Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SINYAL DAN SISTEM


Tsunami Early Warning System (TEWS)

Disusun Oleh:
AUFA SODIQIN [ 14130044 ]
RAHMI OKTA TRI PUTRI [ 14130069 ]
RAJA CHAIRUL JANNAH WYDMANN [ 16130060 ]
HAFELZAN ENANG EDOVIDATA [ 17130128 ]

DOSEN : Dr. Ir. RIKI MUKHAIYAR, M.T

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO INDUSTRI


JURUSAN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wataala, karena berkat
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan makalah ini diajukan untuk
memenuhi tugas mata pelajaran Sinyal dan Sistem.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Makalah ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi teman teman jurusan Teknik Elektro
Industri dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Padang, Oktober 2017


DAFTAR ISI

Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2

Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 3
1.3 Tujuan....................................................................................................... 3

Bab II Pembahasan
2.1 Pengertian Tsunami ................................................................................. 4
2.2 Penyebab Tsunami.................................................................................... 4
2.2.1 Gempa Bumi Yang Berpusat di Dasar Laut................................... 4
2.2.2 Letusan Gunung Merapi................................................................. 5
2.3 Sistem Peringatan Dini Tsunami di Indonesia.......................................... 6
2.4 Alat Pengaman Ancaman Tsunami (input device).................................... 6
2.5 Cara Kerja TEWS..................................................................................... 10
2.5.1 Blok Diagram Kerja TEWS .......................................................... 11
2.6 OutPut TEWS........................................................................................... 12

Bab III Penutup


3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 14

Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gelombang tsunami merupakan salah satu bencana alam yang menimbulkan kerusakan
yang dahsyat hingga korban jiwa pada tempat yang dilalui gelombang pasang tersebut. Tsunami
terjadi setelah terjadi gempa sangat besar yang diakibatkan oleh aktivitas lempeng kerak bumi
dibawah laut yang bertabrakan antar lempeng.
Gelombang tsunami telah terjadi di berbagai benua seperti Asia, Afrika, Australia, Eropa
dan Amerika. Tempat yang terkenal mengalami kerusakan yang sangat parah khususnya dipesisir
pantai serta menimbulkan korban jiwa yang begitu besar. Bencana gelombang pasang yang terjadi
selama 11 tahun kebelakangan ini banyak menimbulkan korban jiwa disetiap negara misalnya
tsunami tahun 2004 terjadi di propinsi Aceh dimana korban berjumlah sekitar 280 ribu jiwa lebih
(Helmi Ade Saputra, 2014). Negara Jepang, dampak akibat tsunami menimbulkan reaktor nuklir di
kota Fukushima mengalami kebocoran dan akibatnya radiasi nuklir menyerang hampir seluruh
wilayah tersebut(Yoshihide Suga).
Untuk mengamati bencana tsunami dapat dilihat dari seberapa besar gempa yang dihasilkan
serta air laut yang mengalami penyusutan secara cepat. Akan tetapi banyak masyarakat belum
mengetahui gejala alam yang dapat menimbulkan bencana tsunami. Masyarakat seharusnya
mengetahui fenomena alam yang akan menimbulkan gelombang pasang.

1.2 Rumusan Masalah


Permasalahan yang kita bahas dalam makalah ini adalah bagaimana sinyal analog yang
dihasilkan oleh gempa bumi dapat diterjemahkan oleh sistem menjadi sinyal digital untuk
dikirimkan ke satelit guna dikirimkan ke data center dan peringatan dini.

1.3 Tujuan
Mengetahui sistem dari peringatan dini tsunami.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tsunami


Tsunami adalah rangkaian gelombang laut yang mampu menjalar dengan kecepatan hingga
lebih 900 km per jam, terutama diakibatkan oleh gempa bumi yang terjadi di dasar laut. Kecepatan
gelombang tsunami bergantung pada kedalaman laut. Di laut dengan kedalaman7000 m misalnya,
kecepatannya bisa mencapai 942,9 km/jam. Kecepatan ini hampir sama dengan kecepatan pesawat
jet. Namun demikian tinggi gelombangnya di tengah laut tidak lebihdari 60 cm. Akibatnya kapal-
kapal yang sedang berlayar diatasnya jarang merasakan adanya tsunami. Berbeda dengan
gelombang laut biasa, tsunami memiliki panjang gelombang antara dua puncaknya lebih dari 100
km di laut lepas dan selisih waktu antara puncak-puncak gelombangnya berkisar antara 10 menit
hingga 1 jam. Saat mencapai pantai yang dangkal, teluk,atau muara sungai gelombang ini menurun
kecepatannya, namun tinggi gelombangnya meningkat puluhan meter dan bersifat merusak.

2.2 Penyebab Tsunami


2.2.1 Gempa bumi yang berpusat di bawah laut
Meskipun demikian, tidak semua gempa bumi dibawah laut berpotensi menimbulkan
tsunami. Gempa bumi dasar laut dapat menjadi pernyebab terjadinya tsunami adalah gempa bumi
dengan kriteria sebagai berikut:
Gempa bumi yang terjadi di dasar laut.
Pusat gempa kurang dari 30 km dari permukaan laut.
Magnitudo gempa lebih besar dari 6,0 SR.
Jenis pensesaran gempa tergolong sesar vertikal (sesar naik atau turun).
Tsunami yang ditimbulkan oleh gempabumi biasanya menimbulkan gelombang yang
cukup besar, tergantung dari kekuatan gempanya dan besarnya area patahan yang terjadi. Tsunami
dapat dihasilkan oleh gangguan apapun yang dengan cepat memindahkan suatu massa air yang
sangat besar, seperti suatu gempabumi, letusan vulkanik, batu bintang/meteor atau tanah longsor.
Bagaimanapun juga, penyebab yang paling umum terjadi adalah dari gempabumi di bawah
permukaan laut. Gempabumi kecil bisa saja menciptakan tsunami akibat dari adanya longsor di
bawah permukaan laut/lantai samudera yang mampu untuk membangkitkan tsunami. Tsunami
dapat terbentuk manakala lantai samudera berubah bentuk secara vertikal dan memindahkan air
yang berada di atasnya. Dengan adanya pergerakan secara vertical dari kulit bumi, kejadian ini
biasa terjadi di daerah pertemuan lempeng yang disebut subduksi. Gempa bumi di daerah subduksi
ini biasanya sangat efektif untuk menghasilkan gelombang tsunami dimana lempeng samudera slip
di bawah lempeng kontinen, proses ini disebut juga dengan subduksi.

2.2.2 Letusan Gunung Berapi


Letusan gunung berapi dapat menyebabkan terjadinya gempa vulkanik (gempa akibat
letusan gunung berapi). Tsunami besar yang terjadi padatahun 1883 adalah akibat meletusnya
Gunung Krakatau yang berada di Selat Sunda. Meletusnya Gunung Tambora di Nusa Tenggara
Barat padatanggal 10-11 April 1815 juga memicu terjadinya tsunami yang melanda Jawa Timur
dan Maluku. Indonesia sebagai negara kepulauan yang beradadi wilayah ring of fire (sabuk berapi)
dunia tentu harus mewaspadai ancaman ini.

2.3 Sistem Peringatan Dini Tsunami di Indonesia


Sistem peringatan dini tsunami Indonesia (Indonesia Tsunami Early Warning
System -InaTEWS) adalah satu-satunya sistem peringatan dini tsunami yang berlaku di
Indonesia dan bahkan seluruh daerah di Indonesia wajib menyesuaikan dengan sistem ini.
Sesuai dengan Undang-Undang no 31 tahun 2009, BMKG adalah satu-satunya badan resmi
yang bertugas menyerukan peringatan dini tsunami.
InaTEWS memiliki 2 sistem pemantauan yakni:
1. sistem pemantauan darat terdiri atas jaringan seismometer broadband dan GPS
2. sistem pemantauan laut (sea monitoring system) terdiri atas tide gauges, buoy, CCTV, radar
tsunami, dan kabel bawah laut (dua yang terakhir masih dalam tahap pengembangan). Data
hasil observasi dikirimkan ke BMKG menggunakan sistem komunikasi yang utamanya
berbasiskan satelit.

BMKG mengoperasikan jaringan seismometer, akselerometer, CCTV, dan ke depan


radar tsunami. BIG mengoperasikan jaringan GPS dan tide gauges. BPPT mengoperasikan
jaringan buoy dan kabel bawah laut, sementara KKP mengoperasikan radar tsunami.
Sampai dengan saat ini Peringatan Dini Tsunami dikeluarkan oleh BMKG dalam waktu 5
menit setelah kejadian gempabumi didasarkan pada jaringan seismometer broadband dan
akselerometer ditambah dengan hasil model. Di waktu mendatang jaringan GPS
kemungkinan bisa untuk meningkatkan akurasi dari hasil seismik. Sementara, jaringan
pemantau laut digunakan untuk mengonfirmasi bahwa tsunami benar-benar terjadi, sudah
sampai di mana penjalarannya, serta berapa tingginya.

2.4 Alat Pengamat Ancaman Tsunami (Input Device)

2.4.1 Jaringan BUOYS

Buoy merupakan alat pengukur ketinggian tsunami di laut lepas. Alat ini juga dikenal
dengan tsunameter atau alat pengukur tsunami (lihat Gambar 1). Alat ini terdiri atas dua
bagian yang terpisah, satu ditempatkan di dasar laut yang disebut dengan Ocean Bottom
Unit (OBU). Unit pengukuran bawah air ini mampu mendeteksi perubahan tekanan air saat
tsunami lewat. Setelah mendeteksi tsunami, mengirimkan data ke komponen lainnya yang
disebut buoy, yang mengapung di permukaan laut di dekatnya. Komponen ini mengapung
di permukaan laut dan berfungsi untuk mengukur naik turunnya permukaan air. Buoy
mengirimkan data dari OBU lewat komunikasi satelit ke pusat kontrol di BPPT untuk
selanjutnya diteruskan ke BMKG. Selain itu, buoy juga dilengkapi dengan unit GPS
berketepatan tinggi, yang mengukur gerakan permukaan air laut dan mampu mendeteksi
tsunami yang lewat.
Gambar 1: Ocean Bottom Unit (OBU) dan Buoy

Saat tsunami terjadi, alat ini akan segera merekam tsunami dan mengirimkan
datanya. Data dari buoy berfungsi untuk menentukan apakah tsunami telah terbentuk.
BPPT mengoperasikan kapal riset Baruna Jaya untuk keperluan instalasi, perawatan, dan
relokasi buoy. Sejauh ini sistem buoy Indonesia mengalami banyak kendala di lapangan.

2.4.2. Tide Gauge

Tide gauge merupakan alat pengukur pasang surut air laut (lihat Gambar 2).
Tsunami menyebabkan perubahan muka air laut dan hal ini akan direkam oleh tide gauge.
Alat ini ditempatkan di pantai sebagai alat konfirmasi bahwa tsunami sudah tiba di pantai
atau tsunami sudah reda.
Gambar 2 : Tide Gauge

Pengoperasian tide gauge dilakukan oleh BIG dan data secara real time juga
diterima oleh BMKG. Data tersebut berfungsi untuk memverifikasi bahwa tsunami
telah tiba di pantai. BIG bertanggung jawab untuk instalasi dan pengoperasian tide
gauges serta jaringan GPS.

2.4.3. Jaringan CCTV

CCTV (Closed Circuit Television) atau televisi sirkuit tertutup, merupakan sebuah
perangkat kamera video digital yang digunakan untuk mengirim sinyal ke layar monitor di
suatu ruang atau tempat tertentu. CCTV banyak digunakan untuk memantau area publik
seperti stasiun kereta api, jalan, alun-alun pusat kota, toko-toko dan bus, Bank, Hotel,
Bandara Udara, Gudang Militer, Pabrik, maupun Pergudangan. CCTV saat ini juga
digunakan untuk melindungi rumah.
Gambar 3: CCTV yang dipasang untuk Pengamatan Tsunami

