Anda di halaman 1dari 13

Dosen : Tahiruddin, S.Kep.,Ners.,M.

Sc
Tugas Makalah
HOME CARE MASYARAKAT PESISIR
“ DECOMPRESI “

Di Susun Oleh :

KELOMPOK 8

1. RAMLA SARI
2. NISBA
3. YUSUF KARIM
4. MARIANA
5. YUYUN SUHAENI

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI


ILMU KESEHATAN KARYA KESEHATAN KENDARI
TAHUN 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………. ii


DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….…….1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………4
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………...…………..4
1.3 Tujuan………………………………………………………………………………..5
1.4 Manfaat ……………………………………………………………………………...5
BAB II TINJAUAN TEORI…………………………………………………………….6
2.1 Pengertian……………………..……………………………………………………..7
2.2 Prevalensi…………………………………………………..…………………………7
2.3 Faktor Resiko……………………………………..………………………………….7
2.4 Etiologi……………………………………………...………………………………...7
2.5 Klasifikasi……………………………………………………….…………………...8
2.6 Patofisiologi…………………………………………….…………………………….8
2.7 Manifestasi klinik……………………………………………………………………8
2.8 Pemeriksaan Penunjang…………………………………………………………….9
2.9 Komplikasi…………………………………………………………………………..10
2.10 Penatalaksanaan Medis…………………………...………………………………10
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………….…12
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………….12
3.2 Saran………………………………………………………………………………...12
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..13

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah

memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini

dengan berjudul : ‘’ Decompresi “ guna memenuhi salah satu persyaratan untuk

menyelesaikan tugas dari Dosen Pembimbing.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata

kesempurnaan oleh karena itu saran-saran dari semua pihak yang sifatnya membangun

untuk meningkatkan mutu dari penulisan saat ini sangat kami harapkan. Kami juga tidak

lupa pula menghaturkan rasa terima kasih yang sebesar –besarnya kepada Bapak

Tahiruddin, S.Kep.,Ners.,M.Sc selaku Pembimbing atas waktu, tenaga dan pikiran yang

telah diberikan dalam membimbing dan mengarahkan Penulis dalam menyusun tugas

makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan terutama

kepada teman – teman sejahwat sesama mahasiswa (i)

Kolaka, 31 Januari 2021

Kelompok 8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar Belakang


Decompression sickness atau dalam bahasa Indonesia disebut penyakit dekompresi, ini
merupakan suatu kecelakaan yang timbul akibat penurunan tekanan lingkungan yang mendadak.
Hal ini biasanya terjadi pada penyelam yang naik kepermukaan secara cepat tanpa
mempertimbangkan tekanan disetiap meter ketika menuju kepermukaan.Penyakit ini ,memiliki
Gold Period yaitu 24 jam setelah kejadian.

RUBT ( Ruang Udara Bertekanan tinggi ) atau juga disebut ruang hyperbaric merupakan
terapi dimana penderita harus ada disuatu ruangan bertekanan tinggi dan bernafas dengan
oksigen murni ( 100 %) pada tekanan udara lebih besar daripada udara atmosfer normal.Terapi
Hyperbaric merupakan salah sati terapi yang diberikan kepada penderita Deconpression
Sickness, untuk mengurangi kandungan nitrogen dalam tubuh.

Tidak banyal juga pembahasan ataupun jurnal yang membahas mengenai pemyakit
dekompresi. Terjadinya pemyakit dekompresi sangat jarang terjadi dan jumlah penyelam aktif
dseluruh dunia tidak diketahui.Menurut South Pasific Underwater Medicine Society ( SPUMS )
dan European underwater and Baromedical Society dalam obat menyelam dan hyperbaric yang
baru dikeluarkan , tingkat perkiraan penyakit dekompresi sekitar 2,8 kasus dalam 10.000 kali
penyelam. Mereka melihat bahwa kejadian di penyelam gua lebih rendah dari jumlah kasus yang
diharapkan. Praktis dan pelatihan selam yang tepat harus dipertimbangkan untuk mencegah
penyakit decompresi. ( Pulley 2012 dalam cristina L.Javier. Decompression of Sickness)

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Dekompressi ?

