MEKANIKA FLUIDA
DI SUSUN OLEH :
NAMA : IKHSAN
NIM : 316120013
i
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
SEMESTER IV
Disusun Oleh :
Nama : Ikhsan
Nim: 316120013
Dosen pengampuh
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,karena atas perkenanNya saya dapat
menyelesaikan tugas laporan tetap praktikum Mekanika Fluiada yang berjudul Bouyanci,
Pengukuran Viscositas Zat Cair, Gesekan Aliran Melalui Pipa, Dan Mengukur Debit Aliran
Sungai.
Saya mengucapkan trimakasih kepada koordinator dan co’as yang memberikan
dukungan ,kasih dan kepecayaan yang begitu besar.Dari sanalah semua kesuksesan ini
berawal.Semoga laporan ini bisa bermanfaat dan menuntun pada langkah yang lebih lagi.
Meskipun saya berharap isi dari laporan praktikum ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan,namun selalu ada yang kurang.Saya mengharapkan kritikan dan saran yang
membangun agar tugas laporan praktikum selanjutnya dapat lebih baik lagi.
Akhir kata saya mengucapkan terimasih,semoga laporan praktikum saya ini
bermanfaat bagi para pembacanya.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
ACARA II VISCOSITAS
BAB I. PENDAHULUAN ..............................................................................
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 12
1.2. Tujuan ................................................................................................... 13
BAB II. LANDASAN TEORI ..................................................................... 14
BAB III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum ............................................................... 17
3.2 Alat dan Bahan Praktikum .................................................................... 17
3.3 Cara kerja Praktikum ............................................................................. 17
BAB IV. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
4.1 Hasil Pengamatan................................................................................... 19
4.2 Hasil Perhitungan ................................................................................... 20
BAB V PEMBAHASAN ............................................................................. 24
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan ............................................................................................ 26
61. Saran ...................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA
v
ACARA III GESEKAN ALIRAN MELALUI PIPA
BAB I. PENDAHULUAN ...............................................................................
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 28
1.2. Tujuan ................................................................................................... 28
BAB II. LANDASAN TEORI ..................................................................... 29
BAB III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum ............................................................... 33
3.2 Alat dan Bahan Praktikum .................................................................... 33
3.3 Cara kerja Praktikum ............................................................................. 33
BAB IV. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
4.1 Hasil Pengamatan................................................................................... 34
4.2 Hasil Perhitungan ................................................................................... 34
BAB V PEMBAHASAN ............................................................................. 37
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan ............................................................................................ 38
61. Saran ...................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 39
vi
ACARA IVMENGHITUNG DEBIT ALIRAN SUNGAI
BAB I. PENDAHULUAN ...............................................................................
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 40
1.2. Tujuan ................................................................................................... 40
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 41
BAB III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum ............................................................... 46
3.2 Alat dan Bahan Praktikum .................................................................... 46
3.3 Cara kerja Praktikum ............................................................................. 46
BAB IV. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
4.1 Hasil Pengamatan................................................................................... 48
4.2 Analisis Data .......................................................................................... 48
BAB V PEMBAHASAN ............................................................................. 51
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan ............................................................................................ 52
61. Saran ...................................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 53
vii
ACARA I
BOUYANCY
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Faktor-faktor yang mempengaruhi densitas yaitu massa benda pada fluida, volume
fluida dan suhu. Pada massa yang sama, fluida gas sangat dipengaruhi oleh temperatur dan
tekanan. Namun untuk zat-zat cair, variasi tekanan dan temperatur umumnya hanya
memberikan pengaruh kecil terhadap nilai kerapatan (Munson, 2010).
3
2.4 Hukum Archimedes
1. Bouyancy
Menurut Nurlaili, (2012) besarnya gaya apung (Fa) dirumuskan sebagai berikut :
Fa = ρf .g .vbf
Dimana :
Fa = gaya ke atas (N)
ρf = massa jenis fluida (kg/m3)
g = Percepatan grafitasi bumi (m/det2)
vbf = volume benda yang tercelup dalam fluida (m3)
2. Densitas
Menurut Latifah (2010) besarnya densitas dirumuskan sebagai berikut:
P = m/ v
Dimana :
p= density fluida (kg/m3)
m = massa (kg)
v = volume fluida (m3)
4
2.6 Aplikasi Bouyancy pada Prodi TEP/TL/TBP
5
BAB III
METEODOLOGI PRAKTIKUM
3.2.1 Alat
1. Tangki atau wadah untuk menampung fluida
2. Gelas ukur dalam berbagai ukuran
3. Pikometer untuk mengukur density dan fluida
4. Timbangan digital
3.2.2 Bahan
1. Air
2. Bahan –bahan lain yang diterapkan
3.3 Prosedur Kerja
1. Timbang dan tentukan volume benda yang yang diamati
2. Isi tangki dengan air sampai mencapai batas maksimum
3. Berat air dapat di hitung dari selisisih antara berat piknometer plus air dikurang berat
piknometer
4. Dari perbandinagan antara berat air dengan volume air maka didapat density dari air
tersebut
5. Ulangi langakah diatas untuk jenis fluida lainya
6
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
NNO Nama Benda Massa Δh1 ( m) Δh2 (m) Panjang lebar volume
(kg)
𝑚 .𝑔
d. Kerapatan relative (m g) 𝐺𝐹
0,24 𝑥 9,8
= 264,600
2,352
= 264,600
= 8,89
7
Volume benda tenggelam
Diketahui A1= 6 cm2, A2 = 8,91 cm2untuk sterofom 1 dan 2.
A1= 4,9 cm2, A2= 12 cm2 untuk batu 1 dan 2.
- Sterofom (1) = Δh1.A1 + Δh2.A2
= 0,058 . 9,45 m2 + 0,045 . 9,86
= 0,5481 + 0,4437
= 0,9918
- Sterofom (2) = Δh1.A1 + Δh2.A2
= 0,065 . 9,86
= 0,614 + 0,049
= 0,663
- Batu (1) = Δh1.A1 + Δh2.A2
= 0,051 . 7,44 + 0,0044 . 12,9
= 0,379 + 0,426
= 0,052
- Batu (2) = Δh1.A1 + Δh2.A2
= 0,065 . 7,44 + 0,044 . 12,9 m
= 0,484 + 0,568
= 1,052
Massa jenis Sterofom (1) :
𝒎
𝝆=
𝒗
0,00024 2,4 𝑥 10-4
= = = 0,2 x 10-4 = 2x10-1 x 10-4 = 2x10-5 = 0,00002 kg/dt3
12 12
𝒎
𝝆=
𝒗
0,00024
= = 0,00002 kg/dt3
12
8
BAB V
PEMBAHASAN
Dalam bahasa fisika buoyancy (daya apung) adalah daya tekan ke atas dari cairan
terhadap sebuah benda yang berlawanan dengan massa benda dan efek gravitasi. Atau dalam
bahasa sederhana, daya apung adalah kemampuan mengapung dari sebuah benda pada cairan
tertentu (misalnya air, raksa dan lain-lain). Daya apung sangat dipengaruhi oleh perbandingan
antara massa jenis benda dan cairan. Massa jenis atau sering di sebut sebagai densitas adalah
tingkat kerapatan sebuah benda. Angka massa jenis atau densitas didapat dari total massa
benda dibagi dengan total volumenya.
Berdasarkan hasil praktikum dan hasil perhitungan semakin besar massa suatu benda
maka semakin besar pula bouyancynya. Sebagaimana benda-benda yang lebih ringan dari zat
cair, maka benda akan terapung pada zat cair itu dan bila benda itu lebih berat dari zat cair,
maka benda akan tenggelam dalam zat cair tersebut. Selanjutnya apabila sebuah benda
dicelupkan sebagian atau seluruhnya ke dalam zat cair, maka akan mengalami gaya ke atas
yang sama besarnya dengan berat fluida yang dipindahkan oleh benda tersebut. Ini terbukti
dengan jumlah volume air yg berbeda ketika sterofom dan batu di celupkan ke dalam fluida
(air) karena kerapatan dari kedua benda yang berbeda sehingga tekanan dan gaya ke atas
yang berbeda pula.Dari hukum Archimedes dapat disimpulkan bahwa besarnya gaya ke atas
yang dialami oleh sebuah benda di dalam fluida sama besarnya dengan berat fluida yang
dipindahkan. Oleh karena berat fluida berbanding lurus dengan massa jenis fluida, maka
besarnya gaya ke atas yang dialami oleh benda juga sangat tergantung pada jenis fluida yang
digunakan (Nurlaili,2012).
9
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Bouyancy (keterapungan) adalah gaya tekan keatas dari fluida terhadap suatu benda
yang sebagian atau seluruhnya dicelupkan di dalam fluida. Selain itu fenomena yang umum:
sebuah benda yang dicelupkan ke dalam air nampak memiliki berat yang lebih ringan
daripada saat berada di udara. Densitas adalah massa fluida per satuan volume. Kerapatan
sebuah fluida, dilambangkan dengan huruf yunani (rho). Kerapatan biasanya digunakan
untuk mengkarakteristikan massa sebuah system fluida. Tujuan dari praktikum ini yaitu
Mempelajari prinsip tekanan keatas fluida terhadap benda terapung. Mampu untuk
menentukan kerapatan (density) dari bermacam fluida.
6.2 Saran
Berjalannya praktikum sudah lumayan lancar, tetapi tempat pelaksanaan praktikum
kurang luas.dan banyaknya anggota perkelompok membuat kurang efektif dalam melakuakn
praktikum. Selain itu karena pada praktikum dibagi 2 kelompok untuk melakukan masing-
masing percobaan, sehingga menyebabkan praktikan kurang memahami percobaan yang
tidak dia kerjakan.
