. LCD 16x2 1 buah
7. Vibration Sensor 1 buah
8. Dinamo 1 buah
9. Triplek Secukupnya
10. Lampu LED 4 buah
11. ESP8266 Node MCU 12e 1 buah
12. Laptop 1 buah
13. Resistor 1 buah
14. Transistor 1 buah
15. Potensio 50k 1 buah
17. Dioda 2 Buah
18. Lakban hitam Secukupnya

Tabel 3.2 alat dan bahan untuk Power Vibration


No Nama Alat dan Bahan Jumlah
1. Triplek Secukupnya
2. Pegas 3 Buah
3. Dinamo 1 Buah
4. Kabel Secukupnya
5. Penghubung Kabel 1 Buah
6. Tutup Mangkok 1 Buah
7. Baterai 2 Buah
8. Saklar 1 Buah
9. Tempat Baterai 1 Buah
E. Langkah Percobaan
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Membuat skema alat
3. Merangkai arduino dan ESP8266 Node MCU 12e dan rangkaian alat
pendeteksi gempa bumi lainnya.
4. Menyusun dan merancang programming (coding)
5. Hubungkan terlebih dahulu kabel usb yang terdapat pada
esp8266 ke laptop
6. Apabila rangkaian alat sudah menyala, selanjutnya hidupkan power
vibration dengan menekan tombol saklar
7. Setelah itu kita mengatur besar kecil nya getaran yang di inginkan
menggunakan potensio 50k
8. Selanjutnya kita mengamati hasil grafik skala ritcher yang terdapat pada
aplikasi telemetry viewer
9. Lalu hubungkan kabel usb pada Arduino Uno ke laptop untuk mengamati
hasil grafik osiloskop pada aplikasi PC Scope.
IV. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

F. Hasil Percobaan

Gambar 4.1 Grafik Osciloscope 1

Gambar 4.2 Grafik Osciloscope 2


Gambar 4.3 Grafik Osciloscope 3

Gambar 4.4 Grafik Skala Ritcher

G. Pembahasan
Pada alat kewaspadaan terhadap gempa bumi yang telah kami buat ini
menggunakan sistem pemantauan gempa bumi yang berbasis sensor module SW-
420. Pada teknologi deteksi getaran gempa yang masih konvesional, sering
ditemui kendala dalam pengumpulan data dari gempa bumi, serta adanya
ketergantungan pada tenaga manusia dalam mengoprasikan alat konvensional
tersebut. Salah satu masalah yang dihadapi di antaranya adalah mengetahui lebih
awal akan terjadinya
getaran gempa. Dengan adanya alat ini, dapat mempermudah dalam pengukuran
data, serta memberikan suatu system deteksi getaran gempa yang lebih efektif.
Dalam sistem pemantauan gempa bumi diperlukan suatu sistem sensor yang
memiliki persebaran tinggi, dan memiliki kemudahan dalam proses instalasi.

Pada alat yang kami buat terdapat satu buah rangkaian Arduino yang telah di
seeting khusus agar dapat menampilkan grafik yang diperoleh dari sebuah
getaran yang tertangkap oleh sensor. Aplikasi yang digunakan untuk penganbilan
data adalah EFY’s PC Scope di layar laptop dengan variabel frekuensi getaran
yang mana :

Grafik 1 menghasilkan data Volt_Min = 0.22 V, Volt_Max = 4.94 V, Volt_Avg =


2.58 V, Volt_pk 2pk = 4.73 V, Freq = 415.2 Hz. Pada grafik 1 berada pada
Sampling Rate 11,78 ksps dan time scale 99.5 ms sehingga grafik yang
dihasilkan adalah grafik renggang pada ketinggian grafik hampir menyentuh
angka 5.00.

Grafik 2 menghasilkan data Volt_Min = 0.22 V, Volt_Max = 4.96 V, Volt_Avg =


2.58 V, Volt_pk 2pk = 4.73 V, Freq = 415.2 Hz. Pada grafik 2 berada pada
Sampling Rate 11,78 ksps dan time scale 99.5 ms sehingga grafik yang
dihasilkan adalah grafik renggang pada ketinggian grafik hampir menyentuh
angka 5.00.

Grafik 3 menghasilkan data Volt_Min = 0.22 V, Volt_Max = 4.96 V, Volt_Avg =


2.59 V, Volt_pk 2pk = 4.75 V, Freq = 467,5 Hz. Pada grafik 3 berada pada
Sampling Rate 11,78 ksps dan time scale 99.5 ms sehingga grafik yang
dihasilkan adalah grafik rapat atau berhimpit pada ketinggian grafik angka 5.00.

Skala Ritcher adalah skala logaritmis dan setiap selisih satu skala perbedaan
energi adalah 31,5 kali lebih besar. C.F. Ritcher menyusun skala gempa bumi
berdasarkan skala magnitudo (ukuran besarnya gempa) dengan menggunakan
klasifikasi angka 0 sampai 8. Semakin besar angkanya, makan semakin besar
magnitudonya.

Berdasarkan hasil data Skala ritcher pada Gambar 4.4, terbaca bahwa frekuensi
relative dimulai dari 0.0 hingga 0.8. Pada kekuatan (W) terdapat 10-4 , 10-3 , 10-2,
10-1, dan 100 sedangkan frekuensi (Hz) DFT of GEMPA ialah 0, 50, 100, 150, 200,
250, 300, 350, 400, 450, dan 500 (nilai frekuensi ini selisih sebesar 50). Grafik
pada power (W) atau kekuatan dan Frequency (Hz) atau frekuensi pun naik turun
atau tidak beraturan. Pada telemetry viewer nilai sampel dimulai dari yang
terendah sampai tertinggi (0 – 700) sedangkan skala richter berurutan ialah 0, 5,
10, 15, 20,
25, dan 30.

Adapun data hasil statistics pada telemetry viewer yaitu :


Batas nilai Scala Ritcher
Mean : 0.758 SCALARITCHER
Minimum : 0.000 SCALARITCHER
Maximum: 30.252 SCALARITCHER
Standard Deviation : 2.599 SCALARITCHER Tabel 4.1

hasil data statistics


Percentile Nilai Scala Ritcher
90th 1.523
80th 0.561
70th 0.241
60th 0.110
50th 0.039
40th 0.011
30th 0.003
20th 0.000
10th 0.000

Pada hasil data statistics di atas dapat di simpulkan bahwa nilai scala ritcher pada
90th percentile berada pada batas maximum dan nilai scala ritcher pada 10th-
80th berada pada batas minimum. Sebenarnya, skala richter tidak memiliki angka
yang baku. Karena skala ini dihitung secara detail oleh seismograf, jadi angka
yang dihasilkan bisa beragam. Namun secara garis besar, seperti inilah
pembagian skala Ritcher berdasarkan dampak gempanya.
V. PENUTUP

Dari analisa dan pembahasan yang telah dibuat, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
1. Berhasil membuat model atau alat peraga peringatan gempa bumi sebagai alat
pengingat agar waspada terjadinya gempa bumi yang secara otomatis dapat
bekerja sesuai dengan rancangan yang telah ditentukan dengan menggabungkan
beberapa komponen dan rangkaian, diantaranya yaitu :
a. ESP8266 Node MCU 12e, sebagai control sistem sensor dan sebagai
kontrol aplikasi telemetry viewer
b. Arduino Uno, sebagai control aplikasi PC Scope
c. Buzzer
d. Vibration sensor (sensor getar)
e. LED
f. Dan lain sebagainya seperti yang telah terlampir di alat dan bahan
2. Vibration sensor (sensor getar) sangat peka dan sensitive pada suatu gerakan
yang berakibat terjadinya suatu getaran sebagai pertanda yang bisa menyebabkan
gempa bumi. Semakin besar atau semakin tinggi getaran yang tertangkap oleh
sensor maka pada buzzer semkin kencang bunyinya, begitupula sebaliknya,
semakin kecil atau semakin rendah getaran yang tertangkap oleh sensor maka
buzzer akan semakin kecil bunyinya.
3. Alat peraga yang kelompok kami buat ini dapat menentukan besarnya frekuensi
suatu getaran, banyak nya getaran dan amplitudo getaran yang menyentuh sensor
dengan menggunakan bantuan yaitu aplikasi OC Osiloskop dan skala richter.
Dimana pada aplikasi ini akan terdeteksi grafik pada getaran yang telah tersensor.
4. Cara kerja alat kewaspadaan terhadap gempa bumi ini digunakan sebagai alat
bantu peringatan gempa bumi agar masyarakat dapat waspada terhadap terjadinya
getaran yang di waspadai sebagai getaran gempa bumi
DAFTAR PUSTAKA

Burkett, E. R., Given, D. D., Jones, L. M., Erin R. Burkett, Given, D. D., & Jones, L. M.
(2014). ShakeAlert-An Earthquake Early Warning System for the United States
West Coast. U.S. Geological Survey Fact Sheet, (February). Retrieved from
https://pubs.usgs.gov/fs/2014/3083/pdf/fs 2014-
3083.pdf%0Ahttps://pubs.er.usgs.gov/pu blication/fs20143083

Chusni, M. M. (2017). Penentuan Besar Percepatan Gravitasi Bumi Menggunakan


Ayunan Matematis Dengan Berbagai Metode Pengukuran. Scientiae Educatia:
Jurnal Pendidikan Sains, 6(1), 47–53.

Given, D. D., Allen, R. M., Baltay, A. S., Bodin, P., Cochran, E. S., Creager, K., …
Yelin, T. S. (2018). Revised technical implementation plan for the ShakeAlert
system—An earthquake early warning system for the West Coast of the United
States. In Open-File Report. Virginia. https://doi.org/10.3133/ofr20181155

Grover, V., & Sharma, A. (2017). Prediction of Earthquake Using 3 Axis Accelerometer
Sensor (ADXL335) and ARDUINO UNO. IEEE International Journal of Science
and Research, 6(9).

Rayes, A., & Salam, S. (2022). Internet of Things from Hype to Reality (3rd Ed.).2

Saputra, J. F., Rosmiati, M., & Sari, M. I. (2018). Pembangunan Prototype Sistem
Monitoring Getaran Gempa Menggunakan Sensor Module SW-420. eProceedings
of Applied Science, 4(3).

Strauss, J. A., & Allen, R. M. (2016). Benefits and costs of earthquake early warning
Seismological Research Letters, 87(3), 765– 772.
https://doi.org/10.1785/0220150149

Wu, Y. M., & Kanamori, H. (2008). Development of an earthquake early warning system
using real-time strong motion signals. Sensors, 8(1), 1–9.
https://doi.org/10.3390/s801000

Braile, L. W. (2009). Seismic monitoring. Geological Monitoring: Boulder, Colorado,


Geological Society of America, 229–244.
LAMPIRAN

https://youtu.be/aoU2dzrfqgQ (Link referensi pembuatan alat kewaspadaan terhadap


gempa bumi)

https://youtu.be/PUTgejjxCCM?si=1zeswu_fGtzlfsYK (Link referensi alat penggerak)

https://youtu.be/xADWWjNgZ9s (Link Video Percobaan Alat Kewaspadaan Terhadap


Gempa Bumi)

Gambar rangkaian alat

Anda mungkin juga menyukai