2. Bagaimana Prevalensi Decompressi ?

3. Apa Faktor Resiko dari Decompressi ?

4. Apa Etiology dari Decompressi ?

4
5. Bagaiamana Klasifikasi dari Decompressi?

6. Bagaimana Patofisiology dari Decompressi?

7. Bagaimana Manifestasi klinik dari Decompressi?

8. Apa Komplikasi dari Decompressi ?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari Dekompressi

2. Untuk mengetahui Prevalensi decompressi

3. Untuk mengetahui factor resiko dari decompressi

4. Untuk mengetahui Etiology dari Decompressi

5. Untuk mengetahui Patofisiology decompressi

6. Untuk mengetahui Kalsisfikasi dari Decompressi

7. Untuk mengetahui Manifestasi Klinik dari Decompressi

8. Untuk mengetahui Komplikasi dari decompressi

1.4. Manfaat

1. Mahasiswa dapat memahami pengertian Decompressi.

2. Mahasiswa dapat memahami Faktor Resiko Decompressi

3. Mahasiswa dapat memahami Patofisiology Decompressi.

4. Mahasiswa dapat memahami Komplikasi dari Decompressi.

5
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 PENGERTIAN

Penyakit Decompresi adalah suatu kecelakaan yang timbul akibat penurunan tekanan
lingkungan yang mendadak. (Simanungkalit, Susan H.Perpustakaan UI)

Penyakit decompresi adalah suatu penyakit atau kelainan yang disebabkan oleh pelepasan
dan pengembangan gelembung – gelembung gas dari fase terlarut dalam darah atau jaringan –
jaringan akibat penurunan tekanan disekitarnya. ( Tjahjadi.1995 dalam analisis kesehatan dan
keselamatan lingkungan kerja Penyelam Traditional (savety Health Environment Analysis For
Tradotional Divers ).

2.2 PREVALENSI

Berbagai penyakit dan kecelakaan dapat terjadi pada nelayan dan penyelam Traditional,
hasil penelitian Depkes RI tahun 2006 di pulau Bungin, Nusa Tenggara Barat ditemukan 57,5 %
nelayan Penyelam menerita nyeri persendian, 11,3 % menderita gangguan pendengaran ringan
sampai ketulian.Di kepulauan seribu di ketemukan 41,3 % nelayan penyelam menderita
barotrauma atau perdarahan akibat tubuh mendapat tekanan yang berubah secara tiba-tiba pada
beberapa organ / Jaringan serta 6,91 % penyelam menderita dekompressi yang disebabkan oleh
tidak tercukupinya gas nitrogen akibat penurunan tekanan yang mendadak, sehingga
menyebabkan gejala sakit pada persendian, susunan syaraf, saluran pencernaan , jantung, paru –
paru dan kulit ( Sukbar, La Dupai, Sabril Munandar, 2016 )

2.3 FAKTOR RESIKO

Faktor predisposisi Dekompressi dalam penelitian Pulley (2012) itu dikategorikan sesuai dengan
pengaruh berikut :

1. Pengaruh sifat Fisiologis, Meliputi :


- Umur
- Dehidrasi
- Kekurangan Peredaran Darah
- Obesitas / lemak tubuh

6
- Kelelahan
- Buruk Kondisi Fisik
- Cedera Muskoloskeletal sebelumnya
2. Faktor Lingkungan, Meliputi :
- Air Dingin
- Setelan selam yang dipanaskan
- Kondisi laut yang kasar
- Pekerjaan Berat

( Pulley, 2012 dalam Cristina L. Javier. Decompression Of Sickness )

