Anda di halaman 1dari 145

Mekanika Fluida

BAB 1
SIFAT-SIFAT FLUIDA

1.1. Pendahuluan
Mekanika fluida (fluid mechanics) merupakan cabang dari
mekanika terapan yang mempelajari mengenai perilaku fluida dalam
keadaan diam dan bergerak. Fluida terdiri dari cairan (liquids) dan gas.
Gas berbeda dengan cairan, dimana gas dapat mengembang untuk
mengisi wadah yang ditempatinya sedangkan cairan tidak. Jika suatu
volume cairan kurang dari volume wadah maka cairan tersebut bisa
dituangkan kedalam wadah dan cairan akan menuju ke dasar wadah.
Jika volume cairan sama dengan volume wadah maka akan
mempunyai permukaan bebas.
Gas adalah mampumampat (compressible), perubahan volume
dari gas sebagian akibat dari perubahan tekanan dan atau temperatur.
Cairan adalah tak mampumampat (incompressible), volume cairan tidak
berubah secara cukup besar sebagai akibat adanya perubahan tekanan
dan atau temperatur. Dengan demikian, analisis gas berbeda dari
analisis cairan dalam beberapa hal.
Hidraulika pada umumnya mempelajari perilaku cairan.
Hidraulika bisa dikatakan sebagai kasus khusus di dalam mekanika
fluida. Jadi mekanika fluida berkenaan dengan cairan dan gas,
sedangkan hidraulika umumnya dibatasi hanya pada cairan.

1.2. Definisi Fluida


Suatu fluida pada dasarnya akan terjadi deformasi secara
kontinu jika diterapkan tegangan geser bagaimanapun kecilnya
tegangan geser tersebut. Perbedaan antara fluida dan zat padat dapat
dilihat pada gambar 1.1. Zat padat akan terdeformasi jika diterapkan
tegangan geser tetapi deformasi tidak kontinu dengan meningkatnya
tegangan geser terhadap waktu.

1
Mekanika Fluida

Gambar 1.1 Perilaku zat padat (a) dan fluida (b) jika diterapkan gaya geser konstan.

Gambar 1.1(a), gaya geser diterapkan terhadap zat padat melalui


bagian atas pelat. Jika gaya geser diterapkan terhadap pelat, maka blok
akan terdeformasi. Deformasi sebanding dengan penerapan tegangan
geser,  = F/A, dimana A adalah luas permukaan kontak pelat.
Gambar 1.1(b), jika gaya F diterapkan terhadap pelat atas, maka
pada elemen fluida akan terjadi deformasi secara kontinu dan
meningkat selama gaya geser diterapkan. Bentuk elemen fluida
berturut-turut pada waktu t0 < t1 < t2.

1.3. Dimensi dan Satuan


Besaran-besaran fisik seperti panjang, waktu, massa dan
temperatur sebagai dimensi. Dimensi adalah ukuran untuk
menyatakan peubah fisika secara kuantitatif. Satuan adalah suatu cara
khusus untuk mengaitkan sebuah bilangan dengan dimensi kuantitatif.
Panjang merupakan dimensi yang dikaitkan dengan peubah-peubah
seperti jarak, pergeseran, lebar, defleksi dan ketinggian sedangkan
senti meter atau inci keduanya merupakan satuan numerik untuk
menyatakan panjang.
Dalam mekanika fluida hanya ada empat dimensi pokok. Semua
dimensi lainnya dapat diturunkan dari keempat dimensi pokok tadi.
Dimensi-dimensi pokok itu adalah massa, panjang, waktu dan
temperatur. Tabel 1-1 memperlihatkan dimensi-dimensi pokok dalam
satuan SI dan satuan Gravitasi Inggris (BG).

Tabel 1-1 Dimensi-Dimensi Pokok


Dimensi Satuan SI Satuan BG Faktor Konversi
Pokok
Massa Kilogram (kg) Slug 1 Slug = 14,5939 kg
Panjang Meter (m) Kaki (ft) 1 ft = 0,3048 m
Waktu Sekon (s) Sekon (s) 1 s=1s
Temperatur Kelvin (K) Rankine (0R) 1 K = 1,80R

2
Mekanika Fluida

Suatu daftar untuk beberapa besaran turunan yang penting


dalam mekanika fluida, beserta dimensinya yang diturunkan sebagai
gabungan keempat dimensi pokok, disajikan dalam tabel 1-2.

Tabel 1-2 Besaran-Besaran Turunan


Dimensi Turunan Satuan SI Satuan BG Faktor Konversi
Luas L2 m2 ft2 1 m2 = 10,764 ft2
Volume L3 m3 ft3 1 m3 = 35,315 ft3
Kecepatan LT-1 m/s ft/s 1 ft/s = 0,3048 m/s
Percepatan LT-2 m/s2 ft/s2 1 ft/s2 = 0,3048 m/s2
Tekanan ML-1T-2 Pa = N/m 2
lbf/ft 2
1 lbf/ft2 = 47,88 Pa
Daya ML2T-3 W = J/s (ft.lbf)/s 1 (ft.lbf)/s = 1,3558 W
Kerapatan ML-3 kg/m3 Slug/ft3 1 Slug/ft3 = 515,4 kg/m3
KekentalanML-1T-1 kg/(m.s) Slug/(ft.s) 1 Slug/(ft.s) = 47,88 kg/(m.s)

Dalam satuan SI yang biasa ditemui di dalam mekanika fluida


adalah “kilo” (k) dan “milli” (m), yang mana menyatakan faktor-faktor
1000 dan 0,001. Karena itu:

1 meter (m) = 1000 millimeter (mm)


1 kilometer (km) = 1000 meter (m)
1 kilogram (kg) = 1000 gram (gr)
1 gram (gr) = 1000 milligram (mgr)
1 kilonewton (kN) = 1000 newton (N)

1.4. Kekentalan (Viskositas)


Fluida dapat memberikan perlawanan terhadap gaya geser.
Kekentalan (viscosity) adalah sifat fluida yang menentukan besarnya
perlawanan. Jadi kekentalan suatu fluida adalah sifat yang menetukan
besar daya tahannya terhadap gaya geser. Kekentalan cairan berubah
secara terbalik terhadap temperatur, sedangkan kekentalan gas
berubah secara langsung terhadap temperatur.
Dari Gambar 1.2, dua pelat sejajar yang di dalamnya diisi oleh
fluida, dimana pelat atas bergerak dengan kecepatan V dan jarak pelat
adalah x. Lapisan fluida yang kontak dengan pelat atas akan bergerak
dengan kecepatan yang sama dengan pelat atas yaitu V, sedangkan
lapisan fluida yang kontak dengan pelat bawah akan mempunyai
kecepatan nol.

3
Mekanika Fluida

Gambar 1.2 Interpretasi kekentalan

Jika gradien kecepatan diasumsikan linear dan jika tegangan


geser dalam fluida diasumsikan sebanding dengan laju perubahan
kecepatan, maka tegangan geser bisa dinyatakan dalam bentuk
persamaan berikut:

dv
  ...........................................................(1.1)
dx
dimana :  = tegangan geser satuan
 = konstanta kesebandingan
dv
= gradien kecepatan
dx

( adalah huruf Yunani “tau” dan  adalah huruf Yunani “mu”),


konstanta kesebandingan  dalam pers (1.1) disebut kekentalan
dinamik (dynamic viscosity) fluida, kadang-kadang disebut kekentalan
mutlak (absolute viscosity). Pers (1.1) dapat ditulis kembali sebagai:


 ........................................................(1.2)
dv dx

Dari pers (1.2), satuan kekentalan dinamik dalam satuan SI adalah:

N m2 Ns
 atau
(m s ) m m2

4
Mekanika Fluida

Dalam satuan BG adalah:

lb ft 2 lb.s
 atau
( ft s) ft ft 2

Pers (1.1) adalah hukum viskositas (kekentalan) Newton. Fluida


diklasifikasikan sebagai fluida Newton (Newtonian fluid) dan fluida
bukan Newton (non Newtonian fluid). Pada fluida Newton terdapat
hubungan linear antara besarnya tegangan geser yang diterapkan dan
laju perubahan kecepatan yang diakibatkan, seperti terlihat pada Gbr
1.3. Dalam fluida bukan Newton terdapat hubungan tak linear antara
besar tegangan geser yang diterapkan dengan laju perubahan
kecepatan. Suatu plastis ideal sanggup menahan tegangan geser
dengan besar tertentu tanpa terjadi perubahan bentuk dan sesudahnya
akan berubah bentuk sebanding dengan tegangan gesernya.

Gambar 1.3 Diagram reologi

Untuk keperluan analisis, seringkali diasumsikan bahwa suatu


fluida adalah tak viskos (non viscous). Dengan viskositas sebesar nol
maka tegangan geser selalu nol, bagaimanapun gerakan fluidanya. Jika
fluidanya juga dianggap tak mampumampat, maka fluida tersebut
dinamakan fluida ideal (ideal fluid). Fluida ideal sebenarnya tidak ada.
Parameter kekentalan yang lain adalah kekentalan kinematik
(kinematic viscosity). Biasanya diberi simbol dengan  ( adalah huruf
Yunani “nu”), dimana  adalah:
5
Mekanika Fluida


  ..................................................................(1.3)

dimana :  = rapat massa.

Satuan kekentalan kinematik dalam satuan SI adalah:

N.s m 2
 3
kg m

dalam satuan BG adalah:

lb.s ft 2

slug ft 3

1 slug ekivalen dengan 1 lb/(ft/s2), satuan kekentalan kinematik


dalam satuan SI dapat disederhanakan sebagai berikut:

N .s
N .s m 2 2 m2
  m 
kg m 3
N s
( 2)
ms
m3
dalam satuan BG adalah:
lb.s
2
lb.s ft ft 2 ft 2
  
slug ft 3 ( lb ) s
ft s 2
ft 3
Kekentalan dinamik air adalah 3,66 x 10-5 lb.s/ft2 pada temperatur 320F
atau 1,75 x 10-3 N.s/m2 pada temperatur 00C. Kekentalan kinematik air
adalah 1,89 x 10-5 ft2/s atau 1,75 x 10-6 m2/s.

1.5. Tekanan Uap

6
Mekanika Fluida

Evaporasi terjadi pada permukaan cairan. Jika permukaan


terbuka ke atmosfer, evaporasi umumnya terjadi secara kontinu. Jika
permukaan ada dalam ruang tertutup, evaporasi akan terjadi hanya
sampai udara dalam ruang tertutup menjadi jenuh dengan uap.
Tekanan yang disebabkan oleh molekul-molekul uap dalam suatu
ruang tertutup disebut tekanan uap (vapor pressure). Tekanan uap air
adalah 0,611 kN/m2 pada temperatur 00C atau 12,8 lb/ft2 pada
temperatur 320F. (00 C = 320 F)

1.6. Berat Spesifik dan Rapat Massa


Dua parameter penting di dalam mekanika fluida yang juga
sering digunakan yaitu berat spesifik atau berat satuan (spesific or unit
weight) dan rapat massa (mass density). Kedua istilah tersebut terlebih
dulu sering digunakan oleh ahli mesin dan terakhir oleh ahli teknik
sipil.
Berat spesifik atau berat satuan adalah perbandingan antara
berat dan volume, dan biasanya disimbolkan dengan huruf Yunani
“gamma” () atau dalam bentuk persamaan:

W
  ..............................................................(1.4)
V
Berat spesifik atau berat satuan biasanya dinyatakan dalam satuan
newton per meter kubik (N/m3) atau pounds per foot cubic (lb/ft3).
Rapat massa adalah massa per satuan volume. Biasanya
disimbolkan dengan huruf Yunani “rho” () atau dalam bentuk
persamaan:
m
 ..............................................................(1.5)
V

Rapat massa dinyatakan dalam satuan kilogram per meter kubik


(kg/m3) atau (slugs/ft3). Berat spesifik atau berat satuan air pada
temperatur 320F adalah 62,4 lb/ft3 atau 9,81 kN/m3 pada temperatur
00C. Rapat massa adalah 1,94 slugs/ft3 atau 1000 kg/m3. Hubungan
antara berat spesifik atau berat satuan dengan rapat massa adalah:

   .g .............................................................(1.6)
dimana: g = percepatan gravitasi

1.7. Spesific Gravity

7
Mekanika Fluida

Spesific gravity didefinisikan sebagai perbandingan berat


spesifik atau berat satuan suatu zat dengan berat spesifik atau berat
satuan air pada temperatur 40C. Spesific gravity adalah suatu angka
yang tidak mempunyai satuan, specific gravity air adalah 1 pada
temperatur 40C.

1.8. Modulus Elastisitas Curahan


Untuk kebanyakan keperluan, maka cairan dapat dianggap tak
mampumampat, tetapi dalam situasi yang menyangkut perubahan
tekanan yang mendadak atau perubahan tekanan yang besar maka
kemampumampatannya menjadi penting. Kemampumampatan cairan
atau gas juga menjadi penting bila situasi tersebut menyangkut pula
perubahan temperatur. Kemampumampatan cairan dinyatakan
dengan modulus elastisitas curahan (bulk modulus of elasticity). Jika
tekanan satu volume satuan cairan dinaikkan sebesar dp, maka hal ini
akan menyebabkan pengurangan volume –dv. Perbandingan –dp/dv
disebut modulus elastisitas curahan (E). Untuk suatu volume cairan V:

dp
E .......................................................(1.7)
dv V
Karena dv/V tanpa satuan, maka E dinyatakan dalam satuan tekanan
(Pa atau N/m2)

1.9. Kapilaritas
Jika suatu tabung gelas berdiameter kecil dimasukkan kedalam
air melalui suatu permukaan bebas, maka air akan naik di dalam
tabung sampai ketinggian di atas air di luar tabung. Phenomena ini
dikenal sebagai kapilaritas (capillarity) dan disebabkan oleh kohesi
molekul-molekul cairan dan adhesi cairan sampai permukaan benda
padat. Meniskus (kurva muka air dalam tabung diameter kecil) adalah
cekung ke atas, lihat Gbr. 1.4(a). Di dalam air dan beberapa cairan-
cairan lain memperlihatkan bentuk kapilaritas ini (yakni cairan naik
dalam tabung dan meniskus cekung ke atas), pengaruh adhesi cairan
sampai permukaan zat padat lebih dominan dari kohesi molekul-
molekul cairan. Dalam beberapa cairan yang lain seperti air raksa,
kohesi lebih dominan dan cairan turun di dalam tabung sementara
meniskus cembung ke atas (Gbr. 1.4(b)). Cairan-cairan ini tidak
membasahi zat padat meskipun terjadi kontak.

8
Mekanika Fluida

Kapilaritas kadang-kadang merupakan suatu faktor di dalam


masalah-masalah tanah dan pondasi jika air naik di dalam pori-pori
tanah yang kecil.

Gambar 1.4 Kapilaritas

Contoh-Contoh Soal:
1. Suatu cairan mempunyai massa 1200 kg dan volumenya 0,952
m3. Hitung a) berat cairan; b) rapat massa cairan; c) berat
spesifik atau berat satuan cairan; d) specific gravity cairan
Jawab:
a) Dari Hukum Newton II F = ma
dalam masalah ini F = berat cairan (tidak diketahui)
m = 1200 kg
a = percepatan gravitasi (9,81 m/s2)
maka: F = 1200 (9,81) = 11772 N atau 11,772 kN.
b) Dari pers (1.5) :
 = m/V,  = 1200/0,952 = 1260,50 kg/m3

c) Dari pers (1.4) :


Disini W = berat cairan (11,772 kN), jadi
 = 11,772/0,952 = 12,36 kN/m3

d) specific gravity (s.g) =(cairan/air ) = 12,36/9,81 = 1,26

2. Jika 5,6 m3 minyak beratnya 46.800 N, hitung rapat massa  dan


specific gravity (s.g)

Jawab:

9
Mekanika Fluida

Berat specific atau berat satuan minyak g = 46.800/5,6 = 8357


N/m3
Rapat massa  = g/g = 8357/9,81 = 852 kg/m3
s.g = minyak/air = 852/1000 = 0,852

3. Suatu fluida mempunyai kekentalan dinamik 0,048 Pa.s dan


specific gravity 0,913. Hitung laju perubahan kecepatan dan
tegangan gesernya pada garis batas dan pada titik-titik 25 mm,
50 mm dan 75 mm dari garis batas dengan menganggap:
a) distribusi kecepatan suatu garis lurus
b) distribusi kecepatan suatu parabola, parabola berpuncak di
A dan titik asal B.

Jawab:
a) Untuk asumsi garis lurus : hubungan antara kecepatan dan
jarak adalah v = 15x. Maka dv = 15 dx atau laju perubahan
kecepatan adalah dv/dx = 15
 = .dv/dx = 0,048 (15) = 0,72 Pa

b) Persamaan parabola tersebut harus memenuhi syarat bahwa


kecepatan pada garis batas B adalah nol. Maka persamaan
parabolanya adalah:
V = 1,125 – 200 (0,075 – x)2
Dan dv/dx = 400 (0,075 – x), jadi pada

x V dv/dx  = 0,048 (dv/dx)


0 0 30 1,44 Pa
0,025 0,625 20 0,96 Pa
0,050 0,880 10 0,48 Pa
0,075 1,125 0 0

10
Mekanika Fluida

11
Mekanika Fluida

BAB 2
STATIKA FLUIDA

2.1. Tekanan Di Suatu Titik


Tekanan rata-rata dihitung dengan membagi gaya normal (gaya
tegak lurus) yang mendorong suatu bidang datar dengan luas bidang
tersebut. Disuatu titik, fluida yang tidak bergerak mempunyai tekanan
yang sama dalam semua arah.
Untuk menunjukkan itu, kita perhatikan suatu benda bebas kecil
yang berbentuk baji dengan lebar satu satuan di titik (x , y) dalam suatu
fluida tak bergerak, lihar Gbr. 2.1. Karena tidak terjadi gaya geser,
maka gaya-gaya yang ada hanyalah gaya-gaya permukaan normal dan
gaya berat, maka persamaan gerak dalam arah x dan y adalah:
dxdy
F x  p x dy  p s ds sin  
2
 .a x  0

dxdy dxdy
F y  p y dx  p s ds cos  
2

2
 .a y  0

Gambar 2.1 Diagram benda bebas suatu partikel berbentuk baji

Dimana px, py dan ps adalah tekanan rata-rata pada ketiga permukaan, 


adalah berat satuan fluida,  adalah rapat massa fluida dan ax, ay adalah
percepatan arah x dan y. Jika benda bebas tersebut diperkecil

12
Mekanika Fluida

mendekati ukuran nol dengan mempertahankan sudut  yang sama


maka didapat hubungan geometri berikut

ds sin   dy ds cos  dx.................(2.1)


Jika persamaan tersebut disederhanakan menjadi
dxdy
p x dy  p s dy  0 p y dx  p s dx    0.........(2.2)
2
Suku terakhir pers (2.2) adalah kecil tak hingga dan dapat
diabaikan. Jika pers (2.2) dibagi masing-masing dengan dy dan dx maka
persamaan tersebut dapat digabungkan menjadi
p s  p x  p y .......................................................(2.3)
Karena  merupakan sembarang sudut, maka persamaan ini
membuktikan bahwa tekanan adalah sama dalam semua arah disuatu
titik dalam fluida statik.
Jika fluida bergerak sedemikian hingga satu lapisan bergerak
relatif terhadap lapisan yang lainnya, terjadilah tegangan-tegangan
besar dan tegangan normal disuatu titik pada umumnya tak lagi sama
dalam semua arah. Maka tekanan didefinisikan sebagai nilai rata-rata
sembarang tiga tegangan tekan yang saling tegak lurus disuatu titik.

p x  p y  ps
p ................................................(2.4)
3
Dalam fluida khayal dengan kekentalan nol, yaitu fluida tanpa
gesekan, tidak dapat terjadi tegangan geser untuk gerakan fluida yang
bagaimanapun dan dengan demikian tekanan disuatu titik sama dalam
semua arah.

2.2. Tekanan Hidrostatis


Suatu elemen fluida dengan ukuran dx, dy, dan dz (Gbr. 2.2), pada
muka sebelah kiri ada suatu tekanan p bekerja pada muka dengan
permukaan dy dz. Gaya total adalah pdydz. Tekanan pada permukaana
sebelah kanan adalah
p
p dx
x

  p  
Gaya total adalah  p   dxdydz
  x  

13
Mekanika Fluida

Gambar 2.2 Elemen fluida dalam keadaan diam

Persamaan kedua gaya adalah:

 p 
pdydz   p  dx dydz.................................(2.5) atau
 x 
p
 0...............................................................(2.6)
x
Untuk arah z dengan cara yang sama diperoleh

p
 0...............................................................(2.7)
z
Dalam arah vertikal yaitu arah y, dipengaruhi oleh gaya badan (gaya
gravitasi) maka persamaannya adalah :

p
pdxdz  ( p  dy)dxdz  gdxdydz..............(2.8) atau
y
p
  g ..........................................................(2.9)
y
Dengan mengintegrasikan, menghasilkan tekanan hidrostatis p dalam
suatu medan gravitasi adalah:

p   gy  C..................................................( 2.10)


dengan C adalah konstanta integrasi. Hukum hidrostatika tentang
variasi tekanan seringkali ditulis dalam bentuk:

14
Mekanika Fluida

p  gh atau p  h.........................(2.11)


dengan h diukur vertikal ke bawah (h=-y) dari permukaan cairan
bebas.
Gaya total F persatuan lebar (b=1 m) pada dinding dengan tinggi
h adalah F = 1/2gh2 (lihat Gbr. 2.3).