10
DAFTAR PUSTAKA
Munson, Bruce R. 2010. Mekanika Fluida Edisi Keempat Jilid 1. Jakarta : Erlangga
Nurlaili. 2012. Mengukur Massa Jenis Air dan Minyak Tanah dengan Menggunakan Hukum
Archimedes. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin. 2 (1):1-6
Warsito. 2013. Analisa Pengaruh Massa Jenis terhadap Kualitas Minyak Goreng Kelapa
Sawit Menggunakan Alat Ukur Massa Jenis dan akuisisinya pada komputer. Jurnal Ilmiah
Fisika FMIPA. 2 (1): 1-7
11
ACARA II
VISCOSITAS
BAB I
PENDAHULUAN
12
1.2 Tujuan praktikum
Adapun tujuan praktikum menentukan kekentalan (viskositas) zat cair ini adalah :
1. Praktikan mampu mengetahui pengaruh jarak dan diameter bola terhadap angka
kekentalan ( viskositas)
2. Praktikan mampu mengetahui pengaruh kekentalan ( viskositas) zat cair terhadap
kecepatan bola yang dijatuhkan kedalamnya
3. Praktikan mampu mengetahui pengaruh massa bola terhadap kecepatan bola yang
dijatuhkan kedalam zat cair
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
14
kecepatan semakin besar maka gaya gesek juga semakin besar sehingga suatu saat akan
terjadi kesetimbangan dinamis ( 0=0) ; Fs =w-Fa ( Hikam.2005:51)
Koefisien viskositas air ditemukan melalui interpolasi data dari table pada suhu yang
sesuai ,perangkat percobaan viscometer Ostwald digunakan untuk menentukan
viskositasfluida ,terutama yang encer.(waluyo.2004:59)
Alat yang digunakan untuk mengukur viskositas fluida disebut viscometer.setidaknya
terdapat 2 prinsip dasar sistem metode pengukuran viskositas ,pertama metode pengukuran
berdasarkan laju aliran fluida dalam pipa kapiler vertical saat menempuh jarak tertentu.alat
yang digunakan dalam metode ini adalah viscometer Ostwald.(mochtar.1990:71)
Viskositas mendasari diberikannya tekanan terhadap tegangan geser oleh fluida
tersebut .kadang-kadang viskositas ini diserupakan dengan kekentalan.fluida yang
kental(viskos) akan mengalir lebih lama dalam suatu pipa dari fluida yang kurang
kental.viskositas dipengaruhi oleh beberapa factor-faktor diantaranya adalah :
15
BAB III
METEOLOGI PRAKTIKUM
16
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
19
4.2 Perhitungan
𝑚 935,08 𝑔 𝑘𝑔
𝜌 minyak = = = 0,93508 ⁄𝑚3 = 0,00093508 ⁄𝑚3
𝑣 1000
𝑚 861,31 𝑔 𝑘𝑔
𝜌 oli = = = 0,86131 ⁄𝑚3 = 0,00086131 ⁄𝑚3
𝑣 1000
𝑚 1036,45 𝑔 𝑘𝑔
𝜌 air = = = 1,03645 ⁄𝑚3 = 1,03645 ⁄𝑚3
𝑣 100
𝑚 1317,9 𝑔 𝑘𝑔
𝜌 sirup = = = 1,3179 ⁄𝑚3 = 0,0013179 ⁄𝑚3
𝑣 1000
Ƞ = 𝜌 bola – 𝜌 minyak
𝑚 19,92
𝜌 bola = =
𝑣 𝑣
2
V=𝜋.r
23,19
r = 1⁄2 . d
= 1⁄2 . 2,7
= 1,35
V=𝜋.r
= 3,14 (1,35)2
= 3,14 . 1,8825
= 5,72
20
Diameter kelereng kecil
Skala utama = 1,4 cm
= 15 x 0,02 = 0,30
= 1,4 + 0,3
= 1,7 cm
21
Pada (S) 50→ T = 0,3 detik
Pada (S) 60→ T = 0,3 detik
Massa air = 485,43 + 551,02 = 1036,45
4) Oli :
Kelereng kecil (Q)
Pada (S) 40 → T = 0,4 detik
Pada (S) 50→ T = 0,5 detik
Pada (S) 60→ T = 0,6 detik
Kelereng besar (Q)
Pada (S) 40 → T = 0,3 detik
Pada (S) 50→ T = 0,4 detik
Pada (S) 60→ T = 0,5 detik
Massa oli 448,87 + 412,44 = 861,31
Minyak :
𝑚 19,92
𝜌 bola = 1= = 3,48
𝑣 5,72
Ƞ1 = 𝜌 bola . 𝜌 minyak
= 3,48
𝑚 0,01992 𝑘𝑔⁄ 3
𝜌 bola1 = 1= = 0,003483 𝑚
𝑣 5,72
22
= 0,002345 – 0,00086131
= 0,00148369 Pa.s
Air :
Ƞ bola2 = 𝜌 bola2 - 𝜌 air
= 0,003483 – 0,00103645
= 0,0024655 Pa.S
Ƞ bola2 = 𝜌 bola2 - 𝜌 air
= 0,003483 – 0,00103645
= 0,00130855 Pa.S
Sirup :
Ƞ bola1 = 𝜌 bola2 - 𝜌 sirup
= 0,003483 – 0,0013179
= 0,0021651 Pa.S
Ƞ bola2 = 𝜌 bola2 - 𝜌 sirup
= 0,002345 – 0,0013179
= 0,0010271 Pa.S
BAB V
PEMBAHASAN
23
Pengaruh kekentalan oli terhadap kecepatan jatuhnya bola yaitu semakin kental suatu
zat cair atau fluida, maka daya untuk memperlambat gerakan jatuhnya bola semakin besar,
sehingga semakin kental suatu zat cair, maka akan semakin lambat pergerakan benda yang
jatuh didalamnya, sebaliknya semakin encer suatu fluida maka akan semakin cepat bola jatuh
kepermukaan. Sementar pengaruh massa juga berperan penting, jika bola yang kita
dijatuhkan kedalam zat cair atau fluida terhadap kecepatan jatuhnya bola ialah semakin besar
massa benda tersebut, maka semakin besar pula kecepatan jatuhnya benda tersebut. Dari sini
dapat diambil kesimpulan bahwa massa suatu benda yang dijatuhkan kedalam fluida
berbanding lurus terhadap kecepatan jatuhnya bola kedalam fluida (zat cair).
Praktikum mengenai viskositas zat cair ini bertujuan untuk menentukan nilai
kecepatan viskositas (kekentalan) zat cair berdasarkan Hukum Stokes. Viskositas zat cair
adalah gesekan yang ditimbulkan oleh fluida yang terjadi atas karena benda padat yang
bergerak di dalam fluida, viskositas juga dapat diartikan sebagai ukuran kekentalan zat cair.
Semakin kental suatu zat cair, maka semakin besar nilai koefisien viskositasnya. Dalam
praktikum ini, jenis fluida yang digunakan untuk mencari nilai koefisien viskositasnya adalah
sirup, air, minyak goreng dan oli.
Waktu tempuh yang diperoleh kelereng kecil saat melewati tabung berisi minyak
dengan jarak 40 adalah 0,4 detik, jarak 50 = 0,5 detik dan jarak 60 = 0,6 detik, sedangkan
kelereng besar diperoleh waktu 0,4 detik pada jarak 40, jrak 50 = 0,3 detikk dan jarak 60 =
0,4 detik.
Waktu tempuh yang diperoleh kelereng kecil saat melewati tabung berisi air dengan
jarak 40 adalah 0,2 detik, jarak 50 = 0,3 deti dan jarak 60 = 0,4 detik sedangkan kelereng
besar diperoleh waktu tempuhnya 0,2 detik dengan jarak 40, jarak 50 = 0,3 dan jarak 60 = 0,3
detik.
Waktu rempuh yang diperoleh kelereng kecil saat melewati tabung berisi oli dengan
jarak 40 adalah 0,4 detik, jarak 50 = 0,5 detik dan jarak 60 adalah 0,6 detik sedangkan pada
24
kelereng besar diperoleh waktu tempuh sebanyak 0,3 detik poada jarak 40, jarak 50 diperoleh
0,4 detik dan jarak 60 adalah 0,5 detik.
BAB VI
PENUTUP
25
6.1 Kesimpulan
Semakin besar kecepatan benda maka akan semakin besar pula gaya stookes yang
bekerja pada benda. Besarnya nilai viskositas dipengaruhi oleh jarak (d) dan kerapatan benda.
6.2 Saran
Sebaiknya pada saat praktikum, praktikum harus memahami dan menguasai materi
yang akan diujikan serta langkah yang akan dilakukan. Sehingga tidak terjadi kesalahan
dalam pengamatan atau praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
26
Bird, Tony. 1993. Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta : PT Gramedia
Streeter, Victol L dan E. Benjamin While. 1996. Mekanika Fluida Edisi Delapan jilid
I. Jakarta : Erlangga
While, Frank.M. 1988. Mekanika Fluida edisi ke-2 jilid I. Jakarta : Erlangga
27
ACARA III
28
BAB I
PENDAHULUAN
Selain dari percobaan Newton, percobaan Mekanika Fluida juga mengacu pada persamaan
Bernaulli dimana percobaan Mekanika Fluida merupakan perkembangan dari percobaan
Newton. Setiap aliran melalui pipa atau aliran fluida atau saluran terbuka melalui sekeliling
suatu objek akan senantiasa menimbulkan hambatan disebabkan gesekan antara fluida dan
permukaan didalam pipa, alat saluran terbuka atau objek yang bersentuhan dengan aliran
fluida. Gesekan ini menimbulkan kerugian energi mekanis yang menyebabkan penurunan
tekanan resultan dari hambatan viskos ( Viskos Drug ) dan aliran turbulen.
29
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gesekan aliran merupakan hambatan berupa gesekan dalam pipa fluida yang
mengakibatkan berkurangnya laju aliran dan penurunan tekanan. Besarnya hambatan aliran
karena gesekan sangat tergantung dari kekasaran dinding pipa. Dari hasil bebagai percobaan
diketahui bahwa makin kasar dinding pipa makin besar terjadinya penurunan atau kehilangan
tekanan aliran (Sihombing, 2010). Gesekan antara aliran fluida dengan permukaan sudut-
sudut dinding pompa menyebabkan sebagian energy yang diangkut oleh aliran air hilang
untuk mengatasi gesekan-gesekan tersebut. (Soekardi, 2015).
dalam aliran
b.Aliran turbulen.
Kondisi aliran dengan garis-garis aliran yang saling bersilangan sehingga terjadi
percampuran antara bidang-bidang geser di dalam fluida. Aliran ini terjadi jika viskositas
fluida rendah dan kecepatan fluida tinggi. Aliran turbulen memiliki bilangan Re > 4000
(Young, 2007).
30
zat pewarna (tinta) lintasan gerak partikel
dalam aliran
c. Aliran transisi.
Kondisi aliran peralihan dari aliran laminer menjadi aliran turbulen atau sebaliknya.
Aliran transisi adalah rejim yang terjadi antara aliran laminar dan aliran turbulen. Jadi aliran
transisi adalah proses diantara terjadinya aliran laminar ke aliran turbulen. Aliran transisi
memiliki bilangan Re antara 2300 – 4000 (Ilhami, 2011).
dalam aliran
a. Tentukan viskositas (υ) air dengan menggunakan data suhu pada tabel atau grafik.
Q
b. Kecepatan V
Α
ΔT. Τ
c. Angka gesekan atau f
0,5. .V 2
0,5. .V 2
f . .V 2
d. Tegangan geser
8
31
V .D
e. Bilangan Reynolds Re
Bilangan Reynolds merupakan suatu parameter similaritas aliran yang menjelaskan gaya-
gaya yang bekerja pada sebuah benda bergerak relative terhadap fluida yang melingkupinya.
Bilangan ini berbanding lurus dengan ukuran benda maupun kerapatan dan kecepatan relative
fluida tersebut, dan berbanding terbalik dengan viskositas fluida (Wright, 2006).
Menurut Wibishana (2009) bilangan Reynolds adalah rasio antara gaya inersia terhadap
viskos yang mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu kondisi aliran
tertentu. Bilangan ini digunakan untuk mengidentifikasikan jenis aliran yang berbeda. Rumus
bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut:
𝑉𝑥𝑑𝑝𝑖𝑝𝑎𝑥𝑝𝑎𝑖𝑟
𝑅𝑒 =
𝜇
Menurut Reynolds, ada tiga factor yang mempengaruhi keadaan aliran yaitu kekentalan
zat cair, rapat massa zat cair, dan diameter pipa. Viskositas Fluida Fluida adalah benda yang
dapat mengalami perubahan bentuk secara terus menerus karena gaya gesek yang bekerja
terhadapnya. Sifat yang erat hubungannya dengan definisi ini adalah viskositas.
Harga viskositas fluida mungkin dipengaruhi oleh besar dan lama aksi gaya yang bekerja
terhadapnya.Viskositas fluida juga dipengaruhi oleh tekanan dan temperatur. Densitas Fluida,
disamping viskositas, sifat fluida yang penting lainnya adalah densitas (masa persatuan
volume). Seperti viskositas, karakteristik gas dan cairan dalam sifat densitas ini bebeda satu
dengan lainnya. Densitas gas sangat dipengaruhi oleh tekanan dan temperaturnya, karena itu
gas juga disebut fluida termampatkan (compressible fluid). Hubungan antara densitas dengan
tekanan dan temperatur gas banyak dibahas dalam bidang termodinamika, misalnya Hukum
Gas Ideal dan persamaan Van Der Waals. Densitas cairan sedikit sekali dipengaruhi oleh
tekanan dan temperatur, karena itu cairan disebut juga fluida tak termampatkan
32
(incompressible fluid). Bedasarkan sifat kemampatan ini, aliran fluida dibagi menjadi dua,
yaitu aliran fluida termampatkan dan tak termampatkan. Seringkali bila perubahan temperatur
dan tekanan relatif kecil, permasalahan aliran gas diselesaikan dengan cara untuk fluida tak
termampatkan.
Neraca massa, fluida dinamik adalah fluida bergerak. Umunya fluida bergerak dari satu
tempat ke tempat yang lain dengan suatu alat mekanik seperti pompa atau blower, oleh
perbedaan gravitasi, atau dengan tekanan, dan mengalir melalui sistem perpipaan atau alat
proses (Welty, 2006).
Transisi dari aliran laminar ke turbulen sering terjadi sangat tiba-tiba. Pola aliran yang
stabil pada laju rendah dapat tiba-tiba menjadi tidak stabil ketika mencapai laju kritis.
Ketidakteraturan dalam pola aliran dapat disebabkan oleh kekasaran dinding pipa, perbedaan
densitas fluida, dan masih banyak factor lain. Pada laju aliran rendah, gangguan tidak terlalu
berpengaruh; pola aliran stabil dan cenderung tetap pada keadaan laminar. Tetapi ketika laju
kritis dicapai, pola aliran menjadi tidak stabil. Gangguan tidak lagi dianggap tidak
berpengaruh, tetapi bertambah sampai merusak seluruh pola aliran laminar (Young, 2007).
33
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Praktikum dilaksanakan pada hari, Rabu 26 Juli 2017 pada pukul 15.00 sampai selesai.
Bertempat di Laboratorium Perbengkelan, Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Mataram.
Peralatan yang digunakan pada praktikum ini adalah satu set alat ukur bilangan renold,
pompa air, gelas ukur, penampung air, stopwatch, suntikan. Bahan yang digunakan dalam
praktikum ini adalah zat pewarna dan air.
34
BAB IV
DATA PENGAMATAN & PERHITUNGAN
Ket : mencari debit (Q), untuk dapat menghitung kecepatan aliran (V)
1. Bukaan keran ¼ :
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒𝑎𝑖𝑟 (𝑚3 )
𝑄=
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑠)
550.666
=
2,373
= 232.054
2. Bukaan keran ½ :
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒𝑎𝑖𝑟 (𝑚3 )
𝑄=
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑠)
373.333
=
2,233
= 167.188
3. Bukaan keran penuh :
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒𝑎𝑖𝑟 (𝑚3 )
𝑄=
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑠)
470.333
=
2,573
= 182.795
35
Mencari kecepatan aliran (V) :
1. Bukaan keran ¼
𝑑𝑒𝑏𝑖𝑡(𝑄)
𝑉=
𝑙𝑢𝑎𝑠(𝐴)
232.054
=
0,0001226562
= 1,891
2. Bukaan keran ½
𝑑𝑒𝑏𝑖𝑡(𝑄)
𝑉=
𝑙𝑢𝑎𝑠(𝐴)
167.188
=
0,0001226562
= 1,363
3. Bukaan keran penuh
𝑑𝑒𝑏𝑖𝑡(𝑄)
𝑉=
𝑙𝑢𝑎𝑠(𝐴)
182.795
=
0,0001226562
= 1,490
36
BAB V
PEMBAHASAN
Hambatan berupa gesekan dalam pipa fluida yang mengakibatkan berkurangnya laju
aliran dan penurunan tekanan disebut sebagai gesekan aliran. Besarnya hambatan aliran
karena gesekan sangat tergantung dari kekasaran dinding pipa.
Pada praktikum kali ini yang dilakukan ialah pertama-tama siapkan terlebih dahulu
peralatan yang akan dipergunakan untuk praktikum. Kemudian alirkan air kedalam pipa
horizontal kemudian diberi suntikan zat pewarna. Keran diatur dengan bukaan 1⁄4, 1⁄2 dan
1 (bukaan penuh), amati kecepatan pergerakan tinta dalam pipa. Setelah itu lakukan
percobaan untuk aliran laminer, transisi dan turbulen. Setiap masing-masing perlakuan
diulang sebanyak tiga kali ulangan dan dihitung bilangan renold untuk setiap aliran.
Pada prose perhitungan untuk mencari data pengamatan, terlebih dahulu harus
mencari debit-nya, yang dimana diperoleh hasil, untuk bukaan keran ¼ 232.054, bukaan
keran ½ 167.188dan untuk bukaan penuh 182.795. Setelah hasil debit sudah ditemukan,
barulah disini kita bisa mencari berapa kecepatan alirannya (V) yang diperoleh hasil sbb,
1,891, 1,490 dan 1,363. Selanjutnya kita mencari berapa bilangan reynolds (Re) dengan
rumus yang sudah ditetapkan, dari hasil perhitungan bilangan reynolds ini diperoleh hasil,
untuk bukaan keran ¼ (23,590), untuk bukaan keran ½ (17,003) dan untuk bukaan penuh
(18,587).
37
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Tujuan dari praktikum kali ini adalah agar mahasiswa mampu mengetahui
karakteristik aliran laminar dan turbulen dan juga mengetahui pengaruh terjadinya
gesekan aliran terhadap factor pengaruh pengaliran. Gesekan aliran merupakan
hambatan berupa gesekan dalam pipa fluida yang mengakibatkan berkurangnya laju
aliran dan penurunan tekanan. Besarnya hambatan aliran karena gesekan sangat
tergantung dari kekasaran dinding pipa.
2. Ada tiga aliran yaitu ; aliran laminar, turbulen dan transisi.
3. Dilakukan pengulangan tiga kali guna mendapatkan hasil yang lebih akurat.
6.2. Saran
Dalam praktikum diharapkan praktikan lebih jeli dan teliti dalam mengukur karena
waktu yang dibutuhkan hanya 5 detik. Selain itu, factor alat dan bahan juga berpengaruh
dalam pelaksanaan praktikum. Kesalahan sedikit dalam pengoperasian dapat berpengaruh
terhadap hasil akhir praktikum.
38
DAFTAR PUSTAKA
Ilhami, Dhiniah Nur, dkk. 2011. Laporan Praktikum Pendukung Proses Aliran Fluida.
Bandung: Politeknik Negeri Bandung
Sihombing, Risma. 2010. Aliran Fluida dalam Pipa. Palembang: Universitas Sriwijaya
Sumantri, Agus, dkk. 2012. Praktikum Dasar Teknik Kimia Aliran Fluida. Yogyakarta:
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
Soekardi, Chandrasa. 2015. Termodinamika Dasar Mesin Konversi Energi. Yogyakarta: CV.
ANDI OFFSET
Welty,Jame R., dkk. 2006. Dasar-Dasar Fenomena Transport Edisi Keempat. Jakarta:
Erlangga
Wibhisana, Himawan, dkk. 2009. Pengaruh Variasi Bilangan Reynold terhadap Distribusi
Tegangan pada Riser Akibat Arus Laut. Malang: Universitas Brawijaya
39
ACARA IV
MENGHITUNG DEBIT ALIRAN
SUNGAI
BAB I
PENDAHULUAN
Debit air adalah jumlah air yang mengalir dalam suatu penampang tertentu (sungai/
saluran/mata air). Pemilihan lokasi pengukuran debit air : di bagian sungai yang relatif lurus;
jauh dari pertemuan cabang sungai; tidak ada tumbuhan air; aliran tidak turbelen; aliran tidak
melimpah melewati tebing sungai. Pengukuran debit air sangat dipengaruhi oleh kecepatan
arus air. Kecepatan arus yang berkaitan dengan pengukuran debit air ditentukan oleh
kecepatan gradien permukaan, tingkat kekasaran, kedalaman, dan lebar perairan.
Tujuan dilaksanakannnya praktikum ini adalah untuk mengukur debit aliran sungai dengan
metode current meter, pelampung dan sekat ukur.
40
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Besarnya debit sedimen terlarut/suspensi dapat dihitung melalui pengukuran debit dan
pengambilan sampel sedimen. Sampel sedimen suspensi yang diambil dari suatu lokasi pos
duga air dilakukan setelah pengukuran debit. Lokasi pengambilan sampel harus memenuhi
syarat sebagaimana yang berlaku pada pengukuran debit.
Alat pengambil sampel sedimen jenis USDH 48 yang digunakan pada saat
pengukuran debit dengan merawas.
Alat pengambil sampel sedimen jenis USD 59 untuk pengukuran debit menggunakan
perahu, sisi jembatan, cable car dan winch cable way.
Botol sampel isi 500 ml lengkap dengan etiketnya
Seperangkat peralatan pengukuran debit lengkap
Jika maksud pengambilan sampel untuk mendapatkan data distribusi konsentrasi sedimen
suspensi terhadap kedalaman, maka digunakan metode integrasi titik. Metode integrasi
kedalaman diperlukan bila diinginkan analisa hidrologi yang terkait dengan sedimen suspensi
dari suatu SWS atau DPS (Anonim,2014).
Menurut Nurdin (1984) air adalah zat yang mengelilingi semua organismedan merupakan
bagian terbesar pembentuk tumbuh-tumbuhan dan binatang air. Air juga meruapakan tempat
terjadinya berbagai reaksi kimia oleh berbagaiorganisme hidup. Menurut Adriman (2002)
menyatakan bahwa perairan umum adalahbagian permukaan bumi yang secar permanent
maupun berkala digenangi oleh air,baik air tawar, payau maupun air laut, mulai dari garis
pasng surut terendah kearah daratan dan badan air tersebut terbentuk secara alami atau
buatan. Menurut Sachlan (1980) perairan umum merupakan sumberdaya yangmempunyai
potensi besar baik bagi perikanan maupun untuk kehidupan manusia.
Air merupakan bagian yang esensial dari protoplasma dan dapat dikatakan bahwasemua
jenis makhluk hidup bersifat aquatic. Menurut Sihotang (1988) bahwa debit air adalah jumlah
air yang mengalirdari suatu penampang tertentu (sungai, saluran, mata air) persatuan waktu
(ltr/dtk,m3 /dtk, dm3 /dtk). Menurut Fauzi (1996) bahwa arus merupakan pergerakan dan
perpindahanmassa air secara horizontal dari suatu tempat ke tempat lain. Menurut Goldman
41
dalam Rambe (1999) bahwa kecepatan arus air dibedakan menjadi beberapa kelompok yaitu arus
yang sangat cepat ( > 100cm/detik), cepat (50 – 100 cm/detik), sedang (25 – 50 cm/detik), lambat
(10 – 25cm/detik) dan sangat lambat (< 10 cm/detik).
Menurut Mahida (1984) bahwa pergerakan air yang cukup lambat didaerah berlumpur
menyebabkan patikel-partikel halus mengendap dan detritusberlimpah. Menurut Hehanusa
(2001) debit adalah jumlah atau volume air yangmengalir di sungai atau badan air yang lain
(asal kata dari Belanda, debiet ), dinyatakan dalam satuan volume per satuan waktu. Menurut
Asdak (2002) bahwa pada musim kemarau besar debit air aliranair menyusut drastis.
Menurut Danar (2004) bahwa pada musim hujan debit air meningkatdrastis. Dengan
tingginya debit air, seluruh air dengan kandungan organik yangtinggi di dalamnya akan
tersapu habis dan masuk ke perairan pesisir. Menurut Odum (1971) bahwa pengendapan
partikel lumpur di dasarperairan tergantung pada arus.
Debit aliran adalah jumlah air yang mengalir dalam satuan volume per waktu. Debit
adalah satuan besaran air yang keluar dari Daerah Aliran Sungai (DAS). Satuan debit yang
digunakan adalah meter kubir per detik (m3/s). Debit aliran adalah laju aliran air (dalam
bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu
(Asdak,2002).
Dalam praktek, sering variasi kecepatan pada tampang lintang diabaikan, dan kecepatan
aliran dianggap seragam di setiap titik pada tampang lintang yang besarnya sama dengan
kecepatan rerataV, sehingga debit aliran adalah:
Q = AxV
Dengan :
Q =Debit Aliran (m3/s)
42
lingkaran. Variabel yang diamati adalah debit air pada masing-masing saluran drainase.Debit
air sungai merupakan tinggi permukaan air sungai yang terukur oleh alat ukur permukaan air
sungai ( Mulyana, 2007).
Perlu diingat bahwa distribusi kecepatan aliran di dalam alur tidak sama arah
horisontal maupun arah vertikal. Dengan kata lain kecepatan aliran pada tepi alur tidak sama
dengan tengah alur, dan kecepatan aliran dekat permukaan air tidak sama dengan kecepatan
pada dasar alur.
A : teoritis
1) Velocity Method
Pada prinsipnya adalah pengukuran luas penampang basah dan kecepatan aliran.
Penampang basah (A) diperoleh dengan pengukuran lebar permukaan air dan pengukuran
kedalaman dengan tongkat pengukur atau kabel pengukur. Kecepatan aliran dapat diukur
dengan metode : metode current-meter dan metode apung.
Current meter adalah alat untuk mengukur kecepatan aliran (kecepatan arus). Ada dua tipe
current meter yaitu tipe baling-baling (proppeler type) dan tipe canting (cup type). Oleh
karena distribusi kecepatan aliran di sungai tidak sama baik arah vertikal maupun
horisontal, maka pengukuran kecepatan aliran dengan alat ini tidak cukup pada satu titik.
Debit aliran sungai dapat diukur dengan beberapa metode. Tidak semua metode
pengukuran debit cocok digunakan. Pemilihan metode tergantung pada kondisi (jenis
sungai, tingkat turbulensi aliran) dan tingkat ketelitian yang akan dicapai.
43
2) Pengukuran Debit dengan Cara Apung (Float Area Methode)
Q=AxkxU
Q = debit (m3/det)
k = koefisien pelampung
Pengukuran :
Ada 4 cara pengukuran kecepatan aliran yang disajikan dalam Tabel berikut :
Keterangan :
Kecepatan aliran dihitung berdasarkan jumlah putaran baling-baling per waktu putarannya
(N = putaran/dt). Kecepatan aliran V = aN + b dimana a dan b adalah nilai kalibrasi alat
current meter. Hitung jumlah putaran dan waktu putaran baling-baling (dengan
stopwatch).
44
3) Pengukuran Debit dengan Metode Kontinyu.
Current meter diturunkan kedalam aliran air dengan kecepatan penurunan yang
konstant dari permukaan dan setelah mencapai dasar sungai diangkat lagi ke atas dengan
kecepatan yang sama.
Pengukuran Debit dengan Metode Kontinyu Current meter diturunkan kedalam aliran air
dengan kecepatan penurunan yang konstant dari permukaan dan setelah mencapai dasar
sungai diangkat lagi ke atas dengan kecepatan yang sama.
45
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
46
6. Hitung kecepatan alira sungai rata-rata pada setiap segmen dengan cara
menjumlahkan nilai pengamatan dibagi unit pengamatan.
7. Dihitung adebit aliran sungai dengan rumus yang tersedia.
Prosedur pengukuran kecepatan aliran sungai dengan metode apung adalah
sebagai berikut :
1. Ukurlah panjang sungai menggunakan meter yang akan dijadikan lintasan benda.
Panjang lintasan sekurang-kurangnya memberikan waktu perjalanan selama 20
detik.
2. Jatuhkan benda yang dapat terapung pada titik pengamatan 1 dan secara bersamaan
waktu mulai diukr dengan stopwaatch. Hentikan waktu pengamatan ketika benda
telah sampai pada titik pengamatan 2.
3. Catat waktu tempuh benda tersebut.
4. Lakukan pengamatan bagian kiri, tengah, dan kanan masing-masing 3 kali
pengulangan.
5. Hitung rata-rata waktu tempuh benda.
6. Hitung kecepatan aliran sungai dengan membagi jarak lintasan dengan waktu
tempuh.
7. Hitung debit aliran sungai dengan mengalikan luas penampang saluran dengan
kecepatan aliran hasil pengukuran pada poin 6.
Prosedur pengukuran kecepatan aliran sungai dengan metode apung adalah
sebagi berikut :
1. Siapkan semua alat yang akan digunakan.
2. Pasang sekat ukuran sesuai yang dikehendaki.
3. Alirkan air ke debit yang rendah.
4. Catat tinggi permukaan air dari bawah sekat ukur.
5. Dalam waktu bersamaan hitung kenaikan permukaaan air pada tangki penentu
debit.
47
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
3 33,23
2. Tengah 1 29,80
3 28,46
3. Tepi 1 41,7
kanan
2 5,1 cm 10 0,65 6,5 0,275 2,09 35,45
3 31,89
= 0,1005 m3/dt
48
𝑸
Ʋ=𝑨
0,1005
= 6,5
= 0,0154
Volume tengah :
V=pxlxt
= 10 x 0,65 x 0,05
= 0,325 m3
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑚3)
Q= 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑠)
0,325
= 50,045
= 0,0065 m3/dt
𝑸
Ʋ=𝑨
0,1005
= 6,5
= 0,01
V=pxlxt
= 10 x 0,65 x 0,051
= 0,3315 m3
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑚3)
Q= 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑠)
0,3315
= 37,62
= 0,0088 m3/dt
𝑸
Ʋ=𝑨
0,10088
= 6,5
= 0,00135
49
Pengukuran konstanta debit (K) dengan sekat :
- Segiempat
K = 2/3 x √2. 𝑔 x b
= 28,942
- Segitiga
K = 8/15 x √2 𝑔 . 45⁄2
1⁄
= 8/15 x √2 . 9,8 . 2⁄
2
- Trapezium
K = 8/15 x √2. 𝑔 . 𝑏
= 8/15 x √2 .9,8 . 9,8
= 8/15 √19,6 . 9,8
= 8/15 . 4,43 . 9,8
347,312
= 15
= 23,154
BAB V
50
PEMBAHASAN
Debit aliran merupakan banyaknya air yang mengalir dalam satuan volume per
waktudengan satuan meter kubir per detik (m3/s). Debit aliran adalah laju aliran air (dalam
bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu.
Debit aliran tersebut dipengaruhi dengan adanya siklus hidrologi, salah satunya yaitu
hujan. ketika intensitas hujan rendah debit aliran kecil sedangkan ketika intensitas hujan
tinggi debit aliran akan semakin besar. Besar kecilnya debit aliran mempengaruhi sedimentasi
yang terjadi pada hulu sungai.
Debit aliran merupakan satuan untuk mendekati nilai-nilai hidrologis proses yang
terjadi di lapangan. Kemampuan pengukuran debit aliran sangat diperlukan untuk mengetahui
potensi sumber daya air di suatu wilayah DAS (Daerah Aliran Sungai). Debit aliran dapat
dijadikan sebuah alat untuk memonitor dan mengevaluasi neraca air suatu kawasan melalui
pendekatan potensi sumberdaya air permukaan yang ada (Soedradjat,S.1983).
Pada praktikum yang kami lakukan, kami mengukur jarak tempuh yang akan
digunakan sebagai lintasan pelampung dan kegiatan pengukuran debit aliran sungai dilakukan
dengan dua metode antara lain dengan menggunakan pelampung dan sekat ukur. Dari kedua
metode tersebut, terdapat perbedaan dari segi proses pelaksanaan kegiatan pengukuran
kecepatan aliran.Pada penggunaan metode pelampung, digunakan suatu benda yang dapat
mengapung seperti pipa. Kemudian benda tersebut dijatuhkan pada titik pengamatan satu dan
pencatatan waktu dimulai dengan menggunakan stopwatch dan pencatatan waktu dihentikan
setelah benda telah sampai pada titik pengamatan dua, barulah kecepatan aliran sungai dapat
diukur. Kegiatan ini diulang sebanyak tiga kali baik dari sisi kiri, tengah dan kanan.
Selanjutnya dengan penggunaan sekat ukur, pengukuran dapat dilakukan setelah sekat ukur
dipasang dengan serapat rapatnya, diusahakan agar aliran air tidak melewati sisi bagian kanan
dan kiri sekat ukur, melainkan aliran air harus keluar melalui sekat yang berbentuk segi
empat, segitiga dan trapesium.
51
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1) Debit aliran adalah jumlah air yang mengalir dalam satuan volume per waktu.
2) Kecepatan aliran berbanding lurus dengan besarnya debit dimana semakin besar
kecepatan aliran air maka semakin besar debit air yang dihasilkan.
3) Debit air dipengaruhi oleh kecepatan aliran sungai, luas permukaan, serta alat
yang digunakan untuk menghitungnya.
6.2 Saran
Sebelum melakukan praktikum ada baiknya mengecek peralatan yang akan digunakan
dan sebaiknya para praktikan memperhatiakan apa yang menjadi instruksi dari Co.Aas agar
praktikum dapat berjalan dengan lancar.
52
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2014.http://raharjabayu.wordpress.com/2011/06/13/pengukuran-debit-dan-
pengambilan-sampel/.diakses tanggal 02 Januari 2014 pukul 15.30 WIB.
Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Asdak.Chay.2002.Hidrologi Dan Pengelolaan
53