HEMIPARESE SINISTRA
Jika hemiparesis yang berasal dari serebral berprogresi dalam hari atau
minggu, dapat dicurigai lesi massa serebal, baik pada pasien anak-anak
atau dewasa selain tumor otak, kemungkinan lain termasuk malformasi
arteriovenosus, abses otak, atau infeksi lainnya kelainan otak metabolic
biasanya mengakibatkan tanda bilateral dengan gangguan mental, tetapi
merupakan penyebab hemiparesis yang jarang. Secara umum, hemiparesis
biasanya merujuk pada lesi serebral daripada lesi di leher, dan
penyebabnya dapat ditemukan dengan melihat gejala klinis dan dengan
CT atau MRI. (Mansjoer 2014 )
3. Faktor Resiko
a. Faktor yang tidak dapat dirubah (Non Reversible)
a) Jenis kelamin : Pria lebih sering ditemukan menderita stroke
dibanding wanita.
b) Usia : Makin tinggi usia makin tinggi pula resiko terkena stroke.
c) Keturunan : Adanya riwayat keluarga yang terkena stroke
b. Faktor yang dapat dirubah (Reversible)
a) Hipertensi
b) Penyakit jantung
c) Kolesterol tinggi
d) Obesitas
e) Diabetes Melitus
f) Polisetemia
g) Stress Emosional
c. Kebiasaan Hidup
a) Merokok,
b) Peminum Alkohol,
c) Obat-obatan terlarang.
d) Aktivitas yang tidak sehat: Kurang olahraga, makanan
berkolesterol. (Brunner & Suddarth, 2013)
4. Patofisiologi
a. Trombus
Timbunan / kumpulan plak lemak yang menempel pada pembuluh
darah akan mengganggu aliran darah bila terjadi diotak maka akan
menyebabkan aterosklerosis pembuluh darah sehingga akan
mengakibatkan penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke otak bila
dalam waktu yang lama maka akan mengakibatkan iskemik dan
akhirnya infark dan terjadi kematian jaringan otak.
b. Emboli.
Emboli yaitu lepasnya plak lemak, udara, pada pembuluh darah yang
akan mengikuti aliran darah hingga sampai pada otak dan akan
menempel pada pembuluh darah di otak. Bila terjadi pada pembuluh
darah kecil akan menimbulkan sumbatan, Gejala muncul tergantung
dari daerah yang disuplai oleh pembuluh darah tersebut.
c. Hemoragi Intraserrebral.
Pecah pembuluh darah akan menekan jaringan otak dan menurunkan
aliran darah sehingga terjadi iskemi dan akhirnya infark.
d. Hemoragi Subarakhnoid.
Aneurisma akan menimbulkan perdarahan otak akan sehingga terjadi
edema serebri yang dapat menekan pembuluh darah sehingga terjadi di
hipoksia lalu iskemik dan bila terjadi lama maka akan infark dan
akhirnya kematian jaringan.( Aplikasi nanda jilid 3, 2015)
5. Manifestasi Klinis
a. Kelumpuhan wajah anggota badan
b. Gangguan sensabilitas pada satu atau lebih anggota badan
c. Perubahan mendadak status mental
d. Ataksia
e. Vertigo, mual, muntah (Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. 2015)
6. Komplikasi
a. Hipoksia serebral karena terjadi sebagai akibat dari oksigen yang ke
otak tidak adekuat
b. Edema cerebri: karena adanya infark di otak menyebabkan Na+ dalam
cairan ekstrasel terdepolarisasi masuk ke intrasel sehingga menarik
cairan ke intra sel yang mengakibatkan terjadinya edema serebri.
Disritmia jantung: irama jantung terganggu karena adanya sumbatan di
otak. (Brunner & Suddarth, (2013)
7. Pemeriksaan Penunjang Hemiparesis
a. CT Scan
Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya
infark
b. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti
perdarahan atau obstruksi arteri
c. Pungsi Lumbal
Menunjukan adanya tekanan normal
Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan
adanya perdarahan
d. MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
e. EEG: Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
f. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena
g. Sinar X kepala : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
(Aplikasi nanda jilid 3, 2015)
8. Penatalaksanaan
a. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral .
b. Anti koagulan: mencegah memberatnya trombosis dan embolisasi.
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
a. Riwayat keperawatan
Menurut Nuraruf & Kusuma (2015), meliputi:
- Biodata Identitas pasien berisikan nama pasien, tempat tanggal lahir,
jenis kelamin, tanggal masuk sakit, rekam medis.
- Keluhan utama Keluhan utama yang timbul pada klien dengan
hemiparese sinistra.
- Riwayat Kesehatan Dahulu biasanya terdapat data yang menyatakan
adanya faktor prediposisi timbulnya penyakit ini,
- Riwayat Kesehatan Keluarga Klien dengan asma sering kali
didapatkan adanya riwayat penyakit turunan, tetapi pada beberapa
klien lainnya tidak ditemukan adanya penyakit yang sama pada
anggota keluarganya.
b. Pemeriksaan fisik keperawatan
a) Inspeksi
1) Pemeriksaan dada dimulai dari torak posterior, klien pada
posisi duduk
2) Dada diobservasi
3) Tindakan dilakukan dari atas (apeks) sampai kebawah
4) Inspeksi torak posterior, meliputi warna kulit dan kondisinya,
skar, lesi, massa, dan gangguan tulang belakang, seperti kifosis,
skoliosis, dan lordosis.
5) Catat jumlah, irama, kedalaman pernapasan, dan kesimetrisan
pergerakkan dada.
6) Observasi tipe pernapasan, seperti pernapasan hidung
pernapasan diafragma, dan penggunaan otot bantu pernapasan.
7) Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi (I)
dan fase eksifirasi
8) Rasio pada fase ini normalnya 1:2. Fase ekspirasi yang
memanjang menunjukkan adanya obstruksi pada jalan napas
dan sering ditemukan pada klien Chronic Airflow Limitation
(CAL) / Chornic obstructive Pulmonary Diseases (COPD) 8)
Kelainan pada bentuk dada
9) Observasi kesimetrisan pergerakkan dada. Gangguan
pergerakan atau tidak adekuatnya ekspansi dada
mengindikasikan penyakit pada paru atau pleura
10) Observasi trakea abnormal ruang interkostal selama
inspirasi, yang dapat mengindikasikan obstruksi jalan nafas.
b) Palpasi
1) Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan
mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasikan keadaan
kulit, dan mengetahui vocal/ tactile premitus (vibrasi)
2) Palpasi toraks untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat
inspeksi seperti : massa, lesi, bengkak.
3) Vocal premitus, yaitu gerakan dinding dada yang dihasilkan
ketika berbicara(Nuraruf & Kusuma, 2015)
c) Perkusi Suara perkusi normal :
1) Resonan (sonor) : bergaung, nada rendah. Dihasilkan pada
jaringan paru normal.
2) Dullnes : bunyi yang pendek serta lemah, ditemukan diatas
bagian jantung, mamae, dan hati
3) Timpani : musical, bernada tinggi dihasilkan di atas perut yang
berisi udara
4) Hipersonan (hipersonor): berngaung lebih rendah
dibandingkan dengan resonan dan timbul pada bagian paru
yang berisi darah.
5) Flatness : sangat dullnes. Oleh karena itu, nadanya lebih tinggi.
Dapat terdengar pada perkusi daerah hati, di mana areanya
seluruhnya berisi jaringan. (Nuraruf & Kusuma, 2015)
d) Auskultasi
1) Merupakan pengkajian yang sangat bermakna, mencakup
mendengarkan bunyi nafas normal, bunyi nafas tambahan
(abnormal).
2) Suara nafas abnormal dihasilkan dari getaran udara ketika
melalui jalan nafas dari laring ke alveoli, dengan sifat bersih.
3) Suara nafas normal meliputi bronkial, bronkovesikular dan
vesikular.
4) Suara nafas tambahan meliputi wheezing : peural friction rub, dan
crackles.(Nuraruf & Kusuma, 2015)
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam pasien akan
mempertahankan toleransi aktivitas yang adekuat
NOC:
1. Toleransi aktivitas respons fisiologis terhadap gerakan yang
menghabiskan energy dalam aktivitas sehari-hari
2. Mengidentifikasi aktivitas atau situasi yang menimbulkan kecemasan
yang dapat mengakibatkan intoleransi aktivitas.
NIC:
NIC:
NIC: