Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH OKSIGENASI

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

1.Endi Eka Saputra
2.mardalena
3.Mera mareta








SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA PALEMBANG
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2010/2011






















DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang............................................................................. 1

1.2Tujuan Khusus............................................................................. 2

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Oksigenasi................................................................. 3

2.2 Karakteristik Oksigen.................................................................. 3
a. Struktur............................................................................ 4
b. Alotrop............................................................................. 5
c. SiIat Fisik......................................................................... 6
d. Isotop............................................................................... 6

2.3 Peranan Biologis..........................................................................7
a. Fotosintesis dan Respirasi................................................7
b. Penumpukan oksigenasi di AtmosIer...............................8

2.4 Sejarah Oksigen............................................................................9
a. Percobaan awal.................................................................9
b. Teori Flogiston.................................................................9
c. Penemuan.........................................................................10
d. Kontribusi Lavoiser..........................................................11

2.5 proses Oksigenasi.........................................................................12
a. Ventilasi............................................................................12
b. PerIusi...............................................................................12
c. DiIusi................................................................................13
d. Transportasi gas................................................................14

2.6 Iaktor Kebutuhan Oksigenasi.......................................................15
a. Faktor Fisiologo...............................................................15
b. Faktor Perkembangan.......................................................15
c. Faktor lingkungan.............................................................16
d. Faktor Perilaku.................................................................16
e. Gaya Hidup.......................................................................17
I. Status Kesehatan...............................................................17
g. Narkotika..........................................................................17
h. Gangguan Fungsi Pernapasan...........................................17
i. Perubahan pernapasan......................................................18
j. Obstruksi jalan Napas.......................................................18
k. Latihan................................................................................18
l. Emosi..................................................................................19

2.7 Volume dan Kapasitas Paru...........................................................19
a. Volume Paru.......................................................................19
b. Kapasitas Paru....................................................................20

2.8 Sistem Hematologi.........................................................................21
a. Transpor Oksigen...............................................................21
b. Transpor Karbondioksida...................................................23

2.9 Tipe Kekurangan Oksigen..............................................................24
a. Hipoksemia.........................................................................24
b. Hipoksia..............................................................................24
c. Gagal Napas........................................................................25
d. Gangguan irama/Irekuensi pernapasan...............................26































KATA PENGANTAR

Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara Iungsional. Tidak
adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara Iungsional mengalami kemunduran atau
bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu kebutuhan oksigen merupakan
kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh.

Makalah ini berisikan materi-materi dengan penjelasan yang terperinci. Materi-materi
tersebut di buat sesuai dengan perkembangan keperawatan dewasa ini.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanIaat bagi mahasiswa/mahasiswi.









Palembang, maret 2011



penulis































A I
PENDAHULUAN

1.1 Latar 0akang
Oksig0n atau zat asam adalah unsur kimia dalam sistem tabel periodik yang
mempunyai lambang O dan nomor atom 8. Ia merupakan unsur golongan kalkogen dan dapat
dengan mudah bereaksi dengan hampir semua unsur lainnya (utamanya menjadi oksida).
Pada temperatur dan tekanan standar, dua atom unsur ini berikatan menjadi dioksigen, yaitu
senyawa gas diatomik dengan rumus O
2
yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau.
Oksigen merupakan unsur paling melimpah ketiga di alam semesta berdasarkan massa dan
unsur paling melimpah di kerak Bumi. Gas oksigen diatomik mengisi 20,9 volume
atmosIer bumi.
Semua kelompok molekul struktural yang terdapat pada organisme hidup, seperti
protein, karbohidrat, dan lemak, mengandung oksigen. Demikian pula senyawa anorganik
yang terdapat pada cangkang, gigi, dan tulang hewan. Oksigen dalam bentuk O
2
dihasilkan
dari air oleh sianobakteri, ganggang, dan tumbuhan selama Iotosintesis, dan digunakan pada
respirasi sel oleh hampir semua makhluk hidup. Oksigen beracun bagi organisme anaerob,
yang merupakan bentuk kehidupan paling dominan pada masa-masa awal evolusi kehidupan.
O
2
kemudian mulai berakumulasi pada atomsIer sekitar 2,5 miliar tahun yang lalu. Terdapat
pula alotrop oksigen lainnya, yaitu ozon (O
3
). Lapisan ozon pada atomsIer membantu
melindungi biosIer dari radiasi ultraviolet, namun pada permukaan bumi ia adalah polutan
yang merupakan produk samping dari asbut.Oksigen secara terpisah ditemukan oleh Carl
Wilhelm Scheele di Uppsala pada tahun 1773 dan Joseph Priestley di Wiltshire pada tahun
1774. Temuan Priestley lebih terkenal oleh karena publikasinya merupakan yang pertama kali
dicetak. Istilah noxyge diciptakan oleh Antoine Lavoisier pada tahun 1777, yang
eksperimennya dengan oksigen berhasil meruntuhkan teori Ilogiston pembakaran dan korosi
yang terkenal. Oksigen secara industri dihasilkan dengan distilasi bertingkat udara cair,
dengan munggunakan zeolit untuk memisahkan karbondioksida dan nitrogen dari udara,
ataupun elektrolisis air. Oksigen digunakan dalam produksi baja, plastik, dan tekstil, ia juga
digunakan sebagai propelan roket, untuk terapi oksigen, dan sebagai penyokong kehidupan
pada pesawat terbang, kapal selam, penerbangan luar angkasa, dan penyelaman.
1.2 Tujuan

Tujuan Umum
-Tujuan umum penyusunan makalah ini adalah agar mengetahui tentang pengkajian
keperawatan pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen
Tujuan Khusus
-Tujuan khusus penyusunan makalah ini adalah untuk memahami :
-Pengertian oksigenasi
-Proses oksigenasi
-Faktor-Iaktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi
-volume dan kapasitas paru
-Masalah kebutuhan oksgem
-sistem hematologi




















A II
PEMAHASAN

2.1 P0ng0rtian Oksig0nasi



Oksigen(o
2
) merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan hidup sel dan
jaringan tubuh karena oksigen(o
2
) diperlukan untuk proses metabolisme tubuh secara terus-
menerus. Oksigen(o
2
) diperoleh dari atmosIer melalui proses bernaIas. DiatmosIer juga
terdapat karbon dioksida(co
2
),nitrogen(N
2
)dan unsur-unsur lain.
Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O
2
). Kebutuhan Iisiologis
oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan
metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ
atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan oksigen maka akan berakibat
pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal.