CCTV dalam InaTEWS digunakan sebagai salah satu alat untuk memantau
datangnya tsunami. Dengan dipasangnya CCTV kepastian datangnya tsunami bisa
dideteksi dari gambar yang dikirimkan sekaligus mengamati daerah yang terkena tsunami.
Saat ini telah terpasang 5 buah CCTV yang secara online mengirimkan gambar ke kantor
Pusat peringatan dini Tsunami di Jakarta. Keempat CCTV ini ditempatkan di: Pantai Kuta,
Pantai Sanur, Seminyak, Pantai Benoa (Bali), dan Simpang Layang Banda Aceh (NAD).

2.4.4. Radar tsunami

Pada saat Pedoman ini disiapkan radar tsunami belum menjadi bagian dari
InaTEWS. Tahun 2013 direncanakan untuk dipasang radar tsunami di Banten (2), Bali (1),
dan Sumatera Barat (1).Radar tsunami merupakan sistem peralatan yang mempunyai
kemampuan untuk mendeteksi datangnya tsunami mulai jarak 150 km di tengah laut dan
menuju ke pantai. Radar yang memancarkan gelombang elektro magnetik pada frekuensi
tinggi (HF) tentu akan sangat meningkatkan ketelitian dan kecepatan/konfirmasi terjadinya
tsunami InaTEWS.
Gambar4 : Radar tsunami

2.5. Cara Kerja TEWS (Tsunami Early Warning System) (Proses)

Pelampung (buoy) yang ditempatkan di permukaan laut dan Ocean Bottom


Unit(OBU).Sensor paling penting adalah Bottom Pressure Recorder (BPR), suatu pengukur
tekanan dasar laut di OBU yang sensitif terhadap kolom air laut. Buoy tsunami dijangkar ke
dasar laut dengan menggunakan pemberat yang diikat dengan rantai baja dan nilon agar tak
terlalu jauh dari OBU.

Cara kerjanya, OBU merekam kenaikan air laut akibat tsunami, data dari OBU
dikirim ke buoy menggunakan modem akustik dan buoy kemudian mengirim data ke
stasiun penerima menggunakan satelit. Dalam kondisi normal buoy mengirim data tiap satu
jam, namun jika terjadi tsunami buoy akan mengirim data tiap satu menit. Waktu
pengiriman data dari OBU sampai ke stasiun penerima adalah 1-2 menit.

Dengan karakteristik kegempaan di wilayah laut Indonesia, info dari buoy


diharapkan dapat diterima dalam waktu 5-15 menit setelah gempa, namun tergantung lokasi
buoy terhadap pusat gempa. Sehingga masyarakat punya cukup waktu evakuasi.
2.5.1. Blok Diagram Kerja TEWS
2.6. 2.6 Output Sinyal Yang di Keluarkan

Gambar 5: Layar pertama menampilkan letak geografis dan rentang waktu. Peta menunjukkan perkiraan perambatan tsunami berdasarkan
skenario yang telah diperhitungkan, juga menunjukkan lokasi buoy dan tide gauge yang berada di dalam jangkauan tsunami
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. TEWS (Tsunami Early Warning Sistem) Adalah alat yang berfungsi untuk mendeteksi dini
terjadinya bencana tsunami
2. Langkah kerja TEWS:
a. Pengambilan data pada BUOYS (analaog)
b. Mengomfersikan kesinyal digital untuk di kirim ke satelit
c. Satelit mentransmisi kekantor BMKG (pengolahan data dalam bentuk digital)
d. Pengumunan kejadian tsunami (output) dalam bentuk sirine atau pesan teks
DAFTAR PUSTAKA

Pradana, Fahrizal . 2017. Teknik Pengaturan Pada Alat Pendeteksi Stunami.


http://h/sistempengendalianpadaalatpendeteksitsunami-131104123546-phpapp02.pd. [Diakses 9
Okober 2017]

BMKG. 2013. Pedoman Pelayanan Peringatan Dini Stunami. http:// /inatews%20guidebook


%20ina.pdf . [Diakses 9 Okober 2017]

Anda mungkin juga menyukai