Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MANTRA LAUT DAN UDARA

TUGAS, FUNGSI DAN PERANAN ASUHAN KEPERAWATAN


KESEHATAN PENYELAMAN DAN HIPERBARIK PADA KASUS
DEKOMPRESI SICKNESS

DISISUN OLEH :

KELOMPOK 2

1. AFIFAH KUSUMAWARDANI 1620004


2. ARI ENDAH ROHMANTO 1620008
3. ATIKA YULIA FRANSISCA 1620012

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH

SURABAYA

2017

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat
limpahan dan rahmat-Nya, penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah tentang
“Tugas, fungsi dan peranan asuhan keperawatan kesehatan penyelaman dan
hiperbarik pada kasus dekompresi sickness”.

Makalah ini kami susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Matra Laut dan Udara. Makalah ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan dari
beberapa pihak yang ikhlas bersedia meluangkan waktunya untuk membantu
saya. Maka pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Mayor Laut (K) dr. Suhadi W,. M.KK. Selaku Dosen pengajar
Mata Kuliah Matra Laut dan Udara.
2. Ibu Meiana Harfika, S.KM., M.Kes. selaku PJMK Mata Kuliah Matra
Laut dan Udara.
3. Teman-teman yang senantiasa memeberikan semangat dan dorongan
selama penulisan Makalah ini.
4. Semua pihak yang telah ikut membantu baik secara langsung maupun
tidak langsung dalam pembuatan Makalah ini.

Semoga Makalah ini dapat berguna bagi kami, pihak-pihak yang telah
membantu dan kepada siapa saja yang ingin memfaatkannya sebagai referensi
keilmuannya. Aamiin...

Surabaya, 5 Januari 2018

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

COVER..........................................................................................................................
i

KATA PENGANTAR...................................................................................................
ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................
iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG...........................................................................................


1
1.2 RUMUSAN MASALAH......................................................................................
2
1.3 TUJUAN................................................................................................................
2
1.4 MANFAAT...........................................................................................................
2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Dekompresi.............................................................................................


3
2.1.1 Definisi......................................................................................................
3
2.1.2 Faktor Resiko............................................................................................
3
2.1.3 Klasifikasi..................................................................................................
4
2.1.4 Etiologi......................................................................................................
4

iii
2.1.5 Patofisiologi...............................................................................................
5
2.1.6 Manifestasi Klinis......................................................................................
5
2.1.7 Diagnosis...................................................................................................
7
2.1.8 Pemeriksaan penunjang.............................................................................
8
2.1.9 Penatalaksanaan Medis..............................................................................
9
2.1.10 Komplikasi.................................................................................................
10

BAB 3 PENUTUP

3.1 KESIMPULAN.....................................................................................................
11
3.2 SARAN..................................................................................................................
11

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................
12

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Decompression sickness atau dalam Bahasa Indonesia disebut penyakit


dekompresi, ini merupakan suatu kecelakaan yang timbul akibat penurunan
tekanan lingkungan yang mendadak. Hal ini biasanya terjadi pada penyelam
yang naik ke permukaan secara cepat tanpa mempertimbangkan tekanan
disetiap meter ketika menuju ke permukaan. Penyakit ini memiliki gold
period yaitu 24 jam setelah kejadian.
RUBT (Ruang Udara Bertekanan Tinggi) atau juga disebut ruang
hiperbaric merupakan terapi di mana penderita harus ada disuatu ruangan
bertekanan tinggi dan bernafas dengan oksigen murni (100%) pada tekanan
udara lebih besar dari pada udara atmosfer normal. Terapi hiperbaric
merupakan salah satu terapi yang diberikan pada penderita decompression
sickness, untuk mengurangi kandungan nitrogen dalam tubuh.
Tidak banyak juga pembahasan ataupun jurnal yang membahas
mengenai penyakit dekompresi. Terjadinya penyakit dekompresi (DCS)
sangat jarang terjadi dan jumlah penyelam aktif di seluruh dunia tidak
diketahui. Menurut South Pacific Underwater Medicine Society (SPUMS)
dan European Underwater and Baromedical Society dalam Obat Menyelam
dan Hiperbarik yang baru dikeluarkan, tingkat perkiraan penyakit
dekompresi sekitar 2,8 kasus dari 10.000 kali penyelaman. Mereka melihat
bahwa kejadian di penyelam gua lebih rendah dari jumlah kasus yang
diharapkan. Praktik dan pelatihan selam yang tepat harus dipertimbangkan
untuk pencegahan DCS. (Pulley. 2012 dalam Christina L. Javier.
Decompression of Sickness)
Kondisi dilingkugan penyelam akan mempengaruhi perubahan fisiologi
pada tubuh manusia sesuai dengan hukum fisika yang berlaku, yang
beresiko menimbulkan penyakit yang berakhir pada kecacatan hingga

1
kematian apabila penyelaman dilakukan tidak sesuai dengan prosedur yang
benar.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Rumusan masalah yang mendasari penyusunan makalah ini adalah :
1. Apa tugas, fungsi dan peranan asuhan keperawatan kesehatan penyelam
dan hiperbarik pada kasus penyakit dekompresi ?

1.3 TUJUAN
Tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah:
1. Mengetahui tentang kesehatan penyelaman dan hiperbarik pada kasus
dekompresi
2. Mengetahui tentang tugas, fungsi dan peran asuhan keperawatan
kesehatan penyelaman dan hiperbarik pada kasus penyakit dekompresi

1.4 MANFAAT
Manfaat dalam menyusun makalah ini adalah:
1. Memahami tentang kesehatan penyelaman dan hiperbarik pada kasus
dekompresi
2. Memahami tentang tugas, fungsi dan peran asuhan keperawatan
kesehatan penyelaman dan hiperbarik pada kasus penyakit dekompresi

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENYAKIT DEKOMPRESI


2.1.1 Definisi
Penyakit dekompresi adalah suatu kecelakaan yang timbul
akibat penurunan tekanan lingkungan yang mendadak.
(Simanungkalit, Susan H. Perpustakaan UI)
Penyakit dekompresi adalah suatu penyakit atau kelainan
yang disebabkan oleh pelepasan dan pengembangan gelembung-
gelembung gas dari fase terlarut dalam darah atau jaringan-jaringan
akibat penurunan tekanan disekitarnya. (Tjahjadi. 1995 dalam
Analisis Kesehatan Dan Keselamatan Lingkungan Kerja Penyelam
Tradisional (Safety Health Environment Analysis For Traditional
Divers).
Penyakit dekompresi adalah penyakit dengan berbagai
tingkat keluhan dan gejala yang dapat mengganggu seluruh sistem
organ tubuh dengan penyebab yang sama yaitu terbentuknya
gelembung N2 dalam jaringan dan darah. Berlaku Hukum Henry
“banyaknya gas terlarut dalam cairan sebanding dengan tekanan gas
tersebut diatas cairan”.

2.1.2 Faktor Risiko

Faktor predisposisi DCS dalam penelitian Pulley (2012) itu


dikategorikan sesuai dengan pengaruh berikut; Pengaruh sifat
fisiologis dan pengaruh lingkungan.
a. Pengaruh sifat fisiologis meliputi:
1. Umur
2. Dehidrasi
3. Kekurangan peredaran darah
4. Obesitas / lemak tubuh

3
5. Kelelahan
6. Buruk kondisi fisik
7. cedera muskuloskeletal sebelumnya
b. Faktor lingkungan meliputi;
1. Air dingin
2. Setelan selam yang dipanaskan
3. Kondisi laut yang kasar
4. Pekerjaan berat
(Pulley. 2012 dalam Christina L. Javier. Decompression of Sickness)

2.1.3 Klasifikasi

Secara umum, ada 2 jenis penyakit dekompresi dibagi


berdasarkan beratringannya gejala dan untuk pengobatan :
a. Tipe I, (pain only beds) yang melibatkan otot, kulit, dan
limfatik, yang lebih ringan dan tidak biasanya mengancam
nyawa.
b. Tipe II (serious), kadang-kadang mengancam kehidupan, dan
mempengaruhi berbagai sistem organ. The sumsum tulang
belakang terutama rentan, daerahrawan lainnya termasuk otak,
sistem pernapasan (misalnya, emboli paru), dansistem peredaran
darah (misalnya, gagal jantung, syok kardiogenik).
Mengacu pada sendi lokal atau nyeri otot akibat penyakit
dekompresi tetapi seringdigunakan sebagai sinonim untuk setiap
komponen dari gangguan. (Bennett, Mike. 2004. Azhari bahar.
2009)

2.1.4 Etiologi

Decompression sickness mungkin juga disebabkan oleh


banyak faktor. Salah satunya, adalah pembentukan gelembung dalam
darah atau jaringan sepanjang atau setelah penurunan tekanan
lingkungan. Bekerja di daerah udara tekan juga bisa menyebabkan
penyakit dekompresi. Menurut Naval Safety Center yang ditulis oleh

4
Ibu Kelsey Leo, waktu menyelam seperti menyelam terlalu lama dan
menyelam terlalu cepat bisa memicu penyakit ini. Salah satu alasan
utama pendakian cepat adalah
Mungkin karena panik Pendakian terkendali tidak boleh lebih dari 10
meter per menit untuk menghindari DCS. Saat permukaan terlalu
cepat, bisa menyebabkan tekanan tinggi kemudian gelembung
nitrogen terbentuk dalam darah. Setelah pembentukan gelembung
nitrogen dari darah akan meluas dan terkumpul ke dalam sendi,
jaringan dan bagian tubuh lainnya. Gelembung bisa menghalangi
sirkulasi darah yang akan menyebabkan kematian. (Bulmann 1984
dalam Christina L. Javier. Decompression of Sickness).

2.1.5 Patofisiologi

Selama menyelam, udara dihirup pada tekanan yang lebih


besar dari biasanya, menyebabkan peningkatan jumlah nitrogen yang
terlarut dalam jaringan tubuh. Semakin lama dan dalam menyelam,
semakin besar jumlah nitrogen yang akan dilarutkan sampai semua
jaringan jenuh. Selama pendakian, nitrogen harus dihilangkan saat
tekanan ambien menurun. Idealnya, selama pendakian yang
direncanakan dengan pengurangan tekanan ambien yang terkendali,
nitrogen berdifusi ke gradien tekanan dari jaringan ke darah vena
dan masuk ke alveoli untuk dihembuskan. Namun, jika laju
pendakian terlalu besar, gas bisa keluar dari larutan dan membentuk
gelembung dalam jaringan. Gelembung dapat menyebabkan
kerusakan melalui distorsi jaringan, penyumbatan vaskular atau
stimulasi mekanisme kekebalan yang menyebabkan edema jaringan,
hemokonsentrasi dan hipoksia. (Bennet, michael, Dr.
Decompression illness. 2006)

2.1.6 Manifestasi Klinis

Decompression sickness Tipe 1 :


1. Sakit ringan yang sembuh dalam waktu 10 menit onset (niggles)

5
2. Pruritus (kulit membungkuk)
3. Ruam kulit (bintik-bintik atau maling pada kulit atau ruam
papular atau plaquelike)
4. Kulit kulit jeruk (jarang)
5. Pitting edema
6. Anoreksia, mual
7. Kelelahan berlebihan
8. Kusam, dalam, berdenyut, sakit gigi jenis sakit di sendi, tendon,
atau tisuue (tikungan)
9. Gerakan ekstremitas terbatas dengan suara berderak saat sendi
bergerak

Decompression sickness Tipe 2 :


1. Gejala menirukan trauma tulang belakang (nyeri punggung
bawah, paresis, kelumpuhan, parestesia, kehilangan kontrol
sfingter)
2. Sakit kepala atau gangguan penglihatan
3. Pusing
4. Penglihatan terowongan
5. Perubahan status mental
6. Mual, muntah, fertigo, nistagmus, tinnitus, dan anusa parsial
7. Ketidaknyamanan substernal pada inspirasi, perbekalan tidak
produktif yang bisa menjadi paroksismal, dan mengurangi
gangguan pernapasan.
8. Emfisema subkutan
9. Tanda dan gejala syok hipovolemik atau embolisasi gas arterial
10. Tergantung dimana perjalanan emboli gas, kemungkinan tanda
dan gejala infark miokard, stroke dan kejang.
(Lippincott, William & Wilkins. 2008. Multisystem Disorder. Wolters
Kluwer)

6
2.1.7 Diagnosis
Gejala berat dapat bermanifestasi dalam beberapa menit dari
permukaan, tetapi pada kebanyakan pasien, gejala dimulai secara
bertahap, kadang-kadang dengan prodrome dari malaise, kelelahan,
anoreksia, dan sakit kepala. Gejala terjadi dalam 1 jam dari
permukaan di sekitar 50% dari pasien dan oleh 6 jam dalam 90%.
Gejala klnis timbul saat dekompresi atau dipermukaan (paling lama
24 jam setelah menyelam). Mula-mula rasa kaku kemudian rasa
nyeri, kekuatan otot menurun, bengkak kemerahan Peau d’orange,
banyak pada penyelam ulung dan singkat, anggota atas 2-3x lebih
banyak dari bawah, ⅓ kasus pada bahu kemudian siku, pergelangan
tangan, tangan, sendi paha, lutut dan kaki, asimetri, kasus ringan,
tidak rekompresi, nyeri hilang 3-7 hari.
Tipe I
CD tipe I ditandai dengan satu atau beberapa dari gejala berikut :
a. Rasa nyeri ringan yang menetap setelah 10 menit onset
(niggles),
b. Pruritus, atau “skin bends” yang menyebabkan rasa gatal atau
terbakar pada kulit, dan
c. Ruam pada kulit yang biasanya beraneka warna atau
menyerupai marmer atau papular, atau ruam yang menyerupai
plak. Pada kasus tertentu yang jarang menyerupai kulit jeruk.
Tipe II
Caisson disease tipe II ditandai oleh :
a. Gejala gangguan pada paru,
b. Syok hipovolemik, atau
c. Gangguan pada sistem saraf. Dari kasus yang dilaporkan hanya
ada sekitar 30% yang disertai dengan keluhan nyeri. Tanda dan
gejalanya bervariasi karena kompleksnya susunan saraf pusat
dan perifer. Onset gejala biasanya segera atau hingga 36 jam.

7
Diagnosis caisson disease dapat ditegakkan melalui pertanyaan
anamnesa mengenai riwayat menyelam penderita sebelumnya (dalam
waktu 24 jam terakhir) dan dari pemeriksaan fisis, didapatkan gejala-
gejala caisson disease.
Osteonekrosis Dysbaric adalah manifestasi akhir dari penyakit
dekompresi. Ini adalah bentuk berbahaya dari nekrosis tulang aseptik
yang disebabkan oleh eksposur yang lama atau berulang erat ke
daerah bertekanan (biasanya pada orang yang bekerja di udara
terkompresi dan komersial mendalam ketimbang penyelam rekreasi).
Kerusakan bahu dan pinggul permukaan artikular dapat menyebabkan
rasa sakit kronis dan cacat berat.

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang pada penyakit dekompresi (Caisson’s
Disease)
1. Laboratorium
Pada penderita yang dicurigai mengalami penyakit dekompresi
yang disertai dengan perubahan status mental, maka hal-hal
yang pelu dievaluasi adalah kadar glukosa darah, darah lengkap,
kadar natrium, magnesium, kalsium, dan fosfor, saturasi
oksigen, kadar etanol dan skrining obat-obatan lainnya, level
karboksihemoglobin.
Pada penderita yang dicurigai mengalami penyakit dekompresi
yang disertai dengan syok, maka hal-hal yang perlu dievaluasi
adalah kadar glukosa darah, darah lengkap, elektrolit dan ureum
kreatinin, asam laktat, PT/aPTT/INR, level karboksihemoglobin
2. Radiologi
a. Foto toraks, untuk mencari bukti adanya pneumotoraks,
pneumomediastinum, emfisema subkutis, pneumoperikardium,
perdarahan alveolar, dan menurunnya aliran darah pulmoner
yang disebabkan oleh emboli pulmoner nirogen.

8
b. CT Scan kepala, jika status mental tidak membaik dengan
menggunakan terapi hiperbarik, pertimbangkan etiologi lain.
c. MRI, untuk melihat ada tidaknya lesi fokal medulla spinalis,
atau kerusakan jaringan otak akibat embolisasi gas arterial

Pemeriksaan penunjang lainnya, meliputi EKG dan/atau evaluasi


saturasi oksigen

2.1.9 Penatalaksanaan Medis


Penatalaksanaan pada pasien Caisson Disease, pertama-tama
yang harus dilakukan adalah mempertahankan jalan napas dengan
menjamin ventilasi dan mencapai sirkulasi. Pasien harus
ditempatkan dalam posisi terlentang. Langkah-langkah
penatalaksanaan lainnya meliputi :
a) Pemberian oksigen 100% 15 liter / menit dengan menggunakan
masker reservoir. Namun perlu diperhatikan pemberian
oksigen 100% hanya dapat ditoleransi hingga 12 jam karena
dapat menyebabkan toksisitas oksigen paru.
b) Pemberian cairan untuk mempertahankan output urin yang
baik. Cairan yang diberikan lebih dari 0.5ml/kg/hari.
Hemokonsentrasi yang terkait dengan Caisson Disease adalah
hasil dari peningkatan permeabilitas pembuluh darah yang
dimediasi oleh kerusakan endotel. Cairan dapat diberikan
secara oral atau diberikan secara intravena berupa NaCl 0.9%
atau kristaloid / koloid untuk mengatasi dehidrasi yang
mungkin timbul setelah penyelaman (diuresis  perendaman
menyebabkan penyelam kehilangan 250-500 cc cairan per jam)
atau pergeseran cairan yang dihasilkan dari DCS.
c) Pemberian steroid deksametason 10 sampai 20 mg secara
intravena, kemudian dilanjutkan 4 mg setiap 6 jam.

9
d) Diazepam ( 5-10 mg ) jika pasien mengalami pusing,
ketidakstabilan dan gangguan visual terkait dengan kerusakan
labirin (vestibular) pada telinga  bagian dalam.
e) Dilantin (Fenitoin) diberikan IV 50 mg / menit selama 10
menit untuk 500 mg  pertama dan kemudian 100 mg setiap 30
menit setelahnya untuk memantau konsentrasi darah yang
dipertahankan 10 sampai 20 mcg / mL. Jika lebih dari 25 mcg /
mL beracun. Beberapa orang memberikan aspirin 600 mg
sebagai anti-platelet.
f) DCS dapat meningkatkan kemungkinan perdarahan dalam
jaringan sehingga antikoagulan tidak boleh digunakan secara
rutin dalam pengobatan DCS. Satu  pengecualian untuk aturan
ini adalah kasus kelemahan ekstremitas bawah. Heparin
molekul berat rendah (LMWH) harus digunakan untuk semua
pasien dengan ketidakmampuan berjalan pada setiap tingkat
kelumpuhan ekstremitas  bawah yang disebabkan oleh DCS
neurologis. Enoxaparin 30 mg atau setara diberikan secara
subkutan setiap 12 jam, dimana harus dimulai sesegera
mungkin setelah cedera untuk mengurangi risiko trombosis
vena dalam (DVT) dan emboli paru pada pasien lumpuh.
g) Terapi in-air recompression dalam ruang hiperbarik merupakan
terapi di mana penderita harus ada disuatu ruangan bertekanan
tinggi dan bernafas dengan oksigen murni (100%) pada
tekanan udara lebih besar dari pada udara atmosfer normal.
(Rijadi, R.M. Kesehatan Kelautan TNI AL. P: 89-103)

2.1.10 Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul akibat Caisson Disease adalah
kelumpuhan, nekrosis miokard,dan cedera iskemik lainnya mungkin
terjadi apabila tidak segera dilakukan recompression.

10
BAB 3

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Penyakit dekompresi adalah suatu penyakit atau kelainan yang


disebabkan oleh pelepasan dan pengembangan gelembung-gelembung gas
dari fase terlarut dalam darah atau jaringan-jaringan akibat penurunan
tekanan disekitarnya. Manifestasi yang paling umum mencakup parestesia,
hypesthesia, nyeri sendi. Tanda dan gejala yang lebih serius meliputi
kelemahan motorik, ataksia, dispnea, disfungsi sfingter uretra dan dubur,
syok dan kematian. Penggunaan oksigen dengan tekanan untuk
mempercepat difusi gas dan resolusi gelembung, alasan untuk pengobatan
dengan oksigen hiperbarik (HBO2) mencakup pengurangan langsung
volume gelembung.

3.2 SARAN

Kepada penyelam agar lebih memperhatikan hal-hal yang dapat


membahayakan diri, dan berlatih kepada penyelam profesional dan
berpengalaman.
Kepada instansi mengadakan seminar dan pelatihan dari persiapan
menyelam hingga teori-teori yang digunakan dalam menyelam dan
pertolongan pertama pada dekompression sickness.
Kepada masyarakat awam agar segera dibawa ke Rumah sakit atau
pelayanan kesehatan terdekat apabila terjadi decompression sickness pada
rekannya agar mendapat pertolongan pertama.

11
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Angkatan Laut. 2000. Ilmu Kesehatan Penyelaman dan


Hiperbarik. Jakarta

Bahar, Azhari. 2009. Penyakit Dekompresi. Slide Kuliah: Sistem


Neuropsikiatri

Rijadi, R.M. Penyakit Dekompresi. Ilmu Kesehatan Penyelaman dan


Hiperbarik. Lembaga Kesehatan Kelautan TNI AL. P: 89-103

12

Anda mungkin juga menyukai