Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN TONSILITIS

I. Konsep Medis

A. DEFINISI

Tonsilitis adalah suatu penyakit yang dapat sembuh sendiri berlangsung

sekitar lima hari dengan disertai disfagia dan demam (Megantara, Imam, 2017).

Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman

streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridons dan streptococcus

pygenes, dapat juga disebabkan oleh virus (Mansjoer, A. 2018).

Tonsilitis kronik merupakan hasil dari serangan tonsillitis akut yang

berulang. Tonsil tidak mampu untuk mengalami resolusi lengkap dari suatu

serangan akut kripta mempertahankan bahan purulenta dan kelenjar regional tetap

membesar akhirnya tonsil memperlihatkan pembesaran permanen dan gambaran

karet busa, bentuk jaringan fibrosa, mencegah pelepasan bahan infeksi (Sacharin,

R.M. 2017).

Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A

streptococcus beta hemolitik, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri jenis lain

atau oleh infeksi virus (Hembing, 2018).

B. ETIOLOGI

Menurut Adams George (2017), tonsilitis bakterialis supuralis akut paling

sering disebabkan oleh streptokokus beta hemolitikus grup A.

1. Neumococcus

2. Staphilococcus

3. Haemalphilus influenza
4. Kadang streptococcus non hemoliticus atau streptococcus viridens.

Menurut Iskandar N (2017). Bakteri merupakan penyebab pada 50 % kasus.

1. Streptococcus B hemoliticus grup A

2. Streptococcus viridens

3. Streptococcus pyogenes

4. Staphilococcus

5. Pneumococcus

6. Virus

7. Adenovirus

8. ECHO

9. Virus influenza serta herpes

Menurut Firman S (2018), penyebabnya adalah infeksi bakteri streptococcus

atau infeksi virus. Tonsil berfungsi membantu menyerang bakteri dan

mikroorganisme lainnya sebagai tindakan pencegahan terhadap infeksi.

Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri maupun virus, sehingga membengkak dan

meradang, menyebabkan tonsillitis.

C. MANIFESTASI KLINIS

Menurut Megantara, Imam 2018

Gejalanya berupa nyeri tenggorokan (yang semakin parah jika penderita

menelan) nyeri seringkali dirasakan ditelinga (karena tenggorokan dan telinga

memiliki persyarafan yang sama).

Gejala lain :

1. Demam
2. Tidak enak badan

3. Sakit kepala

4. Muntah

Menurut Mansjoer, A (2019) gejala tonsilitis antara lain :

1. Pasien mengeluh ada penghalang di tenggorokan

2. Tenggorokan terasa kering

3. Persarafan bau

4. Pada pemeriksaan tonsil membesar dengan permukaan tidak rata, kriptus

membesar dan terisi detritus

5. Tidak nafsu makan

6. Mudah lelah

7. Nyeri abdomen

8. Pucat

9. Letargi

10. Nyeri kepala

11. Disfagia (sakit saat menelan)

12. Mual dan muntah

D. PATOFISIOLOGI

Menurut Iskandar N (2018), patofisiologi tonsillitis yaitu :

Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan limfoid

superficial mengadakan reaksi. Terdapat pembendungan radang dengan

infiltrasi leukosit poli morfonuklear. Proses ini secara klinik tampak pada

korpus tonsil yang berisi bercak kuning yang disebut detritus. Detritus
merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas, suatu

tonsillitis akut dengan detritus disebut tonsillitis lakunaris, bila bercak detritus

berdekatan menjadi satu maka terjadi tonsillitis lakonaris.

Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu

(Pseudomembran), sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi karena proses

radang berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga

pada proses penyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan parut. Jaringan

ini akan mengkerut sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang

akan diisi oleh detritus, proses ini meluas sehingga menembus kapsul dan

akhirnya timbul perlengkapan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada

anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe submandibula.


E. PATHWAY

Sumber : Menurut Mansjoer, A (2019)


Bakteri
Virus
(dalam udara & makanan)
(dalam udara & makanan)

Peradangan tonsil Prod. Secret berlebih

Tonsillitis Bersihan jln nafas tidak efektif

Pembesaran tonsil Peningkatan suhu tubuh Hipertermia

Benda asing di jln nafas Diproses

Kekurangan vol. cairan


Obst. Jln nafas

Obs. mekanik
Bersihan jln nafas tdk efektif
Gangguan rasa
Resiko kerusakan nyaman (nyeri)
menelan
Tonsilektomi

Resiko
Kurang pemahaman perdarahan anoreksia

Darah di sal. nafas

Kurang pengetahuan
Resiko perub. Nutrisi kurang
dari kebutuhan
Bersihan jln nafas tidak efektif
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Penunjang menurut Firman S (2018), yaitu :

1) Tes Laboratorium

Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang

ada dalam tubuh pasien merupkan akteri gru A, karena grup ini disertai

dengan demam renmatik, glomerulnefritis, dan demam jengkering.

2) Pemeriksaan penunjang

Kultur dan uji resistensi bila diperlukan.

3) Terapi

Dengan menggunakan antibiotic spectrum lebar dan sulfonamide,

antipiretik, dan obat kumur yang mengandung desinfektan.

G. KOMPLIKASI

Komplikasi tonsilitis akut dan kronik menurut Mansjoer, A (2017), yaitu :

1) Abses pertonsil

Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole,

abses ini terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya

disebabkan oleh streptococcus group A.

2) Otitis media akut

Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius

(eustochi) dan dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah

pada ruptur spontan gendang telinga.

3) Mastoiditis akut
Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam

sel-sel mastoid.

4) Laringitis

5) Sinusitis

6) Rhinitis

H. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan tonsilitis secara umum, menurut Firman S, 2018 :

 Jika penyebabnya bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut)

selama 10 hari, jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam

bentuk suntikan.

 Pengangkatan tonsil (tonsilektomi) dilakukan jika :

a. Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih / tahun.

b. Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun

waktu 2 tahun.

c. Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun

waktu 3 tahun.

d. Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.

Menurut Mansjoer, A (2018) penatalaksanan tonsillitis adalah :

1) Penatalaksanaan tonsilitis akut

 Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat

kumur atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan

diberikan eritromisin atau klindomisin.


 Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder,

kortikosteroid untuk mengurangi edema pada laring dan obat

simptomatik.

 Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari

komplikasi kantung selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan

tenggorok 3x negatif.

 Pemberian antipiretik.

2) Penatalaksanaan tonsilitis kronik

 Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap.

 Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau

terapi konservatif tidak berhasil.

a. Diet

1) Memberikan cairan bila muntah telah reda

 Mendukung posisi untuk menelan potongan makanan yang besar

(lebih nyaman dari ada kepingan kecil).

 Hindari pemakaian sedotan (suction dapat menyebabkan

perdarahan).

2) Menawarkan makanan

 Es crem, crustard dingin, sup krim, dan jus.

 Refined sereal dan telur setengah matang biasanya lebih dapat

dinikmati pada pagi hari setelah perdarahan.

 Hindari jus jeruk, minuman panas, makanan kasar, atau banyak

bumbu selama 1 minggu.


3) Mengatasi ketidaknyamanan pada tenggorokan

 Menggunakan ice color (kompres es) bila mau

 Memberikan anakgesik (hindari aspirin)

 Melaporkan segera tanda-tanda perdarahan.

 Minum 2-3 liter/hari sampai bau mulut hilang.

 Mengajari pasien mengenal hal berikut :

a. Hindari latihan berlebihan, batuk, bersin, berdahak dan

menyisi hidung segera selama 1-2 minggu.

b. Tinja mungkin seperti teh dalam beberapa hari karena darah

yang tertelan.

c. Tenggorokan tidak nyaman dapat sedikit bertambah antara

hari ke-4 dan ke-8 setelah operasi.

II. Konsep Dasar Keperawatan

A. Pengkajian

Menurut Muttaqin,(2018) anamnesa pada GEA meliputi identitas klien,

keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat

penyakit keluarga, dan pengkajian psikososial.

1. Identitas klien : Meliputi nama, umur( kebanyakan terjadi pada usia tua),

jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku, tanggal dan jam

MRS,nomor register, dan diagnose medis.

2. Keluhan utama : BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi cairan

encer.
3. Riwayat penyakit sekarang : BAB warna kuning kehijauan,

hitam,bercampur lendir, dan darah atau lendir saja. Konsistensi encer,

frekuensi lebih dari 3 kali sehari.

4. Riwayat penyakit dahulu: pernah mengalami diare/ gastroenteritis

sebelumnya, pemakaian antibiotic, atau kotikosteroid jangka panjang

(perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasite) alergi

makanan,ISPA,ISK,OMA.

5. Riwayat penyakit keluarga: apakah ada salah seorang diantara keluarga

yang mengalami diare/gastroenteritis.

6. Riwayat kesehatan lingkungan: penyimpanan makanan pada suhu kamar,

kurang bersih.

7. Pemeriksaan fisik: setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada

keluhan-keluhan klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung

data dari pengkajian anamnesis seperti :

a. Keadaan umum: klien lemah, gelisah, lesu, kesadaran menurun.

b. Mata : cekung

c. System pencernaan: mukosa mulut kering, disertai abdomen, peristaltic

meningkat>35x/menit, nafsu makan menurun, mual, muntah, kelihatan haus.

d. System pernafasan: pernapasan cepat biasa>40x per menit bila terjadi

asidosis metabolic.

e. System kardiovaskuler: nadi cepat,>120 menit dan lemah, tekanan darah

menurun pada diare sedang


f. System integument: warna kulit pucat, turgor menurun > 2 detik, suhu

meningkat >37⁰

g. System perkemihan: urine produksi rendah, frekuensi berkuranng.

Menurut Doenges(2018) data dasar pengkajian pada pasien yaitu :

1. Aktivitas/ istirahat

Gejala: Kelemahan, kelelahan,malaise, cepat lelah, insomnia, tidak tidur

semalaman karena diare, merasa gelisah dan ansietas, pembatasan

aktivitas/kerja sehubungan dengan efek penyakit.

2. Sirkulasi

Tanda: takikardia (respon terhadap demam, dehidrasi,proses inflamasi,

dan nyeri)

Kemerahan,area ekimosis(kekurangan vitamin K)

TD: Hipotensi, termasukpostural

Kulit/ membrane mukosa: turgor buruk, kering, lidah pecah-pecah

(dehidrasi).

3. Integritas ego

Gejala : Ansietas, ketakutan, emosi, perasaan tidak ada harapan.faktor

stress akut/kronis, misalnya, hubungan dengan keluarga/pekerjaan

pengobatan yang mahal.

Tanda ; menolak, perhatian menyempit, depresi.

4. Eliminasi

Gejala: tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak sampai bau atau

berair.episode diare berdarah tidak dapat diperkirakan, hilang


timbul,sering, tak dapat dikontrol, perasaan kram,defekasi dengan

darah/lendir.

Tanda: bisisng usus, peristaltic meningkat.

5. Makanan/cairan

Gejala: Anoreksia,mual/ muntah, penurunan berat badan, tidak tolerir

terhadap diet/sensitive,misalnya ayur, produk susu, makanan berlemak.

Tanda: penurunan lemak subkutan/massa otot, kelemahan,tonus otot dan

turgor kulit buruk,membrane mukosa pucat, inflamasi rongga mulut.

6. Hygiene

Tanda: ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri, bau badan.

7. Nyeri/kenyamanan

Gejala: nyeri/nyeri tekan pada kuadran kiri bawah 9 mungkin hilang

dengan defekasi).

Tanda : nyeri tekan abdomen,distensi.

8. Keamanan

Gejala : peningkatan suhu tubuh, alergi terhdap makanan/produk susu.

Tanda : nyeri tekan pada abdomen, kemerahan.

9. Interaksi sosial

Tanda: Masalah hubungan,ketidakmampuan aktif dalam sosial.


B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :

1. Kerusakan menelan berhubungan dengan proses inflamasi.

2. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan jaringan tonsil.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia

4. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

5. Cemas berhubungan dengan rasa tidak nyaman

C. INTERVENSI

Dx 1 : Kerusakan menelan berhubungan dengan proses inflamasi.

NOC : Perawatan Diri : Makan

Tujuan : Setelah dlakukan tindakan keperawatan terapi menelan selama 3 x24

jam diharapkan tidak ada masalah dalam makan dengan skala 4 sehingga

kerusakan menelan dapat diatasi

Kriteria hasil :

1. Reflek makan

2. Tidak tersedak saat makan

3. Tidak batuk saat menelan

4. Usaha menelan secara normal

5. Menelan dengan nyaman

NIC : Terapi menelan

Intervensi :

1. Pantau gerakan lidah klien saat menelan


2. Hindari penggunaan sedotan minuman

3. Bantu pasien untuk memposisikan kepala fleksi ke depan untuk

menyiapkan menelan.

4. Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan dan penenangan pasien

selama makan / minum obat.

Dx 2 : Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan jaringan tonsil.

NOC : Kontrol Nyeri

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan manejemen nyeri selama 3

x 24 jam diharapkan tidak ada masalah dalam nyeri dengan skala 4 sehingga

nyeri dapat hilang atau berkurang

Kriteria hasil :

1. Mengenali faktor penyebab.

2. Mengenali serangan nyeri.

3. Tindakan pertolongan non analgetik

4. Mengenali gejala nyeri

5. Melaporkan kontrol nyeri

NIC : Menejemen Nyeri

Intervensi :

1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.

2. Ajarkan teknik non farmakologi dengan distraksi / latihan nafas dalam.

3. Berikan analgesik yang sesuai.

4. Observasi reaksi non verbal dari ketidanyamanan.


5. Anjurkan pasien untuk istirahat

Dx 3: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia.

NOC : Fluid balance

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan manejemen nutrisi selama 3

x 24 jam diharapkan tidak ada masalah nutrisi dengan skala 4 sehingga

ketidak seimbangan nutrisi dapat teratasi

Kriteria hasil :

1. Adanya peningkatan BB sesuai tujuan

2. BB ideal sesuai tinggi badan

3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

4. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.

NIC : Manajemen nutrisi

1. Berikan makanan yang terpilih

2. Kaji kemampuan klien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

3. Berikan makanan sedikit tapi sering

4. Berikan makanan selagi hangat dan dalam bentuk menarik.


Dx 4: Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

NOC : Termoregulasi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan fever treatment selama 3 x

24 jam diharapkan tidak ada masalah dalam suhu tubuh dengan skala 4

sehingga suhu tubuh kembali normal atau turun.

Kriteria hasil :

1. Suhu tubuh dalam rentang normal

2. Suhu kulit dalam batas normal

3. Nadi dan pernafasan dalam batas normal.

NIC : Fever Treatment

1. Monitor suhu sesering mungkin

2. Monitor warna, dan suhu kulit

3. Monitor tekanan darah, nadi, dan pernafasan.

4. Monitor intake dan output

5. Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam.

Dx 5: Cemas berhubungan dengan rasa tidak nyaman

NOC : Kontrol Cemas

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pengurangan cemas selama

3 x 24 jam diharapkan tidak ada masalah dengan kecemasan dengan skala 4

sehingga rasa cemas dapat hilang atau berkurang

Kriteria hasil :

1. Ansietas berkurang

2. Monitor intensitas kecemasan


3. Mencari informasi untuk menurunkan kecemasn

4. Memanifestasi perilaku akibat kecemasan tidak ada

NIC : Pengurangan Cemas

1. Sediakan informasi yang sesungguhnya meliputi diagnosis, treatmen dan

prognosis.

2. Tenangkan anak / pasien.

3. Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan.

(takhikardi, eskpresi cemas non verbal)

4. Berikan pengobatan untuk menurunkan cemas dengan cara yang tepat.

5. Instruksikan pasien untuk melakukan teknik relaksasi

Anda mungkin juga menyukai