Widya Addiarto,S,.Kep,.Ns,.M.Kep
Di susun oleh :
D3 KEPERAWATAN
PROBOLINGGO
2020/2021
KATA PENGATAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmatnyalah kami dapat menyelesaikan Makalah KONSEP PERTOLONGAN
GAWAT DARURAT BERDASARKAN :Airway,Breathing,dan Circulation tepat
pada waktunya.Dalam penyusunan makalah ini kami sadar karena kemampuan
kami sangat terbatas.Maka makalah ini masih mengandung banyak
kekurangan,untuk itu harapan kami mohon bimbingan kepada bapak Widya
Addiarto,S,.Kep,.Ns,.M.kep selaku pengajar mata kuliah Keperawatan gawat darurat
dan manajemen bencana bersedia memberi saran dan pendapat untuk makalah
ini.Akhirnya kepada semua yang telah mendukung dalam penyusunan makalah
ini,kami atas nama kelompok penyusun menyampaikan terimakasih dan penghargaan
yang tak terhingga.Semoga Tuhan Yang Maha Esa Pemurah memberkati
kita,sehingga upaya kecil ini besar manfaatnya bagi kita semua.terima kasih
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I................................................................................................................
PENDAHULUAN...........................................................................................
1.3 Tujuan.............................................................................................
BAB II..............................................................................................................
PEMBAHASAN..............................................................................................
BAB III............................................................................................................
PENUTUP.......................................................................................................
3.1 Kesimpulan.....................................................................................
3.2 Saran...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelayanan gawat darurat merupakan bentuk pelayanan yang bertujuan untuk
menyelamatkan kehidupan penderita mencegah keusakan sebelum tindakan /
perawatan selanjulnya dan menyembuhkan penderita padka kondisi yang berguna
bagi kehidupan. Karena sifar pelavanan gawat darurat yang cepat dan tepat, maka
sering dimanfaatkan untuk memperoleh pelayanan pertolongan pertama dan bahkan
pelayanan rawat jalan bagi penderita dan keluarga yang menginginkan pelayanan
secara cepat. Oleh karena inı diperukan perawat yang mempunyai kemampuan yang
bagus dalam mengaplikasıkan asuhan keperawatan gawat darurat untuk mengatasi
berbagai permasalahan kesehatan baik aktual atau potensial mengancam kehidupan
tanpa atan terjadinya secara mendadak atau tidak di perkitakan tanpa atau disertai
kondisi lingkungan yang tidak dapat dikendalikan.
Pengkajian pada kasus gawat darurat dibedakan menjadi dua yaitu : pengkajian
primer dan pengkajian sekunder. Pertolongan kepada pasien gawat darurut dilikukan
dengun terlebih dahulu melakukam survei primer untuk mergidenifika si masalah-
masalah yang mengancam hidup pasien, barulah selanjutnya dilakukan. survei
sekunder: Tahapan pengkajian primer meliputi : A Airway, mengecek jalan nalas
dengun tujuan menjaga jalan napas disertai kontrol servikal; B: Breathing, mengecek
pernafasan dengan tujuan mengelola pernafasan agar oksigenasi adekuat; C:
Circulation, mengecek sistem sirkulasi disertai kotrol perdarahan; D: Disibility,
mengecek slatus neroogis; E: Exposure, enviromental control, buka baju penderita
tapi cegah hipotermia (Holder, 2002).
1.3 Tujuan
1. Mengetahui Kegawatan Airway (Jalan Napas)
2. Mengetahui Kegawatan Breathing ( Pernafasan)
3. Mengetahui Kegawatan Circulation (Sirkulasi)
BAB II
PEMBAHASAN
Kurangnya pasokan oksigen yang dibawa oleh darah ke otak dan organ vital
lainnya merupakan penyebab kematian tercepat pada penderita gawat. Oleh sebab itu
pencegahan kekurangan oksigen jaringan (hipoksia) yang meliputi pembebasan jalan
napas yang terjaga bebas dan stabil, ventilasi yang adekuat, serta sirkulasi yang
normal (fidak shock) menempati prioritas pertama dalam penanganan
kegawatdaruratan.
Sifat gangguan yang terjadi pada jalan napas bisa mendadak oleh karena
sumbatan total, atau bisa juga perlahan oleh karena sumbatan parsial (dengan
berbagai sebab). Sumbatan pada jalan napas dapat terjadi pada pasien tidak sadar atau
pasien dengan kesadaran menurun atau korban kecelakaan yang mengalami trauma
daerah wajah dan leher
d. Adanya cairan berupa muntahan, darah, atau yang lain dapat menyebabkan
aspirasi
Pembebasan jalan napas adalah tindakan untuk menjamin pertukaran udara secara
normal dengan cara membuka jalan napas sehingga pasien tidak jatuh dalam kondisi
hipoksia dan atau hiperkarbia.
Prioritas utama dalam manajemen jalan napas adalah membebaskan jalan napas
dan mempertahankan agar jalan napas tetap bebas untuk menjamin jalan masuknya
udara ke paru secara nomal sehingga menjamin kecukupan oksigen tubuh.
Pengelolaan jalan napas dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan alat dan tanpa
alat (cara manual). Cara manual dapat dilakukan di mana saja, dan kapan saja,
walaupun hasil lebih baik bila menggunakan alat namun pertolongan cara manual
yang cepat dan tepat dapat menghindarkan resiko kematian atau kecacatan permanen.
Pada kasus trauma, pengelolaan jalan napas tanpa alat dilakukan dengan tetap
memperhatikan kontrol tulang leher.
a). Pasien diajak berbicara. Jika pasien dapat menjawab dengan jelas itu
berarti jalan napasnya bebas. Pasien yang tidak sadar berpotensi terjadi
sumbatan jalan napas sehingga memerlukan tindakan pembebasan jalan
napas. Penyebab obstruksi pada pasien tidak sadar umumnya adalah
jatuhnya pangkal lidah ke belakang.
Obstruksi jalan napas Obstruksi jalan napas dibagi 2 macam, obtruksi parsial
dan obstruksi total
2. Obstruksi total, dapat dinilai dari adanya pernapasan "see saw” pada
menit menit pertama terjadinya obstruksi total, yaitu adanya
paradoksal breathing antara dada dan perut. Dan jika sudah lama
akan terjadi henti napas yang ketika diberi napas buatan tidak ada
pengembangan dada.
Menjaga stabilitas tulang leher, ini jika ada dugaan trauma leher, yang
ditandai dengan adanya traunma wajah/maksilo-facial, ada jejas di atas
clavicula, trauma dengan riwayat kejadian ngebut (high velocity trauma),
trauma dengan defisit neurologis dan muliple trauma.
a head-tilt
b.chin-lift
Chin Lifi
Perhatian : Head tilt dan chin lift sebaiknya tidak dilakukan pada
pasien dengan dugaan adanya patah tulang leher, dan sebagai gantinya
bisa digunakan teknik jaw thrust
Jaw Thrust
Jika dengan head tilt dan chin lifi pasien masih ngorok (jalan napas
belum terbuka sempurna) maka teknik jaw thrust ini harus dilakukan.
Begitu juga pada dugaan patah tulang leher, yang dilakukan adalah
janw thrust (tanpa menggerakkan leher). Walaupun tehnik ini
menguras tenaga, namun merupakan yang paling sesuai untuk pasien
trauma dengan dugaan patah tulang leher.
Caranya adalah dengan mendorong sudut rahang kiri dan kanan ke
arah atas sehingga barisan gigi bawah berada di depan barisan gigi
atas. Tetap pertahankan mulut korban sedikit terbuka, bisa dibantu
dengan ibu jari.
Cara ini dilakukan apabila pengelolaan tanpa alat yaitu secara manual tidak
berhasil sempurna alau pasien memerlukan bantuan untuk mempertahankan jalan
napas dalam jangka waktu lama bahkan ada indikasi pasien memerlukan definitive
airway. Alat yang digunakan bemacam-macam sesuai dengan jenis sumbatan dan
tingkat kesadaran pasien yang ininya bertujuan mempertahankan jalan napas agar
letap lerbuka.
Siapkan pipa orofaring yang tepat ukurannya. Bersihkan dan basahi agar licin
Ukuran yang tepat dapat diperoleh dengan cara mencari pipa orofaring yang
panjangnya sama dengan jarak dari sudut bibir sampai ke tragus atau dari tengah bibir
sampai ke angulus mandibula pasien.
Buka mulut pasien (chin lifi atau gunakan ibu jari dan telunjuk). Arahkan
lengkungan menghadap ke langit-langit (ke palatum). Masuk separoh, putar 180°
(sehingga lengkungan mengarah ke arah lidah). Dorong pelan-pelan sampai posisi
tepat. Pada anak-anak arah lengkungan tidak perlu menghadap ke palatum tapi
langsung menghadap bawah dan untuk lidahnya ditekan dengan tongue spatle.
Yakinkan lidah sudah tertopang pipa orofaring, lihat, dengar, dan raba
napasnya.
2. Ukuran pipa yang tepat dapat diperoleh dengan cara mencari pipa
nasofaring yang panjangnya sama dengan jarak dari ujung hidung sampai ke
tragus dan diameternya sesuai dengan jari kelingking tangan kanan pasien.
4 Beri jely pada pipa dian kalau ada tetesi lubang hidung dengan obat tetes
hidung atau larutan vasokonstriktor (cfedrin)
Bila dengan pemasangan jalan napas buatan pipa orofaring atau pipa
nasofaring ternyata masih tetap ada obstruksi jalan napas, pernapasan belum juga
baik atau karena indikasi cedera kepala berat; maka dilakukan pemasangan definitive
arway yaitu pipa endotrachea (ET77 Endoracheal Tube). Pemasangan pipa
endotrachea akan menjamin jalan napas tetap terbuka, menghindari aspirasi dan
memudahkan tindakan bantuan pernapasan.
Endotracheal Tube
Pipa Endoiracheal berbagai ukuran Intubasi endotrachea adalah gold stamdard
untuk pembebasan jalan napas. Sehingga Intubasi endotrachea disebut juga definitive
airway. Intubasi endotrakhea. adalah proses memasukkan pipa endotrakheal ke dalam
trakhea, bila dimasukkan melalui mulut disebut intubasi orotrakhea, bila melalui
hidung disebut intubasi nasotrakhea. Intubasi endotrakhea hanya boleh dilakukan
oleh tenaga kesehatan yang terlatih dan berpengalaman.
Peralatan Intubasi
1. Pipa oro/nasofaring.
3. Sumber Oksigen
7. Pelumas (jely).
8. Forcep magil.
Teknik Intubasi
2. Siapkan endotracheal tube (ETT), periksa balon (cuf), siapkan stylet, beri
jelly.
3. Siapkan laringoskop (pasang blade pada hadlie'), lampu harus menyala
terang.
4. Pasang laringoskop dengan tangan kiri, masukkan ujung blade ke sisi kanan
mulut pasien, geser lidah pasien ke kiri,
7. Lihat adanya pita suara. Bila perlu isap lendir/cairan lebih dahulu.
12. Periksa posisi ETT apakah masuk dengan benar (auskultasi suara
pernapasan atau udara yang ditiupkan). Hubungkan dengan pipa oksigen.
LMA adalah alat pembebasan jalan napas yang non-invasif yang dipasang di
supraglotis. Secara umum terdiri dari 3 bagian: airway tube, mask, dan
laflation line. LMA disebut juga sebagai alternative airway, karena bagi
tenaga yang belum berpengalaman melakukan intubasi endotrachea maka
LMA inilah yang menjadi alternatif pilihan yang paling baik untuk
membebaskan jalan napas.
Nyeri Lenggorokan
Size 1 kg
Size 2 10 sd 20 kg
2. Pengecekan LMA
b.) Letakkan ujung LMA pada bagian dalam mulut pasien, di atas gigi
(hard palate)
d.) Dengan jari telunjuk, tetap susuri searah dengan palatum sampai
masker LMMA masuk faring. Pastikan ujung LMA tetap kempes
dan hindari mengenai lidah
e.) Jaga lcher tetap dalam posisi Neksi dan kepala cksntensi, Tekan
masker ke arah dinding faring posterior dengan menggunakan jari
telunjuk\
g.) Pegang tube LMA dengan tangan yang lain, Tarik jari telunjuk
dari faring
h.) Secara gentle tangan yang lain menekan LMA ke bawah sampai
benar-benar mask LMA sudah masuk sepenuhnya.
i.) Kembangkan masker LMA sesuai dengan udara sesuai volume
yang direkomendasikan. Berikut volume maksimal dari
pengembangan cuff
Size 1 4 ml
Size 1 1.5 ml
Size 2 10 m
Size 2.514 ml
Size 3 20 ml
Size 4 30 ml
Size 5 40 ml
o.) Masukkan bite block atau kasa gulung untuk mencegah oklusi tube
karena tergigit pasien
1. Syok
A. 1. Syok hipovolemi
2. Syok cardiogenic
3. Syok septic
4. Syok neurogenic
B. 1.Syok hipovolemik
2. Syok cardiogenic
3. Syok obstruktif
4. Syok distributif
C. 1. Syok hemorhagic
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA