Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN NY.

K DENGAN
TUBERKULOSIS PARU DI RUANG POLI DALAM
RSUD CILILIN

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


Gelar Profesi Ners

Dewi Nur Fadilah


D522088

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2022
A. Konsep Teori Penyakit
1. Definisi
Tuberculosis (TB) adalah suatu penyakit menular yang paling sering
mengenai parenkim paru, biasanya disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. TB dapat menyebar hamper ke setiap bagian tubuh, termasuk
meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe. Infeksi awal biasanya terjadi
dalam 2 sampai 10 minggu setelah pajaran. Pasien kemudian dapat
membentuk penyakit aktif karena respons system imun menurun atau tidak
adekuat. Proses aktif dapat berlangsung lama dan karakteristikkan oleh
periode remisi yang Panjang ketika penyakit dihentikan, hanya untuk
dilanjutkan dengan periode aktivitas yang diperbarui. TB adalah masalah
Kesehatan masyarakat di seluruh dunia yang erat kaitannya dengan
kemiskinan, malnutrisi, kepadatan penduduk, perumahan di bawah standar,
dan tidak memadainya layanan Kesehatan. Angka mortalitas dan morbiditas
terus meningkat (Brunner&Suddarth, 2014).
Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit mikobakterial
paling terserang selama sejarah manusia, selain lepra. Centers for Disease
Control and Prevention melaporkan sekitar 2 miliar orang, atau sepertiga
populasi dunia, terinfeksi bakteri yang menyebabkan tuberkulosis (Black &
Hawks, 2014).
2. Etiologi
Menurut (Muhamad Ardiyansyah, 2012), Tuberkulosis paru
merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mycobaterium
tuberculosis tipe humanus, sejenis kuman berbentuk batang dengan Panjang
1-4 mm dan tebal 0,3-0,6 mm. struktur kuman ini terdiri atas lipid (lemak)
yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam, serta dari berbagai
gangguan kimia lebih tahan terhadap asam, serta dari berbagai gangguan
kimia dan fisik. Kuman ini juga tahan berada di udara kering dan keadaan
dingin (misalnya di dalam lemari es) karena sifatnya yang dormant, yaitu
dapat bangkit Kembali dan menjadi lebih aktif. Selain itu kuman ini juga
bersifat aerob.
3. Anatomi dan Fisiologi
a. Anatomi Paru
Paru adalah struktur elastik yang di bungkus dalam sangkar toraks,
yang merupakan suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat
menahan tekanan. Ventilasi membutuhkan gerakan dinding sangkar
toraks dan dasarnya, yaitu diagfrahma. Efek dari gerakan ini adalah
secara bergantian meningkatkan dan menurunkan kapasitas dada. Ketika
kapasitas dalam dada meningkat, udara masuk melalui trakea (inspirasi),
karena penurunan tekanan di dalam dan mengembangkan paru Ketika
dinding dada diagfrahma Kembali ke ukurannya semula (ekspirasi),
karena penurunan tekanan di dalam dan mengembangkan paru. Ketika
dinding dada dan diagfrahma kembali ke ukurannya semula (ekspirasi),
paru – paru yang elastis tersebut mengempis dan mendorong udara keluar
melalui bronkus dan trakea. Fase inspirasi dari pernafasan normalnya
membutuhkan energi : fase ekspirasi normalnya positif. Inspirasi
menempati sepertiga dari siklus pernapasan. Ekspirasi menempati dua
pertiganya.
1. Pleura. Bagian terluar dari paru – paru, dikelilingi oleh membrane
halus, licin yaitu pleura, yang juga meluas untuk membungkus
dinding interior toraks dan permukaan superior diagfrahma. Pleura
parietalis melapisi tiraks pleura viseralis melapisi paru – paru. Antara
kedua pleura ini terdapat ruang yang disebut spasium pleura, yang
mengandung sejumlah kecil cairan yang melicinkan permukaan dan
memungkinkan keduanya bergeser dengan bebas selama ventilasi.
2. Mediastinum. Mediastinum adalah dinding yang membagi rongga
toraks menjadi dua bagian. Mediastinum terbentuk dari dua lapisan
pleura. Semua struktur toraks kecuali terletak antara kedua lapisan
pleura.
3. Lobus. Setiap paru dibagi menjadi lobu – lobus. Paru kiri atas lobus
bawah dan atas, sementara paru kanan mempunyai lobus atas, tengah
dan bawah. Setiap lobus lebih jauh dibagi lagi menjadi dua segmen
yang di pisahkan oleh fisura, yang merupakan perluasan pleura.
4. Bronkus dan bronkiolus. Terdapat beberapa divisi bronkus di dalam
setiap lobus paru. Pertama adalah bronkus loburis (tiga pada paru
kanan dan dua pada paru kiri). Bronkus lobaris dibagi menjadi
bronkus segmental (10 pada paru kanan dan 8 pada paru kiri), yang
merupakan struktur yang dicari Ketika memilih posisi drainse
postural yang paling efektif untuk pasien tertentu. Bronkus segmental
kemudian dibagi lagi menjadi bronkus subsegmental. Bronkus ini
dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki arteri, limfatik dan saraf.
5. Alveoli. Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli, yang tersusun
dalam kluster antara 15 sampai 20 alveoli. Begitu banyaknya alveoli
ini sehingga jika mereka bersatu untuk membentuk satu lembar, akan
menutupi area 70 meter persegi (seukuran lapang tenis). Terdapat tiga
jenis sel-sel alveolar. Sel-sel alveolar tipe I adalah sel epitel yang
membentuk dinding alveolar. Sel-sel alveolar tipe II sel-sel yang aktif
secara secara metabolic, mensekresi surfaktan, suatu fosfolipid yang
melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps.
Sel alveoli tipe III adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagositis
yang besar yang memakan benda asing (missal : lender, bakteri) dan
bekerja sebagai mekanisme pertahanan yang penting. (Brunner &
Suddarth, 2013).
b. Fisiologi Paru
1. Transpor Oksigen
Oksigen dipasok ke sel dan karbon dioksida dibuang dar sel melalui
sirkulasi darah. Sel-sel berhubungan dekat dengan kapiler, yang
berdinding tipis sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran atau
lewatnya oksigen dan karbon dioksida dengan mudah. Oksigen
berdifusi dari kapiler, menembus dinding kapiler ke cairan interstisial
dan kemudian melalui membran sel-sel ke jaringan, tempat dimana
oksigen dapat digunakan oleh mitokondria yntuk pernafasan seluler.
Gerakan karbon dioksida juga terjadi melalui difusi dan berlanjut
dengan arah yang berlawanan dari sel ke dalam darah.
2. Pertukaran Gas
Setelah pertukaran kapiler jaringan ini, darah memasuki vena sistemik
(dimana disebut darah vena) dan mengalir ke sirkulasi pulponal.
Konsentrasi oksigen dalam darah di dalam kapiler paru-paru lebih
rendah disbanding dengan konsentrasi dalam kantung udara paru,
yang disebut alveoli. Sebagai akibat gradien konsentrasi ini, oksigen
berdifusi dari alveoli ke dalam darah. Karbon dioksida yang
mempunyai konsentrasi dalam darah lebih tinggi dari dalam alveoli,
berdifusi dari dalam alveoli.
Gerakan udara kedalam keluar jalan nafas (ventilasi) secara continue
memurnikan oksigen dan membuang karbon dioksida dari jalan dalam
paru. Keseluruhan proses pertukaran gas antara udara atmosfir dan
darah dan antara darah dengan sel-sel tubuh ini disebut respirasi.
4. Patofisiologi
Kuman tuberkulosis masuk ke dalam tubuh melalui udara pernafasan,
bakteri yang terhirup akan di pindahkan melalui jalan nafas ke alveoli, tempat
dimana mereka berkumpul dan mulai untuk memperbanyak diri. Selain itu
bakteri juga dapat di pindahkan melalui sistem life dan cairan darah ke
bagian tubuh yang lainnya. Sistem imun tubuh berespon dengan melakukan
reaksi inflamasi, fagosit menekan banyak bakteri, limfosit spesifik
tuberkulosis menghancurkan bakteri dan jaringan normal, reaksi jaringan ini
mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli yang dapat menyebabkan
bronchopneumonia.
Infeksi awal biasanya terjadi 2 sampai 10 minggu setelah pemajam.
Massa jaringan baru yang disebut granuloma merupakan gumpalan basil yang
masih hidup dan sudah mati dikelilingi oleh makrofag dan membentuk
dinding protektif granuloma diubah menadi jaringan fibrosa bagian sentral
dari fibrosa ini disebut tuberkel. Bakteri dan makrofag menjadi nekrotik
membentuk massa seperti keju. Setelah pemajman dan infeksi awal, individu
dapat mengalami penyakit aktif karena penyakit tidak adekuatnya sistem
imun tubuh. Penyakit aktif dapat juga terjadi dengan infeksi ulang dan
aktivasi bakteri. Tuberkel memecah melepaskan bahan seperti keju ke dalam
bronchi. Tuberkel yang pecah menyembuh dan membentuk jaringan parut
paru yang terinfeksi menjadi lebih membengkak dan mengakibatkan
terjadinya bronchopneumonia lanjut (Ahmad Ruhardi, 2021).
5. Komplikasi
Tanpa pengobatan tuberkulosis akan berakibat fatal, penyakit aktif
yang tidak diobati biasanya menyerang paru-paru, namun bisa menyebar
kebagian tubuh lain melalui aliran darah (Muhamad Ardiyansyah, 2012).
Komplikasi Dini :
a. Pleuritis
Pleuritis / radang selaput dada adalah peradangan jaringan yang melapisi
paru – paru dan rongga dada.
b. Efusi pleura
Efusi pleura adalah penumpukan cairan diantara jaringan yang melapisi
paru – paru dan dada, cairan dapat menumpuk di sekitar paru – paru
karena pemompaan jantung yang kurang baik atau karena peradangan.
c. Empiema
Empiema adalah penumpukan nanah di rongga pleura, yaitu area di antara
lapisan luar paru – paru dengan lapisan dinding dada bagian dalam.
d. Laringitis
Laringitis adalah peradangan kotak suara akibat penggunaan berlebihan,
iritasi, atau infeksi,
e. TB usus
TB usus adalah kondisi Ketika bakteri Mycobacterium tuberculosis
menginfeksi organ perut, peritoneum (selaput dalam rongga perut), dan
usus.
Komplikasi Lanjut :
a. Obstruksi jalan nafas atas
Obstruksi jalan nafas atas adalah gangguan yang mengakibatkan
penyumbatan pada saluran pernafasan bagian atas.
Obstruksi saluran nafas atas terdiri dari empat jenis, seperti :
1). Epiglotitis (peradangan pita suara)
2). Sindrom croup (infeksi saluran nafas)
3). Laringotrakeobronkitis (batuk yang dikarenakan peradangan pada
saluran napas)
4). Trakeitis bakterialis (infeksi saluran napas yang disebabkan oleh
bakteri)
b. Kor pulmonale
Kor pulmonale adalah gagal jantung bagian kanan karena suatu penyakit
pada paru – paru.
c. Amiloidosis
Amyloidosis adalah penumpukan protein amyloid pada jantung, ginjal,
hati, atau organ lainnya.
6. Manifestasi Klinis
Menurut (Black & Hawks, 2014), tanda dan gejala tuberkulosis yaitu:
a. Gejala Paru
1. Batuk berdahak lebih dari dua minggu
2. Dada terasa sakit atau nyeri
3. Sesak di dada
4. Batuk-batuk dengan mengeluarkan darah atau pernah mengeluarkan
darah
b. Gejala Umum
1. Rasa lelah
2. Anoreksia (hilang nafsu makan)
3. Kehilangan berat badan
4. Demam di ikuti menggigil dan berkeringat (pada malam hari).
7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik menurut Brunner & Suddarth (2014) yaitu :
a. Kultur sputum
Menunjukan hasil positif untuk Mycobacterium tuberkulosis pada stadium
aktif.
b. Skin test (PPD, Mantoux, Tine, Vollmer Patch)
Reaksi positif (area indurasi 10 mm atau lebih, timbul 48-72 jam setelah
injeksi antigen intradermal) mengindikasikan infeksi lama dan adanya
antibody tetapi tidak mengindikasikan penyakit sedang aktif.
c. Foto rontgen dada (chest x-ray)
Dapat memperlihatkan infiltrasi kecil pada lesi awal di bagian paru-paru
bagian atas, deposit kalsium pada lesi primer yang membaik atau cairan
pada efusi. Perubahan mengindikasikan TB yang lebih berat dapat
mencakup area berlubang dan fibrosa.
d. Histologi atau kulur jaringan (termasuk kumbah lambung, urin dan CSF,
serta biopsi kulit)
Menunjukan hasil positif untuk Mycobacterium tuberculosis.
e. ABGS
Mungkin abnormal, bergantung pada lokasi, berat, dan sisa kerusakan
paru.
f. Bronkografi
Merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronkus atau
kerusakan paru karena TB.
g. Darah
Leukositosis, lajuendap darah (LED) meningkat.
h. Tes fungsi paru
VC menurun, dead space meningkat, TLC meningkat, dan saturasi oksigen
menurun yang merupakan gejala sekunder dari fibrosis / infiltrasi
parenkim paru dan penyakit pleura.

B. Konsep Proses Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses melakukan pemeriksaan atau penyelidikan oleh
seorang perawat untuk mempelajari kondisi pasien sebagai Langkah awal
yang akan dijadikan pengambilan keputusan klinik keperawatan. Oleh
karena itu pengkajian harus dilakukan dengan teliti dan cermat sehingga
seluruh kebutuhan keperawatan dapat teridentifikasi. Pada pasien
Tuberkulosis Paru pengkajian meliputi :
a) Identitas Pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, Pendidikan, pekerjaan,
suku/bangsa, status pernikahan.
b) Identitas Penanggung Jawab
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, Pendidikan, pekerjaan,
suku/bangsa, status pernikahan, hubungan dengan pasien.
c) Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan utama adalah ras nyeri akut dan kronik, selain itu pasien
juga akan kesulitan beraktivitas memperoleh pengajuan yang
lengkap tentang rasa nyeri pasien.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Dikaji penyakit apa saja yang di derita pasien sekarang
3) Riwayat Keluhan Dahulu
Dikaji apakah pasien pernah menderita penyakit seperti ISPA, TBC
Paru, trauma. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya faktor predisposisi.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Dikaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-
penyakit yang disinyalir sebagai penyebab Tuberkulosis Paru seperti
asma, penumonia dan lain sebagaiya.
d) Pemeriksaan Fisik
a. Head to toe
b. Data fokus
2. Analisis data / Phatway
3. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan (D.0001)
b. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas (D.0005)
c. Defisit Nutrisi b.d ketidak mampuan mencerna makanan (D.0019)

4. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI
(SDKI)
1. D.0001 Setelah dilakukan Observasi
Bersihan jalan nafas tidak intervensi keperawatan - Monitor pola nafas
efektif b.d sekresi yang selama 1 x 24 jam - Monitor bunyi nafas
tertahan diharapkan bersihan jalan - Identifikais
Dibuktikan dengan : nafas meningkat dengan
kemampuan batuk
Gejala & tanda mayor kriteria hasil :
Objektif - Produksi sputum - Monitor seputum
- Batuk tidak efektif menurun (jumlah, warna,
- Tidak mampu - Mengi menurun aroma)
batuk - Wheezing - Monitor tanda dan
- Sputum berlebih menurun gejala infeksi
- Mengi, wheezing - Frekuensi nafas saluran nafas
dan ronkhi kering dalam rentang Teraupetik
normal - Posisikan semi
Gejala & tanda minor
Subjektif - Batuk efektif fowler
- Dipsnea meningkat - Berikan minum air
- Pola nafas hangat
Objektif meningkat - Lakukan suction
- Pola nafas berubah
selama 15 detik
- Frekuensi nafas
- Berikan oksigen jika
berubah
perlu

Edukasi
- Anjurkan asupan
cairan 2000 ml / hari
- Ajarkan batuk
efektif

Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
broncodlar

2. D.0005 Setelah dilakukan Observasi


Pola nafas tidak efektif intervensi keperawatan - Monitor pola nafas
b.d hambatan upaya nafas selama 1 x 24 jam (frekuensi keadaan
Dibuktikan dengan : diharapkan pola nafas usaha nafas)
- Dipsnea membaik dengan kriteria
- Monitor bunyi nafas
Gejala & tanda mayor hasil :
- Kapasitas vital tambahan (gurgling,
Subjektif
Objektif membaik mengi wheezing,
- Penggunaan otot - Tekanan ekpirasi ronki)
bantu pernafasan meningkat - Auskultasi bunyi
- Fase ekspirasi - Dipsnea menurun nafas
memanjang - Penggunaan otot - Monitor saturasi
- Pola nafas bantu nafas oksigen
abnormal (mis. menurun Teraupetik
Takipnea, - Frekuensi nafas - Posisikan semi
bradypnea, membaik fowler
hiverpentilasi) - Lakukan fisioterapi
Gejala & tanda minor dada
Objektif - Berikan oksigen jika
- Pernafasan cuping perlu
hidung
Kolaborasi
- Tekanan ekspirasi
- Kolaborasi
menurun
pemberian
- Tekanan inspirasi
bronkodilator
menurun
3. D.0019 Setelah dilakukan Observasi
Deficit nutrisi b.d ketidak intervensi keperawatan - identifikasi status
mampuan mencerna selama 1 x 24 jam nutrisi
makanan diharapkan deficit nutrisi - identifikasi alergi
Dibuktikan dengan : meningkat dengan
dan intoleransi
Gejala & tanda mayor kriteria hasil :
Objektif - kekuatan otot makanan
- Berat badan mengunyah - identifikasi makanan
menurun minimal meningkat yang disukai
10% di bawah - kekuatan otot - identifikais
menelan kebutuhan kalori dan
Gejala & tanda minor jenis nutrisi
Subjektif meningkat - monitor asupan
- Nafsu makan makanan
menurun - monitor berat badan
Objektif Terapeutik
- Bising usus - lakukan oral hygine
hiperaktif sebelum makan jika
- otot mengunyah perlu
lemah - berikan makanan
- otot menelan tinggi serat kalori
lemah dan tinggi protein
- serum albumin - berikan suplemen
turun makanan jika perlu

Edukasi
- anjurkan posisi
duduk jika mampu

Kolaborasi
- kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan

Anda mungkin juga menyukai