Gambar 2.3 Tekanan hidrostatis

2.3. Vakum dan Tekanan Atmosfer


Vakum adalah volume tanpa zat (tidak ada zat padat, cair atau
gas). Dalam kontek tekanan, bentuk “vakum” digunakan untuk
menunjukkan suatu ruang yang mempunyai suatu tekanan yang
kurang dari tekanan atmosfer. Ada sedikit perubahan dengan
berubahnya kondisi cuaca dan berkurang dengan meningkatnya
ketinggian. Pada permukaan laut, tekanan atmosfer rata-rata adalah
14,7 psi atau 101,3 kPa atau 29,9 in atau760 mm air raksa atau 1 atm.
Biasanya ini disebut sebagai tekanan atmosfer standar. Seperti
ditunjukkan di atas, suatu tekanan kurang dari tekanan atmosfer
disebut sebagai vakum.

2.4. Tekanan Mutlak dan Tekanan Ukur


Pengukuran tekanan umumnya dinyatakan sebagai tekanan
mutlak (absolute pressure) atau tekanan ukur (gauge pressure). Tekanan
ukur adalah besarnya tekanan yang diukur dengan tekanan atmosfer
sebagai dasar. Tekanan absolut adalah besarnya tekanan yang diukur
di atas tekanan nol dimana keadaan vakum sempurna.
Tekanan dapat dinyatakan dengan mengacu kepada sembarang
datum. Datum yang lazim adalah nol mutlak (absolute zero) dan

15
Mekanika Fluida

tekanan atmosfer local. Hubungan kuantitatif antara tekanan ukur


dengan tekanan mutlak adalah:

p mutlak  p atm  pukur ......................................(2.12)

Hubungan ini mungkin dapat lebih baik untuk dipahami dengan


melihat Gbr. 2.4.

Gambar 2.4 Skala tekanan ukur

Nilai tekanan atmosfer standar adalah 14,7 psi; 29,9 in Hg; 1 atm; 760
mm Hg; 101,3 Pa; 10,34 m H20.

Dari gambar 2.4, jika tekanan referensi 1 adalah 40 psi (mutlak),


tekanan ukur adalah 40 psi – 14,7 psi = 25,3 psi. Jika tekanan referensi 2
adalah 10 psi (mutlak), tekanan ukur adalah 10 psi – 14,7 psi = - 4,7 psi.

2.5. Barometer
Barometer adalah suatu alat untuk mengukur tekanan atmosfer.
Barometer terdiri dari tabung dengan panjang lebih dari 30 in
dimasukkan kedalam wadah terbuka berisi air raksa dengan ujung atas
tertutup dan ujung bawah terbuka, lihat Gbr. 2.5.
Air raksa akan naik dalam tabung barometer setinggi 29,9 in (760
mm) pada permukaan laut. Jika tabung panjangnya lebih dari 30 in,
maka akan ada vakum. Air raksa akan naik bervariasi terhadap
tekanan atmosfer yang diterapkan. Jika tekanan atmosfer 14,7 psi,
maka tinggi air raksa adalah

16
Mekanika Fluida

Gambar 2.5 Barometer air raksa

h
 
p 14,7 lb in 2 x 144 in 2 1 ft 2

 2,94 ft  29,9in
 
13,6 x 62,4 lb ft 3 

2.6. Manometer
Manometer adalah alat yang menggunakan kolom cairan untuk
menentukan perbedaan tekanan. Manometer yang sangat elementer
yang biasanya disebut piezometer (Gbr. 2.6), alat ini mengukur tekanan
dalam cairan bila tekanan itu lebih besar dari nol relatif. Tabung
piezometer mempunyai diameter kira-kira 13 mm.

17
Mekanika Fluida

Gambar 2.6 Piezometer

Contoh-contoh soal:

1. Suatu bejana berisi fluida (glycerin) dengan berat satuan 78,5


lb/ft3 dipasang piezometer, hitung tekanan di titik A.

Penyelesaian:

Dalam kasus ini, tekanan pada titik A ditunjukkan oleh tinggi


tekan sebesar 40,8 in. Dari persamaan (2.11):
p = .h
p = (78,5).(40,8).(1/12) = 267 psf atu 1,86 psi (tekanan ini
adalah tekanan ukur)

18
Mekanika Fluida

2. Suatu tangki terbuka dengan piezometer dipasang disisinya,


tangki tersebut berisi dua cairan yang berbeda (lihat gambar).
Hitung: a) elevasi permukaan cairan dalam piezometer A
b) elevasi permukaan cairan dalam piezometer B
c) tekanan total pada dasar tangki.

Penyelesaian:

a) Cairan A akan naik dalam piezometer A dengan elevasi


sama dengan cairan A dalam tangki yaitu elevasi 2 m.
b) Cairan B akan naik dalam piezometer B sampai elevasi 0,3 m
(akibat tekanan cairan B) ditambah dengan tekanan cairan
A. Besarnya tekanan cairan A dapat ditentukan dari pers
(2.11)
p
h atau p   .h

Jadi besar tekanan cairan A adalah
P = 0,72 (9,81).(2-0,3) = 12 kN/m3 atau 12 kPa

Tinggi cairan B akan naik dalam piezometer B sebagai akibat


dari tekanan cairan A sebesar
12
h  0,518m
 2,36 . 9,81
Oleh karena itu, cairan B akan naik dalam pizometer B
dengan elevasi 0,3 + 0,518 = 0,818 m.

c) Tekanan total pada dasar tangki dihitung dengan

19
Mekanika Fluida

P = (0,72).(9,81).(2 – 0,3) + (2,36).(9,81).(0,3)


= 18,95 kN/m2 atau 18,95 kPa
Piezometer sedikit dibatasi dalam penggunaannya sebab
dengan tinggi tekan yang sedang memerlukan tabung yang
panjang dan juga sebab tekanan gas tidak bisa diukur
dengan piezometer karena gas tak bisa membentuk
permukaan bebas. Untuk menghindari batasan-batasan ini,
suatu alat yang sedikit lebih rumit terdiri dari tabung yang
mempunyai bengkokan terdiri dari satu atau lebih cairan
dengan specific gravity yang berbeda bisa dipakai. Alat ini
dikenal sebagai manometer.

3. Hitung perbedaan tekanan antara A dan B.

Penyelesaian:
pA – (9,81).x – 0,8.(9,81).(0,7)+(9,81).(x - 0,8) = pB
pA – (9,81).x – 5,482 + (9,81).(x) – 7,832 = pB
pA – pB = 13,3 kN/m2 atau 13,3 kPa.
2.7. Gaya Hidrostatik Pada Bidang Datar
Tekanan didalam suatu cairan berubah terhadap kedalaman,
tekanan satuan (gaya per satuan luas) pada suatu kedalaman sama
dengan hasil perkalian antara berat satuan cairan dengan kedalaman,
atau
p   .h............................................................( 2.13)

20
Mekanika Fluida

Gaya resultan total yang bekerja pada bidang datar yang tenggelam
ditentukan oleh perkalian antara tekanan satuan dengan luas bidang
atau dalam bentuk persamaan adalah

F  p.A..........................................................(2.14)
atau
F   .h. A........................................................(2.15)
dimana: F = gaya resultan total yang bekerja pada luas A
p = tekanan satuan
A = luas bidang datar
 = berat satuan cairan
h = kedalaman cairan

Suatu pendekatan umum adalah jumlah hasil tekanan yang


bekerja pada luasan yang berbeda diseluruh bidang/permukaan. Ini
tentu saja merupakan proses integrasi (Gbr. 2.7) dan pers (2.14) dan
(2.15) dapat dinyatakan sebagai:

F   p.dA......................................................(2.16)
dan

F    .h.dA...................................................(2.17)

Gambar 2.7 Gaya resultan yang bekerja pada bidang datar

dimana: h = kedalaman dari permukaan cairan ke pusat luas yang


berbeda dA, dengan dA = x.dy

21
Mekanika Fluida

Persamaan (2.16) dan (2.17) dapat dipakai untuk permukaan


vertikal dan miring. Teknik lain untuk menentukan gaya resultan total
yang bekerja pada bidang datar yang tenggelam dapat dikembangkan
dari Gbr. 2.7 dan dengan mengganti kedalaman dari permukaan cairan
ke pusat pintu (hcg) dan ditentukan dengan persamaan:

hcg 
 h.dA ...................................................(2.18)
A

atau
 h.dA  h cg . A.................................................(2.19)
Dengan mensubstitusikan nilai integral ke dalam pers (2.15)
memberikan:

F   .hcg . A.....................................................(2.20)
atau
F   .g .hcg . A..................................................(2.21)
dimana: F = gaya resultan total yang bekerja pada luas A
 = kerapatan cairan
g = percepatan gravitasi
hcg = kedalaman dari permukaan cairan ke pusat
bidang datar
A = luas bidang datar

Bentuk ini diperlihatkan dalam Gbr. 2.8. Persamaan (2.21) dapat


dipakai untuk permukaan vertikal dan miring.

22
Mekanika Fluida

Gambar 2.8 Gaya resultan pada bidang datar

2.8. Lokasi Pusat Tekanan Pada Bidang Datar


Gaya resultan total yang dihitung dari pers (2.14) melalui pers
(2.17) dan (2.21) pada kenyataannya suatu jumlah gaya-gaya tak
hingga yang bekerja pada suatu bidang datar. Ini penting untuk
mengetahui dimana gaya resultan total bekerja. Titik ini dikenal
sebagai pusat tekanan (center of pressure).
Pusat tekanan dapat ditentukan dengan persamaan momen gaya
resultan terhadap permukaan cairan. Dalam bentuk persamaan:

hcp   h.( .h.dA)...........................................(2.22)


Ruas kiri pers (2.22) adalah momen gaya resultan terhadap permukaan
cairan sedangkan ruas kanan adalah jumlah momen gaya-gaya yang
bekerja pada luasan yang berbeda terhadap permukaan cairan. Pers
(2.22) dapat ditulis kembali menjadi:

  .h
2
.dA
hcp  ..............................................(2.23)
F

dimana: hcp = kedalaman dari permukaan cairan sampai


pusat tekanan.
Persamaan (2.23) dapat dipakai untuk permukaan/bidang vertikal dan
bidang miring.

Teknik lain untuk menentukan pusat tekanan dapat


dikembangkan dengan mengetahui bahwa bentuk  h2 dA pada
persamaan (2.23) adalah momen inersia luas bidang terhadap
permukaan cairan. Parameter ini biasanya disimbolkan dengan I dan
akan disimbolkan disini dengan Is untuk menandakan momen inersia
terhadap permukaan cairan. Maka pers (2.23) menjadi:

 .I s
hcp  .......................................................(2.24)
F
Dengan mensubstitusikan (.hcg.A) untuk F dari pers (2.20) kedalam
pers (2.24) memberikan:

23
Mekanika Fluida

Is
hcp  .....................................................(2.25)
hcg .A
Ini lebih baik untuk mendapatkan momen inersia terhadap sumbu
pusat luasan bidang (Icg) daripada terhadap permukaan cairan. Ini
dapat dikerjakan dengan menggunakan rumus transfer untuk momen
inersia:
I s  I cg  A.hcg2 ...............................................(2.26)
Dari persamaan (2.25), Is=hcp.hcg.A. Dengan mensubstitusikan kedalam
pers (2.26) memberikan

hcp .hcg . A  I cg  A.hcg2 .....................................(2.27)


Pers (2.27) dibagi dengan hcg.A memberikan:

I cg
hcp  hcg  ............................................(2.28)
hcg . A

Dimana: hcp = jarak vertikal dari permukaan cairan sampai


pusat tekanan.
hcg = jarak vertikal dari permukaan cairan sampai
pusat bidang datar
Icg = momen inersia bidang datar terhadap sumbu
pusat
A = luas total bidang datar
Persamaan (2.28) dapat diterapkan untuk bidang vertikal. Nilai-nilai Icg
untuk beberapa bentuk dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan yang diberikan dalam Gbr. 2.9

Gambar 2.9 Persamaan untuk luas dan momen inersia

24
Mekanika Fluida

Dalam bidang miring seperti Gbr. 2.10, akan lebih baik untuk
bekerja dengan jarak dari permukaan cairan sampai pusat tekanan dan
sampai pusat yang diukur sepanjang garis miring bidang datar. Jarak
ini disimbolkan dengan ycp dan ycg, dan pers (2.28) dapat dinyatakan
dengan menggunakan bentuk ini, yaitu:

I cg
y cp  y cg  ..........................................(2.29)
y cg .A

Gambar 2.10 Lokasi gaya resultan total pada bidang datar yang miring

Contoh contoh soal:

1. Suatu bendungan dengan panjang 20 m, menahan air dengan


tinggi 7 m.
Hitung: a) gaya resultan total yang bekerja pada
bendungan
b) lokasi pusat tekanan

Penyelesaian:
a) Gaya resultan total yang bekerja pada bendung dapat
ditentukan dengan persamaan (2.20)

F = .hcg.A

Dimana:  = 9,81 kN/m3


Hcg = 3,5 m

25
Mekanika Fluida

A = 7/sin (60). (20) = 161,7 m2

Maka F = (9,81) (3,5) (16,7) = 5541 kN.

2. Suatu bak berisi air dengan pintu vertikal disisinya.


Hitung: a) gaya resultan total pada pintu
b) lokasi pusat tekanan

Penyelesaian:

Soal ini akan dipecahkan dengan metode integrasi dan metode


momen inersia.

a) Dengan metode integrasi


1. Gaya resultan total yang bekerja pada pintu dapat dihitung dengan
pers (2.17)

F    .h.dA
Dimana: h = (3 + y)
26
Mekanika Fluida

dA = 2.dy

maka:
1, 2 1, 2
F  9,81.  (3  y ).(2.dy )  19,58.  (3  y ).dy
0 0

1, 2
 1 
F  19,58.3. y  . y 2   84,59 kN
 2 0

2. Lokasi pusat tekanan dapat dihitung dengan pers (2.23)

  .h .dA
2

hcp 
F

Dengan menggunakan nilai h, dA dan F di atas, maka

1, 2

 9,81.(3  y) .(2.dy)
2

hcp  0

84,59

1, 2
19,58.  (9  6. y  y 2 ).dy
hcp  0
 3,633 m
84,59

b) Dengan metode momen inersia


1. Gaya resultan total yang bekerja pada pintu dapat
dihitung dengan pers (2.20)

F   .hcg . A
Dimana: hcg = 3,6 m
F = 9,81.(3,6).(2x2) = 84,59 kN

2. Karena pintu vertikal, lokasi pusat tekanan dapat


dihitung dengan pers (2.28)

27
Mekanika Fluida

I cg
hcp  hcg  Untuk penampang persegi,
hcg . A
1 1
I cg  b.h 3  .(2).(1,2) 3  0,288 m 4
12 12

Maka
0,288
hcp  3,6   3,633 m
(2,6).(2 x1,2)

3. Suatu pintu berbentuk lingkaran dipasang miring dengan


diameter 1 m, lihat gambar.
Hitung: a) gaya resultan total yang bekerja pada pintu
b) lokasi pusat tekanan

Penyelesaian: Dengan metode momen inersia

a) Gaya resultan total yang bekerja pada pintu dapat dihitung


dengan menggunakan pers (2.20).

F = .hcg.A

Dimana, hcg = 1,5 + (0,5)(1 sin 600) = 1,933 m

( )(1) 2
A  0,7854 m 2
4
Maka,
F  (9,81)(1,933)(0,7854)  14,86 kN

b) Lokasi pusat tekanan dapat dihitung dengan menggunakan


pers (2.29)

Untuk penampang lingkaran:

d 4 ( )(1) 4
I cg    0,04909 m4
64 64

28
Mekanika Fluida

1,5 1
y cg  0
  2,232 m
sin 60 2

0,04909
y cp  2,232   2,260 m
(2,232)(0,7854)

2.9. Komponen Horisontal dan Vertikal Gaya Resultan Total Pada


Bidang Lengkung
Gaya resultan total F, yang bekerja pada pintu yang tenggelam
atau komponen gaya horizontal dan vertikal Fx dan Fy bisa digunakan
dalam perancangan perhitungan untuk struktur hidraulik. Jika gaya
resultan bekerja pada bidang lengkung, lebih mudah untuk
menggunakan komponen horizontal dan vertikal dari gaya resultan
total seperti terlihat pada Gbr. 2.11.

Gambar 2.11 Komponen gaya resultan total pada bidang lengkung

29
Mekanika Fluida

Komponen horizontal gaya resultan total (Fx) yang bekerja pada


suatu permukaan yang tenggelam (seperti permukaan AB pada
gambar 2.11) sama dengan gaya resultan total pada proyeksi
permukaan itu pada bidang vertikal. Komponen ini bekerja sepanjang
garis horizontal yang melalui pusat tekanan untuk proyeksi vertikal ini
(yakni pusat berat EFBG dam Gbr 2.11).
Komponen vertikal gaya resultan total (Fy) yang bekerja pada
suatu permukaan yang tenggelam sama dengan berat volume cairan
vertikal di atas permukaan (yakni volume ABCD dalam gambar 2.11
dikalikan dengan berat satuan cairan). Komponen ini bekerja sepanjang
garis vertikal melalui pusat volume cairan (yakni pusat ABCD dalam
Gbr (2.11).

Contoh soal:

1. Suatu permukaan lengkung AB berbentuk seperempat lingkaran


dengan jari-jari 4 ft (1,2 m). Panjang tangki (jarak tegak lurus
terhadap bidang gambar adalah 6 ft (1,8 m).

Hitung:
a)Komponen gaya resultan total horizontal dan vertikal yang
bekerja pada permukaan lengkung AB.
b)Lokasi komponen gaya horizontal dan vertikal.
Penyelesaian:
a) Komponen gaya resultan total horizontal yang bekerja
pada permukaan lengkung AB sama dengan gaya resultan
total yang bekerja pada proyeksi vertikal permukaan
lengkung AB yaitu BF dalam di bawah. Proyeksi vertikal
ini adalah segiempat sederhana dengan panjang 6 ft dan
tinggi 4 ft.

30
Mekanika Fluida

Komponen horizontal Fx dihitung sebagai berikut:


a. Untuk bagian Fx resultan dari tekanan horizontal BHEF
adalah

p1 = (8)(62,4) = 499 lb/ft2

A = (6)(4) = 24 ft2

F1 = (499)(24) = 11980 lb

b. Untuk bagian Fx resultan dari tekanan horizontal HE


adalah

p2 = ((0+4))/2(62,4) = 125 lb/ft2

A = (6)(4) = 24 ft2

F2 = (125)(24) = 3000 lb

Fx = F1 + F2 = 11980 + 3000 = 14980 lb

Komponen vertikal gaya resultan total yang bekerja pada


permukaan lengkung AB sama dengan berat volume air
yang secara vertikal di atas permukaan lengkung AB.
Volume ini terdiri dari luas persegi AFCD dan luas

31
Mekanika Fluida

seperempat lingkaran ABF, keduanya mempunyai panjang


6 ft. Maka volumenya adalah
[(4)(8) + ()(4)/4](6) = 267,4 ft3
Berat volume air ini dapat dihitung dengan
mengalikan volume dengan berat satuan air. Maka

Fy = (267,4)(62,4) = 16690 lb

c. Lokasi komponen horizontal Fx adalah melalui pusat


tekanan untuk proyeksi vertikal yaitu pusat berat
EFBG. Ini dapat ditentukan dengan membagi (a)
jumlah produk masing-masing gaya F1 dan F2 dan
masing-masing kedalamannya terhadap pusat tekanan
dengan (b) komponen gaya horizontal. Maka

(11980 )(8  4 / 2)  (3000)[8  2 / 3(4)]


hcp   10,13 ft
14980

(Ini adalah kedalaman dari permukaan air terhadap lokasi


komponen horizontal atau komponen horizontal yang
bekerja pada jarak 12 ft– 10,13 ft atau 1,87 ft di atas titik B).

Lokasi komponen vertikal adalah melalui pusat berat


volume cairan yang secara vertikal di atas permukaan AB
yaitu pusat berat ABCD. Ini dapat ditentukan lihat gambar
dan dengan menyamakan jumlah momen luas persegi
yaitu AFCD dan luas seperempat lingkaran ABF terhadap
garis vertikal yang melalui titik B terhadap momen luas
total terhadap garis yang sama. Lokasi pusat luas
seperempat lingkaran adalah

 ( )( 4)   ( )(4)   ( 4)( 4) 
( x ) (8)( 4)    (8)( 4)(2)    
 4   4    (3)( ) 
x  1,91 ft
Ini adalah jarak dari titik B terhadap garis aksi komponen
vertikal.

32
Mekanika Fluida

Jika cairan berada di bawah permukaan lengkung seperti


diperlihatkan dalam Gbr. 2.12, komponen vertikal gaya resultan total
bekerja ke atas. Nilai ini dapat dihitung denganh cara seperti yang
diuraikan di atas dengan menggunakan suatu “cairan imajiner” yang
dibatasi oleh volume yang diperpanjang secara vertikal di atas
permukaan sampai elevasi permukaan cairan. Komponen horizontal
gaya resultan total dapat ditentukan dengan cara yang sama jika cairan
di atas permukaan seperti di atas.

Gambar 2.12 Cairan berada di bawah permukaan lengkung

2. Hitung komponen horizontal dan vertikal dari gaya resultan


total yang bekerja pada permukaan lengkung AB dan tentukan
pula lokasi komponen horizontal dan vertikal.

Penyelesaian:

33
Mekanika Fluida

a) Komponen horiosontal dihitung dengan menggunakan Pers


(2.14)

F  p. A
Dimana

 h1  h2 
p = pavr = ()(  
 2 

= (62,4)((8+12)/2) = 624 lb/ft2

A = (6)(4) = 24 ft2

Maka Fx = (624)(24) = 14980 lb

b) Komponen vertikal sama dengan berat volume imajiner air


yang secara vertikal di atas permukaan AB, maka
Fy = (luas ABCD)(panjang permukaan AB yang
tenggelam)()

= [(4)(8)+ 1/4()(4)2/4](6)(62,4) = 16690 lb

c) Lokasi komponen horizontal adalah 10,13 ft di bawah


permukaan air
d) Lokasi komponen vertikal adalah 1,91 ft dari titik B.
BAB 3
PENGAPUNGAN DAN
PENGAMBANGAN

Pendahuluan
Suatu benda yang tenggelam di dalam suatu cairan bekerja
tekanan fluida. Komponen horizontal tekanan akan saling
menghilangkan. Ada dua gaya cairan vertikal yang bekerja pada benda
yang tenggelam yang tidak saling menghilangkan. Satu adalah
komponen dengan arah ke bawah dari tekanan total yang didesak oleh
cairan pada permukaan sebelah atas benda dan yang lainnya adalah

34
Mekanika Fluida

komponen dengan arah ke atas yang mendesak permukaan sebelah


bawah benda. Karena tekanan per satuan luas meningkat terhadap
kedalaman, maka komponen ke atas lebih besar dari komponen ke
bawah dan hasilnya adalah gaya ke atas bersih yang bekerja pada
benda. Gaya ke atas bersih ini disebut gaya apung (buoyant force).
Prinsip-prinsip pengapungan dan pengambangan ini mengatur objek-
objek yang mengambang seperi perahu, kapal dan lain-lain dan objek
yang tenggelam seperti kapal selam dan lain-lain.

Prinsip Archimides
Prinsip dasar pengapungan dan pengambangan pertama kali
dikemukakan oleh Archimides. Prinsip Archimides menyatakan suatu
benda yang mengambang atau tenggelam di dalam suatu fluida
diangkat ke atas oleh suatu gaya yang sama dengan berat fluida yang
ada dalam volume yang dipindahkan oleh fluida. Gaya apung pada
benda yang mengambang atau tenggelam bekerja secara vertikal ke
atas melalui pusat volume yang dipindahkan.
Untuk memahami prinsip Archimides, perhatikan benda yang
tenggelam yang berada dalam keseimbangan seperti dalam Gbr. 3.1.
Tanda panah menyatakan tekanan hidrostatis yang bekerja pada
benda. Gaya resultan total yang bekerja pada sebelah kiri sama dengan
yang bekerja ke kanan atau dalam bentuk persamaan ∑ Fx = 0. Oleh
karena itu gaya-gaya ini saling menghilangkan. Gaya resultan total
yang bekerja ke bawah pada permukaan sebelah atas benda Fd dalam
Gbr. 3.2 adalah tidak sama, dan satu lagi bekerja ke atas pada
permukaan sebelah

Gambar 3.1 Tekanan hidrostatis yang bekerja pada suatu benda

35
Mekanika Fluida

Catatan : Fb = FU - Fd
Gambar 3.2 Gaya resultan total yang bekerja ke bawah

bawah benda (Fu dalam Gbr. 3.2). Ini adalah benar sebab kedalaman
rata-rata sampai permukaan sebelah atas benda kurang dari
kedalaman rata-rata sampai permukaan sebelah bawah benda. Gaya
yang bekerja ke bawah pada permukaan sebelah atas kurang dari gaya
yang bekerja ke atas pada permukaan sebelah bawah. Selisih antara
gaya ke atas dan gaya ke bawah disebut gaya apung (buoyant force)
atau (Fb) fluida pada benda. Jika benda berada dalam keseimbangan,
gaya apung ini akan bekerja ke atas yang sama dengan berat benda (W
dalam Gbr 3.2), yang bekerja ke bawah. Gaya yang bekerja pada badan
benda seperi diperlihatkan dalam Gbr 3.2.
Gaya Fd dalam Gbr. 3.2 sama dengan berat fluida di atas
permukaan benda (yaitu berat volume fluida ABCDGA). Gaya Fu sama
dengan berat volume fluida di atas permukaan bawah benda (yaitu
berat volume fluida ABCDEA). Gaya apung (Fb), adalah selisih antara
Fu dan Fd, adalah sama dengan selisih antara berat volume fluida
ABCDEA dan ABCDGA. Selisihnya adalah volume AGDE yang
merupakan volume benda. Oleh karena itu menurut Archimedes,
suatu benda yang mengambang atau tenggelam dalam suatu fluida
diangkat oleh gaya yang sama dengan berat fluida yang dipindahkan
oleh benda tersebut.
Jika benda seperti dalam Gbr. 3.2 berada dalam kesetimbangan,
kerapatan benda dan dan fluida adalah sama. Jika berat benda lebih

36
Mekanika Fluida

besar dari gaya apung, maka benda akan turun. Jika berat benda lebih
kecil dari gaya apung benda akan naik.
Jika berat benda lebih kecil dari berat volume yang sama cairan
yang diberikan maka benda akan mengambang pada permukaan
cairan itu seperti yang diperlihatkan dalam Gbr. 3.3. Dalam kasus ini,
ada gaya resultan total yang bekerja ke atas (Fu) sebagaimana dalam
kasus benda yang tenggelam seperi dalam Gbr. 3.2, tetapi tidak ada
gaya resultan total yang bekerja ke bawah (Fd). Oleh karena itu secara
sederhana sama dengan Fu, yang mana adalah berat volume cairan
AECDA (Gbr. 3.3). Gaya apung (Fb) sama dengan berat benda (W).

Gambar 3.3 Benda yang mengambang pada permukaan cairan

Masalah pengapungan dan pengambangan umumnya


dipecahkan dengan menerapkan prinsip-prinsip dasar statika.

Contoh-contoh soal:

1. Suatu batu mempunyai berat 105 lb di udara, jika batu tersebut


tenggelam dalam air beratnya adalah 67 lb.

Hitung :
a) volume batu
b) specific gravity batu

Penyelesaian:

a) Gaya apung (Fb) adalah sama dengan selisih antara berat


batu di udara dan berat batu di dalam air.
Maka :
37
Mekanika Fluida

Fb = 105 – 67 = 38 lb
Dengan mengikuti Prinsip Archimedes, gaya apung (Fb)
sama dengan berat air yang ditempati oleh batu. Berat air
yang ditempati oleh batu (W) sama dengan hasil kali volume
air yang ditempati (V) yang tentu saja sama dengan volume
batu dan berat satuan air. Maka

W = (62,4) (V)

Dengan menyamakan Fb dan W memberikan

38 = (62,4) (V)
V = 0,609 ft3

(Ini merupakan volume yang ditempati air, dan juga adalah


volume batu).

b. Spesific gravity = berat batu di udara/berat yang sama


dengan volume air
Spesific gravity = 105 / (0,609)(62,4) = 2,76

2. Suatu kubus kayu dengan panjang sisinya masing-masing 1,25 ft


mengambang dalam air. Spesific gravity kayu 0,60. Hitung
kedalaman kubus yang tenggelam.

Penyelesaian:

Dari gambar di bawah:


W = berat kubus kayu di udara
Fb = gaya apung
D = kedalaman kubus kayu di bawah permukaan air

38
Mekanika Fluida

Dengan mengikuti prinsip Archimedes, gaya apung adalah berat


air yang dipindahkan. Maka
W = Fb

Pada kasus ini,

W = (0,60)(62,4) [(1,25)(1,25)(1,25)] = 73,1 lb

Fb = (62,4) [(1,25)(1,25)(D)] = 97,5 D

Dengan menyamakan W dan Fb memberikan


97,5 D = 73,1
D = 0,750 ft

3. Suatu kubus beton dengan panjang masing-masing sisinya 0,300


m, specific gravity beton 2,40. Hitung besar dan arah gaya yang
diperlukan untuk mengangkat kubus beton yang berada dalam
kesetimbangan dan sepenihnya tenggelam jika berada dalam air
raksa dan air.

Penyelesaian:
a) Karena specific gravity air raksa 13,6 dan specific gravity
beton 2,40, maka beton akan mengambang dalam air raksa.
Oleh karena itu, gaya F bekerja ke bawah akan diperlukan
untuk mengangkat kubus beton yang berada dalam
kesetimbangan dan sepenuhnya tenggelam dalam air raksa.

39
Mekanika Fluida

Gaya yang bekerja pada beton diperlihatkan pada gambar di


bawah

Dimana
F = gaya yang diperlukan untuk mengangkat beton yang
berada dalam kesetimbangan dan sepenuhnya
tenggelam.
W = berat kubus beton di udara
Fb = gaya apung

Untuk kesetimbangan gaya-gaya dalam arah sumbu y: ∑ Fy


=0
F + W + Fb = 0
W = (beton)(Vbeton)
=[(2,40)(9,81)][(0,300)(0,300)(0,300)] = 0,634 kN

Fb = (air raksa)(Vbeton)
=[(13,6)(9,81)][(0,300)(0,300)(0,300)] = 3,595 kN

Oleh karena itu


F + 0,634 – 3,595 = 0
F = 2,961 kN
b) Karena beton mempunyai specific gravity 2,40, maka akan
tenggelam dalam air. Oleh karena itu gaya F yang bekerja ke
atas akan diperlukan untuk mengangkat kubus beton yang
berada dalam kesetimbangan dan sepenuhnya tenggelam
dalam air. Gaya yang bekerja pada beton seperti gambar di
bawah.

40
Mekanika Fluida

Untuk kesetimbangan gaya-gaya yang bekerja dalam arah


sumbu y: ∑ Fy = 0
W - F - Fb = 0
W = 0,634 kN
Fb = (air)(Vbeton)
Fb = (9,81)[(0,300)(0,300)(0,300)] = 0,264 kN

Maka 0,634 –F– 0,264 = 0


F = 0,370 kN (ke atas)

3.3. Stabilitas Benda Tenggelam


Untuk benda yang tenggelam seperti kapal selam, penting
bahwa benda tersebut berada dalam posisi stabil. Stabil berarti bahwa
benda yang tenggelam akan kembali ke posisi semula setelah berotasi
sedikit terhadap sumbu horizontal. Sebagai contoh, kapal selam yang
tenggelam akan bekerja arus air dan cenderung berotasi terhadap
sumbu horizontal. Jika kapal selam tersebut akan didisain stabil, maka
ia akan selalu berotasi kembali ke posisi semula.
Kriteria tunggal untuk stabilitas benda yang tenggelam adalah
bahwa pusat pengapungan harus ada di atas pusat gravitasi benda
yang tenggelam. Pusat pengapungan ada di pusat volume fluida yang
dipindahkan. Dengan jelas untuk mencapai stabilitas adalah membuat
benda yang tenggelam berperilaku mendekati dasar benda.
Kriteria stabilitas yang djelaskan di atas terlihat pada Gbr. 3.4(a),
dimana pusat pengapungan yang disimbolkan dengan CB ada di atas
pusat gravitasi benda, yang mana disimbolkan dengan CG. Jika sesuatu
menyebabkan benda ini berotasi sedikit dengan arah berlawanan jarum
jam seperti Gbr. 3.4(b), gaya apung (Fb) dan berat benda (W)

41
Mekanika Fluida

menimbulkan kopel yang cenderung menghasilkan rotasi yang searah


jarum jam dan mengembalikan benda ke posisi semula.

Gambar 3.4 Kriteria stabilitas benda yang tenggelam

Gambar 3.4(c) menunjukkan keadaan dimana pusat


pengapungan berada di bawah pusat gravitasi. Jika sesuatu
menyebabkan benda ini berotasi sedikit dalam arah berlawanan jarum
jam seperti Gbr. 3.4(c), gaya apung dan berat benda menimbulkan
kopel yang cenderung menghasilkan suatu penjumlahan rotasi yang
berlawanan arah jarum jam dan menggulingkan benda.

3.4. Stabilitas Benda Mengambang


Untuk benda yang mengambang seperti kapal laut harus juga
berada dalam keadaan stabil. Analisis stabilitas benda-benda yang
mengambang berbeda dengan analisis stabilitas dari benda yang
tenggelam.
Suatu benda yang mengambang seperti pada Gbr. 3.5(a). Benda
ini berada dalam kesetimbangan dengan pusat gravitasi yang secara
langsung berada di atas pusat pengapungan pada sumbu vertical A-A.
(Sumbu vertikal adalah garis vertikal yang melalui pusat gravitasi dan
pusat pengapungan jika benda yang mengambang berada dalam
kondisi setimbang). Jika angin atau gelombang menyebabkan benda ini
berotasi dalam arah berlawanan jarum jam seperti Gbr. 3.5 (b),
lokasi pusat gravitasi tetap, maka lokasi pusat pengapungan bergeser
42
Mekanika Fluida

ke kiri sebab volume fluida yang dipindahkan berubah. Untuk


konfigurasi seperti Gbr. 3.5(b), gaya apung dan berat benda
menimbulkan kopel yang cenderung menghasilkan rotasi searah jarum
jam dan mengembalikan benda ke posisi semula. Oleh karena itu
dalam kasus ini benda adalah stabil.
Kemungkinan bahwa pusat gravitasi benda berada di sebelah
kiri garis aksi gaya apung, yaitu garis B-B pada Gbr. 3.5(b) tetapi masih
sepanjang sumbu vertikal A-A. Kasus ini diperlihatkan dalam Gbr.
3.5(c). Dalam kasus ini, gaya apung dan berat benda menimbulkan
kopel yang cenderung menghasilkan suatu penjumlahan rotasi yang
berlawanan jarum jam dan menggulingkan benda, dan benda ini
adalah tidak stabil.

Gambar 3.5 Kriteria stabilitas benda yang mengambang


Benda yang mengambang adalah stabil atau tidak tergantung
pada lokasi relatif pusat gravitasi benda dan pusat pengapungan. Jika
pusat gravitasi berada di sebelah kanan garis aksi gaya apung maka
rotasi adalah berlawanan jarum jam seperti Gbr. 3.5(b), maka benda
yang mengambang adalah stabil. Jika pusat gravitasi di sebelah kiri
garis aksi gaya apung seperti Gbr. 3.5(c), maka benda yang
mengambang tidak stabil. Perbedaan antara stabilitas dan tidak
stabilitas dapat juga dibuat dengan mengikuti titik perpotongan sumbu
vertikal (A-A) dan garis aksi gaya apung (B-B). Titik perpotongan ini
dikenal sebagai metacenter (mc). Terlihat dari Gbr. 3.5(b) dan (c) bahwa
benda yang mengambang adalah stabil jika pusat gravitasi ada di
bawah metacenter dan tidak stabil jika pusat gravitasi ada di atas
metacenter.

43
Mekanika Fluida

Penentuan apakah pusat gravitasi ada di bawah atau di atas


metacenter dapat secara lebih kuantitatif dengan menggunakan
persamaan untuk menentukan jarak dari pusat pengapungan ke
metacenter:
I
MB  .................................................(3.1)
Vd
dimana : MB  jarak dari pusat pengapungan ke metacenter (lihat
Gbr. 3.5(d))
I = momen inersia penampang horizontal benda yang
diambil pada permukaan fluida jika benda
mengambang pada
Vd = volume fluida yang dipindahkan

Setelah jarak MB ditentukan, benda dapat dikatakan stabil jika


metacenter ada di atas pusat gravitasi benda atau tidak stabil jika ada
di bawah pusat gravitasi.

Contoh-contoh soal:

1. Suatu ponton dengan dasar datar dan ujung persegi seperti


gambar di bawah, ponton mempunyai draft (jarak dari
permukaan air ke dasar ponton) 6 ft jika dibebani penuh dan
mengambang dalam posisi tegak. Pusat gravitasi ponton jika
dibebani penuh ada pada sumbu simetri dan 1 ft di atas
permukaan air.

44
Mekanika Fluida

Hitung :
a) apakah ponton stabil
b) jika ponton stabil, berapakah momen lawan dalam air jika
sudut putaran adalah 120 ?

Penyelesaian:

a) Pers (3.1) dapat digunakan untuk menentukan jarak dari


pusat pengapungan ke metacenter:

bh 3 (42)(25) 3
I   54688 ft 4
12 12

Vd = (25)(42)(6) = 6300 ft3

54688
Maka MB   8,68 ft
6300

45
Mekanika Fluida

Metacenter berada dilokasi 8,68 ft di atas pusat


pengapungan. Oleh karena itu metacenter ada dilokasi (8,68
– 3 – 1 ) = 4,68 ft di atas pusat gravitasi ponton dan ponton
stabil.

b) tampak depan ponton jika berotasi 120

Momen lawan = (Fb)(x)


Fb = (air)(Vd)
= (62,4)(6300) = 393120 lb
x = (sin 120)(jarak dari mc ke CG)
= (sin 120)(4,68) = 0,973 ft
Momen lawan = (393120)(0,973) = 382500 lb-ft

46
Mekanika Fluida

2. Suatu silinder kayu padat dengan diameter 0,666 m dan tinggi


1,300 m. Spesific gravity kayu 0,61. Apakah silinder stabil jika
ditempatkan secara vertikal dalam minyak, sepesific gravity
minyak 0,85.

Penyelesaian:

Langkah pertama adalah menentukan kedalaman silinder kayu


yang tenggelam jika ditempatkan dalam minyak. Misal

W = berat silinder kayu di udara


Fb = gaya apung
D = kedalaman silinder kayu yang tenggelam

Dengan mengikuti prinsip Archimedes, untuk benda yang


mengambang

W = Fb

    0,666 2 
W = (0,61) (9,81)  (1,300)  2,705 kN
 4 
    0,666 2 
Fb = (0,85)(9,81)  ( D )  2,899 D kN
 4 

47
Mekanika Fluida

Dengan menyamakan W dan Fb memberikan


2,899 D = 2,705
D = 0,933 m

Pusat pengapungan CB, ada dilokasi pada jarak 0,933/2 atau


0,466 m dari dasar silinder. Pers (3.1) dapat digunakan untuk
menentukan jarak dari pusat pengapungan ke metacenter.

d 4 ( )(0,666) 4
I    0,00966 m4 (dari Gbr. 2.9)
64 64

Vd =
   0,666 2  0,933  0,325 m 3

4
0,00966
Maka MB   0,030 m
0,325

48
Mekanika Fluida

Metacenter berada dilokasi 0,030 m di atas pusat pengapungan.


Tempat metacenter (1,300/2 – 0,466 – 0,030) atau 0,154 m di
bawah pusat gravitasi. Maka silinder kayu tidak stabil.

BAB 4
DASAR-DASAR ALIRAN FLUIDA

49
Mekanika Fluida

4.1. Kecepatan dan Laju Aliran


Kecepatan dan laju aliran adalah dua parameter dasar yang
digunakan yang berhubungan dengan gerakan fluida. Kecepatan
didefinisikan sebagai jarak perjalanan per satuan waktu dan
dinyatakan dalam satuan meter per second (m/s) atau feet per second
(ft/s).
Dalam hubungannya dengan gerak fluida, kecepatan individu
partikel yang bergerak biasanya tidak sama; oleh karena itu, kecepatan
tidak memerlukan konstanta yang melalui penampang melintang.
Sebab adanya tahanan terhadap aliran oleh dinding saluran tertutup
atau dasar saluran, kecepatan fluida umumnya menjadi kecil dekat
dengan dinding atau dasar saluran dan menjadi besar jika jauh dari
dinding atau dasar saluran. Kecepatan pada penampang melintang
saluran tertutup umumnya bervariasi dari nol pada dinding sampai
maksimum dekat dengan pusat saluran tertutup, seperti diperlihatkan
dalam Gbr. 4.1(a) Kecepatan pada penampang melintang saluran
umumnya bervariasi dari nol pada dasar sampai nilai tertentu pada
permukaan cairan dan dengan nilai maksimum pada jarak yang dekat
dengan permukaan dari dasar saluran, seperti terlihat pada Gbr. 4.1(b).
Biasanya cukup dengan menggunakan kecepatan rata-rata dan tidak
menimbulkan kesalahan yang berarti dalam masalah-masalah aliran.
Oleh karena itu, kecepatan yang digunakan dalam aliran fluida
umumnya menunjukkan kecepatan rata-rata.

Gambar 4.1 Profil kecepatan

50
Mekanika Fluida

Laju aliran adalah banyaknya fluida yang mengalir per satuan


waktu. Banyaknya fluida yang mengalir bisa dinyatakan dalam bentuk
volume, berat atau massa fluida, dengan masing-masing laju aliran
ditandai sebagai volume laju aliran, berat laju aliran atau massa laju
aliran.
Volume laju aliran disimbolkan dengan Q dan dihitung sebagai
berikut:

Q = Av…………………………….…………………... (4.1)
dimana:
Q = volume laju aliran
A = luas penampang melintang yang tegak lurus terhadap arah
aliran
v = kecepatan aliran

Berat laju aliran diberi simbol W dan dihitung dengan persamaan

W = Av ………………………………………..………(4.2)

dimana  adalah berat satuan fluida. Berat laju aliran umumnya


dinyatakan dengan satuan newton per second (N/s) atau pounds per
second (lb/s).
Massa laju aliran diberi simbol M dan dihitung dengan
persamaan

M = Av………………………………….…………….(4.3)

dimana  adalah rapat massa. Massa laju aliran dinyatakan dengan


satuan kilogram per second (kg/s) atau slugs per second (slugs/s).

Contoh-contoh soal:

1. Suatu fluida mengalir melalui pipa dengan diameter 100 mm,


kecepatan rata-rata aliran adalah 3,00 m/s, dan berat satuan
fluida adalah 8,62 kN/m3. Kerapatan fluida adalah 879 kg/m3.

Hitung :
a) volume laju aliran (debit) dalam satuan m3/s dan lt/menit
b) berat laju aliran
51
Mekanika Fluida

c) massa laju aliran

Penyelesaian:

a) Dari pers (4.1)


Maka :

A
   0,1 2  0,007854 m 2
4

v = 3,00 m/s

Q = (0,007854)(3,00) = 0,0236 m3/s

Karena 1 lt/menit = 1,667 x 10-5 m3/s


 1 
Q   0,0236   5
  1416 lt / menit
 1,667 x10 
b) Dari pers (4.2)

W = Av

W = (8,62) (0,007854) (3,00) = 0,203 kN/s

c) Dari pers (4.3)

M = Av

M = (879) (0,007854) (3,00) = 20,7 kg/s

4.2. Klasifikasi Aliran fluida


Aliran fluida dapat diklasifikasikan ke dalam: (1) aliran langgeng
atau tidak langgeng (steady or unsteady flow), (2) aliran satu, dua atau
tiga dimensi (one-, two-, or three dimensional flow), (3) aliran seragam dan
tidak seragam (uniform and nonuniform), (4) aliran laminar dan turbulen
(laminar or turbulent flow), (5) aliran tak mampumampat dan
mampumampat (incompressible and compressible flow). Aliran dalam
saluran terbuka dapat diklasifikasikan sebagai aliran subkritis, kritis
atau superkritis (subcritical, critical or supercritical flow).

52
Mekanika Fluida

Aliran langgeng terjadi jika berbagai parameter aliran seperti


debit, kecepatan, tekanan dan lain-lain pada suatu titik konstan
terhadap waktu. Jika kondisi aliran berubah terhadap waktu, maka
aliran disebut tidak langgeng. Jadi air yang mengalir melalui pipa
dengan keran terbuka termasuk aliran langgeng, tetapi jika keran
dibuka dan ditutup secara berulang-ulang maka aliran disebut tidak
langgeng.
Aliran satu dimensi terjadi jika alirannya satu arah dan
parameter-parameter aliran berubah hanya dalam arah itu, seperti
terlihat dalam Gbr. 4.2. Dalam contoh

Gambar 4.2 Aliran satu dimensi


Ini, aliran dalam arah x dan kecepatan (diperlihatkan) dan parameter
lain (tidak diperlihatkan) berubah hanya dalam arah x. Dalam aliran
satu dimensi, parameter-parameter konstan pada penampang
melintang yang tegak lurus arah aliran. Aliran dua dimensi terjadi jika
satu atau lebih parameter-parameternya berubah dalam dua arah,
seperti pada Gbr. 4.3. Dalam contoh ini, kecepatan berubah dalam arah
x dan y. Aliran tiga dimensi terjadi jika satu atau lebih parameter-
parameter berubah dalam tiga arah. Pada kenyataannya, aliran satu
dimensi tidak dapat terjadi sebab kecepatan fluida adalah nol pada
batas aliran, oleh karena itu, kecepatan berubah dalam arah tegak lurus
terhadap arah aliran, seperti pada Gbr. 4.3. Dalam prakteknya,
masalah-masalah aliran dua dan tiga dimensi dapat dianalisis tanpa
kesalahan berarti sebagai masalah aliran satu dimensi, dengan
menggunakan nilai-nilai parameter rata-rata pada penampang
melintang.
Jika kedua kecepatan aliran rata-rata dan luas penampang
konstan di dalam suatu panjang saluran, maka aliran dikatakan
“seragam” di dalam segmen itu. Aliran tidak seragam terjadi jika
53
Mekanika Fluida

kecepatan aliran rata-rata dan luas penampang melintang tidak


konstan.
Aliran dikatakan “laminar” jika lapisan fluida yang berdekatan
bergerak dengan kecepatan yang sama atau hampir sama dan lintasan
individu partikel fluida tidak saling memotong. Aliran laminar terjadi
jika kecepatan aliran fluida rendah dan fluida mempunyai kekentalan
tinggi. Aliran dikatakan “turbulen” jika lapisan-lapisan fluida yang
berdekatan bergerak dengan kecepatan yang berbeda dan lintasan
individu partikel fluida tak menentu dan memotong satu dengan yang
lainnya. Aliran turbulen terjadi jika kecepatan fluida tinggi dan fluida
mempunyai kekentalan yang rendah.
Aliran tidak mampumampat terjadi jika aliran fluida yang bisa
dipertimbangkan mempunyai kerapatan yang bebas tekanan.
Contohnya adalah air. Sedangkan aliran mampu mampat terjadi jika
aliran fluida tidak dipertimbangkan tak mampu mampat yakni, jika
kerapatan fluida adalah tergantung pada tekanan. Contohnya adalah
gas.

Gambar 4.3 Aliran dua dimensi

4.3. Kekekalan Massa


Suatu segmen saluran yang dialiri fluida, seperti pada Gbr. 4.4.
Jika aliran adalah langgeng (steady), massa fluida di dalam segmen
akan konstan terhadap waktu dan massa aliran fluida bersih yang
masuk segmen harus sama dengan fluida yang meninggalkan segmen.
Penjelasan ini merupakan prinsip kekekalan massa (conservation of
mass) dan dapat dinyatakan dalam bentuk Pers (4.4), yaitu:

1 A1v1   2 A2 v 2 ..............................................(4.4)

dimana:
54
Mekanika Fluida

 = kerapatan massa
A = luas penampang melintang
v = kecepatan

Subscripts 1 dan 2 menyatakan penampang pada awal dan akhir


segmen (lihat Gbr. 4.4). Persamaan (4.4) dikenal sebagai “ persamaan
kontinuitas” (continuity equation) sebab menyatakan kontinuitas aliran,
dan dapat dipakai untuk semua aliran (yaitu, cairan dan gas).

Gambar 4.4 Segmen saluran yang dialiri fluida

Jika suatu fluida tak mampu mampat seperti minyak atau air,
maka kerapatan massanya konstan yang melalui segmen, yaitu 1 = 2
dan Pers (4.4) menjadi

A1v1  A2 v 2 .....................................................(4.5)

Pers (4.5) sangat luas penggunaannya di dalam memecahkan masalah-


masalah aliran suatu cairan.

Contoh soal:

1. Suatu gas mengalir melalui saluran berbentuk persegi, pada satu


titik panjang saluran ukuran sisi saluran adalah 0,100 m,
kecepatan aliran adalah 7,55 m/s dan kerapatan massa gas 1,09
kg/m3. Pada titik kedua, ukuran sisinya adalah 0,250 m dan
kecepatannya adalah 2,02 m/s.

Hitung :
a) laju massa aliran gas
b) kerapatan massa gas pada titik ke dua

55
Mekanika Fluida

Penyelesaian:

a) Dari Pers (4.3)

M = 1A1v1
1 = 1,09 kg/m3
A1 = (0,100)(0,100) = 0,0100 m2
v1 = 7,55 m/det

Maka: M = (1,09) (0,0100)(7,55) = 0,0823 kg/s


b) Dari Pers (4.4)

1 A1v1   2 A2 v 2 ......................................................(4.4)

1A1v1 = 0,0823 kg/s


A2 = (0,250)(0,250) = 0,0625 m2
v2 = 2,02 m/s
Maka : 0,0823 = (2)(0,0625)(2,02)

2 = 0,652 kg/m3

4.4. Energi Dan Head


Energi umumnya didefinisikan sebagai kemampuan untuk
melakukan kerja. Kerja adalah hasil dari penerapan gaya yang melalui
suatu jarak dan umumnya didefinisikan secara matematik sebagai hasil
kali gaya dan jarak yang melintang dalam arah penerapan gaya. Energi
dan kerja dinyatakan dalam satuan foot-pounds (ft-lb) atau Newton-
meters (N-m). Satu N-m sama dengan joule (J).
Konversi untuk energi dan kerja antara Sistem Gravitasi Inggris
dan Sistem Internasional dapat dibuat dengan menggunakan
hubungan sebagai berikut:
1 ft-lb = 1,356 N-m = 1,356 J atau 1 J = 1 N-m = 0,7376 ft-lb
Fluida yang mengalir/bergerak mempunyai energi. Di dalam
menganalisis masalah-masalah aliran fluida, tiga bentuk energi harus
diperhatikan, yaitu energi potensial, energi kinetik dan energi tekanan.
Perhatikan elemen fluida dalam saluran seperti dalam Gbr. 4.5.
Elemen berada pada jarak z di atas bidang referensi dan mempunyai
kecepatan v dan tekanan p. Energi potensial menunjukkan energi yang
dimiliki oleh elemen fluida akibat elevasi di atas bidang referensi.

56
Mekanika Fluida

Energi potensial (PE) ditentukan secara kualitatif dengan mengalikan


berat (W) elemen dengan jarak elemen yang ada di lokasi di atas
bidang referensi (z). Oleh karena itu,
PE  Wz.................................................(4.6)

Gambar 4.5 Elemen fluida dalam saluran

Energi kinetik menunjukkan energi yang dimiliki oleh elemen


fluida akibat kecepatan. Energi kinetik (KE) ditentukan secara
kuantitatif dengan mengalikan massa (m) elemen dengan kecepatan
dan dengan mengambil setengah dari hasil kalinya. Oleh karena itu,

1
KE  mv 2 ........................................................(4.7)
2
Massa (m) dalam pers. (4.7) bisa diganti dengan W/g (dimana W adalah
berat dan g adalah percepatan gravitasi), dan memberikan

1 Wv 2
KE  ....................................................(4.8)
2 g
Energi tekanan, kadang-kadang disebut energi aliran, adalah
jumlah kerja yang diperlukan gaya elemen fluida yang melintang jarak
terhadap tekanan. Energi tekanan (FE) dan dievaluasi dengan
menentukan kerja yang dikerjakan dalam elemen fluida yang bergerak
pada suatu jarak yang sama dengan panjang segmen (d). Gaya yang
menyebabkan kerja adalah hasil kali tekanan (p) dan luas penampang
melintang (A) elemen. Maka

FE  pAd........................................................(4.9)

57
Mekanika Fluida

Bentuk Ad dalam pers. (4.9) adalah volume (V) elemen, yang


mana dapat diganti dengan W/, dimana  adalah berat satuan fluida.
Maka,
pW
FE  ........................................................(4.10)

Energi total (E) adalah jumlah PE, KE dan FE, atau

1 Wv 2 pW
E  Wz   .....................................(4.11)
2 g 
Energi Total dapat dinyatakan dalam satuan foot-pounds atau
Newton-meter. Dalam masalah-masalah mekanika fluida dan
hidraulika, kerja dan energi biasanya dinyatakan sebagai “head”, yaitu
jumlah energi per satuan berat fluida. Secara teknis, satuan untuk head
adalah foot-pounds per pounds fluida dan Newton-meter per Newton
fluida. Secara matetmatik, satuan ini masing-masing adalah feet dan
meter.
Pers. (4.11) dapat dimodifikasi untuk menyatakan energi total
sebagai “head” (H) dengan membagi masing-masing suku pada ruas
kanan persamaan dengan W, berat fluida. Dan memberikan:
v2 p
H z  ................................................(4.12)
2g 
Suku z dalam pers (4.12) dikenal sebagai “tinggi elevasi” ; v2/2g dikenal
sebagai “tinggi kecepatan” dan p/ dikenal sebagai “tinggi tekan”. Satuan
dari pers. (4.12) adalah feet atau meter.

Contoh soal:

1. Suatu pompa menyedot melalui pipa dengan diameter 100 mm.


Tekanan pada titik A dalam pipia penyedot adalah vakum 180
mm air raksa. Debit adalah 0,03 m3/s minyak (s.g. = 0,85)

Hitung :
a) Tinggi energi total jika fluida pada titik A terhadap bidang
referensi pada pompa.

Penyelesaian:

58
Mekanika Fluida

a) Dari Pers (4.12), dimana z = -1,200 m

Dari pers. (4.1)

Q 0,03
v   3,82 m / s

A ( ) (0,01) 2 / 4

v2 (3,820) 2
  0,744 m
2g (2)(9,81)

Dari pers. (2.11)

p h
= (13,6)(9,81)(-0,18) = -23,97 kN/m2
atau -23,97 kPa

p  23,97
  2,88 m
 (0,85)(9,81)

Maka, H = -1,200 + 0,744 – 2,88 = -3,336 m

4.5. Kehilangan Friksi dan Kehilangan Minor

59
Mekanika Fluida

Seperti yang sudah dijelaskan di sub bab sebelumnya, bahwa


pergerakan fluida memiliki energi. Fluida yang mengalir melalui
saluran, energi total yang dimiliki oleh fluida cenderung berkurang
dalam arah aliran. Kehilangan energi pada umumnya terdiri dari dua
jenis, yaitu: kehilangan friksi (friction losses) dan kehilangan minor
(minor losses).
“Kehilangan friksi” adalah keluarnya energi yang diperlukan
untuk menanggulangi tahanan aliran yang disebabkan oleh gerak
fluida. Kehilangan ini mungkin disebabkan oleh tahanan diantara
partikel fluida akibat gesekan dan penggelinciran terhadap masing-
masing yang lain sebagai akibat gerak fluida. Hal ini bisa juga
dihubungkan terhadap kehilangan dalam energi kinetik akibat
tabrakan partikel-partikel fluida yang bergerak dengan kecepatan yang
berbeda.
Ada juga beberapa kehilangan energi sewaktu-waktu yaitu ada
suatu perubahan secara tiba-tiba pola aliran seperti ada suatu
halangan/rintangan dalam lintasan aliran atau perubahan kecepatan
dan arah aliran. Karena kehilangan ini sering lebih kecil dari pada
kehilangan friksi, maka umumnya disebut sebagai “kehilangan minor”.
Hal ini terjadi pada pelebaran atau penyempitan pipa secara tiba-tiba,
belokan dan lain-lain.
Karena kehilangan friksi dan kehilangan minor berkenaan
dengan kehilangan energi, maka kehilangan ini dapat ditulis dalam
satuan Newton-meter energi per Newton (Nm/N) atau foot pounds
energi per pounds (ft-lb/lb) fluida yang mengalir. Karena kehilangan
friksi atau kehilangan minor atau kombinasinya secara sederhana
biasanya disebut sebagai “kehilangan energi” dan disimbolkan
dengan hL.

4.6. Persamaan Bernoulli


Seperti telah dikenal dalam ilmu fisika bahwa energi tidak dapat
diciptakan dan juga tidak dapat dimusnahkan tetapi dirubah dari satu
bentuk ke bentuk lainnya. Oleh karena itu, energi total pada satu titik
dalam suatu aliran langgeng adalah sama dengan energi total pada
suatu titik lainnya sepanjang lintasan aliran, tidak ada energi yang
diberikan yang ditambahkan terhadap fluida atau diambil dari nya
atau sebaliknya kehilangan antara dua titik. Konsep ini dapat
dinyatakan dalam bentuk persamaan dengan menunjuk ke pers. (4.12)
dan dengan menggunakan subscrip 1 dan 2 yang menunjukkan dua
titik dalam saluran. Karena itu,

60
Mekanika Fluida

p1 v12 p v2
  z1  2  2  z 2 ............................(4.13) d
 2g  2g
imana:
p1 dan p2 = tekanan pada titik 1 dan 2
 = berat satuan fluida
v1 dan v2 = kecepatan pada titik 1 dan 2
g = percepatan gravitasi
z1 dan z2 = elevasi pada titik 1 dan 2 di atas
bidang referensi

Pers. (4.13) adalah suatu pernyataan matematik prinsip kekekalan


energi yang diterapkan terhadap aliran fluida. Persamaan ini dikenal
sebagai persamaan Bernoulli.
Seperti yang dinyatakan di atas, pers (4.13) mengasumsikan
tidak ada energi yang ditambahkan terhadap fluida atau diambil dari
fluida atau sebaliknya kehilangan antara dua titik. Beberapa
kehilangan energi diharapkan ada antara dua titik dan kecuali kalau
kehilangan energi ini diabaikan, Jika kehilangan energi yang
disimbolkan dengan hL diperhitungkan, maka pers (4.13) menjadi

p1 v12 p v2
  z1  2  2  z 2  hL ....................(4.14)
 2g  2g
Pers (4.14) dapat dinyatakan dalam kalimat sebagai berikut:
Energi total pada satu titik dalam suatu aliran langgeng aliran fluida
sama dengan energi total pada suatu titik lainnya sepanjang lintasan
aliran ditambah dengan kehilangan energi antara dua titik itu. Prinsip
ini mungkin dapat lebih baik dipahami dan digambarkan seperti
terlihat pada Gbr. (4.6).

61
Mekanika Fluida

Gambar 4.6 Prinsip persamaan Bernoulli

Pers (4.14) dapat digunakan untuk memecahkan jenis-jenis


masalah aliran. Penggunaan ini dibatasi untuk aliran fluida yang tidak
mampu mampat dengan tidak ada panas yang ditambahkan atau
diambil dari fluida. Juga persamaan ini tidak menyebabkan tambahan
energi terhadap atau dipindahkan dari fluida oleh alat-alat mekanis
(seperti pompa atau turbin).

Contoh soal:

1. Suatu siphon dengan diameter 50 mm dialiri minyak (s.g. = 0,82)


dari reservoir. Kehilangan energi dari titik 1 terhadap titik 2
adalah 1,50 m dan dari titik 2 ke titik 3 adalah 2,40 m.

Hitung :
a) Debit minyak dari siphon
b) Tekanan minyak di titik 2

Penyelesaian:

a) Pers (4.14) dapat diterapkan antara titik 1 (permukaan


minyak) dan titik 3 (pancaran minyak pada pada ujung
siphon)

62
Mekanika Fluida

p1 v12 p v2
  z1  3  3  z 3  hL ...........................( 4.14)
 2g  2g
2
p1 v1 p3
0 0 0 z3  0
 2g 

hL  1,50 m  2,40 m  3,9 m

z1  5,00 m (dengan mengambil bidang referensi pada


pancaran minyak)

v32
Maka: 0  0  5,00  0   0  3,90
(2)(9,81)
v3  4,645 m / s

Dari pers. (4.1),

Q  A3 v3 ..........................................................(4.1)

 ( )(0,050) 2 
  (4,645)  0,00912 m / s
3

 4 

b) Pers. (4.14) dapat juga diterapkan antara titik 1 dan 2


63
Mekanika Fluida

p1 v12 p v2
  z1  2  2  z 2  hL ....................(4.14)
 2g  2g

Karena diameter pipa siphon konstan,

v 2  v3  4,645 m / s

v 22 4,465 2
  1,10 m
2 g ( 2)(9,81)
z 2  2,00  5,00  7,00 m

hL  1,50 m ( diberikan)

Maka,

p2
0  0  5,00   1,10  7,00  1,50

p2
 4,60 m

p 2  (0,82)(9,81)(4,60)  36,9 kN / m 2 atau 36,9 kPa

(Tanda negatif menandakan bahwa p2 adalah 36,9 kPa di bawah


tekanan atmosfer)

BAB 5
TRANSLASI DAN ROTASI MASSA CAIRAN

5.1. Pendahuluan
Suatu fluida bisa mengalami translasi dan rotasi dengan
percepatan tetap tanpa ada gerak relatif diantara partikel-partikel.
Keadaan ini merupakan salah satu keseimbangan relatif dan fluida itu
64
Mekanika Fluida

bebas dari geseran. Pada umumnya tidak ada gerakan antara fluida
dan bejana tempatnya. Hukum-hukum statika fluida yang masih
berlaku diubah untuk memperhitungkan akibat-akibat dari percepatan.
Untuk gerakan mendatar, permukaan cairan akan menjadi suatu
bidang miring. Kemiringan bidang tersebut akan ditentukan oleh tan 
= a/g, dimana a adalah percepatan linear bejana dan g adalah
percepatan gravitasi.
Untuk gerakan tegak, tekanan (Pa) disembarang titik dalam
cairan diberikan oleh:
 a
p  gh1  .................................................(5.1)
 g
dimana tanda positif menunjukkan arah percepatan ke atas yang tetap
dan tanda negatif menunjukkan arah percepatan ke bawah yang tetap.

5.2. Rotasi Massa Fluida Pada Bejana Terbuka


Bentuk permukaan cairan yang bebas dalam sebuah bejana yang
berputar adalah semacam paraboloida perputaran. Sembarang bidang
tegak yang melalui sumbu putaran yanh memotong fluida akan
menghasilkan sebuah parabola. Persamaan parabolanya adalah:

2
y x 2 ...........................................................(5.2)
2g
dimana x dan y merupakan koordinat-koordinat dalam meter dari
sembarang titik di permukaan yang diukur dari puncak sumbu
perputaran dan  merupakan kecepatan sudut yang tetap dalam rad/s.

5.3. Rotasi Massa Fluida Pada Bejana Tertutup


Tekanan dalam sebuah bejana tertutup akan naik dengan
memutar bejana. Kenaikan tekanan diantara suatu titik pada sumbu
putaran dan suatu titik x meter jauhnya dari sumbu tersebut adalah:

2
p  g x 2 ...............................................................(5.3)
2g
atau kenaikan tinggi tekan adalah:
p 2 2
 y x ...........................................................(5.4)
g 2g

65
Mekanika Fluida

Contoh-contoh soal:

1. Suatu tangki panjang 6 m, dalam 1,8 m dan lebar 2,1 m, berisi 0,9
m air. Jika percepatan linear mendatar dalam arah panjangnya
tangki 2,45 m/s2.

Ditanyakan :
a. Hitung besar gaya total akibat air yang bekerja pada setiap
ujung tangki.
b. Tunjukkan bahwa perbedaan diantara gaya-gaya ini sama
dengan gaya tak seimbang yang diperlukan untuk
mempercepat massa cairan.

Penyelesaian:
a 2,45
a. tan    0,250 dan   14 0 2 '
g 9,81

Gambar (a) Gambar (b)

Dari gambar diatas, kedalam d diujung dangkalnya adalah


d = 0,9 – y = 0,9 – 3 tan 1402’ = 0,15 m dan kedalaman diujung
dalamnya adalah 1,65 m. Maka:

PAB  ghcg  (1000)(9,81)(1,65 2)(1,65 x 2,1)  28000 N

PCD  ghcg  (1000)(9,81)(1,65 2)(0,15 x 2,1)  230 N

b. Gaya yang diperlukan = massa air x percepatan linear

(6)(2,1)(0,9)(1000)(9,81)
F   2,45  27800 N
9,81

66
Mekanika Fluida

PAB  PCD  2800  230  27700 N

2. Jika tangki dalam soal 1 diisi dengan air dan dipercepat dalam
arah panjangnya dengan laju 1,52 m/s2.

Ditanyakan :
a. Berapa liter air yang tumpah.

Penyelesaian:

a. Kemiringan permukaan = tan  = 1,52/9,81 = 0,155


Penurunan di permukaan = 6 tan  = 0,93 m
Volume tumpah = 2,1 x irisan penampang segitiga (Gbr. b)
= 2,1 (0,5 x 6 x 0,93) = 5,86 m 3 x 1000 lt/m3
= 5860 lt.

3. Sebuah tangki silinder terbuka, tinggi 2 m dan diameter 1 m


berisi 1,5 m air. Jika silinder itu berputar pada sumbu
geometriknya, hitung:

Ditanyakan :
a. Berapa kecepatan sudut tetap yang dapat dicapai tanpa
menumpahkan air setitik pun.
b. Berapa tekanan di dasar tangki C dan D bila  = 6,00 rad/s

Penyelesaian:

a. Volume parabola perputaran, V = 0,5 (volume silinder yang


dibatasi)

1 1 
V    (1) 2 (0,5  y1 )
2 4 

Jika tidak ada cairan yang ditumpahkan, volume ini sama


dengan volume di atas permukaan air semula A-A, atau

67
Mekanika Fluida

1 1  1
  (1) 2 (0,5  y1 )   (1) 2 (0,5)
2 4  4
dengan y1=0,5 m

Untuk menyamaratakan, titik pada sumbu putaran turun


dengan jarak yang sama dengan kenaikan cairan pada
dinding bejana. Dari keterangan ini, koordinat x dan y dari
titik B masing-masing 0,5 dan 1,0 m dari titik asal S. Maka
dari pers. (5.4)

2
y  x 2 .................................................................(5.4)
2g

2
1 (0,5) 2 dan   8,86 rad / s
(2)(9,81)

b.Untuk  = 6,00 rad/s,

 2 2 (6,00) 2
y x  (0,5) 2  0,46 m dari S.
2g 2(9,81)

68
Mekanika Fluida

Titik asal S turun 0,5 y = 0,23 m dan S sekarang 1,50 – 0,23 =


1,27 m dari dasar tangki. Di dinding tangki kedalamannya =
1,27 + 0,46 = 1,73 m (atau 1,5 + 0,23 = 1,73 m).

Di C, p C  gh  (1000)(9,81)(1,27)  12500 Pa


Di D, p D  gh  (1000)(9,81)(1,73)  17000 Pa

BAB 6
ANALISIS DIMENSIONAL DAN
KESERUPAAN HIDRAULIK

6.1. Pendahuluan
Teori matematik dan data percobaan telah menghasilkan
jawaban praktis atas soal-soal hidraulik. Bangunan-bangunan hidraulik
yang penting sekarang dirancang dan hanya dibangun setelah
mengadakan studi model yang luas. Penggunaan analisis dimensional
dan keserupaan hidraulik memungkinkan para ahli
mengorganisasikan dan menyederhanakan percobaan-percobaan serta
menganalisis hasil-hasilnya.

6.2. Analisis Dimensional


Analisis dimensional adalah dimensi-dimensi besaran
matematika dan merupakan alat lain yang berguna dari mekanika

69
Mekanika Fluida

fluida modern. Dalam suatu persamaan yang menunjukkan besaran


fisis antara besaran-besaran, harus ada kesamaan dimensional dan
numerik yang mutlak. Pada umumnya, semua hubungan fisis seperti
itu dapat disederhanakan menjadi besaran-besaran dasar yang terdiri
dari gaya (F), panjang (L) dan waktu (T). Penggunaan meliputi
mengubah satu system satuan ke system lain, mengembangkan
persamaan-persamaan, mengurangi banyaknya variabel yang
diperlukan dalam suatu program percobaan dan menyatakan prinsp
rancangan model.

6.3. Model-Model Hidraulik


Pada umumnya, model-model hidraulik bias berupa model yang
sesungguhnya atau bias juga berupa model yang diubah. Model-model
yang sesungguhnya memiliki semua ciri penting dari prototipe yang
dibuat berukuran asli (serupa secara geometris) dan memenuhi
persyaratan rancangan (keserupaan kinematik dan dinamik).

6.4. Keserupaan Geometrik


Keserupaan geometrik terdapat diantara model dan prototipe
jika dari semua dimensi masing-masing model dan prototipenya sama.
Perbandingan-perbandingan seperti itu dapat dituliskan sebagai
berikut:
Lmod el
 L perbandingan ..........................................(6.1)
L prototipe

Amod el L2mod el
 2  L2perbandingan  L2r ..........................(6.2)
A prototipe L prototipe

6.5. Keserupaan Kinematik


Keserupaan kinematik terdapat diantara model dan prototipe
jika lintasan partikel-partikel yang bergerak bersamaan serupa secara
geometrik dan jika perbandingan kecepatan partikel yang bersamaan
itu adalah sama.

Vm L T L T L
Kecepa tan (V )   m m  m m  r ..............(6.3)
Vp Lp Tp Lp Tp Tr

70
Mekanika Fluida

am L T2 L T2 L
Percepa tan (a )   m m2  m m2  r2 ............(6.4)
ap Lp Tp Lp Tp Tr
L3m Tm L3m Tm L3r
Debit (Q )    ................................(6.5)
L3p T p L3p T p Tr
6.6. Keserupaan Dinamik
Keserupaan dinamik terdapat diantara system-sistem yang
serupa kinematis dan dinamis jika perbandingan dari semua gaya-gaya
yang mirip dalam model dan prototipenya sama.
Syarat-syarat yang diperlukan untuk keserupaan yang sempurna
dikembangkan dari hukum gerak kedua Newton. Gaya-gaya yang
bekerja bisa satu atau gabungan beberapa dari yang berikut ini: gaya
kekentalan, gaya tekanan, gaya berat, gaya tarik permukaan dan gaya
elastisitas.

Contoh soal:

1. Sebuah benda yang jatuh bebas dalam waktu T, dengan


menganggap jarak tersebut tergantung pada berat bendanya,
percepatan gravitasi dan waktu.

Ditanyakan :
a. Kembangkan sebuah persamaan untuk jarak yang ditempuh
oleh benda.

Penyelesaian:

a. Jarak s = f(W,g,T)

s = K Wa gb Tc
Dimana K adalah koefisien tak berdimensi, yang umumnya
ditentukan berdasarkan percobaan. Dimensi persamaan itu
harus homogen. Pangkat dari tiap besaran-besarannya harus
sama pada tiap ruas persamaan.

F 0 L1T 0  ( F a )( Lb T 2b )(T c )

71
Mekanika Fluida

Dengan menyamakan masing-masing pangkat dari F, L dan


T, kita peroleh a = 0, b = 1 dan –2b + c = 0, dimana a = 0, b = 1
dan c = 2. Jadi

s  KW 0 gT 2 atau s  KgT 2
Pangkat dari besar W adalah nol, menandakan bahwa jarak
tersebut bebas dari beratnya. Faktor K harus ditentukan
analisis fisis atau percobaan.

BAB 7
ALIRAN PADA SALURAN TERTUTUP

7.1. Pendahuluan
Bab ini meliputi aliran, terutama cairan, yang dalam saluran
tertutup mengalir penuh. Bentuk saluran tertutup menunjukkan suatu
saluran yang sama sekali tertutup oleh batas yang kokoh. Pada
umumnya saluran tertutup mempunyai penampang melintang
berbentuk lingkaran seperti pipa. Pada “aliran saluran tertutup”,
saluran mengalir penuh dan fluida dikatakan bertekanan.
Bentuk saluran terbuka (open channel) meliputi aliran cairan yang
tidak tertutup oleh batas-batas yang kokoh (seperti sungai). Dalam
aliran saluran terbuka, cairan yang mengalir mempunyai permukaan
bebas.
Analisis aliran pada saluran tertutup berbeda dengan analisis
pada saluran terbuka. (Aliran pada saluran terbuka dibahas pada mata
kuliah hidraulika). Perlu dicatat bahwa jika pada suatu saluran
tertutup aliran tidak mengalir penuh, maka ini dianalisis sebagai
“aliran saluran terbuka”.
Air yang ada di perkotaan (PDAM) dan gas, yang mana
dirancang untuk mengalir penuh dan bertekanan itu sebagai contoh
tipikal aliran pada saluran tertutup sedangkan saluran untuk air
72
Mekanika Fluida

buangan dan drainase umumnya mengalir penuh sebagian dan tidak


bertekanan dan diperlakukan sebagai aliran saluran terbuka.

7.2. Aliran Laminar dan Turbulen


Seperti telah dijelaskan dalam bab 4.2, aliran cairan
diklasifikasikan ke dalam laminar dan turbulen. Aliran dikatakan
laminar jika lapisan-lapisan fluida yang berdekatan bergerak dengan
kecepatan yang sama atau hamper sama dan lintasan partikel-partikel
fluida individu tidak saling berpotongan. Jika lapisan-lapisan yang
berdekatan bergerak dengan kecepatan yang berbeda dan lintasan
partikel-partikel fluida individu saling berpotongan satu sam lain,
maka aliran dikatakan turbulen.
Dalam menganalisis aliran saluran tertutup, penting untuk
mengetahui apakah aliran itu laminar atau turbulen. Penentuannya
dapat dibuat dengan menghitung suatu parameter tak berdimensi
yang dikenal sebagai bilangan Reynolds (Reynolds number), yang mana
didefinisikan dengan mengekuti persamaan:

Dv
NR  ..........................................................(7.1)

dimana: NR = bilangan Reynolds


 = kerapatan massa fluida
D = diameter pipa
v = kecepatan fluida
μ = kekentalan dinamik fluida

Karena kekentalan dinamik dibagi dengan kerapatan massa adalah


kekentalan kinematik (ν), maka bilangan Reynolds dapat juga
ditentukan dari pers berikut

Dv
NR  .........................................................(7.2)

Telah ditentukan bahwa aliran akan dikatakan laminar jika
bilangan Reynolds kurang dari 2000 dan aliran dikatakan turbulen jika
bilangan Reynolds lebih besar dari 4000. Jika bilangan Reynolds
terletak antara 2000 dan 4000, maka jenis aliran ini adalah aliran
transisi dan tidak bisa diprediksi.

73
Mekanika Fluida

Contoh-contoh soal:

1. Suatu air dengan temperatur 100 C mengalir dalam pipa dengan


diameter 150 mm dan kecepatannya 5,5 m/s. Kekentalan
kinematik air adalah 1,30x10-6 m2/s.

Ditanyakan :
a) Apakah aliran laminar atau turbulen?

Penyelesaian:
Dengan menggunakan pers (7.2), dengan D = 150 mm
= 0,15 m, maka

(0,15)(5,5)
NR   635000
1,30 x10 6

Karena 635000 lebih besar dari 4000, maka aliran adalah


turbulen.

2. Suatu minyak pada temperatur 680 F mengalir dalam suatu pipa


dengan diameter 9 in (= 0,75 ft). Kerapatan minyak adalah 1,68 lb
s2/ft4 dan kekentalan dinamik minyak adalah 1,70x10-3 lb s/ft2.

Ditanyakan :
a) Kecepatan maksimum, jika aliran termasuk laminar.

Penyelesaian:

Dengan menggunakan pers (7.1), maka:

(1,68)(0,75)( )
2000 
1,70 x10 3

v  2,70 ft / s

7.3. Penentuan Kehilangan Energi Akibat Friksi


Kehilangan energi (head loss) disebabkan oleh friksi dan
perubahan kecepatan atau arah aliran (yaitu kehilangan “minor”).

74
Mekanika Fluida

Kehilangan energi akibat friksi untuk cairan yang mengalir di


saluran tertutup secara langsung sebanding dengan panjang saluran
dan tinggi kecepatan berbanding terbalik dengan diameter saluran,
dan hal ini dapat nyatakan dengan persamaan Darcy, yaitu:

L v2
hf  f ...............................................................(7.3)
D 2g

dimana: hf = kehilangan energi akibat friksi


f = faktor friksi
L = panjang saluran
D = diameter saluran
v = kecepatan aliran
g = percepatan gravitasi
(Beberapa referensi menyatakan pers (7.3) sebagai persamaan Darcy-
Weisbach)
Faktor friksi (f) adalah parameter tidak berdimensi. Jika
parameter lainnya pada ruas kanan pers (7.3) memakai satuan feet atau
second, maka satuan kehilangan energi yang dihitung menjadi satuan
feet. Jika memakai satuan meter atau detik, maka satuan kehilangan
energi yang dihitung menjadi meter.
Pada aliran laminar, faktor friksi dapat dihubungkan dengan
bilangan Reynolds. Pada aliran turbulen, nilai faktor friksi yang
didapat tergantung pada bilangan Reynolds dan pada parameter yang
diketahui sebagai kekasaran relatif (relative roughness) saluran.
Kekasaran relatif adalah rasio kekasaran dinding saluran rata-rata (ε)
terhadap diameter saluran (D) (lihat Gbr. 7.1). Kekasaran dinding
saluran tergantung pada kondisi dan jenis bahan saluran. Tabel 7.1
memberikan beberapa nilai-nilai tipikal kekasaran dinding saluran
untuk berbagai bahan saluran komersial.

Gambar 7.1 Kekasaran dinding saluran

75
Mekanika Fluida

Tabel 7.1 Nilai-nilai tipikal kekasaran dinding saluran

Jika bilangan Reynolds dan kekasaran relatif telah ditentukan


maka nilai faktor friksi (f) dapat diperoleh dari hubungan grafik yang
diperlihatkan dalam Gbr. (7.2). Grafik ini secara luas dikenal sebagai
Diagram Moody, yaitu orang yang mengembangkan ini dari persamaan
empiris pada tahun 1944. Untuk menggunakan diagram Moody,
pertama masukkan sepanjang absis bilangan Reynolds, kemudian tarik
ke atas ke garis kurva yang menyatakan kekasaran relatif (ε/D) dan
tarik secara horisontal ke kiri dan menyatakan faktor friksi sepanjang
ordinat.

Gambar 7.2 Diagram Moody

Diagram Moody telah digunakan secara luas di dalam


memecahkan masalah-masalah aliran dalam pipa. Untuk menentukan
faktor friksi (f) bila sedang memecahkan masalah-masalah aliran
tertutup dengan perhitungan manual dengan menggunakan rumus
Darcy. Persamaan-persamaan yang digunakan untuk menentukan

76
Mekanika Fluida

faktor friksi digunakan oleh Moody untuk mengembangkan


diagramnya yang diringkas sebagai berikut.
Untuk aliran laminar (bilangan Reynolds kurang dari 2000),
faktor friksi (f) dihubungkan dengan bilangan Reynolds (NR) adalah:

64
f  ...........................................................(7.4)
NR
Hubungan ini dinyatakan dalam diagram Moody (Gbr. 7.2) dengan
memplot garis lurus pada bagian kiri atas diagram.
Untuk aliran turbulen (bilangan Reynolds lebih besar dari 4000),
hubungan antara faktor friksi (f), kekasaran relatif (ε/D) dan bilangan
Reynolds (NR) lebih kompleks. Untuk bilangan Reynolds yang lebih
tinggi, dengan jelas dari Gbr (7.2) bahwa faktor friksi sebenarnya tidak
tergantung pada bilangan Reynolds. Area diagram Moody ini dikenal
sebagai turbulen sempurna, zona pipa-pipa kasar. Dalam zona ini,
hubungan antara kekasaran relatif dan faktor friksi adalah:

1  3,7 
 2,0 log ................................................(7.5)
f   
 D
Zona ini adalah pada bagian diagram (Gbr. 7.2) ke kanan garis putus-
putus, persamaan garis putus-putus adalah

1 ( / D)( N R )
 .............................................(7.6)
f 200

Garis pada diagram Moody yang dinamakan “pipa halus”


(smooth pipes) seperti gelas dan platik, dan untuk ini, faktor friksi
adalah semata-mata fungsi bilangan Reynolds. Hubungan antara
bilangan Reynolds (NR) dan faktor friksi (f) untuk pipa-pipa halus
adalah sebagai berikut:
1 N f 
 2,0 log  R .......................................(7.7)
f  2,51 
Luas diagram Moody antara garis putus-putus dan garis pipa-
pipa halus dikenal sebagai zona transisi (transition zone). Dalam zona
ini, faktor friksi (f) tergantung pada bilangan Reynolds dan kekasaran
relatif. Faktor friksi dapat ditentukan dengan mengikuti persamaan:

77
Mekanika Fluida

1  / D 2,51 
 2,0 log   .........................(7.8)
f  3,7 N R f 
Untuk bilangan Reynolds yang sangat besar, suku kedua yang ada di
dalam kurung dalam pers. (7.8) sangat kecil dan persamaan ini
mendekati persamaan untuk turbulen sempurna (pers. (7.5)). Untuk
pipa-pipa halus, suku pertama dalam kurung pada pers. (7.8) sangat
kecil dan persamaan ini mendekati persamaan untuk pipa-pipa halus
(pers. (7.7)).

Contoh-contoh soal:

1. Suatu fluida mengalir melalui pipa besi tuang dengan kecepatan


1,0 m/s. Panjang pipa adalah 45,0 m dan diameternya adalah
150 mm. Kerapatan massa fluida adalah 869 kg/m 3 (= 869
Ns2/m4) dan kekentalan dinamik fluida adalah 0,0814 Ns/m2.

Ditanyakan :
a) Berapa kehilangan energi akibat friksi?

Penyelesaian:
Bilangan Reynolds harus ditentukan pertama kali untuk melihat
apaka aliran itu laminar atau turbulen. Dari pers (7.1),

Dv
NR  ..........................................................(7.1)

(869)(0,15)(1,0)
NR   1601
0,0814

Karena NR kurang dari 2000, maka aliran adalah laminar dan


pers (7.4) bisa digunakan untuk menentukan faktor friksi.

64 64
f   0,0400
N R 1601
Kehilangan energi dapat dihitung dari pers (7.3)

78
Mekanika Fluida

L v2
hf  f ...................................................(7.3)
D 2g

 45,0   (1,0) 2 
 (0,0400)    0,612 m
 0,15   (2)(9,81) 

2. Air dengan temperatur 700 F mengalir melalui saluran pipa besi


tuang baru dengan kecepatan 9,7 ft/s. Panjang pipa 1200 ft
dengan diameter 6 in (=0,50 ft). Diketahui kekentalan kinematik
air adalah 1,05x10-5 ft2/s.

Ditanyakan :
a) Berapa kehilangan energi akibat friksi?

Penyelesaian:

Dari pers. (7.2),

Dv
NR  .........................................................(7.2)

(0,50)(9,7)
NR   462000
1,05 x10 5

Karena NR lebih besar dari 4000, aliran adalah turbulen dan


faktor friksi harus ditentukan dari diagram Moody. Kekasaran pipa (ε)
untuk pipa besi tuang baru diperoleh dari tabel 7.1, yaitu ε = 0,00085 ft.
Kekasaran relatif (ε/D) dapat dihitung yaitu:

 0,00085
  0,0017
D 0,50

Dengan bilangan Reynolds 4,62x105 dan kekasaran relatif 0,0017, faktor


friksi dapat ditentukan dari Gbr. 7.2, yaitu f = 0,0230

Dari pers. (7.3)

79
Mekanika Fluida

L v2
hf  f ...............................................................(7.3)
D 2g

 1200    9,7  
2
 (0,0230)    80,6 ft
 0,5   (2)(32,2) 

3. Suatu fluida mengalir melalui pipa seperti gambar di bawah.


Kekasaran pipa adalah 0,500 mm. Tekanan pada titik 1 adalah
2,500 kPa. Kerapatan fluida adalah 719 kg/m3 = 719 N s2/m4 dan
kekentalan dinamik 2,92x10-4 N s/m2.

Ditanyakan :
a) Hitung diameter pipa yang diperlukan untuk mengalirkan
debit pada laju 0,10 m3/s. Abaikan kehilangan minor.

Penyelesaian:

Dari pers. (4.14),

p1 v12 p v2
  z1  2  2  z 2  hL ....................(4.14)
 2g  2g
Pers (4.14) diterapkan antara titik 1 dan 2, dimana titik 2 ada
pada outlet.

 fluida  7,05 kN / m 3

80
Mekanika Fluida

p1 2,500 p
  0,355 m 2  0 z1  82,65 m z 2  66,66 m
 7,05 

Karena pipa mempunyai diameter yang seragam, maka

v1  v2 hL  h f

 965,5   v 
2
 f  
 D   ( 2)(9,81) 

fv 2
 49,23 ..................................................................( A)
D

Pers (A) mempunyai tiga yang tidak diketahui, yaitu f, v dan D;


karena itu v dapat dinyatakan dalam bentuk D dengan menggunakan
pers (4.1).

Q = Av…………………………….…………………... (4.1)

Q = 0,10 m3/s

D 2
A  0,7854 D 2
4
Maka,

0,10  (0,7854 D 2 )(v )

0,1273
v .....................................................................(B)
D2
Dengan mensubstitusikan pers (B) ke dalam pers (A)
memberikan

2
f  0,1273 
h f  49,23  2 
D D 

81
Mekanika Fluida

f
 0,7978 ...............................................................(C )
D5

Penyelesaian persamaan di atas dilakukan dengan cara coba-


coba.

Coba 1:
Asumsi nilai f adalah 0,0200 dan substitusikan ke pers (C)

 0,0200 
h f  (0,7978) 5 
 D 

0,01596
 .....................................................( D)
D5
Dengan mensubstitusikan pers (D) ke pers (4.14),

v12 v2 0,01596
0,355   82,65  0  2  66,66 
2g 2g D5

Karena diameter pipa konstan, maka v1 sama dengan v2 dan


bentuk

v12 v2
dan 2 adalah sama dan saling menghilangkan.
2g 2g
Maka, didapat D = 0,250 m

Dengan ini nilai diameter diketahui (didasarkan pada asumsi


nilai f = 0,0200), bilangan Reynolds dapat ditentukan dari pers
(7.1).

Dv
NR  .........................................................(7.1)

 = 719kg/m3 = 719 N s2/m4

Dari pers (B),

82
Mekanika Fluida

0,1273
v  2,037 m / s
(0,250) 2

  2,92 x10 4 N s / m 2

Maka:
(719)(0,250)(2,037)
NR  4
 1,25 x10 6
2,92 x10

ε = 0,500 mm = 0,00050 (diberikan)

 0,00050
  0,0020
D 0,250

Maka, didapat f = 0,0235 (dari Gbr 7.2), dengan asumsi f =


0,0200 berarti tidak tepat.

Coba 2:
Asumsi nilai f adalah 0,0235 dan substitusikan ke pers (C)

 0,0235 
h f  (0,7978) 5 
 D 

0,01875
 .....................................................( E )
D5
Dengan mensubstitusikan pers (E) ke pers (4.14),

0,01875
0,355  82,65  0  66,66 
D5
Maka, didapat D = 0,258 m

Dari pers (B),

0,1273
v  1,912 m / s
(0,258) 2
83
Mekanika Fluida

Dengan nilai diameter dan kecepatan diketahui (didasarkan


pada asumsi nilai f = 0,0235), bilangan Reynolds dan juga rasio
ε/D dapat lagi ditentukan dari pers (5.1).

(719)(0,258)(1,912)
NR   1,21x10 6
2,92 x10  4

 0,00050
  0,00194
D 0,258

Maka, didapat f = 0,0235 (dari Gbr.7.2)

Nilai f ini sama dengan nilai f yang terakhir diasumsikan, oleh


karena itu nilai D adalah benar. Jadi diameter pipa yang
diperlukan adalah 0,258 m.

7.4. Penentuan Kehilangan Energi “Minor”


Kehilangan energi minor terjadi jika ada perubahan tiba-tiba
pada pola aliran, seperti adanya suatu halangan dalam lintasan aliran
atau adanya perubahan dalam arah dan kecepatan fluida. Hal ini
terjadi pada penyempitan atau pelebaran tiba-tiba saluran, belokan,
tempat masuk dan keluar dari saluran dan lain-lain. Dalam beberapa
masalah, kehilangan “minor” dapat menjadi penting.
Berdasarkan pertimbangan teoritis berbagai kehilangan minor
cukup kompleks, oleh karena itu, kehilangan minor biasanya dihitung
dengan cara empiris. Selanjutnya, berbagai kehilangan minor
umumnya dinyatakan dalam bentuk tinggi kecepatan. Dalam bentuk
persamaan,

v2
hm  K ..........................................................(7.9)
2g
dimana: hm = kehilangan energi minor
K = koefisien kehilangan minor
L = panjang saluran
v = kecepatan aliran dalam saluran
g = percepatan gravitasi

Koefisien kehilangan minor (K) mempunyai nilai yang berbeda,


tergantung pada jenis keterangan kehilangan minor.
84
Mekanika Fluida

1. Kehilangan pada tempat masuk, terjadi jika suatu cairan masuk


ke saluran dari tangki besar atau reservoir, seperti Gbr. (7.3).
Banyaknya kehilangan energi tergantung pada bentuk tempat
masuk. Jika tempat masuknya adalah bulat, kehilangan pada
tempat masuk menjadi lebih kecil. Koefisien kehilangan pada
tempat masuk bisa didapat dalam Gbr. (7.4)

Gambar 7.3 Kehilangan pada tempat masuk

Gambar 7.4 Koefisien kehilangan pada tempat masuk dan keluar

2. Kehilangan pada tempat keluar, terjadi jika cairan yang ada


pada saluran masuk ke suatu tangki besar atau reservoir, seperti
pada Gbr. (7.5), koefisien kehilangan di tempat keluar adalah 1,0
untuk semua kasus (tanpa memperhatikan bentuk tempat
keluar).

85
Mekanika Fluida

Gambar 7.5 Kehilangan pada tempat keluar

3. Kehilangan penyempitan tiba-tiba, terjadi jika ada penyempitan


tiba-tiba ukuran saluran dan kehilangan akibat pelebaran tiba-
tiba terjadi jika ada peningkatan tiba-tiba ukuran saluran. Gbr.
(7.6) memperlihatkan perubahan tiba-tiba ukuran saluran dan
menyatakan hubungan empiris dimana koefisien kehilangan
masing-masing dapat ditentukan.

4. Kehilangan akibat pelebaran secara lambat laun, terjadi jika


ada peningkatan/pelebaran secara lambat laun ukuran saluran
dan kehilangan akibat penyempitan secara lambat laun terjadi
jika ada penyempitan secara lambat laun ukuran saluran.
Koefisien kehilangan untuk pelebaran secara lambat laun dapat
ditentukan dari Gbr. (7.7), sedangkan untuk pelebaran secara
lambat laun dapat ditentukan dari Gbr. (7.8).

86
Mekanika Fluida

Gambar 7.6 Kehilangan akibat penyempitan dan pelebaran tiba-tiba

Gambar 7.7 Kehilangan pada aliran secara lambat laun pada region berbentuk kerucut

Gambar 7.8 Nilai K untuk kehilangan pada aliran secara lambat laun pada
regionberbentuk kerucut

5. Belokan/tikungan pada saluran menghasilkan kehilangan minor,


koefisien kehilangan dapat ditentukan dari Gbr. (7.9).

87
Mekanika Fluida

Gambar 7.9 Koefisien tahanan untuk belokan/tikungan 900

6. Tambahan kehilangan minor akibat adanya halangan/rintangan,


seperti katup, belokan/tikungan. Tabel 7.2 memperlihatkan
beberapa tipikal koefisien kehilangan akibat adanya halangan.
Nilai untuk katup diberikan dalam tabel 7.2 adalah untuk posisi
yang terbuka penuh. Jika katup terbuka sebagian, kehilangan
energi akan lebih besar. Tabel 7.3 melengkapi arti dalam
mengestimasi meningkatnya kehilangan energi untuk katup
yang terbuka sebagian.

Tabel 7.2 Koefisien tahanan K = hm/(v2/2g) untuk katup dan belokan

88
Mekanika Fluida

Tabel 7.3 Peningkatan kehilangan akibat katup terbuka sebagian

Contoh soal:

1. Air mengalir dari reservoir 1 ke reservoir 2 melalui pipa


berdiameter 4 in dan panjang 500 ft. Asumsi faktor friksi awal (f)
0,037 dan kekasaran (ε) 0,003 ft untuk pipa.

Ditanyakan :
a) Hitung laju aliran air (debit)

Penyelesaian:

Dari pers. (4.14)

89
Mekanika Fluida

p1 v12 p v2
  z1  2  2  z 2  hL ....................(4.14)
 2g  2g

Misal titik 1 dan 2 ada pada permukaan air reservoir 1 dan 2.

p1 p
 2 0 (terbuka ke atmosfer )
 

v12 v2
 2  0 (kecepa tan pada permukaan air
2g 2g
di kedua reservoir diabaikan)

z1  700,6 ft (diberikan) z 2  655,5 ft (diberikan)

hL terdiri dari kehilangan energi akibat friksi (hf) dan kehilangan-


kehilangan minor (hm). keduanya akan ditentukan secara
terpisah.

A. Kehilangan Friksi
Dari pers (7.3)

L v2
hf  f .........................................................(7.3)
D 2g

f = 0,037 (asumsi awal)


L = 500 ft (diberikan)

90
Mekanika Fluida

D = 4 in = 0,333 ft (diberikan)

Maka,

 500  v 2  v2
h f  (0,037)    55,56
 0,333  2 g  2g

B. Kehilangan Minor
1. hm akibat tempat masuk; dari Gbr. (7.4),

K1 = 0,45 (dengan asumsi nilai rata-rata antara


0,4 dan 0,5)

2. hm akibat katup bulat: dari tabel. (7.2),

Kopen = 5,7

Dari tabel 7.3,

K2
 1,75 (dengan asumsi nilai rata  rata
K open
antara 1,5 dan 2,0)

Maka,
K2 = (5,7)(1,75) = 9,98

3. hm akibat belokan; dari Gbr. (7.9)

R 12
  3,0
D 4

 0,003
  0,0090
D 0,333

K3 = 0,45

4. hm akibat belokan; dari tabel (7.2),

91
Mekanika Fluida

K4 = 0,23

5. hm akibat tempat keluar; dari Gbr. (7.4),

K5 = 1,0

Maka,

v2 v2
hL  (55,56  0,45  9,98  0,45  0,23  1,0)  67,67
2g 2g

Dengan mensubstitusikan ke dalam pers. (4.14)


memberikan
 v2 
0  0  700,6  0  0  655,5  (67,67)  
 (2)(32,2) 

v = 6,551 ft/s

Dari pers. (4.1),

Q = Av

 4
( ) 
  12   6,551)  0,572  ft 3 / s
4

Solusi ini didasarkan pada asumsi nilai f = 0,037. Oleh


karena itu, nilai f tergantung pada bilangan Reynolds dan
kekasaran relatif. Maka nilai baru f
harus ditentukan berdasarkan nilai v yang dihitung yaitu 6,551
ft/s.

 0,0090
D

Dari pers. (7.2)

92
Mekanika Fluida

Dv
NR  ............................................................(7.2)

4
  6,551
12
   5  1,15 x10 5
1,9 x10
Maka dari Gbr. (7.2), didapat f = 0,037

Karena nilai baru f sama dengan nilai asumsi awal, laju aliran
yang dihitung 0,572 ft3/s adalah benar.

7.5. Gradien Energi dan Gradien Hidraulik


Jika nilai energi total (z + p/ + v2/2g ) dihitung pada titik-titik
sepanjang saluran dan diplot seperti dalam Gbr. 7.10, garis yang
dihasilkan dari penggambaran ini disebut sebagai gradient energi
(energy gradient). Pada awal lokasi pada permukaan cairan di reservoir,
tetapi berkurang hampir seketika dengan jumlah yang sama sampai
kehilangan energi pintu masuk sebagai akibat gerak cairan ke dalam
saluran 1. Gradien energi lalu berkurang (turun) dalam arah aliran
sampai sebelum penyempitan tiba-tiba dengan jumlah yang sama
kehilangan energi akibat friksi di saluran 1. Pada penyempitan tiba-
tiba, gradient energi berkurang hampir seketika dengan jumlah yang
sama sampai kehilangan energi penyempitan tiba-tiba. Kemudian
berkurang (turun) lagi dalam arah aliran sampai tempat keluar bebas
dengan jumlah yang sama dengan kehilangan energi akibat friksi di
saluran 2.

93
Mekanika Fluida

Gambar 7.10 Gradien energi dan gradien hidraulik

Jika nilai-nilai potensial atau piezometrik, energi (z + p/)


dihitung pada setiap titik sepanjang saluran dan diplot seperti
diperlihatkan oleh garis putus-putus dalam Gbr. (7.10), akan
menghasilkan suatu garis yang disebut sebagai gradien hidraulik
(hydraulic gradient). Jarak antara gradien energi dan gradien hidraulik
pada suatu titik sepanjang garis saluran adalah sama dengan tinggi
kecepatan pada titik itu. Untuk segmen saluran dengan luas konstan
seperti saluran 1 dalam Gbr. (7.10) dan kecepatan konstan, gradien
hidraulik dan gradien energi adalah sejajar. Jika tekanan dalam saluran
kurang dari tekanan atmosfer, gradien hidraulik akan di bawah elevasi
cairan.

7.6. Persamaan Empiris Untuk Aliran Air Dalam Saluran Tertutup


Penyelesaian masalah-masalah aliran saluran tertutup dengan
menggunakan persamaan Darcy dengan diagram Moody dan
persamaan Bernoulli memerlukan penyelesaian dengan cara coba-coba.
Ada sejumlah persamaan empiris yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah-masalah aliran air. Persamaan ini umumnya
berbentuk

v  CR x s y ..................................................................(7.10)
dimana:
v = kecepatan aliran
C = koefisien kekasaran
R = jari-jari hidraulik

94
Mekanika Fluida

s = kemiringan gradien energi (kehilangan energi per satuan panjang


saluran)
x dan y = eksponen yang ditentukan secara empiris

Jari-jari hidraulik (hydraulic radius, R) didefinisikan sebagai luas


penampang melintang (tegak lurus terhadap arah aliran) (A) dibagi
dengan keliling basah (pw). Maka,

A
R ......................................................................(7.11)
pw

Keliling basah (wetted perimeter) adalah jarak yang mengelilingi keliling


ujung luas penampang melintang dimana cairan membuat kontak
dengan saluran. Keliling basah untuk pipa lingkaran dengan diameter
D yang dialiri cairan penuh adalah D, dan jari-jari hidraulik adalah
(D2/4)/(D) atau D/4. Untuk saluran dengan penampang melintang
persegi dengan dimensi L dan W yang dialiri penuh, keliling basah
adalah (2W+2L) dan jari-jari hidraulik adalah WL/(2W + 2L).
Dua persamaan yang mengikuti bentuk umum pers. (7.10)
adalah persamaan Hazen-Williams dan persamaan Manning. Kedua
persamaan ini adalah termasuk persamaan empiris.
Persamaan Hazen-Williams dalam Sistem Gravitasi Inggris
mengikuti bentuk:

v  1,318CR 0 , 63 s 0, 54 ....................................................(7.12)
dimana:
v = kecepatan aliran (ft/s)
C = koefisien kekasaran Hazen-Williams
R = jari-jari hidraulik (ft)
s = kemiringan gradien energi (kehilangan energi per satuan panjang
saluran)

Dalam Sistem Internasional, persamaan Hazen-Williams menjadi:

v  0,8492 CR 0, 63 s 0, 54 .....................................(7.13)
Dimana bentuknya sama tetapi jari-jari hidraulik harus dinyatakan
dalam meter dan kecepatan dalam meter per second. Beberapa nilai
tipikal koefisien kekasaran Hazen-Williams diberikan dalam tabel 7.4 .

95
Mekanika Fluida

Tabel 7.4 Nilai-nilai tipikal koefisien Hazen-Williams, C

Persamaan Manning Dalam bentuk Sistem Gravitasi Inggris


adalah:

1,486 2 3 1 2
v R s ..............................................(7.14)
n
dimana:
v = kecepatan aliran (ft/s)
n = koefisien kekasaran Manning
R = jari-jari hidraulik (ft)
s = kemiringan gradien energi (kehilangan energi per satuan panjang
saluran)

Dalam Sistem Internasional, persamaan Manning adalah:

1,0 2 3 1 2
v R s ...............................................(7.15)
n

Dimana bentuknya sama tetapi jari-jari hidraulik harus dinyatakan


dalam meter dan kecepatan dalam meter per detik. Nilai koefisien
kekasaran Manning dapat dilihat dalam tabel 7.5.
Tabel 7.5 Nilai-nilai tipikal koefisien Manning, n

96
Mekanika Fluida

Persamaan Hazen-Williams, persamaan Manning dan persamaan


lainnya yang mengikuti bentuk umum pers. (7.10) mempunyai
beberapa batasan dan kelemahan. Persamaan-persamaan ini hanya
dapat digunakan untuk aliran air pada temperatur normal. Persamaan-
persamaan ini hanya diterapkan untuk aliran turbulen yaitu dengan
bilangan Reynolds tinggi. Koefisien kekasaran untuk persamaan ini (C
dan n) adalah hanya fungsi dari material/bahan saluran, sedangkan
faktor friksi dalam rumus Darcy berubah terhadap kecepatan dan
diameter saluran.
Kedua persamaan ini dapat digunakan untuk menganalisis
aliran saluran tertutup. Persamaan Manning umumnya digunakan
dalam aliran saluran terbuka.

Contoh-contoh soal:

1. Suatu pipa baja baru dengan diameter 1 m dan panjang 845 m,


mempunyai kehilangan energi 1,11 m.

Ditanyakan :
a) Hitung laju aliran air (debit) dengan persamaan Hazen-
Williams

Penyelesaian:

Dari pers. (7.13)

v  0,8492 CR 0, 63 s 0, 54 ....................................(7.13)

Dengan C = 130 (d ari tabel 7.4)

D 1
R   0,250 m
4 4

1,11
s  0,001314
845

v  (0,8492)(130)(0,250) 0 , 63 (0,001314) 0, 54  1,281 m / s

97
Mekanika Fluida

 ( )(1) 2 
Q  1,281  1,01 m / s
3

 4 

2. Suatu pipa baja baru dengan diameter 1 m dan panjang 845 m,


mempunyai kehilangan energi 1,11 m.

Ditanyakan :
a) Hitung laju aliran air (debit) dengan persamaan Manning

Penyelesaian:

Dari pers. (7.14)

1,0 2 3 1 2
v R s ...............................................(7.14)
n

n = 0,012 (dari tabel 7.5)

R = 0,250 m (dari contoh 1)

s = 0,001314 (dari contoh 1)

 1 
Maka: v (0,250) 2 3 (0,001314)1 2  1,199 m / s
 0, 012 

 ( )(1) 2 
Q  1,199  0,942 m / s
3

 4 

3. Suatu saluran persegi terbuat dari beton harus mengalirkan air


dengan debit 4,0 m3/s, jarak aliran 45 m dengan kehilangan
energi 1,80 m.

Ditanyakan :
a) Dimensi saluran yang diperlukan

Penyelesaian:

98
Mekanika Fluida

Dari pers. (7.13)

v  0,8492 CR 0, 63 s 0,54 ....................................(7.13)

Misal a adalah panjang sisi saluran persegi

Q 4,0
v   4,00 a  2 m 3 / s
A a2

C = 120 (dari tabel 7.4)

A a2 a
R  
pw 4 a 4

1,80
s  0,04000
45

Maka:
0 , 63
a
4,00 a  2  (0,8492)(120)  (0,04000) 0 , 54
4

a = 0,788 m

(Dalam prakteknya diambil dimensi saluran adalah


0,80 m x 0,80 m).

7.7. Diagram Pipa


Sebelum datangnya komputer modern, perhitungan dengan
persamaan Hazen-Williams dan persamaan Manning tidak praktis
sebab membutuhkan eksponen. Dengan demikian, bagan, grafik, tabel,
diagram dan lain-lain dikembangkan untuk memfasilitasi analisis pipa.
Sekarang ini, perhitungan bisa menjadi sederhana dengan bantuan
komputer, meskipun demikian, tersedianya bagan, grafik, dan lain-lain
dapat membantu jika banyak penyelesaian cepat yang diperlukan.
Empat diagram pipa yang akan dibahas disini. Gbr. 7.11 adalah
untuk persamaan Hazen-Williams dengan menggunakan Sistem

99
Mekanika Fluida

Gravitasi Inggris; Gbr. 7.12 untuk persamaan Hazen-Williams dengan


menggunakan Sistem Internasional; Gbr. 7.13 untuk persamaan
Manning dengan menggunakan Sistem Gravitasi Inggris; Gbr. 7.14
untuk persamaan Manning dengan menggunakan Sistem
Internasional. Harus ditekankan bahwa, diagram pipa didasarkan pada
persamaan Hzen-Williams dan Manning, penggunaannya dibatasi
untuk masalah-masalah aliran air pada temperatur normal dan
bilangan Reynolds yang tinggi. Penggunaannya juga dibatasi untuk
saluran berbentuk lingkaran dengan aliran penuh.
Masing-masing diagram pipa (Gbr. 7.11 sampai Gbr. 7.14)
mempunyai kehilangan energi satuan [yaitu kehilangan energi per
satuan panjang saluran, bentuk s dalam pers. (7.12) sampai (7.15) sering
disimbolkan dengan h1 jika menunjuk pada diagram pipa] sepanjang
absis pada skala logaritma dan debit sepanjang ordinat pada skala
kogaritma. Garis miring ke kiri menyatakan kecepatan dan garis
miring ke kanan menyatakan diameter pipa. Jadi masing-masing
diagram pipa berisi empat parameter. Jika dua parameter diketahui,
maka dua parameter lainnya bisa ditentukan dari diagram.
Gbr. 7.11 dan 7.12 dipakai koefisien Hazen-Williams (C) 120 dan
Gbr. 7.13 dan 7.14 dipakai koefisien Manning (n) 0,013.

Gambar 7.11 Diagram pipa: persamaan Hazen-Williams (C = 120) Sistem Inggris

100
Mekanika Fluida

Gambar 7.12 Diagram pipa: persamaan Hazen-Williams (C = 120) Sistem Internasional

Gambar 7.13 Diagram pipa: persamaan Manning (n = 0,013) Sistem Inggris

101
Mekanika Fluida

Gambar 7.14 Diagram pipa: persamaan Manning (n = 0,013) Sistem Internasional

Contoh-contoh soal:

1. Suatu pipa beton dengan diameter 36 in dan panjang pipa 4000 ft


dan mempunyai kehilangan energi 12,7 ft.
Ditanyakan :
a) Hitung laju aliran air (debit) dengan persamaan Hazen-
Williams

Penyelesaian:

D = 3 ft = 36 in (diberikan)

12,7
h1   0,003175
4000

Karena C untuk beton adalah 120 dan dengan menggunakan


Sistem Gravitasi Inggris, Gbr. 7.11 bisa digunakan. Masukkan
kehilangan energi satuan sepanjang absis. Bergerak vertikal ke
atas ke garis miring ke kanan yang menyatakan diameter, yaitu
36 in. Bergerak horizontal ke kiri menuju ordinat dimana
menyatakan debit kira-kira 41,5 ft 3/s. (Walaupun tidak

102
Mekanika Fluida

ditanyakan, nilai kecepatan adalah 5,8 ft/s dapat dibaca dari


garis miring ke kiri).

2. Suatu pipa besi tuang baru dengan diameter 1 m dan panjang


pipa 845 m mempunyai kehilangan energi 1,11 m.

Ditanyakan :
a) Hitung laju aliran air (debit) dengan persamaan Hazen-
Williams

Penyelesaian:

D = 1 m = 1000 mm

1,11
h1   0,001314
845

Masukkan pada Gbr. 7.12 pada kehilangan energi satuan


0,001314 sepanjang absis. Bergerak vertikal ke atas ke garis
miring ke kanan yang menyatakan diameter yaitu 1000 mm.
Bergerak horizontal ke kiri menuju ordinat dimana didapat debit
kira-kira 0,91 m3/s.
Untuk pipa besi tuang baru dimana C = 130 (dari tabel 7.4),
debit diperoleh dari Gbr. 7.12 diagram pipa Hazen-Williams,
harus disesuaikan (karena diagram pipa adalah untuk C = 120).
Karena debit berubah secara langsung dengan C, maka

0,91 120
 maka (Q) C 130  0,99 m 3 / s
(Q ) C 130 130

103
Mekanika Fluida

BAB 8
SISTEM PIPA SALURAN

8.1. Pipa Seri


Dua atau lebih pipa yang dipasang secara seri, jika pipa-pipa itu
dihubungkan ujung dengan ujung sedemikian hingga aliran fluida
melalui pipa itu dalam garis yang menerus tanpa cabang. Volume laju
aliran (debit) yang melalui pipa yang dipasang secara seri adalah
konstan.
Masalah-masalah aliran dalam pipa yang dipasang secara seri
lebih mudah dipecahkan pertama dengan menentukan “pipa
equivalen”, yaitu dengan cara menempatkan kembali pipa-pipa yang

104
Mekanika Fluida

dipasang secara seri dengan diameter yang berbeda dengan pipa


equivalen tunggal yaitu pipa tunggal yang mempunyai kehilangan
energi yang sama untuk laju aliran khas sebagai sistem yang
digantinya. Pada kenyataannya, ada suatu bilangan tak hingga pipa-
pipa equivalen untuk sistem pipa yang diberikan yang dihubungkan
secara seri; karena itu, diameter pipa equivalen yang diperlukan
ditentukan dan perlu menentukan panjang atau panjang pipa
equivalen yang diperlukan ditentukan dan perlu menentukan
diameter.

Contoh-contoh soal:

1. Suatu pipa beton dengan diameter 12 in dan panjang pipa 12000


ft.

Ditanyakan :
a) Hitung diameter pipa equivalen dengan panjang 1000 ft.

Penyelesaian:

Asumsi laju aliran 3,0 ft3/s (hasilnya harus sama dengan laju
aliran yang diasumsikan.

Q = 3,0 ft3 /s
D = 12 in (diberikan)
Dari Gbr. 7.11,

h1 = 0,0052

Maka, hf = (0,0052)(12000) = 62,4 ft

Untuk pipa ekivalen dengan panjang 1000 ft dengan


kehilangan energi sama.

62,4
h1   0,0624
1000

Dari Gbr. 7.11, dengan Q = 3,0 ft3 /s , didapat D = 7,3 in.


7,3 in ini adalah diameter pipa equivalen dengan panjang 1000
ft. Untuk memperlihatkan bahwa laju aliran yang diasumsikan
105
Mekanika Fluida

berbeda tetapi akan menghasilkan hasil yang sama, masalah ini


akan dikerjakan kembali dengan menggunakan asumsi laju
aliran sebesar 0,5 ft3 /s.

Q = 0,5 ft3 /s
D = 12 in (diberikan)

Dari Gbr. 7.11,

h1 = 0,00018

Maka, hf = (0,00018)(12000) = 2,16 ft

Untuk pipa equivalen dengan panjang 1000 ft dengan


kehilangan energi sama.

2,16
h1   0,00216
1000

Dari Gbr. 7.11, dengan Q = 0,5 ft3 /s , didapat D = 7,3 in.

2. Suatu pipa beton dengan diameter 300 mm dan panjang pipa 225
m dan diameter 500 mm dengan panjang 400 m dihubungkan
secara seri.

Ditanyakan :
a) Hitung diameter pipa equivalen dengan panjang 625 m.

Penyelesaian:

Asumsi laju aliran 0,1 m3/s.


Untuk pipa dengan diameter 300 mm,

Q = 0,1 m3/s

Dari Gbr. 7.12,

h1 = 0,0074

Untuk pipa dengan diameter 500 mm,


106
Mekanika Fluida

Q = 0,1 m3/s

Dari Gbr. 7.12, h1 = 0,00064

Kehilangan energi total untuk kedua pipa dihitung sebagai


berikut:

h f  (0,0074)(225)  (0,00064)( 400)  1,921 m

Untuk pipa equivalen dengan panjang 625 m, dengan


kehilangan energi ini,

1,921
h1   0,00307
625

Q = 0,1 m3/s

Dari Gbr. 7.12, didapat D = 360 mm

3. Air mengalir dari reservoir A ke reservoir B melalui tiga pipa


beton yang dihubungkan secara seri. Perbedaan elevasi muka air
di reservoir adalah 50 ft.

Ditanyakan :
a) Hitung laju aliran yang melalui pipa. Abaikan semua
kehilangan minor.

Penyelesaian:

107
Mekanika Fluida

Pertama, dapatkan suatu pipa equivalen yang dapat


menggantikan tiga pipa yang dihubungkan secara seri. Asumsi
diameter pipa equivalen 24 in dan laju aliran 6 ft3 /s.

Untuk pipa dengan diameter 24 in,

Q = 6 ft3 /s

Dari Gbr. 7.11,

h1 = 0,00064

Untuk pipa dengan diameter 12 in,

Q = 6 ft3 /s

Dari Gbr. 7.11, h1 = 0,0190


Untuk pipa dengan diameter 18 in,

Q = 6 ft3 /s

Dari Gbr. 7.11, h1 = 0,00255

Maka, panjang pipa equivalen dengan diameter 24 in dapat


ditentukan sebagai berikut:

(0,0190)(1100) (0,00255)(2200)
L  1500    42,922 ft
0,00064 0,00064

108
Mekanika Fluida

Masalah sebenarnya menentukan laju aliran air yang melalui tiga


pipa yang dihubungkan secara seri yang menghubungkan dua
reservoir sekarang kembali untuk mendapatkan laju aliran
melalui pipa diameter 24 in dengan panjang 42,922 ft dan
menghubungkan dua reservoir. Untuk mengevaluasi kehilangan
energi dalam masakah ini, persamaan Bernoulli bisa diterapkan
antara titik 1 dan 2, masaing-masing muka air dalam dua
reservoir.
p1 v12 p v2
  z1  2  2  z 2  hL ....................(4.14)
 2g  2g
p1 p2
  0 (terbuka ke atmosfer )
 

v12 v2
 2  0 (kecepa tan diabaikan)
2g 2g

Maka, hL  z1  z 2

Dalam kasus ini, (z1 – z2) adalah selisih elevasi antara muka air
dalam dua reservoir, yaitu 50 ft. Maka
hL = 50 ft
Karena kehilangan minor diabaikan, kehilangan energi satuan
(h1) adalah 50/42,922 atau 0,00116. Untuk kehilangan energi
satuan ini dan diameter pipa 24 in, laju aliran adalah 8,4 ft 3 /s
dan ditentukan dari Gbr. 7.11. Nilai laju aliran ini adalah laju
aliran yang melalui tiga pipa yang dipasang secara seri.

4. Air mengalir dengan laju 0,05 m3/S dari reservoir A ke reservoir


B melalui tiga pipa beton yang dihubungkan secara seri.
Ditanyakan :
a) Selisih elevasi muka air di reservoir. Abaikan semua
kehilangan minor.

Penyelesaian:

Untuk pipa dengan diameter 400 mm,

Q = 0,05 m3 /s
109
Mekanika Fluida

Dari Gbr. 7.12, h1 = 0,00051

Untuk pipa dengan diameter 300 mm, Q = 0,05 m3 /s

Dari Gbr. 7.12, h1 = 0,0020

Untuk pipa dengan diameter 200 mm, Q = 0,05 m3 /s

Dari Gbr. 7.12, h1 = 0,015

Kehilangan energi total untuk tiga pipa adalah:

h f  (0,00051)( 2600)  (0,0020)(1850)  (0,015)(970  19,58 m


Karena kehilangan minor diabaikan, kehilangan energi yang
dihitung yaitu sebesar 19,58 m adalah merupakan selisih antara
elevasi muka air di reservoir.

8.2. Pipa Paralel


Pipa dikatakan parallel jika pipa-pipa itu dihubungkan dalam
arah aliran bercabang dua atau lebih pipa, seperti diperlihatkan dalam
Gbr. 8.1. Dalam ilustrasi ini, fluida yang mengalir dalam pipa AB
bercabang di titik B dengan sebagian fluida mengalir melalui pipa BCE
dan lainnya melalui pipa BDE. Pada titik E, merupakan kombinasi dua
pipa dan fluida mengalir melalui pipa tunggal EF.
Dalam memecahkan masalah-masalah sistem pipa bercabang
yang dihubungkan secara paralel, ada tiga prinsip penting yang
diterapkan. Pertama, aliran total yang masuk ke masing-masing titik

110
Mekanika Fluida

harus sama dengan aliran total yang meninggalkan titik itu. Jadi,
dalam Gbr. 8.1,

Q AB  QBCE  QBDE ......................................................(8.1)

QBCE  QBDE  QEF ......................................................(8.2)

Prinsip kedua adalah bahwa kehilangan energi antara dua titik (yaitu
titik B dan E dalam Gbr. 8.1) adalah sama untuk masing-masing cabang
yang menghubungkan dua titik itu. Jadi

(h f ) BCE  (h f ) BDE .......................................................(8.3)

Prinsip ketiga yaitu dalam rentang biasanya ditemui kecepatan,


persentase aliran total yang melalui masing-masing cabang (yaitu pipa
BCE dan BDE dan pipa yang ditambahkan dari B ke E) akan konstan,
tanpa menghiraukan kehilangan energi antara B dan E.
Dalam memecahkan aliran-aliran dalam pipa yang dihubungkan
secara paralel umumnya dapat dipecahkan dengan menerapkan tiga
prinsip di atas.

Gambar 8.1 Pipa yang dihubungkan secara paralel

Contoh-contoh soal:

1. Suatu sistem pipa yang terbuat dari beton, laju aliran pada pipa
AB dan EF adalah 0,850 m3/s.

Ditanyakan :
a) Hitung laju aliran pada pipa BCE dan BDE

111
Mekanika Fluida

Penyelesaian:

Asumsi kehilangan energi dari B sampai E adalah 1,00 m. (ini


akan sama dengan untuk pipa BCE dan BDE)

Untuk pipa BCE,

D = 600 mm (diberikan)

1,00
h1   0,00043
2340

Dari Gbr. 7.12, QBCE = 0,133 m3/s

Untuk pipa BDE,

D = 400 mm (diberikan)

1,00
h1   0,00031
3200

Dari Gbr. 7.12, QBDE = 0,038 m3/s

Jika kehilangan energi yang diasumsikan dari B sampai E 1,00 m


adalah benar, maka jumlah laju aliran yang melalui pipa BCE
dan BDE akan sama dengan laju aliran yang melalui pipa AB.
Tetapi

Q BCE  
 QBDE  0,133  0,038  0,171 m 3 / s  Q AB  0,850 m 3 / s 
Karena nilai di atas tidak sama, kehilangan energi yang
diasumsikan 1,00 m adalah salah, oleh karena itu, laju aliran

112
Mekanika Fluida

aktual pada pipa BCE dan BDE akan menjadi dalam proporsi
yang sama sebagai nilai-nilai laju aliran yang ditentukan di atas
berdasarkan pada kehilangan energi 1,00 m.

0,133
Proporsi laju aliran yang melalui pipa BCE   0,778
0,171

0,038
Proporsi laju aliran yang melalui pipa BDE   0,222
0,171
Maka: Q BCE  0,778Q AB  (0,778)(0,850)  0,661 m 3 / s
QBDE  0,222Q AB  (0,222)(0,850)  0,189 m 3 / s
8.3. Saluran Pipa Dengan Pompa dan Turbin
Sering energi secara langsung ditambahkan atau dipindahkan
dari sistem saluran pipa dengan pompa atau turbin. Seperti sistem
yang dipecahkan dengan memasukkan tambahan ke dalam persamaan
Bernoulli untuk menyatakan tambahan energi (ha) dan energi yang
dipindahkan (hr). Suku ha harus ditambahkan ke ruas kiri pers
Bernoulli, sedangkan hr harus dikurangi, sehingga:

p1 v12 p v2
  z1  ha  hr  2  2  z 2  hL ................(8.4)
 2g  2g
Suku ha dan hr dalam persamaan (8.4) dapat dinyatakan dengan
hubungan:

P
ha  ......................................................................(8.5)
Q

P
hr  ......................................................................(8.6)
Q

dimana:
ha = energi yang ditambahkan pada sistem saluran pipa
hr = energi yang dipindahkan dari sistem saluran pipa
P = power
Q = laju aliran

113
Mekanika Fluida

 = berat satuan fluida

Jika P dalam foot-pounds per second, Q dalam cubic feet per second
dan  dalam pounds per cubic foot, energi yang ditambahkan atau
yang dpindahkan menjadi feet. Jika P dalam newton-meter per second
(watts), Q dalam meter kubik per second dan  dalam newton per
meter kubik, energi yang ditambahkan atau yang dpindahkan menjadi
meter. Catatan bahwa: 550 ft-lb/s sama dengan horsepower (hp).
Power pada pers (8.5) dan (8.6) dan (dengan tidak langsung) pers
(8.5) adalah power teoritis. Efisiensi pompa harus diambil ke dalam
perhitungan jika ada pemilihan pompa.

Contoh-contoh soal:

1. Air dipompa dari reservoir bawah ke reservoir atas.

Ditanyakan :
a) Hitung power yang dibutuhkan, dengan asumsi efisiensi
pompa 0,75 dan abaikan kehilangan minor.

Penyelesaian:

Dari pers (8.5),

p1 v12 p v2
  z1  ha  hr  2  2  z 2  hL ................(8.4)
 2g  2g
p1 p 2
 0 (terbuka ke atmosfer )
 
v12 v 22
  0 (kecepa tan dipermukaan diabaikan)
2g 2g
hr = 0 z1 = 97,5 ft z2 = 132,0 ft

Dari Gbr. 5.11, dengan Q = 23 cfs dan D = 24 in


h1 = 0,0076
Karena L = 3600 ft

hf = (0,0076)(3600) = 27,36 ft

114
Mekanika Fluida

hL = hf (kehilangan minor diabaikan)

Dengan mensubstitusikan ke dalam pers. (8.5) memberikan

0 + 0 + 97,5 + ha - 0 = 0 + 0 + 132,0 + 27,36


ha = 61,86 ft
Dari pers. (8.5),

P
ha  .............................................................(8.5)
Q

P
61,86 
( 23)(62,4)

P = 88,781 ft-lb/s atau 161 hp

Power pompa yang diperlukan adalah: 161/0,75 = 215 hp

2. Air dipompa dari reservoir ke puncak bukit, efisiensi pompa 0,75


pada laju 159 kW.

Ditanyakan :
a) Hitung laju aliran, kehilangan minor diabaikan.

Penyelesaian:

115
Mekanika Fluida

Dari pers (8.4),


p1 v12 p v2
  z1  ha  hr  2  2  z 2  hL ................(8.4)
 2g  2g
p1 p 2
 0 (terbuka ke atmosfer )
 

v12
0 z1  111,0 m
2g

Dari pers. (8.5)

P
ha  .............................................................(8.5)
Q

(150)(0,70) 10,725
ha   hr  0
(Q)(9,81) Q

 
 
 Q 
 (0,50) 2 
2  ( ) 
v2  4   1,322 Q 2
 z 2  150,2 m
2g ( 2)(9,81)

L v2
hf  f ......................................................(7.3)
D 2g

Asumsi f = 0,018
 
 Q 
 2

 ( ) (0,50) 
 975   4   46,42 Q 2
h f  (0,018) 
 0,50  ( 2)(9,81)
hL = hf (kehilangan minor diabaikan)

116
Mekanika Fluida

Dengan mensubstitusikan ke dalam pers. (8.4) memberikan

10,725
0  0  111,0   0  0  1,322 Q 2  150,2  46,42 Q 2
Q
Dengan menyederhanakan, maka didapat

10,725
47,742 Q 2   39,2  0
Q

Persamaan ini dipecahkan dengan cara coba-coba, hasil dari cara


ini didapat

Q = 0,254 m3/s

Penyelesaian ini didasarkan pada asumsi nilai f = 0,018. Nilai f ini


tergantung pada bilangan Reynolds dan kekasaran relatif. Oleh
karena itu, nilai f baru harus ditentukan berdasarkan pada nilai
Q = 0,254 m3/s.

 0,00030
  0,00060
D 0,50

Dv
NR  .........................................................(7.2)

Q 0,254
v   1,294 m / s

A ( ) (0,50) 2 / 4 
Diketahui kekentalan kinematik v = 1,02 x 10-6 m2/s

(0,50)(1,294)
NR   6,34 x 10 5
1,02 x 10 6
Dari Gbr. (7.2), didapat f = 0,018

Karena nilai f baru sama dengan nilai asumsi awal, maka laju
aliran yang dicari adalah 0,254 m3/s.

117
Mekanika Fluida

3. Air mengalir dari reservoir atas ke reservoir bawah melalaui


turbin.

Ditanyakan :
a) Hitung energi yang dibangkitkan oleh turbin, abaikan
kehilangan minor.

Penyelesaian:

Dari pers (8.5),

p1 v12 p v2
  z1  ha  hr  2  2  z 2  hL ................(8.5)
 2g  2g
p1 p 2
 0 (terbuka ke atmosfer )
 
v12 v 22
  0 (kecepa tan dipermukaan diabaikan)
2g 2g
ha = 0 z1 = 197,3 m z2 = 50,0 m

Dari Gbr. 7.12, dengan Q = 0,15 m3/s dan D = 250 mm, didapat
h1 = 0,037

Karena L = 100 m

hf = (0,037)(100) = 3,70 m

hL = hf (kehilangan minor diabaikan)

Dengan mensubstitusikan ke dalam pers. (8.4) memberikan,


118
Mekanika Fluida

0  0  197,3  0  hr  0  0  50,0  3,70

hr  143,6 m

P
hr  .............................................................(8.6)
Q

P
143,6 
(0,15)(9,81)

P = 211 kN m/s atau 211 Kw

BAB 9
PENGUKURAN ALIRAN

9.1. Pendahuluan
Walaupun laju aliran merupakan parameter paling penting,
kecepatan aliran dapat juga menjadi penting dan kadang-kadang
diukur secara langsung untuk menentukan laju aliran (dengan
mengalikan kecepatan aliran yang diukur dengan luas penampang
melintang). Bab ini membahas prinsip dasar pengukuran aliran fluida.

119
Mekanika Fluida

9.2. Tabung Pitot


Salah satu alat sederhana untuk menentukan kecepatan aliran
fluida adalah tabung Pitot (Pitot tube). Seperti diperlihatkan pada Gbr.
(9.1), tabung Pitot sederhana terdiri dari tabung berbentuk L dengan
kedua ujungnya terbuka. Tabung Pitot dipasang pada cairan yang
mengalir, cairan akan masuk melalui bukaan dan akan naik dalam
tabung. Tinggi dimana cairan naik dalam tabung akan tetap tidak
berubah selama sisa aliran tetap ada. Tinggi cairan ini adalah tinggi
tekan stagnasi (ps/). Tinggi tekan statis (po/) dapat ditentukan dengan
menempatkan tabung piezometer pada tepi atas saluran.

Gambar 9.1 Tabung Pitot

Dalam kasus aliran tak mampumampat, aplikasi persamaan


Bernoulli [Pers. (4.13)] dengan konfigurasi yang diperlihatkan dalam
Gbr. 9.1 menghasilkan persamaan, yang mana dapat digunakan untuk
memecahkan kecepatan aliran, v

p p 
v 2 g  s  0  .............................................(9.1)
   
Selisih antara tinggi tekan (yaitu, ps/ - po/) dapat dilihat dalam Gbr.
9.1 sama dengan h, selisih antara ketinggian cairan dalam tabung Pitot
dan dalam piezometer. Maka pers. (9.1) dapat ditulis sebagai

v 2gh .........................................................(9.2)

9.3. Venturi Meter

120
Mekanika Fluida

Alat lain untukmenentukan laju aliran dalam saluran tertutup


adalah venturi meter. Seperti diperlihatkan secara skematis dalam Gbr.
9.2, ciri utama venturi meter adalah penyempitan dalam lintasan aliran
fluida. Susunan venturi meter terdiri dari tabung pertemuan (tabung
BC dalam Gbr. 9.2) yang dihubungkan sampai saluran di B yang diikuti
oleh tabung silindris (tabung CD dalam Gbr. 9.2) dan juga diikuti oleh
tabung DE yang dihubungkan sampai saluran E. Tabung silindris CD
dikenal sebagai tenggorokan (throat). Tabung DE lebih panjang
daripada tabung BC supaya meminimalkan kehilangan energi yang
disebabkan oleh turbulensi sebagai akibat dari berkurangnya
kecepatan ketika melalui tabung yang berbeda.

Gambar 9.2 Venturi meter

Sewaktu-waktu suatu cairan yang melalui Venturi meter,


mengalami peningkatan kecepatan maupun penurunan tekanan.
Penurunan tekanan dapat diukur dengan menggunakan dua
piezometer, seperti diperlihatkan dalam Gbr. 9.2. Dengan menerapkan
persamaan Bernoulli [Pers. (4.13)] dan persamaan kontinuitas [Pers.
4.1)], dengan mengikuti persamaan dapat diturunkan untuk
menentukan laju aliran cairan dengan alat Venturi meter.

2 g ( p1  p 2 ) / 
Q  CA2 ...................................(9.3)
1   A2 A1 
2

dimana:
Q = volume laju aliran cairan

121
Mekanika Fluida

C = koefisien debit untuk Venturi meter (lihat Gbr.


9.3)
A2 = luas pada titik 2 (lihat Gbr. 9.2)
g = percepatan gravitasi
(p1-p2) / = tinggi tekan diferensial
A1 = luas pada titik 1 (lihat Gbr. 9.2)

Perlu dicatat bahwa perbedaan elevasi yaitu (z1-z2) pada pers. (4.13)
adalah nol (untuk saluran horizontal) atau relatif kecil (untuk saluran
miring atau vertikal) dalam penerapan persamaan Bernoulli terhadap
Venturi meter (lihat Gbr. 9.2) oleh karena itu selisih/perbedaan elevasi
diabaikan dalam menurunkan pers. (9.3). Juga, pengaruh kehilangan
energi [yaitu hL dalam pers. (4.13)] yang diterangkan dalam pers. (9.3)
oleh koefisien debit C. Rentang koefisien debit kira-kira dari 0,96
sampai 0,99 dan perkiraan 0,986 untuk bilangan Reynold besar (lebih
besar dari 2x105). Gbr. 9.3 dapat digunakan untuk menentukan
koefisien debit.

