Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

HEMIPARESE SINISTRA

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. Pengertian
Hemiparese adalah kelumpuhan pada sebagian salah satu sisi tubuh
hemiparese sinistra adalah kelemahan sebelah kiri ditandai dengan adanya
tonus yang abnormal (Aplikasi nanda jilid 3, 2015)
Hemiparese adalah kelemahan otot-otot lengan dan tungkai pada satu
sisi pada hemiparese terjadi kelemahan sebagian anggota tubuh dan lebih
ringan dari pada hemiplegia penyebab tersering dari hemiparese pada
orang dewasa yaitu infrak serebral atau perdarahan

Hemiparesis adalah kerusakan pada seluruh korteks piramidalis


menimbulkan kelumpuhan UNM (Upper Motor Neuron) pada belahan
tubuh sisi kontralateral (Brunner & Suddarth, (2013)
Bila kerusakan unilateral pada jaras kortikobulbar/kortikospinal di
tingkat batang otak menimbulkan sindrom hemiplegia alternans. Sindrom
tersebut terdiri atas kelumpuhan UNM yang melanda otot-otot belahan
tubuh kontralateral yang berada ditingkat lesi, sedangkan setingkat lesinya
terdapat kelumpuhan LMN, yang melanda otot-oto yang disarafi oleh
saraf kranial yang terlibat dalam lesi, tergantung pada lokasi lesi
paralitiknya, sehingga dapatlah dijumpai bilamana hemilasi dibatang otak
menduduki pendukulus serebri di tingkat mesensefalon

(Brunner & Suddarth, (2013)


2. Etiologi
Jika terdapat kelumpuhan pada lengan dan kaki pada sisi yang sama,
dan jika tanda UMN merujuk pada lesi sentral, maka lesi kemungkinan
berada di korda spinalis servikal atau otak. Nyeri leher atau pada daerah
dematom servikal dapat menjadi bukti tempat lesi
Penyebab tersering hemiparesis pada orang dewasa yaitu infrak
serebral atau pendarahan. Awitan secara mendadak, serangan iskemik
transien sebelumnya, dan progeri menjadi derajat maksimum dalam 24
jam pada orang dengan hipertensi atau usia lanjut merupakan indikasi
telah terjadi stroke. Jika tidak terdapt gejala-gejala serebral, dapat diduga
terjadi myelitis transversus dari korda spinalis servikal, tetapi kondisi ini
berprogresi secara lambat (beberapa hari) dan lebih sering meyerang
keempat tungkai, begitu pula dengan sclerosis multiple yang biasanya
bermanifestasimenjadi tanda kortikospinal bilateral daripada hemiplegia
murni.

Jika hemiparesis yang berasal dari serebral berprogresi dalam hari atau
minggu, dapat dicurigai lesi massa serebal, baik pada pasien anak-anak
atau dewasa selain tumor otak, kemungkinan lain termasuk malformasi
arteriovenosus, abses otak, atau infeksi lainnya kelainan otak metabolic
biasanya mengakibatkan tanda bilateral dengan gangguan mental, tetapi
merupakan penyebab hemiparesis yang jarang. Secara umum, hemiparesis
biasanya merujuk pada lesi serebral daripada lesi di leher, dan
penyebabnya dapat ditemukan dengan melihat gejala klinis dan dengan
CT atau MRI. (Mansjoer 2014 )
3. Faktor Resiko
a. Faktor yang tidak dapat dirubah (Non Reversible)
a) Jenis kelamin : Pria lebih sering ditemukan menderita stroke
dibanding wanita.
b) Usia : Makin tinggi usia makin tinggi pula resiko terkena stroke.
c) Keturunan : Adanya riwayat keluarga yang terkena stroke
b. Faktor yang dapat dirubah (Reversible)
a) Hipertensi
b) Penyakit jantung
c) Kolesterol tinggi
d) Obesitas
e) Diabetes Melitus
f) Polisetemia
g) Stress Emosional
c. Kebiasaan Hidup
a) Merokok,
b) Peminum Alkohol,
c) Obat-obatan terlarang.
d) Aktivitas yang tidak sehat: Kurang olahraga, makanan
berkolesterol. (Brunner & Suddarth, 2013)
4. Patofisiologi
a. Trombus
Timbunan / kumpulan plak lemak  yang menempel pada pembuluh
darah akan mengganggu aliran darah bila terjadi diotak maka akan
menyebabkan aterosklerosis pembuluh darah sehingga akan
mengakibatkan penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke otak bila
dalam waktu yang lama maka akan mengakibatkan iskemik dan
akhirnya infark dan terjadi kematian jaringan otak.
b. Emboli.
Emboli yaitu lepasnya plak lemak, udara, pada pembuluh darah yang
akan mengikuti aliran darah hingga sampai pada otak dan akan
menempel pada pembuluh darah di otak. Bila terjadi pada pembuluh
darah kecil akan menimbulkan sumbatan, Gejala muncul tergantung
dari daerah yang disuplai oleh pembuluh darah tersebut.
c. Hemoragi Intraserrebral.
Pecah pembuluh darah  akan menekan jaringan otak dan menurunkan
aliran darah sehingga terjadi iskemi dan akhirnya infark.
d. Hemoragi Subarakhnoid.
Aneurisma akan menimbulkan perdarahan otak  akan sehingga terjadi
edema serebri yang dapat menekan pembuluh darah sehingga terjadi di
hipoksia lalu iskemik  dan bila terjadi lama maka akan infark dan
akhirnya kematian jaringan.( Aplikasi nanda jilid 3, 2015)
5. Manifestasi Klinis
a. Kelumpuhan wajah anggota badan
b. Gangguan sensabilitas pada satu atau lebih anggota badan
c. Perubahan mendadak status mental
d. Ataksia
e. Vertigo, mual, muntah (Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. 2015)
6. Komplikasi
a.  Hipoksia serebral karena terjadi sebagai akibat dari oksigen yang ke
otak tidak adekuat
b.  Edema cerebri: karena adanya infark di otak menyebabkan Na+ dalam
cairan ekstrasel terdepolarisasi masuk ke intrasel sehingga menarik
cairan ke intra sel yang mengakibatkan terjadinya edema serebri.
Disritmia jantung: irama jantung terganggu karena adanya sumbatan di
otak. (Brunner & Suddarth, (2013)
7. Pemeriksaan Penunjang Hemiparesis
a. CT Scan
Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya
infark
b. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti
perdarahan atau obstruksi arteri
c. Pungsi Lumbal
Menunjukan adanya tekanan normal
Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan
adanya  perdarahan
d. MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
e. EEG: Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
f. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena
g. Sinar X kepala : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
(Aplikasi nanda jilid 3, 2015)
8. Penatalaksanaan
a. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral .
b. Anti koagulan: mencegah memberatnya trombosis dan embolisasi.
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
a. Riwayat keperawatan
Menurut Nuraruf & Kusuma (2015), meliputi:
- Biodata Identitas pasien berisikan nama pasien, tempat tanggal lahir,
jenis kelamin, tanggal masuk sakit, rekam medis.
- Keluhan utama Keluhan utama yang timbul pada klien dengan
hemiparese sinistra.
- Riwayat Kesehatan Dahulu biasanya terdapat data yang menyatakan
adanya faktor prediposisi timbulnya penyakit ini,
- Riwayat Kesehatan Keluarga Klien dengan asma sering kali
didapatkan adanya riwayat penyakit turunan, tetapi pada beberapa
klien lainnya tidak ditemukan adanya penyakit yang sama pada
anggota keluarganya.
b. Pemeriksaan fisik keperawatan
a) Inspeksi
1) Pemeriksaan dada dimulai dari torak posterior, klien pada
posisi duduk
2) Dada diobservasi
3) Tindakan dilakukan dari atas (apeks) sampai kebawah
4) Inspeksi torak posterior, meliputi warna kulit dan kondisinya,
skar, lesi, massa, dan gangguan tulang belakang, seperti kifosis,
skoliosis, dan lordosis.
5) Catat jumlah, irama, kedalaman pernapasan, dan kesimetrisan
pergerakkan dada.
6) Observasi tipe pernapasan, seperti pernapasan hidung
pernapasan diafragma, dan penggunaan otot bantu pernapasan.
7) Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi (I)
dan fase eksifirasi
8) Rasio pada fase ini normalnya 1:2. Fase ekspirasi yang
memanjang menunjukkan adanya obstruksi pada jalan napas
dan sering ditemukan pada klien Chronic Airflow Limitation
(CAL) / Chornic obstructive Pulmonary Diseases (COPD) 8)
Kelainan pada bentuk dada
9) Observasi kesimetrisan pergerakkan dada. Gangguan
pergerakan atau tidak adekuatnya ekspansi dada
mengindikasikan penyakit pada paru atau pleura
10) Observasi trakea abnormal ruang interkostal selama
inspirasi, yang dapat mengindikasikan obstruksi jalan nafas.
b) Palpasi
1) Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan
mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasikan keadaan
kulit, dan mengetahui vocal/ tactile premitus (vibrasi)
2) Palpasi toraks untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat
inspeksi seperti : massa, lesi, bengkak.
3) Vocal premitus, yaitu gerakan dinding dada yang dihasilkan
ketika berbicara(Nuraruf & Kusuma, 2015)
c) Perkusi Suara perkusi normal :
1) Resonan (sonor) : bergaung, nada rendah. Dihasilkan pada
jaringan paru normal.
2) Dullnes : bunyi yang pendek serta lemah, ditemukan diatas
bagian jantung, mamae, dan hati
3) Timpani : musical, bernada tinggi dihasilkan di atas perut yang
berisi udara
4) Hipersonan (hipersonor): berngaung lebih rendah
dibandingkan dengan resonan dan timbul pada bagian paru
yang berisi darah.
5) Flatness : sangat dullnes. Oleh karena itu, nadanya lebih tinggi.
Dapat terdengar pada perkusi daerah hati, di mana areanya
seluruhnya berisi jaringan. (Nuraruf & Kusuma, 2015)
d) Auskultasi
1) Merupakan pengkajian yang sangat bermakna, mencakup
mendengarkan bunyi nafas normal, bunyi nafas tambahan
(abnormal).
2) Suara nafas abnormal dihasilkan dari getaran udara ketika
melalui jalan nafas dari laring ke alveoli, dengan sifat bersih.
3) Suara nafas normal meliputi bronkial, bronkovesikular dan
vesikular.
4) Suara nafas tambahan meliputi wheezing : peural friction rub, dan
crackles.(Nuraruf & Kusuma, 2015)
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam pasien akan
mempertahankan toleransi aktivitas yang adekuat
NOC:
1. Toleransi aktivitas respons fisiologis terhadap gerakan yang
menghabiskan energy dalam aktivitas sehari-hari
2. Mengidentifikasi aktivitas atau situasi yang menimbulkan kecemasan
yang dapat mengakibatkan intoleransi aktivitas.

NIC:

1. Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan


2. Observasi TTV
3. Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu
untuk mencegah kelelahan
4. Pantau asupan nutrisi untuk memastikan sumber-sumber energi yang
dekuat
5. Rubah posisi 2 jam sekali
6. Kolaborasi dengan ahli terapi okupasi, fisik (misalnya untuk latihan
ketahanan)

b. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan kelumpuhan.


Tujuan: Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi
NOC:
1. Menerima perawatan dari pemberihan asuhan
2. Kemampuan untuk mengenakan pakaian sendiri secara mandiri
dengan atau tanpa alat bantu
NIC:
1. Kaji kemampuan untuk menggunakan alat bantu
2. Pantau tingkat kekuatan dan toleransi terhadap aktivitas
3. Pantau peningkatan atau penurunan kemampuan untuk berpakaian dan
melakukan perawatan rambut
4. Ajarkan pasien penggunaan metode alternatif untuk berpakaian dan
perawatan rambut.
5. Gunakan terapi fisik dan okupasi sebagai sumber dalam perencanaan
tindakan perawatan pasien dan untuk alat bantu
c. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh ) berhubungan
dengankesulitan menelan(disfagia), hemiparese dan hemiplegi.
Tujuan: Tidak terjadi gangguan nutrisi
NOC:
1. Berat badan dapat dipertahankan/ditingkatkan
2. Hb dan albumin dalam batas normal
NIC:
1. Tentukan kemampuan klien dalam mengunyah, menelan dan
reflek batuk
2. Letakkan posisi kepala lebih tinggi
3. Letakkan makanan pada daerah
mulut yang tidak terganggu
4. Mulailah untuk memberikan makan
peroral setengah cair, makan lunak
ketika klien dapat menelan air
5. Anjurkan klien menggunakan sedotan
d. Penurunan perfusi serebral b.d. O2 ke otak menurun

NOC: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam O2 ke otak


menjadi stabil

NIC:

1. Pantau adanya tanda-tanda penurunan perfusi serebral :GCS,


2. Observasi tanda-tanda vital
3. Pantau intake output cairan, balance tiap 24 jam
4. berikan posis yang nyaman
5. Pertahankan ligkungan yang nyaman
e. Nyeri berhubungan dengan agen cidera biologis
NOC:
1. Kepuasan klien manajemen nyeri tingkat presepsi positif tentang
perawatan pasien untuk meredahkan nyeri
2. Pengendalian nyeri tindakan individu untuk mengendalikan nyeri

NIC:

1. Lakukan pengkajian nyeri yang kompretensif meliputi lokasi,


karakteristik, durasi dan frekuensi.
2. Monitor tanda-tanda vital
3. Ajarkan tentang teknik nonfarmakologis
4. Atur posisi tidur pasien
5. Kolaborasi dalam pemberian terapi analgesik untuk mengurangi nyeri

Anda mungkin juga menyukai