Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

‘’PENATALAKSANAAN PADA PASIEN TENGGELAM’’

OLEH :
1. AULIA RESKI NUR : PO713241201013
2. HIKMAH SYAFIRAH :
3. NUR AMALIA ASIES : PO713241201027
4. PUTRI AWALIA ARNAZ : PO713241201035
5. SRI RAHMI RUHARTI :
6. AGIL REZKY RAMADAN :

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
JURUSAN FISIOTERAPI
TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya kami kelompok 5 dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“penatalaksanaan Pada Pasien Tenggelam”. Pada penulisan makalah ini, kami
berusaha menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti sehingga
dapat dengan mudah dicerna dan diambil intisari dan materi pembelajaran.
Makalah juga diharapkan dapat digunakan oleh mahasiswa lain untuk menambah
ilmu pengetahuan mengenai konsep kegawat daruratan khususnya kehawat
daruratan pada pasien dengan tenggelam.

Kami menyadari walaupun sudah berusaha sekuat kemampuan yang


maksimal, mencurahkan segala pikiran dan kemampuan yang dimiliki, makalah
ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, baik dari segi bahasa,
pengolahan , maupun dalam penyusunan. Untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik yang sifatnya sangat membangun demi tercapai suatu kesempurnaan dalam
memenuhi kebutuhan dalam pembuatan suatu makalah.

Makassar, 23 september 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
A. Latar belakang.....................................................................................................................4
B. Rumusan masalah...............................................................................................................6
C.manfaat ..................................................................................................................................6
BAB II.........................................................................................................................................7
PEMBAHASAN............................................................................................................................8
1. Pengertian tenggelam..........................................................................................................8
2. Etiologi...............................................................................................................................9
3. Patofisiologi........................................................................................................................9
4. Komplikasi..........................................................................................................................9
5. Klasifikasi tenggelam........................................................................................................10
6. Penangan pertama pada orang tenggelam.........................................................................12
7. Penatalaksanaan korban tenggelam...................................................................................13
8. Cara terhindar dari ancaman tenggelam............................................................................14
BAB III......................................................................................................................................16
PENUTUP.................................................................................................................................16
A. Kesimpulan.......................................................................................................................16
B. Saran.................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................17

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Diseluruh dunia, kasus tenggelam adalah kasus kematian terbanyak no. 2
dan no. 3 yang menimpa anak-anak dan remaja.Pada umumnya kasus tenggelam
ini sering terjadi di Negara-negar yang beriklim panas dan Negara dunia ketiga.
Insiden terjadinya kasus tenggelam pada anak-anak ini berbeda-beda tingkatan
pada tiap-tiap Negara.Dibandingkan dengan Negara-negara berkembang yang lain
reputasi Australia kurang baik, karena kasus tenggelam di Negara ini masuk
dalam urutan terbanyak. Tenggelam merupakan salah satu kecelakaan yang dapat
berujung pada kematian jika terlambat mendapat pertolongan.
Badan Kesehatan Dunia (WHO), mencatat, tahun 2000 di seluruh dunia
ada 400.000 kejadian tenggelam tidak sengaja. Artinya, angka ini menempati
urutan kedua setelah kecelakaan lalu lintas. Bahkan Global Burden of Disease
(GBD) menyatakan bahwa angka tersebut sebenarnya lebih kecil dibanding
seluruh kematian akibat tenggelam yang disebabkan oleh banjir, kecelakaan
angkutan air dan bencana lainnya. Ditaksir. selama tahun 2000, 10 persen
kematian di seluruh dunia adalah akibat kecelakaan, dan 8 persen akibat
tenggelam tidak disengaja (unintentional) yang sebagian besar terjadi di negara-
negara berkembang.
Tenggelam merupakan penyebab yang signifikan dari kecacatan dan
kematian. Tenggelam telah didefinisikan sebagai kematian kedua setelah asfiksia
dimana terisi dengan cairan, biasanya air, atau dalam 24 jam of submersion. Pada
Kongres Dunia Tenggelam tahun 2002, yang diadakan di Belanda, sekelompok
ahli menyarankan consensus untuk mendefinisikan tenggelam agar menurunkan
kebingungan dari penggunaan dan definisi (>20) merujuk kepada proses ini yang
telah timbul dalam literature. Kelompok ini mempercayai bahwa keseragaman
definisi akan membuat analisis lebih akurat dan perbandingan studi, dimana para
peneliti bisa menggambarkan kesimpulan yang lebih bermakna dari data yang

4
dikumpulkan, dan meningkatkan kemudahan surveillance serta aktivitas pencegahan.
Mengingat pada kondisi tenggelam seseorang akan kehilangan pola nafas yang adekuat
karena dalam hitungan jam korban tenggelam akan mengalami hipoksemia, yang
selanjutnya akan mengalami anoksia susunan syaraf pusat, hingga terjadi kegagalan
resusitasi dan jika tidak segera diberikan pertolongan akan menimbulkan kematian dalam
24 jam setelah kejadian.
Dalam hal ini, maka pertolongan kegawatdaruratan dengan pasien tenggelam
harus dilakukan secara cepat dan tepat untuk menghindari Pertolongan pertama dalam
kegawatdaruratan merupakan pertolongan secara cepat dan bersifat sementara waktu
yang diberikan pada seseorang yang menderita luka atau terserang penyakit mendadak.
Pertolongan ini menggunakan fasilitas dan peralatan yang tersedia pada saat itu dan di
tempat yang dibutuhkan.
Pada korban dengan kasus tenggelam pertolongan pertama merupakan tindakan
wajib yang harus dilakukan segeraterjadinya kolaps pada alveolus, lobus atas atau unit
paru yang lebih besar. Penatalaksanaan tindakan kegawatdaruratan ini tentunya harus
dilakukan secara benar dengan tujuan untuk mencegah kondisi korban lebih buruk,
mempertahankan hidup serta untuk peningkatan pemulihan
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang akan dibahas pada makalah ini
yaitu:
1. Apa yang dimaksud kegawatdaruratan korban tenggelam?
2. Apa etiologi korban tenggelam?
3. Apa patofisilogi korban tenggelam?
4. Apa saja komplikasi korban tenggelam?
5. Apa saja klasifikasi korban tenggelam?
6. Bagaimana penanganan pertama korban tenggelam
7. Bagaimana penatalaksanaan korban tenggelam ?
C. manfaat
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penyusunan makalah ini
adalah:
1. Untuk mengetahui konsep kegawatdaruratan korban tenggelam
2. Untuk mengetaahui apa saja etiologi korban tenggelam
3. Untuk mengetahui apa saja patofisiologi korban tenggelam
4. Untuk mengetahui apa saja komplikasi korban tenggelam

5
5. Unruk mengetahui klasifikasi pada orang tenggelam
6. Untuk mengetahui bagaiamna penangan pertama korban tenggelam
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan korban tenggelam

6
BAB II
PEMBAHASAN

Konsep dasar kegawatdaruratan pada korban tenggelam


1. Pengertian tenggelam
Tenggelam ( Drawning ) adalah kematian yang disebabkan oleh aspirasi
cairan ke dalam pernapasan akibat terbenamnya seluruh atau sebagian tubuh
ke dalam cairan. Definisi baru menyatakan bahwa tenggelam merupakan
proses yang dihasilkan dari kerusakan tractus respiratorius primer dari adanya
penumpukkan dalam medium cair. Definisi implicit adalah bahwa adanya
cairan yang timbul dalam jalan nafas korban. Hasilnya dapat termasuk
menghambat morbiditas atau kematian.
Tenggelam dapat menyebabkan kematian atau kecacatan. Menurut
Kongres Tenggelam Sedunia tahun 2002, tenggelam adalah suatu kejadian
berupa gangguan respirasi akibat tenggelam atau terendam oleh cairan.
Menurut Dr. Boedi Swidarmoko SpP, tenggelam (drowning) adalah
kematian karena asfiksia pada penderita yang tenggelam. Istilah lain, near
drowning adalah untuk penderita tenggelam yang selamat dari episode akut
dan merupakan berisiko besar mengalami disfungsi organ berat dengan
mortalitas tinggi. Efek fisiologis aspirasi pun berbeda antara tenggelam di air
tawar dan air laut. Pada tenggelam di air tawar, plasma darah mengalami
hipoktonik, sedangkan pada air laut adalah hipertonik.
Aspirasi air tawar akan cepat diabsorbsi dari alveoli sehingga
menyebabkan hipervolemia intravaskular, hipotonis, dilusi elektrolit serum,
dan hemolisis intravaskular. Aspirasi air laut menyebakan hipovolemia,
hemokonsentrasi dan hipertonis. Jadi yang dimaksud dengan tenggelam
adalah suatu istilah dari suatu keadaan yang disebabkan karena seseorang
menghirup air atau cairan ke paru-paru sehingga menghambat/mencegah
udara yang mengandung oksigen untuk sampai dan berhubungan dengan
bagian depan permukaan alveolus di paru-paru,dimana bagian ini merupakan
bagian penting yang berfunsi untuk pertukaran gas di paru-paru dan proses

7
oksigenisasi darah.
2. Etiologi
Kejadian tenggelam terjadi secara langsung dan cepat, gambaran umum dari
korban tenggelam adalah nafas terengah-engah. Kejadian yang lebih tidak
menyenangkan yaitu individu tidak bergerak dan mengambang di air atau
menghilang secara diam-diam di bawah permukaan lebih umum (Cantwell et
al., 2018).
Tenggelam disebabkan oleh tidak mampunya diri untuk menempatkan mulut
serta hidung di permukaan air, dan menahan nafas saat berada di dalam air
untuk beberapa saat yang cukup lama (Tim EMT 118).
a) Terganggunya kemampuan fisik akibat pengaruh obat-obatan
b) Ketidakmampuan akibat hipotermia, syok, cedera, atau kelelahan
c) Ketidakmampuan akibat penyakit akut ketika berenang
d) Kurangnya pengawasan oarng tua terhadap anak
e) Kurangnya keamanan peralatan saat renang.
Ekowati dkk, 2019) Kasus tenggelam dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
seperti:
 Jenis kelamin
 Umur
 Akses terhadap air
 Bencana banjir
 Transportasi air
 Epilepsy
3. Patofisiologi
Proses pada kasus tenggelam sebagai berikut: yang pertama terjadi suatu
periode panik selama 1-2 menit, selanjutnya terjadi reflex menelan air diikuti
dengan laringospasme, terjadi hipoksia dan mengakibatkan apnea (gangguan
pernapasan), penurunan kesadaran, sehingga relaksasi laring dan air masuk ke
dalam paru-paru dalam jumlah banyak akhirnya menyebabkan asfiksia dan
kematian (Tim EMT 118).
Faktor yang mempengaruhi kejadian morbiditas dan mortalitas akibat
tenggelam adalah hipoksemia dan asidosis serta efek multiorgan. Kerusakan
sistem saraf pusat (SSP) dapat terjadi karena adanya hipoksemia, aritmia,
cedera paru, jejas reperfusi atau disfungsi multiorgan. Korban tenggelam dapat
mengalami disfungsi miokardium dan ketidakseimbangan kadar elektrolit,
henti jantung, serta iskemik SSP. Asfiksia menyebabkan relaksasi saluran
nafas yang mengakibatkan air masuk ke paru semakin banyak.

4. Komplikasi
a. Ensefalopati Hipoksik

8
b. Tenggelam sekunder
c. Pneumonia aspirasi
d. Fibrosis interstisial pulmoner
e. Disritmia ventricular
f. Gagal Ginjal
g. Nekrosis pancreas
h. Infeksi
i. Sindrom distres pernapasan akut
j. Gangguan elektrolit
k. Cedera ginjal akut (acute kidney injury – AKI)
l. Aritmia
m. Rhabdomiolisis dan henti jantung
5. Klasifikasi tenggelam
a. Berdasarkan paru paru korban
1) Typical drawing
Yaitu keadaan dimana cairan masuk ke dalam saluran
pernapasan korban saat korban tenggelam. Atau sering disebut
tenggelam basah (wet drowning), yaitu kematian terjadi
sesudah menghirup air.
2) Atypical drawing
 Dry drowing
Yaitu keadaan dimana hanya sedikit bahkan tidak ada
cairan yang masuk ke dalam saluran pernapasan.
Tenggelam kering (Dry Drowning), yaitu kematian
sebelum menghirup air. Tenggelam kering dapat terjadi
jika tenggelam air tawar ataupun air asin. Pada keadaan
ini cairan tidak masuk kedalam saluran nafas, tetapi
saat air akan masuk kedalam saluran nafas, terjadi
spasme laring yang menyebabkan tertutupnya jalan
nafas.

 Immersion syndrome

Terjadi terutama pada anak-anak yang tiba-tiba terjun


ke dalam air dingin ( suhu < 20°C ) yang menyebabkan
terpicunya reflex vagal yang menyebabkan apneu,
bradikardia, dan vasokonstriksi dari pembuluh darah
kapiler dan menyebabkan terhentinya aliran darah
9
koroner dan sirkulasi serebaral. Sering juga disebut
tenggelam dalam air dingin (cold immer
sionsyndrome/immer sionsyndrome), dimana
seseorang tenggelam dalam air dingin, reseptor suhu
pada kulit teraktivasi secara tiba-tiba dan yang
menyebabkan terhentinya nafas dan jantung tiba-tiba.

 Submersion of the unconscious

Sering terjadi pada korban yang menderita epilepsy


atau penyakit jantung khususnya coronary atheroma,
hipertensi atau peminum yang mengalami trauma
kepala saat masuk ke air.

 Delayed dead

Yaitu keadaan dimana seorang korban masih hidup


setelah lebih dari 24 jam setelah diselamatkan dari
suatu episode tenggelam.

 Tenggelam sekunder

Yaitu terjadi beberapa hari setelah korban tenggelam


dan diangkat dari air. Korban meninggal karena
komplikasi yang diakibatkan tenggelam,seperti
aspirasi,pneumonia,dan ketidakseimbangan elektrolit.

b. Berdasarkan kondisi kejadian

1) Tenggelam

Yaitu suatu keadaan dimana penderita akan meneguk air


dalam jumlah yang banyak sehingga air masuk ke dalam
saluran pernapasan dan saluran nafas atas tepatnya bagian
apiglotis akan mengalami spasme yang mengakibatkan saluran
nafas menjadi tertutup serta hanya dapat dilalui oleh udara
yang sangat sedikit.

10
2) Yaitu suatu keadaan dimana penderita masih bernafas dan
membatukkan air keluar.
6. Penangan pertama pada orang tenggelam
1. Prinsip pertolongan di air:

 Raih ( dengan atau tanpa alat ).

 Lempar ( alat apung ).

 Dayung ( atau menggunakan perahu mendekati penderita ).

 Renang ( upaya terakhir harus terlatih dan menggunakan alat


apung ).

2. Penangan korban

 Pindahkan penderita secepat mungkin dari air dengan cara


teraman.
 Bila ada kecurigaan cedera spinal satu penolong
mempertahankan posisi kepala, leher dan tulang punggung
dalam satu garis lurus. Pertimbangkan untuk menggunakan
papan spinal dalam air, atau bila tidak memungkinkan
pasanglah sebelum menaikan penderita ke darat.
 Buka jalan nafas penderita, periksa nafas. Bila tidak ada maka
upayakan untuk memberikan nafas awal secepat mungkin dan
berikan bantuan nafas sepanjang perjalanan.
 Upayakan wajah penderita menghadap ke atas.
 Sampai di darat atau perahu lakukan penilaian dini dan RJP bila
perlu.
 Berikan oksigen bila ada sesuai protokol.
 Jagalah kehangatan tubuh penderita, ganti pakaian basah dan
selimuti
 Lakukan pemeriksaan fisik,rawat cedera yang ada
 Segera bawa kefasilitas Kesehatan
3. Pernfasan berhenti
Penyebab berhentinya pernafasan yang sering dijumpai adalah :
Tenggorokan tersumbat

11
Lidah atau cairan kental yang menyumbat tenggorokan pada
orang yang tidak sadar.
Tenggelam,tercekik oleh asap, atau karena keracunan.
Pukulan yang keras pada kepala atau dada.
Serangan jantung
7. Penatalaksanaan korban tenggelam
Penanganan pada korban tenggelam dibagi dalam tiga tahap, yaitu:
1. Bantuan Hidup Dasar
Penanganan ABC merupakan hal utama yang harus dilakukan, dengan fokus
utama pada perbaikan jalan napas dan oksigenasi buatan, terutama pada
korban yang mengalami penurunan kesadaran. Bantuan hidup dasar pada
korban tenggelam dapat dilakukan pada saat korban masih berada di dalam
air. Prinsip utama dari setiap penyelamatan adalah mengamankan diri
penyelamat lalu korban, karena itu, sebisa mungkin penyelamat tidak perlu
terjun ke dalam air untuk menyelamatkan korban. Namun, jika tidak bisa,
penyelamat harus terjun dengan alat bantu apung, seperti ban penyelamat,
untuk membawa korban ke daratan sambil melakukan penyelamatan. Cedera
servikal biasanya jarang pada korban tenggelam, namun imobilisasi servikal
perlu dipertimbangkan pada korban dengan luka yang berat.

2. Penilaian pernapasan dilakukan pada tahap ini, yang terdiri dari tiga
langkah, yaitu:

 Look, yaitu melihat adanya pergerakan dada Listen, yaitu


mendengarkan suara napas
 Feel, yaitu merasakan ada tidaknya hembusan napas
Penanganan pertama pada korban yang tidak sadar dan tidak
bernapas dengan normal setelah pembersihan jalan napas yaitu kompresi
dada lalu pemberian napas buatan dengan rasio 30:2. Terdapat tiga cara
pemberian napas buatan, yaitu mouth to mouth, mouth to nose, mouth to
mask, dan mouth to neck stoma.
Penanganan utama untuk korban tenggelam adalah pemberian napas
bantuan untuk mengurangi hipoksemia. Pemberian napas buatan inisial
yaitu sebanyak 5 kali. Melakukan pernapasan buatan dari mulut ke
hidung lebih disarankan karena sulit untuk menutup hidung korban pada
pemberian napas mulut ke mulut. Pemberian napas buatan dilanjutkan
hingga 10 – 15 kali selama sekitar 1 menit.
Jika korban tidak sadar dan tenggelam selama <5 menit, pernapasan

12
buatan dilanjutkan sambil menarik korban ke daratan. Namun, bila
korban tenggelam lebih dari 5 menit, pemberian napas buatan
dilanjutkan selama Kompresi dada diindikasikan pada korban yang tidak
sadar dan tidak bernapas dengan normal, karena kebanyakan korban
tenggelam mengalami henti jantung akibat dari hipoksia. Pemberian
kompresi ini dilakukan di atas tempat yang datar dan rata dengan rasio
30:2. Namun, pemberian kompresi intrinsik untuk mengeluarkan cairan
tidak disarankan, karena tidak terbukti dapat mengeluarkan cairan
dan dapat berisiko muntah dan aspirasi.
Selama proses pemberian napas, regurgitasi dapat terjadi, baik regurgitasi
air dari paru maupun isi lambung. Hal ini normal terjadi, namun jangan
sampai menghalangi tindakan ventilasi buatan. Korban dapat
dimiringkan dan cairan regurgitasinya dikeluarkan
3.bantuan hidup lanjut

Bantuan hidup lanjut pada korban tenggelam yaitu pemberian oksigen


dengan tekanan lebih tinggi, yang dapat dilakukan dengan BVM (Bag Valve
Mask) atau tabung oksigen.1 Oksigen yang diberikan memiliki

saturasi 100%. Jika setelah pemberian oksigen ini, keadaan korban belum
membaik, dapat dilakukan intubasi trakeal
8. Cara terhindar dari ancaman tenggelam
 Setiap anak yang sedang berenang harus selalu diawasi

 Hindari minum minuman keras sebelum berenang atau dekat kolam


renang

 Pintu masuk atau akses ke kolam renang harus selalu dalam


pengawasan

 Peralatan penyelamat seperti pelampung atau ban penyelamat harus


selalu dekat dengan kolam renang atau area berenang

 Bila punya kolam renang di rumah, letakkan telepon dekat dengan


kolam renang. Agar anda bisa mengangkat telepon tanpa
meninggalkan pengawasan anak anda saat berenang
13
 Hindari meletakkan meja dan kursi dekat kolam renang agar anak
anda tidak dapat memanjatnya

 Tenggelam pun bisa terjadi pada orang dewasa, jadi pengawasan tetap
dibutuhkan

 Ikutkan salah seorang anggota keluarga anda di dalam pelatihan RJP


agar bila dibutuhkan suatu saat ia dapat menolong.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kegawatdaruratan pada korban tenggelam terkait erat dengan masalah
pernapasan dan kardiovaskuler yang penanganannya memerlukan penyokong kehidupan
jantung dasar dengan menunjang respirasi dan sirkulasi korban dari luar melalui
resusitasi, dan mencegah insufisiensi.
Korban dikatakan hampir tenggelam apabila korban dapat bertahan hidup dalam 24 jam
pertama. Apabila tidak dilakukan penanganan segera maka sebagian besar pasien
mengalami kerusakan organ yang multipel dimana otak merupakan organ yang sangat
peka dalam hal ini. Patofisiologi korban hampir tenggelam sangat tergantung kepada
jumlah dan sifat cairan yang terhisap serta lamanya hipoksemia terjadi. Oleh sebab itu,
tindakan di luar rumah sakit atau di tempat kejadian tenggelam menentukan hasil
tindakan di rumah sakit dan prognosa selanjutnya.
Untuk pengelolaan, korban hampir tenggelam dikategorikan berdasarkan status
neurologis. Kategori A dan B biasanya membutuhkan perawatan medis supportif
sedangkan penderita yang termasuk dalam kategori C membutuhkan tindakan untuk
mempertahankan kehidupan dan perawatan intensif. Juga harus dicari dan ditangani
trauma yang timbul, seperti masalah kejang.
B. Saran
kami sangat menyadari dalam pembuatan makalah ini sangat banyak terdapat kekurangan
dan kesalahan, oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sehingga makalah ini menjadi lebih baik lagi. kami harap
makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua serta menambah pengetahuan kita.

15
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Penanganan Kegawatdaruratan Tenggelam. (online), available :
http://www.medicinesia.com/harian/penanganan-kegawatdaruratan-
tenggelam/ (diakses 20 september 2011)

Fitriasari, Nur Dian. 2011. Kegawatdaruratan Pada Korban Tenggelam. (online),


available :

http://sanchakadheeyansamarathungga.blogspot.com/2011/01/kegawat-
daruratan-pada-korban-tenggelam.html (diakses tanggal 20 september 2011)

Perwira, Satria. 2008. Drowning (Tenggelam). (online),available.


http://satriaperwira.wordpress.com/2008/06/03/drowning-tenggelam (diakses
tanggal 20 september 2011)

Rijal, Syamsu. 2001. Near Drowning (Hampir Tenggelam). (online),available :


http://www.tempo.co.id/medika/arsip/062001/pus-2.htm (diakses tanggal 20
september 2011)

16

Anda mungkin juga menyukai