Gambar 9.3 Koefisien debit Venturi meter


Contoh-contoh soal:

1. Air mengalir melalui pipa dengan diameter 12 in yang melalui


venturi meter dengan diameter tenggorokan 6 in. Tinggi tekan
diferensial yang diukur (yaitu, p1-p2)/) adalah 150,5 in air.
Asumsi koefisien debit adalah 0,98.

Ditanyakan :
a) Hitung laju aliran air yang melalui pipa.

Penyelesaian:

122
Mekanika Fluida

Dari pers (9.3),

2 g ( p1  p 2 ) / 
Q  CA2 ...................................(9.3)
1   A2 A1 
2

( )(0,5) 2
A2   0,1963 ft 2
4

( )(1,00) 2
A1   0,7854 ft 2
4

p1  p2  150,5 
   12,54 ft
  12 
( 2)(32,2)(12,54)
Maka: Q  (0,98)(0,1963)  5,65 ft 3 / s
1  (0,1963 / 0,7854) 2

2. Minyak mengalir ke atas melalui Venturi meter. Asumsi


koefisien debit 0,984.

Ditanyakan :
a) Hitung laju aliran minyak.

Penyelesaian:

123
Mekanika Fluida

Dari pers (9.3),

2 g ( p1  p 2 ) / 
Q  CA2 ...............................(9.3)
1   A2 A1 
2

( )(0,20) 2
A2   0,03142 m 2
4

( )(0,50) 2
A1   0,1963 m 2
4

Untuk menghitung (p1-p2)/, dari gambar di atas,

p1  1,26  p
 y (1,5)  x  2 .......................................( A)
  0,82  
x  1,5  0,5  y..............................................................( B)
Dari pers. (B) x = y – 1,0

Dengan mensubstitusikan nilai x ke dalam pers. (A) memberikan

p1 p
 y  2,305  ( y  1,0)  2
 

124
Mekanika Fluida

p1  p 2
 1,305 m minyak

Dengan mensubstitusikan ke dalam pers. (9.3),

(2)(9,81)(1,305)
Q  (0,984)(0,03142)  0,158 m 3 / s
1   0,03142 0,1963
2

9.4. Orifice
Alat lain untuk mengukur laju aliran adalah orifice. Orifice adalah
suatu lubang dan umumnya kecil yang dilalui aliran fluida.
Penampang melintang orifice berbentuk lingkaran walaupun ada yang
berbentuk persegi dan bentuk lain yang digunakan. Dinding orifice
relatif tipis, seperti diperlihatkan dalam Gbr. 9.4(a). Jika dinding tebal
seperti diperlihatkan dalam Gbr. 9.4(b), bukaan bekerja seperti tabung
atau pipa. Tepi bagian hulu bukaan orifice berbentuk runcing atau
bulat. Jika tepi orifice berbentuk runcing, maka orifice ini disebut
orifice standar (standard orifice). Untuk orifice standar, fluida kontak
hanya dengan “garis” (yaitu, tepi runcing orifice).

Gambar 9.4 Orifice


Orifice dapat diambil pada orientasi yang berbeda. Dalam Gbr.
9.5(a), orifice pada sisi tangki, luas permukaan untuk cairan relatif
besar, kecepatan pendekatan diabaikan. Dalam Gbr. 9.5(b), orifice ada
dalam suatu pelat melalui ujung saluran dimana fluida mengalir,
sedangkan Gbr. 9.5(c), orifice dalam suatu pelat dalam saluran. Gbr.
9.5(d), orifice ada dalam dasar tangki. Gbr. 9.5(e), adalah orifice
terendam.

125
Mekanika Fluida

Gambar 9.5 Orifice standar

Gambar 9.6 menggambarkan suatu cairan yang mengalir dari


tangki atau reservoir melalui orifice standar ke atmosfer. Partikel cairan
yang dekat orifice mendesak dan mengalir melalui bukaan, aliran
tersebut mengikuti lintasan lengkung yang menghasilkan bentuk
pancaran seperti diperlihatkan dalam Gbr. 9.6. Luas cairan berkurang
dari luas orifice pada tepi hulu sampai penampang yang diperkirakan
setengah diameter orifice. Penampang dimana penyempitan yang
disebabkan oleh orifice berhenti (y-y dalam Gbr. 9.6) dikenal sebagai
vena contracta. Suatu parameter yang disebut koefisien kontraksi (Cc)
didefinisikan sebagai perbandingan luas pancaran pada vena contracta
(a) dengan luas orifice (A).

a
Cc  ........................................................................(9.4)
A

Gambar 9.6 Vena contranta orifice

126
Mekanika Fluida

Jika v adalah kecepatan rata-rata pancaran dalam vena contracta, debit


yang melalui orifice adalah

Q  av.........................................................................(9.5)

Biasanya akan lebih baik dengan menggunakan luas orifice, oleh


karena itu debit yang melalui orifice dapat ditentukan dengan
persamaan:

Q  C c av.....................................................................(9.6)

Pers. (7.6) kurang lengkap, ada penomena lain meskipun


koefisien kontraksi harus dipertimbangkan dalam menganalisis debit
orifice. Cairan yang masuk dan mengalir melalui orifice mengalami
tahanan friksi, yang mana menyebabkan kecepayan aktual dalam
pancaran sedikit kurang dari kecepatan teoritis (yaitu, kecepatan jika
tidak ada friksi). Parameter ini dikenal sebagai koefisien kecepatan (Cv)
yang didefinisikan sebagai perbandingan kecepatan rata-rata actual (v)
dengan kecepatan teoritis (vt). Yaitu

v
Cv  ..............................................................(9.7)
vt
Pers. (7.6) dapat direvisi menjadi

Q  C v C c Av t ...............................................................(9.8)

Koefisien Cv dan Cc sering diganti dengan koefisien tunggal C, yang


dikenal sebagai koefisien debit dan memberikan suatu persamaan

Q  CAv t .....................................................................(9.9)

Analisis masing-masing jenis orifice sebagian besar didasarkan


pada penerapan persamaan Bernoulli [Pers. (4.13)]. Persamaan-
persamaan spesifik untuk masing-masing jenis orifice standar
diperlihatkan dalam Gbr. 9.5 diberikan di bawah ini tanpa penurunan
tambahan.

127
Mekanika Fluida

Orifice pada sisi tangki, kecepatan pendekatan diabaikan [Gbr. 9.5(a)]:


Q  CA 2gh .................................................(9.10)

Orifice pelat pada ujung saluran [Gbr. 9.5(b)]:

CA 2 g  p1  
Q ................................................(9.11)
1  C 2  D Dp 
4

Orifice pelat dalam saluran [Gbr. 9.5©]:

p  p2  
4
2  
Q  CA 2 g 1 1  C  D  .........................(9.12)
  2  D p 
 
 
Orifice pada dasar tangki [Gbr. 9.5(d)]:

As dh
dt  ...........................................................(9.13)
CA 2gh

Orifice yang terendam [Gbr. 9.5(e)]:

dV  CA 2 gh dt.......................................................(9.14)
Contoh soal:

1. Minyak mengalir melalui pipa dengan koefisien debit untuk


orifice dalam pipa adalah 0,63.

Ditanyakan :
a) Hitung debit minyak dalam pipa.

Penyelesaian:

Dari pers. (9.12),

p  p2  
4
2  D 
Q  CA 2 g 1 1  C   ...........................(9.12)
  2 D  
  p  

128
Mekanika Fluida

( )(0,10) 2
A  0,007854 m 2
4

p1  13,6  p
 y  0,35   (0,35)  y  2
  0,91  

p1  p2
 4,881 m minyak

D = 100 mm
Dp = 250 mm

Maka debit minyak dalam pipa adalah

 (0,63) 2  100  
4

Q  (0,63)(0,007854) (2)(9,81)( 4,881) 1    


 2  250  
 0,0487 m / s
3

129
Mekanika Fluida

BAB 10
GAYA-GAYA YANG DIKEMBANGKAN
OLEH FLUIDA BERGERAK

10.1. Pendahuluan
Gerakan fluida mengembangkan gaya-gaya yang dapat menjadi
penting dalam suatu aliran. Sebagai contoh, air yang keluar dari pipa
terhadap dinding akan menghasilkan suatu gaya terhadap dinding.
Jika air yang keluar menekan baling-baling lengkung suatu turbin,
akan menghasilkan gaya-gaya yang dapat menyebabkan rotasi turbin
dan akan membangkitkan listrik. Contoh lain adalah gaya yang
mendesak pada belokan dalam saluran tertutup oleh fluida yang
mengalir.

10.2. Persamaan Gaya


Hukum kedua Newton menyatakan bahwa gaya sama dengan
massa dikali percepatan. Dalam bentuk persamaan

F  ma.......................................................................(10.1)

Hukum kedua Newton juga dapat diterapkan dalam mengevaluasi


yang menghasilkan gaya-gaya dari fluida bergerak. Percepatan adalah
laju perubahan kecepatan terhadap waktu (yaitu, v/t), pers. (10.1)
dapat dinyatakan sebagai

130
Mekanika Fluida

v
F m ...................................................................(10.2)
t
Suku m/t dari pers (10.2) pada kenyataannya adalah massa laju fluida
(M). Maka pers. (10.2) dapat ditulis ulang sebagai

F  M v..................................................................(10.3)

Dengan mensubstitusikan volume laju aliran (Q) untuk suku Av dalam


pers. (4.3) [lihat pers. (4.1)], maka dengan jelas didapat
M   Q.....................................................................(10.4)
Pers. (10.3) dapat ditulis kembali menjadi

F   Q v   Q(v 2  v1 ).........................................(10.5)

dimana:
F = gaya luar bersih yang bekerja pada fluida
 = kerapatan massa fluida
Q = volume laju aliran fluida
v = perubahan kecepatan
v2 = kecepatan pada titik 2
v1 = kecepatan pada titik 1

Persamaan (10.5) dikenal sebagai prinsip Impuls-Momentum.


Persamaan (10.5) dapat diterapkan untuk mengevaluasi gaya-
gaya yang dikembangkan oleh fluida bergerak. Perlu dicatat bahwa,
gaya dan kecepatan dalam pers. (10.5) adalah besaran vektor, oleh
karena itu arah dimana gaya dan kecepatan bekerja harus dilibatkan
dalam perhitungan.

10.3. Gaya-Gaya Fluida Pada Benda Datar Tak Bergerak


Masalah-masalah yang menyangkut gaya-gaya fluida pada
benda datar tak bergerak secara umum dapat dipecahkan dengan pers.
(10.5).

Contoh soal:

131
Mekanika Fluida

1. Suatu selang dan nozzle memancarkan air secara horizontal


terhadap pelat vertikal. Laju aliran air 0,025 m 3/s dan diameter
ujung nozzle adalah 30 mm.

Ditanyakan :
a. Hitung besar gaya horizontal yang diperlukan untuk
menahan pelat agar tetap diam.

Penyelesaian:

Dari pers. (10.5),

F   Q v   Q (v 2  v1 ).............................(10.5)

Gaya luar bersih yang bekerja pada fluida [F dalam pers. (10.5)]
adalah gaya horizontal yang diperlukan untuk menahan pelat
agar tetap diam (yaitu R dalam kasus ini). Dengan asumsi
bekerja ke kiri dan arah ini diambil positif.

 = 1000 kg/m3 = 1000 N s2/m4


Q = 0,025 m3/s
v2 =0
v1 = Q/A

0,025
v1   35,37 m / s
( )(0,030) 2 4

Karena v1 bekerja kekanan, maka nilai ini harus dimasukkan


kedalam pers (10.5) negatif. Jadi,

132
Mekanika Fluida

v1 = - 35,37 m/s

Maka, R  (1000)(0,025) 0  ( 35,37)  884 N ke kiri

10.4. Gaya-Gaya Fluida Pada Benda Lengkung Tak Bergerak


Gaya dan kecepatan dalam pers. (10.5) adalah besaran vektor,
oleh karena itu arah dimana gaya dan kecepatan bekerja harus
dilibatkan dalam perhitungan. Aplikasi dalam contoh soal 1 di atas
cukup sederhana, gaya dan kecepatan adalah satu arah. Untuk gaya-
gaya fluida pada permukaan lengkung tidak demikian.
Analisis masalah-masalah dimana gaya dan kecepatan tidak satu
arah dapat dikerjakan dengan menerapkan pers. (10.5) dan dipisahkan
untuk masing-masing penerapan arah. Biasanya dapat diselesaikan
dengan menerapkan persamaan dalam “arah x” dan ‘arah y” dan jika
perlu “arah z”. Jadi pemisahan persamaan untuk arah yang berbeda
adalah sebagai berikut:

Fx  Q(v x 2  v x1 ).....................................................(10.6)

Fy  Q(v y 2  v y1 ).....................................................(10.7)

Fz  Q (v z 2  v z1 )......... .......... .......... .......... .......... .....(10.8)


Contoh soal:

1. Suatu pancaran air mengalir dengan bebas di atmosfer dibelokan


oleh baling-baling lengkung. Pancaran air mempunyai diameter
1,5 in dan kecepatan 25,5 ft/s.

Ditanyakan :
a. Hitung besar gaya yang diperlukan untuk menahan baling-
baling agar tetap diam.

133
Mekanika Fluida

Penyelesaian:

Gaya-gaya yang bekerja pada pancaran air diperlihatkan dalam


Gbr. Dibawah

Dari pers. (10.6),

Fx  Q (v x 2  v x1 ).........................................(10.6)

Asumsi reaksi dalam arah x (Rx) bekerja ke arah kiri dan arah ini
diambil positif.

 = 1,94 slugs/ft3 = 1,94 lb-s2/ft4


Q = Av

  1,5 
2

 ( )  
Q   12    25,5  0,3129 ft 3 / s
 4 
 

 

vx2 = 0
134
Mekanika Fluida

vx1 = -25,5 ft/s (diberikan)

Maka: R x  1,94 0,3129  0    25,5   15,48 lb


(ke kiri)

Dari pers. (8.7)

Fy  Q(v y 2  v y1 ).........................................(10.7)
Asumsi reaksi dalam arah y (Ry) bekerja ke atas dan arah ini
diambil positif.

vy2 = 25,5 ft/s (diberikan)


vy1 = 0

Maka: R y  1,94 0,3129 (25,5  0)  15,48 lb


(ke atas)

Gaya resultan yang diperlukan untuk menahan baling-baling


agar diam (R) adalah

R 15,48 2  15,48 2  21,9 lb

Dengan komponen x dan y yang sama, arah R membentuk sudut


450.

10.5. Gaya-Gaya Fluida Pada Benda Bergerak


Dalam beberapa aplikasi kerekayasaan, seperti turbin, fluida
bergerak yang membentur benda bergerak. Disini fluida (sebgai contoh
air) membentur baling-baling turbin yang bergerak dan jika kecepatan
fluida lebih besar daripada kecepatan baling-baling, gaya yang
dikembangkan akan mempercepat rotasi turbin dan akan
membangkitkan listrik.
Masalah-masalah yang menyangkut gaya-gaya fluida pada
benda yang bergerak berbeda dari benda yang diam, dimana gerak
relatif cairan yang berkenaan dengan benda yang bergerak itu efektif
dalam menghasilkan gaya. Dengan demikian, kecepatan cairan relatif
terhadap benda bergerak digunakan dalam menerapkan pers. (10.5)
melalui pers (10.8). Persamaan gaya dapat diterapkan terhadap gaya-

135
Mekanika Fluida

gaya fluida pada benda bergerak dapat diperoleh dengan menunjuk


Gbr. 10.1. Gbr. 10.1.a memperlihatkan baling-baling yang bergerak; v1
menyatakan kecepatan fluida yang membentur baling-baling dan vo
menyatakan kecepatan benda (yaitu baling-baling). Gbr. 10.1.b
memperlihatkan gaya-gaya yang bekerja pada “baling-baling diam
equivalen”. Jika arah ke kiri dan ke atas dalam Gbr. 10.1.b diambil
positif, persamaan gaya untuk gaya-gaya fluida pada benda bergerak
digunakan:

Fx  Qr  v r cos   (v r )


atau

Fx  Qr v r (cos   1)................................................(10.9)

Fy  Qr v r sin  .....................................................(10.10).

Gambar 10.1 Gaya-gaya fluida pada benda bergerak

dimana:
Fx dan Fy = gaya-gaya luar bersih yang bekerja pada fluida
adalam arah x dan y
 = kerapatan massa fluida
Qr = laju aliran relatif fluida (yaitu, Avr)
vr = kecepatan relatif (yaitu, v1-vo)
vo = kecepatan benda yang bergerak
 = sudut baling-baling (lihat Gbr. 10.1)
A = luas pancaran

10.6. Gaya-Gaya Fluida Pada Saluran Bertekanan

136
Mekanika Fluida

Sewaktu-waktu fluida yang mengalir dalam suatu saluran yang


melalui belokan, fluida akan mengeluarkan gaya pada belokan, dengan
konsekwensinya akan terjadi perubahan momentum dalam fluida.
Besarnya gaya ini cukup penting, untuk mengaktifkan kembali gaya
luar harus diterapkan pada suatu belokan jika belokan tetap diam.

Contoh soal:

1. Suatu pipa dengan belokan seperti gambar di bawah berada


dalam bidang horizontal. Minyak (s.g. = 0,88) masuk ke belokan
dengan kecepatan 3,50 m/det dan tekanan 280 kPa. Abaikan
kehilangan energi pada belokan.

Ditanyakan :
a. Hitung besar gaya yang diperlukan untuk menahan belokan
agar tetap diam.

Penyelesaian:
Gaya-gaya luar yang bekerja pada minyak dalam belokan
diperlihatkan dalam gambar di bawah. Gaya-gaya akibat
tekanan fluida p1A1 dan p2A2, dan gaya-gaya luar yang
diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan Rx dan Ry.
Sebelum dimulai, perlu untuk menentukan tekanan dan
kecepatan minyak sampai keluar belokan. Kecepatan ini dapat
ditentukan dengan menggunakan pers.(4.5).

137
Mekanika Fluida

A1v1  A2 v 2 .....................................................(4.5)

( )(0,20) 2
A1   0,03142 m 2
4

v1  3,50 m / det (diberikan)

( )(0,08) 2
A2   0,005027 m 2
4
Maka,
(0,03142)(3,50) = (0,005027)(v2)
v2 = 21,88 m/s

Tekanan keluar dapat ditentukan dengan menggunakan


persamaan Bernoulli [Pers. (4.13)]

p1 v12 p v2
  z1  2  2  z 2 .....................................(4.13)
 2g  2g

280 (3,50) 2 p2 ( 21,88) 2


 0  0
(0,88)(9,81) ( 2)(9,81) (0,88)(9,81) (2)(9,81)

p 2  75,10 kN / m 2

138
Mekanika Fluida

Dengan asumsi arah ke kanan dan keatas diambil positif, dari


pers. (10.6)

Fx  Q(v x 2  v x1 ).....................................................(10.6)

Gaya luar bersih yang bekerja pada fluida dalam arah x [Fx dalam
pers. (10.6)] adalah [p1A1+p2A2 cos 65o-Rx]. Maka,

p1 A1  p 2 A2 cos 65 0  R x  Q(v 2 cos 65 0  v1 )


N
m s2 N s2
  (0,88)(1000)  880,0 kg / m 3  880,0  880,0
m3 m4
Q  A1 v1
 (0,03142)(3,50)  0,1100 m 3 / s
Maka,

( 280,0)(0,03142)  (75,100)(0,005027)(cos 65 0 )  R x


 (880,0)(0,1100 ) (21,88)(cos 65 0 )  3,50 
R x  10,190 N atau 10,19 kN (ke kiri)

Dari pers. (8.7)

Fy  Q(v y 2  v y1 ).........................................(10.7)
Gaya luar bersih yang bekerja pada fluida dalam arah y [Fy dalam
pers. (10.7)] adalah [-p2A2 sin 650+Ry]. Maka,

 p 2 A2 sin 65 0  R y  Q(v 2 sin 65 0  0)


Maka,


(75,100)(0,005027)(sin 65 0 )  R y  (880,0)(0,1100 ) (21,88)(sin 65 0 )  0 
R y  2262 N atau 2,26 kN ke atas

139
Mekanika Fluida

Gaya yang diperlukan untuk menahan belokan agar tetap diam


(R) dan arah ini dapat ditentukan dengan

R (10,19) 2  ( 2,26) 2  10,4 kN ,


arah ini dapat
ditentukan berdasarkan gambar di bawah ini.

2,26
tan     12,50
10,19

Catatan:
Naskah, gambar dan contoh soal diambil dari buku Fundamentals of
Fluid Mechanics Karya Evett&Liu, terbitan McGraw-Hill , 1987

DAFTAR PUSTAKA

140
Mekanika Fluida

Fox; McDonald, 1994, Introduction to Fluid Mechanics, Fourth Edition,


John Wiley&Sons Inc.
Giles, R.V.,1996, Mekanika Fluida dan Hidraulika, Erlangga.
Liu; Evett, 1987, Fundamentals of Fluid Mechanics, McGraw-Hill.
Streeter, V.L., 1985, Fluid Mechanics, McGraw-Hill.
White, F.M., 1986, Fluid Mechanics, McGraw-Hill.

Lampiran 1:

Faktor-Faktor Konversi

141
Mekanika Fluida

Lampiran 2:

Sifat-Sifat Fisik Air (Sistem Gravitasi Inngris)

142
Mekanika Fluida

Lampiran 3:

Sifat-Sifat Fisik Air (Sistem Internasional)

143
Mekanika Fluida

144
Mekanika Fluida

145

Anda mungkin juga menyukai