2.2 Karakt0ristik
a) Struktur
Pada temperatur dan tekanan standar, oksigen berupa gas tak berwarna dan tak berasa dengan
rumus kimia O
2
, di mana dua atom oksigen secara kimiawi berikatan dengan konIigurasi
elektron triplet spin. Ikatan ini memiliki orde ikatan dua dan sering dijelaskan secara
sederhana sebagai ikatan ganda ataupun sebagai kombinasi satu ikatan dua elektron dengan
dua ikatan tiga elektron.
Oksigen triplet merupakan keadaan dasar molekul O
2
. KonIigurasi elektron molekul ini
memiliki dua elektron tak berpasangan yang menduduki dua orbital molekul yang
berdegenerasi. Kedua orbital ini dikelompokkan sebagai antiikat (melemahkan orde ikatan
dari tiga menjadi dua), sehingga ikatan oksigen diatomik adalah lebih lemah daripada ikatan
rangkap tiga nitrogen.
Dalam bentuk triplet yang normal, molekul O
2
bersiIat paramagnetik oleh karena spin
momen magnetik elektron tak berpasangan molekul tersebut dan energi pertukaran negatiI
antara molekul O
2
yang bersebelahan. Oksigen cair akan tertarik kepada magnet,
sedemikiannya pada percobaan laboratorium, jembatan oksigen cair akan terbentuk di antara
dua kutub magnet kuat.
Oksigen singlet, adalah nama molekul oksigen O
2
yang kesemuaan spin elektronnya
berpasangan. Ia lebih reaktiI terhadap molekul organik pada umumnya. Secara alami, oksigen
singlet umumnya dihasilkan dari air selama Iotosintesis. Ia juga dihasilkan di troposIer
melalui Iotolisis ozon oleh sinar berpanjang gelombang pendek, dan oleh sistem kekebalan
tubuh sebagai sumber oksigen aktiI. Karotenoid pada organisme yang berIotosintesis
(kemungkinan juga ada pada hewan) memainkan peran yang penting dalam menyerap
oksigen singlet dan mengubahnya menjadi berkeadaan dasar tak tereksitasi sebelum ia
menyebabkan kerusakan pada jaringan.

Ozon merupakan gas langka pada bumi yang dapat ditemukan di stratosIer.
b) Alotrop
Alotrop oksigen elementer yang umumnya ditemukan di bumi adalah dioksigen O
2
. Ia
memiliki panjang ikat 121 pm dan energi ikat 498 kJmol-1. Altrop oksigen ini digunakan
oleh makhluk hidup dalam respirasi sel dan merupakan komponen utama atmosIer bumi.
Trioksigen (O
3
), dikenal sebagai ozon, merupakan alotrop oksigen yang sangat reaktiI dan
dapat merusak jaringan paru-paru. Ozon diproduksi di atmosIer bumi ketika O
2
bergabung
dengan oksigen atomik yang dihasilkan dari pemisahan O
2
oleh radiasi ultraviolet (UV).
Oleh karena ozon menyerap gelombang UV dengan sangat kuat, lapisan ozon yang berada di
atmosIer berIungsi sebagai perisai radiasi yang melindungi planet. Namun, dekat permukaan
bumi, ozon merupakan polutan udara yang dibentuk dari produk sampingan pembakaran
otomobil.
Molekul metastabil tetraoksigen (O
4
) ditemukan pada tahun 2001, dan diasumsikan terdapat
pada salah satu enam Iase oksigen padat. Hal ini dibuktikan pada tahun 2006, dengan
menekan O
2
sampai dengan 20 GPa, dan ditemukan struktur gerombol rombohedral O
8
.
Gerombol ini berpotensi sebagai oksidator yang lebih kuat daripada O
2
maupun O
3
, dan
dapat digunakan dalam bahan bakar roket. Fase logam oksigen ditemukan pada tahun 1990
ketika oksigen padat ditekan sampai di atas 96 GPa. Ditemukan pula pada tahun 1998 bahwa
pada suhu yang sangat rendah, Iase ini menjadi superkonduktor.
c) SiIat Iisik

Warna oksigen cair adalah biru seperti warna biru langit. Fenomena ini tidak berkaitan; warna
biru langit disebabkan oleh penyebaran Rayleigh.
Oksigen lebih larut dalam air daripada nitrogen. Air mengandung sekitar satu molekul O
2

untuk setiap dua molekul N
2
, bandingkan dengan rasio atmosIerik yang sekitar 1:4.
Kelarutan oksigen dalam air bergantung pada suhu. Pada suhu 0 C, konsentrasi oksigen
dalam air adalah 14,6 mgL
1
, manakala pada suhu 20 C oksigen yang larut adalah sekitar
7,6 mgL
1
. Pada suhu 25 C dan 1 atm udara, air tawar mengandung 6,04 mililiter (mL)
oksigen per liter, manakala dalam air laut mengandung sekitar 4,95 mL per liter. Pada suhu
5 C, kelarutannya bertambah menjadi 9,0 mL (50 lebih banyak daripada 25 C) per liter
untuk air murni dan 7,2 mL (45 lebih) per liter untuk air laut.
Oksigen mengembun pada 90,20 K (182,95 C, 297,31 F), dan membeku pada 54.36 K
(218,79 C, 361,82 F). Baik oksigen cair dan oksigen padat berwarna biru langit. Hal ini
dikarenakan oleh penyerapan warna merah. Oksigen cair dengan kadar kemurnian yang
tinggi biasanya didapatkan dengan distilasi bertingkat udara cair; Oksigen cair juga dapat
dihasilkan dari pengembunan udara, menggunakan nitrogen cair dengan pendingin. Oksigen
merupakan zat yang sangat reaktiI dan harus dipisahkan dari bahan-bahan yang mudah
terbakar.
d) Isotop
Oksigen yang dapat ditemukan secara alami adalah
16
O,
17
O, dan 18O, dengan
16
O
merupakan yang paling melimpah (99,762). Isotop oksigen dapat berkisar dari yang
bernomor massa 12 sampai dengan 28.
Kebanyakan
16
O di disintesis pada akhir proses Iusi helium pada bintang, namun ada juga
beberapa yang dihasilkan pada proses pembakaran neon.
17
O utamanya dihasilkan dari
pembakaran hidrogen menjadi helium semasa siklus CNO, membuatnya menjadi isotop yang
paling umum pada zona pembakaran hidrogen bintang. Kebanyakan
18
O diproduksi ketika
14N (berasal dari pembakaran CNO) menangkap inti 4He, menjadikannya bentuk isotop yang
paling umum di zona kaya helium bintang.
Empat belas radioisotop telah berhasil dikarakterisasi, yang paling stabil adalah
15
O dengan
umur paruh 122,24 detik dan
14
O dengan umur paruh 70,606 detik. Isotop radioaktiI sisanya
memiliki umur paruh yang lebih pendek daripada 27 detik, dan mayoritas memiliki umur
paruh kurang dari 83 milidetik. Modus peluruhan yang paling umum untuk isotop yang lebih
ringan dari
16
O adalah penangkapan elektron, menghasilkan nitrogen, sedangkan modus
peluruhan yang paling umum untuk isotop yang lebih berat daripada
18
O adalah peluruhan
beta, menghasilkan Iluorin.





2.3 P0ranan ioogis
a) Fotosintesis dan Respirasi
Di alam, oksigen bebas dihasilkan dari Iotolisis air selama Iotosintesis oksigenik. Ganggang
hijau dan sianobakteri di lingkungan lautan menghasilkan sekitar 70 oksigen bebas yang
dihasilkan di bumi, sedangkan sisanya dihasilkan oleh tumbuhan daratan.
Persamaan kimia yang sederhana untuk Iotosintesis adalah:
6CO
2
6H
2
O Ioton C
6
H
12
O
6
6O
2

Evolusi oksigen Iotolitik terjadi di membran tilakoid organisme dan memerlukan energi
empat Ioton. Terdapat banyak langkah proses yang terlibat, namun hasilnya merupakan
pembentukan gradien proton di seluruh permukaan tilakod. Ini digunakan untuk mensintesis
ATP via IotoIosIorilasi. O
2
yang dihasilkan sebagai produk sampingan kemudian dilepaskan
ke atmosIer.
Dioksigen molekuler, O
2
, sangatlah penting untuk respirasi sel organisme aerob. Oksigen
digunakan di mitokondria untuk membantu menghasilkan adenosina triIosIat (ATP) selama
IosIorilasi oksidatiI. Reaksi respirasi aerob ini secara garis besar merupakan kebalikan dari
Iotosintesis, secara sederhana:
C
6
H
12
O
6
6O
2
6CO
2
6H
2
O 2880 kJmol
-1

Pada vetebrata, O
2
berdiIusi melalui membran paru-paru dan dibawa oleh sel darah merah.
Hemoglobin mengikat O
2
, mengubah warnanya dari merah kebiruan menjadi merah cerah.
Terdapat pula hewan lainnya yang menggunakan hemosianin (hewan moluska dan beberapa
antropoda) ataupun hemeritrin (laba-laba dan lobster).Satu liter darah dapat melarutkan
200 cc O
2
.
Spesi oksigen yang reaktiI, misalnya ion superoksida (O
2

) dan hidrogen peroksida (H


2
O
2
),
adalah produk sampingan penggunaan oksigen dalam tubuh organisme. Namun, bagian
sistem kekebalan organisme tingkat tinggi pula menghasilkan peroksida, superoksida, dan
oksigen singlet untuk menghancurkan mikroba. Spesi oksigen reaktiI juga memainkan peran
yang penting pada respon hipersensitiI tumbuhan melawan serangan patogen.
Dalam keadaan istirahai, manusia dewasa menghirup 1,8 sampai 2,4 gram oksigen per menit.
Jumlah ini setara dengan 6 miliar ton oksigen yang dihirup oleh seluruh manusia per tahun.
b) Penumpukan oksigen di atmosIer
Peningkatan kadar O
2
di atmosIer bumi: 1) tiada O
2
yang dihasilkan; 2) O
2
dihasilkan,
namun diserap samudera dan batuan dasar laut; 3) O
2
mulai melepaskan diri dari samuder,
namun diserap oleh permukaan tanah dan pembentukan lapisan ozon; 4-5) gas O
2
mulai
berakumulasi
Gas oksigen bebas hampir tidak terdapat pada atmosIer bumi sebelum munculnya arkaea dan
bakteri Iotosintetik. Oksigen bebas pertama kali muncul dalam kadar yang signiIikan semasa
masa Paleoproterozoikum (antara 2,5 sampai dengan 1,6 miliar tahun yang lalu). Pertama-
tama, oksigen bersamaan dengan besi yang larut dalam samudera, membentuk Iormasi pita
besi (Banded iron Iormation). Oksigen mulai melepaskan diri dari samudera 2,7 miliar tahun
lalu, dan mencapai 10 kadar sekarang sekitar 1,7 miliar tahun lalu.
Keberadaan oksigen dalam jumlah besar di atmosIer dan samudera kemungkinan membuat
kebanyakan organisme anaerob hampir punah semasa bencana oksigen sekitar 2,4 miliar
tahun yang lalu. Namun, respirasi sel yang menggunakan O
2
mengijinkan organisme aerob
untuk memproduksi lebih banyak ATP daripada organisme anaerob, sehingga organisme
aerob mendominasi biosIer bumi. Fotosintesis dan respirasi seluler O
2
mengijinkan
berevolusinya sel eukariota dan akhirnya berevolusi menjadi organisme multisel seperti
tumbuhan dan hewan.
Sejak permulaan era Kambrium 540 juta tahun yang lalu, kadar O
2
berIluktuasi antara 15
sampai 30 berdasarkan volume. Pada akhir masa Karbon, kadar O
2
atmosIer mencapai
maksimum dengan 35 berdasarkan volume, mengijinkan serangga dan amIibi tumbuh lebih
besar daripada ukuran sekarang. Aktivitas manusia, meliputi pembakaran 7 miliar ton bahan
bakar Iosil per tahun hanya memiliki pengaruh yang sangat kecil terhadap penurunan kadar
oksigen di atmosIer. Dengan laju Iotosintesis sekarang ini, diperlukan sekitar 2.000 tahun
untuk memproduksi ulang seluruh O
2
yang ada di atmosIer sekarang.





2.4 S0jarah
a) Percobaan awal
Salah satu percobaan pertama yang menginvestigasi hubungan antara pembakaran dengan
udara dilakukan oleh seorang penulis Yunani abad ke-2, Philo dari Bizantium. Dalam
karyanya Pneumatica, Philo mengamati bahwa dengan membalikkan labu yang di dalamnnya
terdapat lilin yang menyala dan kemudian menutup leher labu dengan air akan
mengakibatkan permukaan air yang terdapat dalam leher labu tersebut meningkat. Philo
menyimpulkan bahwa sebagian udara dalam labu tersebut diubah menjadi unsur api, sehingga
dapat melepaskan diri dari labu melalui pori-pori kaca. Beberapa abad kemudian, Leonardo
da Vinci merancang eksperimen yang sama dan mengamati bahwa udara dikonsumsi selama
pembakaran dan respirasi.
Pada akhir abad ke-17, Robert Boyle membuktikan bahwa udara diperlukan dalam proses
pembakaran. Kimiawan Inggris, John Mayow, melengkapi hasil kerja Boyle dengan
menunjukkan bahwa hanya sebagian komponen udara yang ia sebut sebagai spiritus
nitroaereus atau nitroaereus yang diperlukan dalam pembakaran. Pada satu eksperimen, ia
menemukan bahwa dengan memasukkan seekor tikus ataupun sebatang lilin ke dalam wadah
penampung yang tertutup oleh permukaan air akan mengakibatkan permukaan air tersebut
naik dan menggantikan seperempatbelas volume udara yang hilang. Dari percobaan ini, ia
menyimpulkan bahwa nitroaereus digunakan dalam proses respirasi dan pembakaran.
Mayow mengamati bahwa berat antimon akan meningkat ketika dipanaskan. Ia
menyimpulkan bahwa nitroaereus haruslah telah bergabung dengan antimon. Ia juga mengira
bahwa paru-para memisahkan nitroaereus dari udara dan menghantarkannya ke dalam darah,
dan panas tubuh hewan serta pergerakan otot akan mengakibatkan reaksi nitroaereus dengan
zat-zat tertentu dalam tubuh. Laporan seperti ini dan pemikiran-pemikiran serta percobaan-
percobaan lainnya dipublikasikan pada tahun 1668 dalam karyanya Tractatus duo pada
bagian "De respiratione".
b) Teori Flogiston
Dalam percobaan Robert Hooke, Ole Borch, Mikhail Lomonosov, dan Pierre Bayen,
percobaan mereka semuanya menghasilkan oksigen, namun tiada satupun dari mereka yang
mengenalinya sebagai unsur. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh prevalensi IilosoIi
pembakaran dan korosi yang dikenal sebagai teori Ilogiston.
Teori Ilogiston dikemukakan oleh alkimiawan Jerman, J. J. Becher pada tahun 1667, dan
dimodiIikasi oleh kimiawan Georg Ernst Stahl pada tahun 1731. Teori Ilogiston menyatakan
bahwa semua bahan yang dapat terbakar terbuat dari dua bagian komponen. Salah satunya
adalah Ilogiston, yang dilepaskan ketika bahan tersebut dibakar, sedangkan bagian yang
tersisa setelah terbakar merupakan bentuk asli materi tersebut.
Bahan-bahan yang terbakar dengan hebat dan meninggalkan sedikit residu (misalnya kayu
dan batu bara), dianggap memiliki kadar Ilogiston yang sangat tinggi, sedangkan bahan-
bahan yang tidak mudah terbakar dan berkorosi (misalnya besi), mengandung sangat sedikit
Ilogiston. Udara tidak memiliki peranan dalam teori Ilogiston. Tiada eksperimen kuantitatiI
yang pernah dilakukan untuk menguji keabsahan teori Ilogiston ini, melainkan teori ini hanya
didasarkan pada pengamatan bahwa ketika sesuatu terbakar, kebanyakan objek tampaknya
menjadi lebih ringan dan sepertinya kehilangan sesuatu selama proses pembakaran tersebut.
Fakta bahwa materi seperti kayu sebenarnya bertambah berat dalam proses pembakaran
tertutup oleh gaya apung yang dimiliki oleh produk pembakaran yang berupa gas tersebut.
Sebenarnya pun, Iakta bahwa logam akan bertambah berat ketika berkarat menjadi petunjuk
awal bahwa teori Ilogiston tidaklah benar (yang mana menurut teori Ilogiston, logam tersebut
akan menjadi lebih ringan).
Carl Wilhelm Scheele mendahului Priestley dalam penemuan oksigen, namun publikasinya
dilakukan setelah Priestley.
c) Penemuan
Oksigen pertama kali ditemukan oleh seorang ahli obat Carl Wilhelm Scheele. Ia
menghasilkan gas oksigen dengan mamanaskan raksa oksida dan berbagai nitrat sekitar tahun
1772. Scheele menyebut gas ini 'udara api' karena ia murupakan satu-satunya gas yang
diketahui mendukung pembakaran. Ia menuliskan pengamatannya ke dalam sebuah
manuskrip yang berjudul Treatise on Air and Fire, yang kemudian ia kirimkan ke penerbitnya
pada tahun 1775. Namun, dokumen ini tidak dipublikasikan sampai dengan tahun 1777.
Joseph Priestley biasanya diberikan prioritas dalam penemuan oksigen
Pada saat yang sama, seorang pastor Britania, Joseph Priestley, melakukan percobaan yang
memIokuskan cahaya matahari ke raksa oksida (HgO) dalam tabung gelas pada tanggal 1
Augustus 1774. Percobaan ini menghasilkan gas yang ia namakan 'dephlogisticated air'.|3| Ia
mencatat bahwa lilin akan menyala lebih terang di dalam gas tersebut dan seekor tikus akan
menjadi lebih aktiI dan hidup lebih lama ketika menghirup udara tersebut. Setelah mencoba
menghirup gas itu sendiri, ia menulis: "The Ieeling oI it to my lungs was not sensibly
diIIerent Irom that oI common air, but I Iancied that my breast Ielt peculiarly light and easy
Ior some time aIterwards." Priestley mempublikasikan penemuannya pada tahun 1775 dalam
sebuah laporan yang berjudul "An Account oI Further Discoveries in Air". Laporan ini pula
dimasukkan ke dalam jilid kedua bukunya yang berjudul Experiments and Observations on
DiIIerent Kinds oI Air. Oleh karena ia mempublikasikan penemuannya terlebih dahulu,
Priestley biasanya diberikan prioritas terlebih dahulu dalam penemuan oksigen.
Seorang kimiawan Perancis, Antoine Laurent Lavoisier kemudian mengklaim bahwa ia telah
menemukan zat baru secara independen. Namun, Priestley mengunjungi Lavoisier pada
Oktober 1774 dan memberitahukan Lavoisier mengenai eksperimennya serta bagaimana ia
menghasilkan gas baru tersebut. Scheele juga mengirimkan sebuah surat kepada Lavoisier
pada 30 September 1774 yang menjelaskan penemuannya mengenai zat yang tak diketahui,
tetapi Lavoisier tidak pernah mengakui menerima surat tersebut (sebuah kopian surat ini
ditemukan dalam barang-barang pribadi Scheele setelah kematiannya).
d) Kontribusi Lavoiser
Pada satu eksperimen, Lavoisier mengamati bahwa tidak terdapat keseluruhan peningkatan
berat ketika timah dan udara dipanaskan di dalam wadah tertutup. Ia mencatat bahwa udara
segera masuk ke dalam wadah seketika ia membuka wadah tersebut. Hal ini mengindikasikan
bahwa sebagian udara yang berada dalam wadah tersebut telah dikonsumsi. Ia juga mencatat
bahwa berat timah tersebut juga telah meningkat dan jumlah peningkatan ini adalah sama
beratnya dengan udara yang masuk ke dalam wadah tersebut. Percobaan ini beserta
percobaan mengenai pembakaran lainnya didokumentasikan ke dalam bukunya Sur la
combustion en general yang dipublikasikan pada tahun 1777. Hasil kerjanya membuktikan
bahwa udara merupakan campuran dua gas, 'udara vital', yang diperlukan dalam pembakaran
dan respirasi, serta azote (Bahasa Yunani etov "tak bernyawa"), yang tidak mendukung
pembakaran maupun respirasi. Azote kemudian menjadi apa yang dinamakan sebagai
nitrogen, walaupun dalam Bahasa Perancis dan beberapa bahasa Eropa lainnya masih
menggunakan nama Azote.
Lavoisier menamai ulang 'udara vital' tersebut menjadi oxygene pada tahun 1777. Nama
tersebut berasal dari akar kata Yunani u (oxys) (asam, secara harIiah "tajam") dan -cvq
(-gens) (penghasil, secara harIiah penghasil keturunan). Ia menamainya demikian karena ia
percaya bahwa oksigen merupakan komponen dari semua asam. Ini tidaklah benar, namun
pada saat para kimiawan menemukan kesalahan ini, nama oxygene telah digunakan secara
luas dan sudah terlambat untuk menggantinya. Sebenarnya gas yang lebih tepat untuk disebut
sebagai "penghasil asam" adalah hidrogen.
Oxygene kemudian diserap menjadi oxygen dalam bahasa Inggris walaupun terdapat
penentangan dari ilmuwan-ilmuwan Inggris dikarenakan bahwa adalah seorang Inggris,
Priestley, yang pertama kali mengisolasi serta menuliskan keterangan mengenai gas ini.
Penyerapan ini secara sebagian didorong oleh sebuah puisi berjudul "Oxygen" yang memuji
gas ini dalam sebuah buku populer The Botanic Garden (1791) oleh Erasmus Darwin, kakek
Charles Darwin.

2.5 Pros0s Oksig0nasi
a)Ventilasi

Ventilasi merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosIer ke dalam alveoli atau
dari alveoli ke atmosIer.Proses ventilasi di pengaruhi oleh beberapa hal, yaitu adanya
perbedaan tekanan antara atmosIer dengan paru, semakin tinggi tempat maka tekanan udara
semakin rendah, demikian sebaliknya, semakin rendah tempat tekanan udara semakin tinggi.
Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah complienci dan recoil. Complience merupakan
kemampuan paru untuk mengembang. sedangkan recoil adalah kemampua CO
2
atau
kontraksi menyempitnya paru.Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan thoraks yang
elastis dan pernapasan yang utuh. Otot pernapasan inspirasi utama adalah diaIragma.
DiaIragma dipersaraIi oleh saraI Irenik yang keluar dari medulla spinalis pada vertebra
servical keempat. Perpindahan O
2
di atmosIer ke alveoli,dari alveoli CO
2
kembali ke
atmosIer. Faktor yang mempengaruhi proses oksigenasi dalam sel adalah :
Tekanan O
2
atmosIer
Jalan naIas
Daya kelemahan toraks dan paru
Pusat naIas ( medula oblongata ) yaitu kemampuan merangsang CO
2
dalam darah