Pada Persentase klinis Medscape, mereka menyertakan kesalahan penyelam sebagai salah
satu factor penyebab penyakit dekompressi.Berikut adalah daftar kesalahan biasa penyelam (Leo,
2013).Beberapa penyelaman harian tidak mengikuti table menyelam “Breath Holding
Travelling” kedaratan tinggi dalam waktu 24 jam setelah menyelam dapat menyebabkan
penyakit dekompressi ( Leo, 2013 dalam Christina L. Javier Decompression Of Sickness )

2.4 ETIOLOGI

Decompression sickness mungkin juga disebabkan banyak factor. Salah satunya adalah
pembentukan gelembung dalam darahatau jaringan sepanjang atau setelah penurunan tekanan
lingkungan.Bekerja didaerah udara tekan juga bias menyebabkan penyakit dekompresi.Menurut
Naval Safety Center yang di tulis oleh ibu Kelsey Leo, waktu menyelam seperti menyelam
terllau lama dan menyelam terlalu cepat bias memicu penyakit ini.Salah satu alas an utama
pendakian cepat adalah mungkin karena panic pendakian terkendali tidak boleh lebih dari 10
meter permenit untuk menghindari Dekompresi.Saat permukaan terlalu cepat, bias menyebabkan
tekanan tinggi kemudian gelembung nitrogen terbentuk dalam darah.Setelah pembentukan
gelembung nitrogen dari darah akan meluas dan terkumpul didalam sendi, jaringan dan bagian
tubuh lainnya.Gelembung bias menghalangi sirkulasi darah yang akan menyebabkan kematian.
(Bullmann 1984 dalam Christina L. Javier. Decompression of Sickness)

7
2.5 KLASIFIKASI
Secara umum, ada 2 jenis penyakit dekompresi dibagi berdasarkan berat ringannya gejala dan
untuk pengobatan :
1. Tipe 1 (pain Only beds) yang melibatkan otot, kulit dan limfatik yang lebih ringan yang
biasanya tidak mengancam nyawa.
2. Tipe II (Serious), kadang – kadang mengancam kehidupan, dan mempengaruhi berbagai
system organ.Sum-sum tulang belakang terutama rentan, daerah rawan lainnya termasuk
otak, system pernafasan (Misalnya, emboli paru), dan system peredaran darah ( misalnya
gagal jantung, syok kardiogenik).Mengacu pada sendi local atau nyeri otot akibat
penyakit dekompresi tetapi sering digunakan sebagai sinonim untuk setiap komponen
dari gangguan (Bennett, Mike.2004. Azhari bahar, 2009).

2.6 PATOFISIOLOGI

Selama menyelam, udara dihirup pada tekanan yang lebih besar dari biasanya,
memyebabkan peningkatan jumlah nitrogen yang terlarut dalam jaringan tubuh.Semakin lama
dan dalam menyelam, semakin besar jumlah nitrogen yang akan dilarutkan sampai semua
jaringan jenuh. Selama pendakian, nitrogen harus dihilangkan saat tekanan ambien
menurun.Idealnya, selama pendakian yang direncanakan dengan pengurangan tekanan ambien
yang terkendali, nitrogen yang berdifusi kegradien jarimgan tekanan dari jaringan ke darah vena
dan masuk ke alveoli untuk di hembuskan. Namun, jika laju pendakian terlalu besar, gas bias
keluar dari larutan untuk membentuk gelembung dalam jaringan. Gelembung dapat
menyebabkan kerusakan melalui distori jaringan, penyumbatan vaskuler atau stimulasi
mekanisme kekebalan yang menyebabkan edema jaringan, homokonsentrasi dan hypoksia.
(Bennet, Michael, Dr. Decompression Illness, 2006).

2.7 MANIFESTASI KLINIK

1. Decompression Sickness Tipe 1 :


1. Sakit ringan yang sembuh dalam waktu 10 menit onset ( niggles )
2. Pruritus ( kulit membungkuk )

8
3. Ruam kulit ( bintik-bintik pada kulit atau ruam popular )
4. Kulit kulit jeruk ( jarang )
5. Pitting Edema
6. Anoreksia, Mual
7. Kelelahan berelbihan
8. Kusam, dalam, berdenyut, sakit gigi, jenis sakit disendi, tendon atau tissue
(tikungnan)
9. Gerakan Ekstremitas terbatas dengan suara berderak saat sendi bergerak
2. Decompression sickness tipe II
1. Gejala menirukan Trauma tulang belakang ( nyeri punggung bawah, paresis,
kelumpuhan, parestesia, kehilangan control sfinger )
2. Sakit kepala atau gangguan penglihatan
3. Pusing
4. Penglihatan Terowongan
5. Perubahan Status Mental
6. Mual, Muntah, Vertigo, nistagmus, Tinnitus, dan anusa parsial
7. Ketidaknyamanan subternal pada isnpirasi, perbekalan tidak produktif yang bias
menjadi paroksimal, dan mengurangi gangguan pernafasan
8. Emfisema subkutan
9. Tanda dan gejala syok hopovolemik atau embolisasi gas arterial
10. Tergantung dimana perjalanan emboli gas, kemungkinan tanda dan gejala infark
miokard , stroke dan kejang.

( Lippincott, William & Wilkins, 2008.Multisystem disorder.Wolters Kluwer )

2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang pada penyakit dekompresi (Caisson’s disease)

1. Laboratorium
Pada penederita yang dicurigai mengalami penyakit dekompresi yang disertai dengan
perubahan status mental, maka hal-hal yang perlu dievaluasi adalah kadar glukosa darah,
darah lengkap, kadar natrium, magnesium, kalsium dan posfor, saturasi oksigen, kadar
etanol dan skrining obat-obatan lainnya, level karboksihemoglobin

9
2. Radiologi
a. Foto thoraks untuk mencari bukti adanya Pneumunothoraks,
Pneumomediastinum,emfisema subkutis, Pneumoperikardium, perdarahan
alveolar,dan menurunnya aliran darah pulmoner yang disebabkan oleh emboli
pulmoner nitrogen
b. CT Scan Kepala, jika status mental tidak membaik dengan menggunakan terapi
hiperbarik, pertimbangkan etiologi lain.
c. MRI, Untuk ,melihat ada tidaknya lesi fokal medulla spinalis, atau kerusakan
jaringan otak akibat embolisasi gas arterial
3. Pemeriksaan penunjang lainnya meliputi, meliputi EKG dan atau evaluasi saturasi
oksigen.
( http;//med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/09/bahan-ajar-penyakit-
decompresi.pdf )

2.9 KOMPLIKASI

Dapat berupa paralis residual, nekrosis miokardial, dan beberapa komplikasi


lainnya akibat iskemik.
( http;//med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/09/bahan-ajar-penyakit-
decompresi.pdf )

2.10 PENATALAKSANAAN MEDIS

Penatalaksanaan pada Caisson Disease, pertama-tama yang harus dilakukan adalah


mempertahankan jalan napas dengan menjamin ventilasi dan mencapai sirkulasi.Pasien harus
ditempatkan dalam posisi terlentang. Langkah – langkah penatalkasanaan lainnya meliputi :

1. Pemberian oksigen 100% 15 liter / menit dengan menggunakan masker reservoir.Namun


perlu diperhatikan pemberian oksigen 100% hanya dapat ditoleransi hingga 12 jam
karena dapat menyebabkan toksisitas oksigen paru.

10
2. Pemberian cairan juga untuk mempertahankan output urin yang baik.Cairan yang
diberikan lebih dari 0,5 ml/kg/hari.Hemokonsentrasi yang terkait dengan caisson disease
adalah hasil dari peningkatan permebealitas pembuluh darah yang dimediasi oleh
kerusakan endotel.Cairan dapat diberikan secara oral atau diberikan secara intravena
berupa NaCl 0,9 % atau kristaloid / koloid untuk mengatasi dehidrasi yang mungkin
timbul setelah penyelaman ( diuresis perendaman menyebabkan penyelam kehilangan
250 – 500 cc cairan perjam ) atau pergeseran cairan yang dihasilkan dari Decompressi.
3. Pemberian steroid deksametason 10 – 20 mg secara intravena, kemudian dilanjutkan 4
mg setiap 6 jam.
4. Diazepam ( 5 – 10 mg ) jika pasien mengalami pusing, ketidakstabilan dan gangguan
visual terkait dengan kerusakan labirin (Vestibular) pada tekinga bagian dalam
5. Dilantin (Fenitoin ) diberikan IV 50 mg/ menit selama 10 menit untuk 500 mg pertama
dan kemuadian 100 mg setiap 10 menit, setelahnya untuk memantau konsentrasi darah
yang dipertahankan 10 sampai 20 mcg/mL.JIka lebih dari 25 mcg/mL beracun.Beberapa
orang memberikan aspirin 600 mg sebagai anti platelet.
6. Decompressi dapat meningkatkan kemungkinan perdarahan dalam jaringan sehingga
antikoagulan tidak boleh digunakan secara rutin dalam pengobatan decompressi.Satu
pengecualian untuk kasus ini adalah kasusu kelemahan ekstremitas bawah.Heparin
Molekul Berat Rendah (LMWH) harus digunakan untuk semua pasien dengan
ketikmampuan berjalan pada setiap tingkat kelumpuhan ektremitas bawah yang
disebabkan oleh Dekompressi Neurologis. Enoxparin 30 mg/atau setara diberikan secara
subkutan setiap 12 jam, dimana harus dimulai sesegera mungkin setelah cedera untuk
mengurangi resiko thrombosis vena dalam ( DVT ) dan emboli paru pada pasien lumpuh.
7. Terapi in-air recompression dalam ruang hyperbaric merupakan terapi dimana penderita
harus berada di suatu ruangan yang bertekanan tinggi dan bernafas dengan oksigen murni
( 100% ) pada tekanan udara lebih besar daripada udara atmosfer normal.

(Rijadi,R.M. Kesehatan Kelautan TNI AL. P:89 – 103)

11
BAB IV

PENUTUP

4.1 PENUTUP

Penyakit dekompresi adalah suatu penyakit atau kelainan yang disebabkan oleh pelepasan
dan pengembangan gelembung – gelembung gas dari fase terlarut dalam darah atau jaringan –
jaringan akibat penurunan tekanan di sekitarnya. Manifestasi yang paling umum ,emcakup
perestesia, Hypestesia, nyeri sendi.Tanda dan gejala yang lebih serius meliputi kelemahan
motoric, ataksia, dyspnea,difungsi sfingter uretra dan dubur, syok dan kematian. Penggunaan
oksigen dengan tekanan untuk mempercepat difusi gas dan resolusi gelembung, alas an untuk
pengobatan dengan oksigen hyperbaric ( HBO2 ) mencakup pengurangan langsung volume
gelembung.

4.2 SARAN

Kepada penyelam agar lebih memperhatikan hal – hal yang dapat membahayakan diri,
dan berlatih kepda penyelam professional dan berpengalaman.

Kepada instansi mengadakan seminar dan pelatihan dari persiapan menyelam hingga
teori – teori yang digunakan dalam menyelam dan pertolongan pertama pada decompression
sickness.

Kepada masyarakat awam agar segera dibawa ke Rumah sakit atau pelayanan kesehatan
terdekat apabila terjadi decompression sickness pada rekannya agar mendapat pertolongan
pertama.

12
DAFTAR PUSTAKA

Bennet, Michael, Dr. Decompression illness.2006


Christina L.Javier. Decompression of sickness. B.S.Biology
Lippincott, William & Wilkins, 2008. Multisistem disorder. Wolters Kluwers
Rijadi, R.M. Penyakit decompressi.Ilmu kesehatan penyelaman dan hyperbaric. Lembaga
kesehatan kelautan TNI AL P: 89-103

13

Anda mungkin juga menyukai