c) DiIusi Gas

DiIusi gas merupakan pertukaran antara oksigen dialveoli dengan kapiler paru dan CO
2
di
kapiler dengan alveoli.Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa Faktor, yaitu
Luasnya permukaan paru
Tebal membran respirasi / permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan
interstisial( keduanya dapat mempengaruhi proses diIusi apabila terjadi proses
penebalan)
Jumlah eryth/ kadar Hb
Perbedaan tekanan dan konsentrasi gas
Waktu diIusi
AIinitas gas
Perbedaan tekanan dan konsentrasi O
2
(hal ini sebagaimana O
2
dari alveoli masuk kedalam
darah oleh karena tekanan O
2
dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O
2
dalam darah
vena pulmonalis, masuk dalam darah secara diIusi).
DiIusi gas pernapasan terjadi di membran kapiler alveolar dan kecepatan diIusi dapat
dipengaruhi oleh ketebalan membran. Peningkatan ketebalan membrane merintangi proses
kecepatan diIusi karena hal tersebut membuat gas memerlukan waktu lebih lama untuk
melewati membrane tersebut. Klien yang mengalami edema pulmonar, atau eIusi pulmonar
Membrane memiliki ketebalan membrane alveolar kapiler yang meningkat akan
mengakibatkan proses diIusi yang lambat, pertukaran gas pernapasan yang lambat dan
menganggu proses pengiriman oksigen ke jaringan. Daerah permukaan membran dapat
mengalami perubahan sebagai akibat suatu penyakit kronik, penyakit akut, atau proses
pembedahan. Apabila alveoli yang berIungsi lebih sedikit maka darah permukaan menjadi
berkurang. O
2
alveoli berpindah ke kapiler paru, CO
2
kapiler paru berpindah ke alveoli.

d) PerIusi Paru

PerIusi paru adalah pergerakan aliran darah melalui sirkulasi pulmonal. Darah di pompakan
dari paru-paru melalui ventrikel kanan kemudian masuk ke arteri pulmonal. Arteri pulmonal
kemudian bercabang dua (kanan dan kiri) selanjutnya masuk ke kapiler paru untuk terjadi
pertukaran gas.
Sirkulasi pulmonal mempunyai tekanan sistemik yang rendah, sehingga memungkinkan
banyak terjadi pertukaran gas sebelum masuk ke atrium kiri. Kekuatan utama dalam
distribusi perIusi dalam paru-paru adalah gravitasi, tetapi juga di pengaruhi oleh tekanan
arteri pulmonal dan tekanan alveolus.
Adekuatnya pertukaran gas tergantung pada keadekuatan ventilasi dan perIusi, yang di ukur
dengan perbandingan atau rasio antara ventilasi alveolar (V) dan perIusi (Q). Pada orang
yang dewasa dan normal, sehat, dan dalam keadaan istirahat, ventilasi alveolar sekitar 4,0
liter/menit dan perIusinya sekitar 5,0 liter/menit. Dengan demikian rasio ventilasi dan perIusi
adalah :
Ventilasi (V) 4,0 liter/menit 0,8
PerIusi (Q) 5,0 liter/menit
Besarnya rasio ini menunjukkan adanya keseimbangan pertukaran gas. Apabila terjadi
penurunan ventilasi karena sebab tertentu, maka rasio V/Q juga akan menurun., sehingga
pertukaran gas juga akan menurun. Apabila nilai V/Q meningkat,
e) Transportasi Gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian O
2
kapiler ke jaringan tubuh dan CO
2

jaringan tubuh ke kapiler. Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa Iaktor yaitu :
Curah jantung (kardiak output)
Kondisi pembuluh darah
Latihan (exercise)
Perbandingan sel darah dengan darah secara keseluruhan (hematokrit)
Elitrosit dan kadar Hb.
Oksigen ditransIer dari paru-paru alveoli dan kapiler jaringan tubuh. Oksigen ditransIer dari
paru- paru ke darah dan karbon dioksida ditransIer dari darah ke alveoli untuk dikeluarkan
sebagai produk sampah. Pada tingkat jaringan, oksigen ditransIer dari darah ke jaringan,
dan karbon dioksida ditransIer dari jaringan ke darah untuk kembali ke alveoli dan
dikeluarkan.TransIer ini bergantung pada proses diIusi.

TRANSPORO
2

Sistem transportasi oksigen terdiri dari system paru dan sitem kardiovaskular. Proses
pengantaran ini tergantung pada jumlah oksigen yang masuk ke paru-paru (ventilasi), aliran
darah ke paru-paru dan jaringan (perIusi), kecepatan divusi dan kapasitas membawa
oksigen. Kapasitas darah untuk membawa oksigen dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang
larut dalam plasma, jumlah hemoglobin dan kecenderungan hemoglobin untuk berikatan
dengan oksigen (ahrens, 1999). Jumlah oksigen yang larut dalam plasma relatiI kecil, yakni
hanya sekitar 3. Sebagian besar oksigen ditransportasi oleh hemoglobin. Hemoglobin
berIungsi sebagai pembawa oksigen dan karbon dioksida. Molekul hemoglobin dicampur
dengan oksigen untuk membentuk oksi hemoglobin. Pembentukan oksi hemoglobin dengan
mudah berbalik (revesibel), sehingga memungkinkan hemoglobin dan oksigen berpisah,
membuat oksigen menjadi bebas.Sehingga oksigen ini bias masuk ke dalam jaringan.

TRANSPORCO2
Karbon dioksida berdiIusi ke dalam sel-sel darah merah dan dengan cepat di hidrasi
menjadi asam karbonat (H
2
CO
3
) akibat adanya anhidrasi karbonat. Asam karbonat
kemudian berpisah menjadi ion hydrogen (H

) dan ion bikarbonat (HCO


3
-
) berdiIusi dalam
plasma. Selain itu beberapa karbon dioksida yang ada dalam sel darah merah bereaksi
dengan kelompok asam amino membentuk senyawa karbamino. Reaksi ini dapat bereaksi
dengan cepat tanpa adanya enzim. Hemoglobin yang berkurang (deoksihemoglobin) dapat
bersenyawa dengan karbon dioksida dengan lebih midah daripada oksi hemoglobin.
Dengan demikian darah vena mentrasportasi sebagian besar karbon dioksida.

2.6Faktor yang M0mp0ngaruhi k0-utuhan Oksig0nasi

Faktor Fisiologis
- menurunnya kapasitas O2 seperti pada anemia
- menurunnya konsentrasi O2 yang di inspirasi seperti pada obstruksi
saluran atas bagian atas
- hivopolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transpor O2
terganggu
- meningkatnya metabolisme seperti adanya inIeksi,demam, ibu hamil, luka
- kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada
kehamilan, obesitas, muskuloskeletal yang abnormal, serta pen yakit
kronis seperti TB paru.
Faktor Perkembangan
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya
berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan naIas yang
pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter dari
depan ke belakang berkurang dengan proporsi terhadap diameter transversal. Pada
orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia juga terjadi
perubahan pada bentuk thorak dan pola napas. Misalnya :
- bayi prematur : di sebabkan kurangnya pembentukan surIaktan
- bayi dan toddler : adanya risiko inIeksi saluran pernaIasan akut
- anak usia sekolah dan remaja : risiko inIeksi saluran pernapasan dan
merokok
- dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang aktivitas,
stres yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru
- dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan
kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun, dan ekspansi paru
menurun.
Faktor Lingkungan
Seperti pada ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin
tinggi daratan, makin rendah PaO
2
, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup
individu. Sebagai akibatnya individu pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan
dan jantung yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat.
Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah periIer akan berdilatasi, sehingga
darah akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari
permukaan tubuh akan mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga kebutuhan
oksigen juga akan meningkat. Pada lingkungan yang dingin sebaliknya terjadi
kontriksi pembuluh darah periIer, akibatnya meningkatkan tekanan darah yang akan
menurunkan kegiatan-kegiatan jantung sehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen.
Faktor Perilaku
- nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru,
gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang,
diet yang tinggi lemak menimbulkan arteriosklerosis
- latihan : dapat meningkatkan kebutuhan oksigen
- merokok : nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah periIer
dan koroner
- penyalahgunaan substansi (alkohol dan obat-obatan) : menyebabkan intake
nutrisi/Fe menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alkohol
menyebabkan depresi pusat pernapasan.
- Kecemasan : menyebabkan metabolisme meningkat
Gaya Hidup
AktiIitas dan latihan Iisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan denyut
jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan tertentu
pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit paru.
Status Kesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan
oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada
sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke
sel-sel tubuh. Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai
eIek sebaliknya terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler
yang mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena hemoglobin berIungsi membawa
oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-gas
tersebut ke dan dari sel.
Narkotika
Narkotika seperti morIin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan ketika
depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila memberikan obat-obat
narkotik analgetik, perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan.
Perubahan/gangguan pada Iungsi pernapasan
Fungsi pernapasan dapat terganggu oleh kondisi-kondisi yang dapat mempengarhi
pernapasan yaitu :
a.Pergerakan udara baik dari dalam atau keluar paru-paru
b.DiIusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru-paru
c.Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan dari sel jaringan.
Gangguan pada respirasi yaitu hipoksia, perubahan pola napas dan obstruksi sebagian
jalan napas. Hipoksia yaitu suatu kondisi ketika ketidakcukupan oksigen di dalam
tubuh yang diinspirasi sampai jaringan. Hal ini dapat berhubungan dengan ventilasi,
diIusi gas atau transpor gas oleh darah yang dapat disebabkan oleh kondisi yang dapat
merubah satu atau lebih bagian-bagian dari proses respirasi. Penyebab lain hipoksia
adalah hipoventilasi alveolar yang tidak adekuat sehubungan dengan menurunnya
tidal volume, sehingga karbondioksida kadang berakumulasi didalam darah.
Sianosis dapat ditandai dengan warna kebiruan pada kulit, dasar kuku dan membran
mukosa yang disebabkan oleh kekurangan kadar oksigen dalam hemoglobin.
Oksigenasi yang adekuat sangat penting untuk Iungsi serebral. Korteks serebral dapat
mentoleransi hipoksia hanya selama 3 5 menit sebelum terjadi kerusakan permanen.
Wajah orang hipoksia akut biasanya terlihat cemas, lelah dan pucat.
Perubahan pola naIas
Pada keadaan normal, Irekuensi pernapasan pada orang dewasa sekitar 18-22x/menit,
dengan irama teratur, serta inspirasi lebih panjang dari ekspirasi. Pernapasan normal
di sebut eupnea. Perubahan pada pola napas dapat berupa :
- Orthopneo yaitu ketidakmampuan untuk bernapas kecuali pada posisi
duduk dan berdiri seperti pada penderita asma
- Dispnea yaitu kesulitan bernapas, misalnya pada pasien dengan asma
- Apnea yaitu tidak bernapas, berhenti bernapas
- Takipnea yaitu pernapasan lebih cepat dari normal dengan Irekuensi lebih
dari 24x/menit
- Bradipnea yaitu pernapasan lebih lambat dari normal dengan Irekuensi
kurang dari 16x/menit
- Kussmaul yaitu pernapasan dengan panjang ekspirasi dan inspirasi sama,
sehingga penapasan menjadi lambat dan dalam, misalnya pada penyakit
diabetes melitus dan uremia
- Cheyne-strokes merupakan pernapasan cepat dan dalam kemudian
berangsur-angsur dangkal dan di ikuti periode apnea yang berulang secara
teratur, misalnya pada keracunan obat bius, penyakit jantung, dan penyakit
ginjal
- Biot adalah pernapasan dalam dan dangkal di sertai masa apnea dengan
periode yang tidak teratur, misalnya pada meningitis.


Obstruksi jalan napas
Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di sepanjang saluran
pernapasan di sebelah atas atau bawah. Obstruksi jalan napas bagian atas meliputi :
hidung, pharing, laring atau trakhea, dapat terjadi karena adanya benda asing seperti
makanan, karena lidah yang jatuh kebelakang (otrhopharing) bila individu tidak sadar
atau bila sekresi menumpuk disaluran napas.
Obstruksi jalan napas di bagian bawah melibatkan oklusi sebagian atau lengkap dari
saluran napas ke bronkhus dan paru-paru. Mempertahankan jalan napas yang terbuka
merupakan intervensi keperawatan yang kadang-kadang membutuhkan tindakan yang
tepat. Onbstruksi sebagian jalan napas ditandai dengan adanya suara mengorok
selama inhalasi (inspirasi).
Latihan
Latihan Iisik atau peningkatan aktivitas dapat meningkatkan denyut jantung dan
respirasi rate sehingga kebutuhan terhadap oksigen semakin tinggi.
Emosi
Takut, cemas, dan marah akan mempercepat denyut jantung sehingga kebutuhan
oksigen meningkat.

2.7 Voum0 dan Kapasitas Paru
Pengukuran volume dan kapasitas paru menunjukkan adekuatnya pertukaran gas dan
Iungsi paru.
O Volume Paru
Pengukuran volume paru menjukkan jumlah udara dalam paru-paru selama
berbagai siklus pernapasan. Aliran udara yang masuk dan keluar paru-paru
memberikan ukuran nyata volume paru-paru. Volume udara yang masuk dan
keluar paru-paru sekali bernaIas di sebut volume tidal. Besarnya total volume
bertukaran udara antara sistem pernaIasan dengan udara luar atau atmosIer
selama 1 menit di sebut ventilasi pulmonal. Dengan demikian, volume
ventilasi pulmonal tergantung pada volume tidal dan jumlah pernapasan
permenit. Jika rata-rata volume tidal sekitar 500ml dan jumlah pernapasan 12
kali permenit maka besarnya ventilasi pulmonal 500ml x 12 sama dengan
6000ml/menit. Namun demikian tidak semua udara yang masuk ke alveolus
terjadi pertukaran gas. Sekitar 150ml dari volume tidal terperangkap dalam
ruang mati dan di keluarkan kembali pada saat ekspirasi.
Volume udara yang masuk ke alveoli setiap menit di sebut ventilasi alveolar
dan besarnya di rumuskan : jumlah pernaIasan permenit x (volume tidal
ruang mati)
Jika pernaIasan 12kali permenit x (500ml -150ml)4200ml permenit.
Dengan demikian, dari besarnya ventilasi pulmonal 6000ml/menit, hanya
4200ml yang mengalami pertukaran gas di alveolus. Pengukuran jumlah
pertukaran udara selama bernaIas diukur dengan menggunakan spirometer.
Volume paru-paru terdirri atas :
1. Volume tidal (VT) yaitu volume udara yang masuk dan keluar saat sekali
bernaIas normal, besarnya sekitar 500ml atau 5-10ml/kg BB.
2. Volume cadangan inspirasi (VCI) yaitu jumlah udara yang dapat di hirup
sekuat-kuatnya setelah inspirasi normal, jumlahnya sekitar 3000ml.
3. Volume cadangan ekspirasi (VCE) merupakan jumlah udara yang dapat di
keluarkan sekuat-kuatnya setelah ekspirasi normal, besarnya sekitar
1100ml.
4. Volume residu (VR) merupakan volume udara yang masih dapat tersisa
setelah ekspirasi kuat, besarnya sekitar 1200ml.
O Kapasitas Paru
Pengukuran kaIasitas paru merupakan kombinasi volume-volume paru terdiri
atas kapasitas inspirasi, kapasitas residual Iungsional,kapasitas vital dan
kapasitas total paru.
1. Kapasitas vital(KV), adalah total jumlah udara maksimum yang
dikeluarkan dengan kuat setelah inspirasi maksimum.jumlah nya
penambahan volume tidal(TV),volume cadangan inspirasi (VCI),dan
volume cadangan ekspirasi 500ml 3000ml1100ml4100ml.
2. Kapasitas inspirasi(KI),merupakan total jumlah volume tidal(VT) dan
volume cadangan inspirasi (VCI) jumlah nya sekitar 3500ml
3. Kapasitas residualIungsional(KRF),merupakan jumlah udara sisa setelah
ekspirasi normal, besarnya jumlah volume residual(VR) dengan volume
cadangan kspirasi (VCE) sekitar 2300ml.
4. Kapasitas total paru(KTP), merupakan jumlah total udara yang dapat di
tampung dalam paru-paru. Besarnya sama dengan kaasitas vital (KV) di
tambah dengan volume residual (VR) sekitar 5800ml.

2.8 Sist0m H0matoogi
Sel darah sangat berperan dalam oksigenasi adalah sel darah merah, karena di dalam nya
terdapat hemoglobin yang mampu mengikat oksigen.
1. Transpor Oksigen
Setelah didiusi dari kapiler pulmonal, oksigen di bawa keseluruh tubuh melalui
sistem sirkulasi sistemik. Setiap 100ml darah yang meninggalkan kapiler alveolus
membawa igen. Molekul oksigen di bawa dalam daerah melui dua jalur yaitu di
lalui melalui ikatan dengan hemoglobin (Hb) sekitar 97 dan larut melalui
plasma sekitar 3. Hemoglobin merupakan molekul yang mengandung empat
subunitprotein gobular dan unit heme. Setiap molekul Hb dapat mengikat empat
molekul oksigen dan membentuk ikatan oxy-hemoglobin (Hb O
2
) dengan reaksi :
Hb O
2
HbO
2
Setiap sel darah merah mempunyai kira-kira 280 juta hemoglobin, sehingga
kemampuan sel darah merah untuk membawa oksigen sangat besar. Persentase
hemoglobin yang mengandung oksigen di sebut saturassi hemoglobin. Jika semua
molekul Hb dapat mengikat oksigen, maka saturasinya menjadi 100. Jika rata-
rata setiap Hb membawa 2 molekul oksigen, maka saturasinya menjadi 50. Ada
beberapa Iaktor yang mempengaruhi ikatan hemoglobin dengan oksigen,
diantaranya tekanan
parsial oksigen dalam darah (pO
2
), pH darah, temperatur, dan aktivitas
metabolisme dalam sel darah merah.
a. Hemoglobin dengan pO
2

Pengikatan dan penguraian oksigen dengan hemoglobin merupakan reaksi
yang reversibel. Jika pO
2
meningkat, maka reaksi akan bergeser ke kanan,
ini berarti semakin banyak oksigen yang terikat dengan hemoglobin. Jika
pO
2
menurun maka reaksi akan bergeser ke kiri, berarti banyak oksigen
yang di lepaskan oleh hemoglobin, dengan demikian jika pO
2
meningkat
maka saturasi Hb juga meningkat, tetapi jika pO
2
menurun maka saturasi
Hb menurun karena banyaknya oksigen yang di lepaskan. Misalnya pada
tekanan oksigen di alveolus sekitar 100 mmHg, sehingga saturasi Hb di
kapiler pulmonal sangat tinggi sekitar 97,5. Hubungan antara pO
2

dengan saturasi hemoglobin memberikan mekanisme regulasi otomatis
dari kebutuhan oksigen tubuh. Jaringan yang tidak aktiI membutuhkan
lebih sedikit oksigen di bandingkan dengan jaringan yang aktiI.
Pad ahemoglobin Ietal, ikatan oksigen dengan hemoglobin dan pada pO
2

yang sama Hb Ietal mengikat oksigen lebih banyak. Oksigen masuk ke
Ietal melalui pembuluh darah plasenta ibunya. Darah dari ibu mempunyai
pO
2
relatiI lebih rendah antara 35-50 mmHg. Jika sampai ke plasenta, pO
2

menjadi 40 mmHg dengan saturasi hemoglobin 75. Saturasi hemoglobin
pada ibu hamil kurang dari 60, dan saturasi Ietal lebih dari 80.
b. Hemoglobin dan pH
Keadaan pH darah mempengaruhi saturasi hemoglobin. Jika pH-nya turun
atau dalam keadaan asam, maka saturasinya menjadi turun. Misalnya pada
pH 7,4-7,2, maka saturasinya menjadi sekitar 75-60, berarti molekul Hb
akan melepaskan 20 lebih oksigen pada jaringan periIer.
c. Hemoglobin dan temperatur
Perubahan temperatur berakibat pada saturasi hemoglobin. Pada
temperatur yang meningkat, Hb melepaskan lebih banyak oksigen. Namun
demikian, eIek temperatur hanya signiIikan pada jaringan aktiI yang
menghasilkan panas, seperti pada otot skeletal aktiI, darah menjadi hangat
dan hemoglobin melepaskan banyak oksigen.
d. Hemoglobin dan aktiIitas metabolisme sel
Peningkatan metabolisme sel akan memengaruhi peningkatan konsumsi
oksigen, karena oksigen sangat di butuhkan untuk metabolisme. Misalnya
pada peningkatan hormon tiroid, hormon pertumbuhan, epineIrin, dan
adrogen.
2.transpor karbon dioksida
karbon dioksida merupakan hasil metabolisme aerob pada jaringan periIer.
Normalnya sekitar 200 ml karbon dioksida di produksi setiap menit. Setelah masuk ke
peredaran darah, CO
2
di transportasikan melalui tiga jalur, yaitu
terlarut dengan plasma sekitar 7-8
berikatan dengan hemoglobin membentuk karbaminohemoglobin(HbCO
2
)
sekitar 25-30
sekitar 60-70 berikatan dengan air membentuk asam karbonat yang
kemudian dengan cepat akan di pecah menjadi ion hidrogen (H

) dan ion
bikarbonat (HCO
3
-
) dengan bantuan enzim karbonik anhidrase.
CO
2
H
2
O H
2
CO
3
H

HCO
3
-

Karbon dioksida bersenyawa dengan air membentuk asam karbonat dan
akan terurai menjadi ion hidrogen dan hidrogen karbonat (bikarbonat).
Ion bikarbonat selanjutnya dapat masuk ke membran sel darah merah
membentuk kalium bikarbonat. Sedangkan jika konsentrasinya berlebihan,
maka ion bikarbonat akan keluar dari sel dan masuk dalam plasma
kemudian bersenyawa dengan natrium klorida (NaCl) membentuk natrium
bikarbonat (NaHCO
3
) dan ion klorida (Cl
-
).
Gas CO
2
yang telah beredar ke dalam darah selanjutnya di tranportasikan
ke paru-paru untuk di keluarkan melalui mekanisme ekspirasi. Adanya
hambatan dalam pengeluaran CO
2
akan mengakibatkan peningkatan kadar
CO
2
sehiingga PaCO
2
meningkat, hal ini dapat berakibat pada perubahan
pH darah. Normalnya, PaCO
2
sekitar 35-45 mmHg.
Selama bekerja atau latihan Iisik, banyak CO
2
yang di produksi oleh
jaringan, sehingga secara otomatis akan meningkatkan ventilasi alveolar
dan peningkatan curah jantung, bersama itu pula terjadi peningkatan laju
Iusi baik di jaringan maupun di paru-paru.

2.9 Tip0 K0kurangan Oksig0n Daam Tu-uh
jika oksigen dalam tubuh berkurang, maka ada beberapa istilah yang di pakai sebagai
maniIestasi kekurangan oksigen tubuh, yaitu hipoksemia, hipoksia dan gagal napas. Status
oksigenasi tubuh dapat di ketahui dengan melakukan beberapa pemeriksaan Analisa Gas
Darah (AGD) dan oksimetri.
1. Hipoksemia
Hipoksemia merupakan keadaan di mana terjadi penurunan konsentrasi oksigen
dalam darah arteri (PaO2) atau saturasi O2 arteri (SaO2) di bawah normal (normal
PaO2 85-100 mmHg, SaO2 95). Pada neonatus, PaO2 50 mmHg atau SaO2
88. Pada dewasa, anak, dan bayi, PaO2 60 mmHg atau SaO2 90. Keadaan ini
di sebabkan oleh gangguan ventilasi, perIusi, diIusi, pirau (shunt), atau berada pada
tempat yang kurang oksigen.
Pada keadaan hipoksemia, tubuh akan melakukan konpensasi dengan cara
menigkatkan pernapasan, meningkatkan stroke volume, vasodilatasi pembuluh darah,
dan peningkatan nadi.
Tanda dan gejala hipoksemia diantaranya sesak napas, Irekuensi napas 35x per menit,
nadi cepat dan dangkal serta sianosis.
2. Hipoksia
Hipoksia merupakan keadaan kekurangan oksigen di jaringan atau tidak adekuatnya
pemenuhan kebutuhan oksigen seluler akibat deIisiensi oksigen yang di inspirasi atau
meningkatnya penggunaan oksigen pada tingkat seluler. Hipoksia dapat terjadi setelah
4-6 menit ventilasi berhenti spontan. Hipoksia di bagi menjadi tiga yaitu :
a. Hipoksia Hipokinetik (Stegnant anoksia/anoksia bendungan)
Hipoksia hipokinetik adalah hipoksia yang terjadi akibat adanya
bendungan atau sumbatan. Hipoksia hipokinetik di bagi menjadi dua jenis
yaitu hipoksia hipokinetik ischemic dan hipoksia hipokinetik kongestiI.
Hipoksia hipokinetik ischemic terjadi di mana kekurangan oksigen pada
jaringan di sebabkan karena kurangnya suplai darah ke jaringan tersebut
akibat penyempitan arteri. Hipoksia hipokinetik kongestiI terjadi akibat
penumpukan darah secara berlebihan atau abnormal baik lokal maupun
umum yang mengakibatkan suplai oksigen ke jaringan terganggu,
sehingga jaringan kekurangan oksigen.
b. Overventilasi hipoksia
Overventilasi hipoksia yaitu hipoksia yang terjadi karena aktivitas yang
berlebihan sehingga kemampuan penyediaan oksigen lebih rendah dari
penggunaanya.
c. Hipoksia histotoksik
Hiposksia histotoksik yaitu keadaan di mana darah di kapiler jaringan
mencukupi, tetapi jaringan tidak dapat menggunakan oksigenkarena
pengaruh racun sianida. Hal tersebut mengakibatkan oksiigen kembali
dalam darah vena dalam jumlah yang lebih banyak daripada normal
(oksigen darah vena meningkat).
Penyebab hipoksia :
Menurunnya hemoglobin
Berkurangnya konsentrasi oksigen, misalnya jika kita berada pada puncak
gunung
Ketidakmampuan jaringan mengikat oksigen, seperti pada keracunan sianida
Menurunnya diIusi oksigen dari alveoli ke dalam darah seperti pada
pneumonia
Menurunnya perIusi jaringan seperti pada syok
Kerusakan atau gangguan ventilasi

3. Gagal napas
Gagal napas merupakan keadaan di mana terjadii kegagalan tubuh memenuhi
kebutuhan oksigen karena pasien kehilangan kemampuan ventilasi secara adekuat
sehingga terjadi kegagalan pertukaran gas karbon dioksida dan oksigen. Gagal napas
di tandai oleh adanya peningkatan CO2 dan penurunan O2 dalam darah secara
signiIikan. Gagal napas dapat di sebabkan oleh gangguan sistem saraI pusat yang
mengontrol sistem pernapasan, kelemahan neuromuskular, keracunan obat, gangguan
metabolisme, kelemahan otot pernapasan, dan obstruksi jalan napas.
4. Gangguan irama/Irekuensi pernapasan
Pernapasan 'cheyne-stokes yaitu siklus pernapasan yang amplitudonya
mula-mula dangkal, makin naik yang kemudian menurun dan berhenti.
Lalu pernapasan di mulai lagi dengan siklus baru. Jenis pernapasan ini
biasanya terjadi pada klien gagal jantung kongesti, peningkatan tekanan
intrakranial, overdosis obat. Namun secara Iisiologis, jenis pernapasan ini
terutama terdapat pada orang di ketinggian 12.000-15.000 kaki di atas
permukaan laut dan pada bayi saat tidur.
Pernapasan 'biot yaitu pernapasan yaang mirip gengan pernapasan
cheyne-stokes tetapi amplitudonya rata dan di sertai apnea. Keadaan
pernapasan ini kadang di temukan pada penyakit radang selaput otak.
Pernapasan 'kussmaul yaitu pernapasan yang jumlah dan kedalamannya
meningkat sering melebihi 20 kali/menit. Jenis pernapasan ini dapat di
temukan pada klien dengan asidosis metabolik dan gagal ginjal.
5. Gangguan Irekuensi pernapasan
Takipnea/hiperpnea yaitu Irekuensi pernapasan yang jumlahnya meningkat
di atas Irekuensi pernapasan normal.
Bradipnea yaitu kebalikan dari takipnea dimana Irekuensi pernapasan yang
jumlahnya menurun di bawah Irekuensi pernapasan normal.
InsuIisiensi pernapasan
Penyebab insuIisiensi pernapasan dapat di bagi menjadi tiga kelompok utama yaitu :
Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus seperti kelumpuhan otot
pernapasan, misalnya pada poliomielitis, transeksi servikal. Penyakit yang
meningkatkan kerja ventilasi seperti asma, emIisema, TBC
Kelainan yang menurunkan kapasitas diIusi paru yaitu kondisi yang
menyebabkan luas permukaan diIusi berkurang, misalnya kerusakan
jaringan paru, TBC, kanker. Kondisi yang menyebabkan penebalan
membran pernapasan misalnya pada edema paru, pneumonia. Kondisi
yang menyebabkan rasio ventilasi dan perIusi yang tidak normal dalam
beberapa bagian paru, misalnya pada trombosis paru.
Kondisi yang menyebabkan terganggunya pengangkutan oksigen dari
paru-paru ke jaringan yaitu anemia dimana berkurangnya jumlah total
hemoglobin yang tersedia untuk transpor oksigen. Keracunan
karbondioksida di mana sebagian besar hemoglobin menjadi tidak dapat
mengangkut oksigen. Penurunan aliran darah ke jaringan yang di sebabkan
oleh karena curah jantung yang rendah.

Anda mungkin juga menyukai