Anda di halaman 1dari 18

1

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT sebab karena limpahan rahmat serta
anugerah dari-Nya kami mampu untuk menyelesaikan makalah kami dengan judul “Asuhan
Keperawatan Kegawatdaruratan Korban tenggelam” ini.

Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi agung kita,
yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita
semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam yang
sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.

Selanjutnya dengan rendah hati kami meminta kritik dan saran dari pembaca untuk
makalah ini supaya selanjutnya dapat kami revisi kembali. Karena kami sangat menyadari,
bahwa makalah yang telah kami buat ini masih memiliki banyak kekurangan.

Kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak yang telah
mendukung serta membantu kami selama proses penyelesaian makalah ini hingga rampungnya
makalah ini.

Demikianlah yang dapat kami haturkan, kami berharap supaya makalah yang telah kami
buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.

Semarang, 14 Oktober 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

JUDUL……………………………………………………………………………….……………1

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….2

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………………………………………………………….……….4


B. Rumusan Masalah……………………………………………………………..…………..5
C. Tujuan…………………………………………………………………………………..…5

BAB II KONSEP DASAR

A. Pengertian…………………………………………………………………………..……..6
B. Etiologi/Predisposisi…………………………………………………………………..…..6
C. Klasifikasi Tenggelam…………………………………………………………………….7
D. Phatofisiologi…………………………………………………………………………...…7
E. Phatway……………………………………………………………………………………9
F. Manifestasi Klinis…………………………………………………………..……………10
G. Penatalaksanaan Medis Kegawatan…………………………………………….………..10
H. Pertolongan Pertama Pada Korban tenggelam…………………………………….……..10
I. Kegawatdaruratan Paada Pasien tenggelan…………………………………………..…..11
J. Komplikasi……………………………………………………………………………….12

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN

KORBAN TENGGELAM………………………………………………..…………….14

BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………………..….16

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………...…….17

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keparawatan gawat darurat adalah pelayanan profesioanal keperawatan yang di berikan


pada pasien dengan kebutuhan urgen dan kritis. Namun UGD dan klinik kedaruratan sering
di gunakan untuk masalah yang tidak urgen. Yang kemudian filosopi tentang keperawatan
gawat darurat menjadi luas, kedaruratan yaitu apapun yang di alami pasien atau keluarga
harus di pertimbangkan sebagai hedaruratan.

Pelayanan gawat darurat tidak hanya memberikan pelayanan untuk mengatasi kondisi
kedaruratan yang di alami pasien tetapi juga memberikan asukan keperawatan untuk
mengatasi kecemasan pasien dan keluarga. Sistem pelayana bersifat darurat sehingga perawat
dan tenaga medis lainnya harus memiliki kemampuan, keterampilan, tehnik serta ilmu
pengetahuan yang tinggi dalam memberikan pertolongan kedaruratan kepeda pesien.

Triage Dalam Keperawatan Gawat Darurat yaitu skenario pertolongan yang akan di
berikan sesudah fase keadaan pasien. Pasien-pasien yang terancam hidupnya harus di beri
prioritas utama. Triage dalam keperawatan gawat derurat di gunakan untuk
mengklasifikasian keperahan penyakit atau cidera dan menetapkan prioritas kebutuhan
penggunaan petugas perawatan kesehatan yang efisien dan sumber-sumbernya. Standart
waktu yang di perlukan untuk melakukan triase adalah 2-5 menit untuk orang dewasa dan 7
menit untuk pasien anak-anak. Triase di lakukan oleh perawat yang profesional (RN) yang
sudah terlatih dalam prinsip triase, pengalaman bekerja minimal 6 bulan di bagian UGD, dan
memiliki kualisifikasi: menunjukkan kompetensi kegawat daruratan, sertifikasi ATLS,
ACLS, PALS, ENPC, lulus Trauma Nurse Core Currikulum (TNCC), pengetahuan tentang
kebijakan intradepartemen, keterampilan pengkajian yang tepat, dll.

Kategori/klasifikasi trias 61% menggunakan 4 kategori pengambilan keputusan yaitu


dengan menggunakan warna hartu/status sebagai tanda klasifikasi yaitu Merah (Emergen),
kuning (Urgen), hijau (non Urgen), hitam (Expectant). Merah yaitu korban-korban yang
membutuhkan stabilisasi segera. Yaitu kondisi yang mengancam kehidupan dan memerlukan
perhatian segera. Contoh: syok oleh berbagai kausa, gangguan pernapasan, trauma kepala
dengan pupil anisokor, perdarahan eksternal masif.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Tenggelam?
2. Apa Etiologi/Predisposisi dari Tenggelam?
3. Apa Klasifikasi Tenggelam?
4. Apa Phatofisiologi dari Tenggelam?
5. Apa Phatway dari Tenggelam?
6. Bagaimana Manisfestasi Klinik dari Tenggelam?
7. Bagaimana Penatalaksanaan Medis Kegawatan dari Tenggelam?
8. Bagaimana Pertolongan Pertama pada Korban Tenggelam?
9. Apa Kegewatdaruratan pada Pasien tenggelam?
10. Apa Komplikasi dari Tenggelam?

C. Tujuan
1. Diharapkan mahasiswa mampu memahami tenatang kegawatdaruratan.
2. Diharapkan mahasiswa mampu memahami tentang terjadinya korban tenggelam.
3. Diharapkan mahasiswa mampu mengidentifikasi terjadinya korban tenggelam.
4. Diharapkan mahasiswa mampu menerapkan jika terjadi korban tenggelam disekitar.
5. Diharapkan mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan
kasus.

5
BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian

Tenggelam adalah suatu peristiwa dimana terbenamnya seluruh atau sebagian tubuh ke
dalam cairan. Pada umumnya tenggelam merupakan kasus kecelakaan, baik secara langsung
maupun karena ada faktor-faktor tertentu seperti korban dalam keadaan mabuk atau dibawah
pengaruh obat, bahkan bisa saja dikarenakan akibat dari suatu peristiwa pembunuhan (Idries,
1997). Setiap tahun, sekitar 150.000 kematian dilaporkan di seluruh dunia Akibat tenggelam,
dengan kejadian tahunan mungkin lebih dekat ke 500.000. Beberapa negara terpadat di dunia
gagal untuk melaporkan insiden hampir tenggelam.

Berdasarkan data statistik yang diambil dari halaman website e-medicine, satu pertiga
daripada korban mati akibat tenggelam pernah mengikuti pelatihan berenang. Walaupun
tenggelam terjadi kepada kedua jenis kelamin, golongan lelaki adalah tiga kali lebih sering
mati akibat tenggelam berbanding golongan wanita. Di Indonesia, kita tidak banyak
mendengar berita tentang anak yang tenggelam di kolam renang sesuai dengan keadaan
sosial ekonomi di Indonesia tetapi mengingat keadaan Indonesia yang dikelilingi air, baik
lautan, danau maupun sungai, tidak mustahil jika banyak terjadi kecelakaan dalam air seperti
hanyut dan tenggelam yang belum diberitahukan dan ditanggulangi dengan sebaik-baiknya.
Hampir setiap saat, terutama pada saat musim liburan, di objek wisata laut. Banyak terjadi
kasus wisatawan yang tenggelam, karena akibat air pasang atau kecerobohan diri wisatawan
tersebut. Selain itu, kasus tenggelam yang lainnya adalah akibat buruknya transportasi laut
diIndonesia.

Sedangkan tanda pasti mati akibat tenggelam ada limayaitu terdapat tanda asfiksia,
diatome pada pemeriksaan getah paru, bercak paltoufdi permukaan paru, berat jenis darah
yang berbeda antara jantung kiri dan kanan dan mushroom-like mass (Kerr, 1954). Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan dengan adanya penelitian ini pihak forensik dan
masyarakat umum bisa langsung mengenali kematian tenggelam dan dapat membedakannya
dengan tenggelam akibat kecelakaan atau tenggelam karena pembunuhan.

B. Etiologi/Predisposisi
Meurut Levin,dkk. (1993) terdpat banyak penyebab tenggelam antara lain adalah
1. Tergagguanya kemampuan fisik akibat pengaruh obat-obatan
2. Ketidakmampuan akibat hipotermia, syok, cedera atau kelelahan.
3. Ketidakmampuan akibat penyakit akut ketika berenang.

6
C. Klasifikasi Tenggelam
a. Berdasarkan Kondisi Paru-Paru Korban
1. Typical Drawning
Keadaan dimana cairan masuk ke dalam saluran pernapasan korban saat korban
tenggelam.
2. Atypical Drawning
1) Dry Drowning
Keadaan dimana hanya sedikit bahkan tidak ada cairan yang masuk ke dalam
saluran pernapasan.
2) Immersion Syndrom
Terjadi terutama pada anak-anak yang tiba-tiba terjun ke dalam air dingin (
suhu < 20°C ) yang menyebabkan terpicunya reflex vagal yang menyebabkan
apneu, bradikardia, dan vasokonstriksi dari pembuluh darah kapiler dan
menyebabkan terhentinya aliran darah koroner dan sirkulasi serebaral.
3) Submersion of the Unconscious
Sering terjadi pada korban yang menderita epilepsy atau penyakit jantung
khususnya coronary atheroma, hipertensi atau peminum yang mengalami
trauma kepala saat masuk ke air .
4) Delayed Dead
Keadaan dimana seorang korban masih hidup setelah lebih dari 24 jam setelah
diselamatkan dari suatu episode tenggelam.
b. Berdasarkan Kondisi Kejadian
1. Tenggelam (Drowning)
Suatu keadaan dimana penderita akan meneguk air dalam jumlah yang banyak
sehingga air masuk ke dalam saluran pernapasan dan saluran nafas atas tepatnya
bagian apiglotis akan mengalami spasme yang mengakibatkan saluran nafas
menjadi tertutup serta hanya dapat dilalui oleh udara yang sangat sedikit.
2. Hampir Tenggelam (Near Drowning)
Suatu keadaan dimana penderita masih bernafas dan membatukkan air keluar.

D. Patofisiologi
1. Korban Tenggelam Dalam Air Tawar
Air tawar akan dengan cepat diserap dalam jumlah besar sehingga terjadi
hemodilusi yang hebat sampai 72 persen yang berakibat terjadinya hemolisis. Oleh
karena terjadi perubahan biokimiawi yang serius, dimana Kalium dalam plasma
meningkat dan Natrium berkurang, juga terjadi anoksia yang hebat pada myocardium.
Hemodilusi menyebabkan cairan dalam pembuluh darah atau sirkulasi menjadi
berlebihan, terjadi penurunan tekanan systole, dan dalam waktu beberapa menit

7
terjadi fibrilasi ventrikel. Jantung untuk beberapa saat masih berdenyut dengan lemah,
terjadi anoksia cerebri yang hebat, hal ini yang menerangkan mengapa kematian
terjadi cepat.
2. Korban Tenggelam Dalam Air Asin
Terjadi hemokonsentrasi, cairan dari sirkulasi dapat tertarik keluar sampai sekitar
42 persen, dan masuk ke dalam jaringan paru-paru sehingga terjadi edema pulmonum
yang hebat dalam waktu relatif singkat. Pertukaran elekrolit dari air asin ke dalam
darah mengakibatkan meningkatnya hematokrit dan peningkatan kadar Natrium
plasma. Fibrilasi ventrikel tidak terjadi, namun terjadi anoksia pada myocardium dan
disertai peningkatan viskositas darah, akan menyebabkan terjadinya payah jantung.
Tidak terjadi hemolisis, melainkan hemokonsentrasi, tekanan sistolik akan menetap
dalam beberapa menit.

8
E. Phatway
1. Korban Tenggelam Dalam Air Tawar

inhalasi air tawar



alveolus paru-paru

absorbsi dalam jumlah besar

hipervolemi ← hemodilusi hebat (±72%) → hemolisis
↓ ↓
tekanan sistole menurun perubahan biokimiawi
↓ ↓
fibrilasi ventrikel K+ meningkat, Na+ dan Cl- menurun
↓ ↓
anoksia cerebri → MATI ← anoksia myocardium

2. Korban Tenggelam Dalam Air Asin

inhalasi air asin



alveolus paru-paru

hemokonsentrasi

hipovolemi ← cairan sirkulasi berdifusi keluar → hematokrit meningkat
↓ ↓
viskositas darah meningkat K menurun, Na dan Cl- meningkat
+ +

↓ ↓
payah jantung K meningkat, Na dan Cl- menurun
+ +


MATI

9
F. Manifestasi Klinik
1. Frekuensi pernafasan berkisar dari pernapasan yang cepat dan dangkal sampai apneu.
2. Syanosis
3. Peningkatan edema paru
4. Kolaps sirkulasi
5. Hipoksemia
6. Asidosis
7. Timbulnya hiperkapnia
8. Lunglai
9. Postur tubuh deserebrasi atau dekortikasi
10. Koma dengan cedera otak yang irreversible

G. Penatalaksanaan Medis Kegawatan


1. Pastikan keadekuatan ABC ( Airway, Breathing, Circulation ).
2. Pertimbangkan cedera lain selain pada pernafasan saat tenggelam.
3. Lakukan hospitalisasi jika terdapat; gangguan respiratori, penurunan saturasi oksigen,
serta perubahan tingkat kesadaran.
4. Observasi pemberian oksigenasi, ventilasi, serta fungsi jantung.
5. Pemberian obat-obatan; vekuronium (untuk otot skeletal paralis), furosemid/ lasix
(untuk diuresis, manitol/ manitor (untuk mengendalikan hipertensi intrakarnial dan
untuk sedasi.

H. Pertolongan Pertama Pada Korban Tenggelam


1. Prinsip pertolongan di air :
1) Raih ( dengan atau tanpa alat ).
2) Lempar ( alat apung ).
3) Dayung ( atau menggunakan perahu mendekati penderita ).
4) Renang ( upaya terakhir harus terlatih dan menggunakan alat apung ).
2. Penanganan Korban
1) Pindahkan penderita secepat mungkin dari air dengan cara teraman.
2) Bila ada kecurigaan cedera spinal satu penolong mempertahankan posisi kepala,
leher dan tulang punggung dalam satu garis lurus. Pertimbangkan untuk
menggunakan papan spinal dalam air, atau bila tidak memungkinkan pasanglah
sebelum menaikan penderita ke darat.
3) Buka jalan nafas penderita, periksa nafas. Bila tidak ada maka upayakan untuk
memberikan nafas awal secepat mungkin dan berikan bantuan nafas sepanjang
perjalanan.
4) Upayakan wajah penderita menghadap ke atas.
5) Sampai di darat atau perahu lakukan penilaian dini dan RJP bila perlu.
6) Berikan oksigen bila ada sesuai protokol.

10
7) Jagalah kehangatan tubuh penderita, ganti pakaian basah dan selimuti.
8) Lakukan pemeriksaan fisik, rawat cedera yang ada.
9) Segera bawa ke fasilitas kesehatan.
3. Pernapasan Berhenti
Penyebab berhentinya pernafasan yang sering dijumpai adalah :
1) Tenggorokan tersumbat
2) Lidah atau cairan kental yang menyumbat tenggorokan pada orang yang tidak
sadar.
3) Tenggelam,tercekik oleh asap, atau karena keracunan.
4) Pukulan yang keras pada kepala atau dada.
5) Serangan jantung
Orang akan meninggal dalam waktu 4 menit jika ia tidak dapat bernafas.
Jika seseorang berhenti bernafas , segera lakukan pernafasan mulut ke mulut.
Pernafasan mulut ke mulut :
Langkah 1 :
Keluarkan setiap benda yang menyumbat di dalam mulut atau
tenggorokan. Tarik lidahnya keluar, jika ada lendir dalam tenggorokan,
bersihkanlah dengan cepat.
Langkah 2 :
Baringkan penderita dengan muka menengadah,donggakan kepala ke
belakang , dan tarik rahangnya ke depan.
Langkah 3 :
Pijitlah hidungnya dengan jari agar lubang hidung tertutup. Buka
mulutnya lebar-lebar dan tutuplah mulutnya dengan mulut anda, lalu hembuskan
udara kuat-kuat kedalam paru-parunya supaya dadanya mengembang. Berhenti
sebentar untuk membiarkan udaraa keluar, lalu hembuskan kembali. Ulangi
perbuatan ini sebanyak 15 kali per menit.
Pada bayi yang baru lahir, lakukan ini dengan sangat hati-haati sebnyak ±
25 kali per menit. Lakukan terus pernafasan mulut ke mulut sampai orang tersebut
dapat bernafas sendiri, atau sampai kematiannyaa tidak diragukan lagi. Kadang-
kadang ini harus dilakukan selama 1 jam atau lebih.

I. Kegawatdaruratan Pada Pasien Tenggelam


Onyekwelu (2008) menyatakan beberapa kegawataruratan yang dapat terjadi pada
keadaan near drowning yakni :
1. Perubahan Pada Paru-Paru
Aspirasi paru terjadi pada sekitar 90% korban tenggelam dan 80 – 90% pada korban
hampir tenggelam. Jumlah dan komposisi aspirat dapat mempengaruhi perjalanan
klinis penderita, isi lambung, organism pathogen, bahan kimia toksisk dan bahan

11
asing lain dapat member cedera pada paru dan atau menimbulkan obstruksi jalan
nafas.
2. Perubahan Pada Kardiovaskuler
Pada korban hampir tenggelam kadang-kadang menunjukkan bradikardi berat.
Bradikardi dapat timbul karena refleks fisiologis saat berenang di air dingin atau
karena hipoksia. Perubahan pada fungsi kardiovaskuler yang terjadi pada hampir
tenggelam sebagian besar akibat perubahan tekanan parsial oksigen arterial (PaO2)
dan gangguan keseimbangan asam-basa.
3. Perubahan Pada Susunan Saraf Pusat
Iskemia terjadi akibat tenggelam dapat mempengaruhi semua organ tetapi penyebab
kesakitan dan kematian terutama terjadi karena iskemi otak. Iskemi otak dapat
berlanjut akibat hipotensi, hipoksia, reperfusi dan peningkatan tekanan intra kranial
akibat edema serebral.Kesadaran korban yang tenggelam dapat mengalami
penurunan. Biasanya penurunan kesadaran terjadi 2 – 3 menit setelah apnoe dan
hipoksia. Kerusakan otak irreversibel mulai terjadi 4 – 10 menit setelah anoksia dan
fungsi normotermik otak tidak akan kembali setelah 8 – 10 menit anoksia. Penderita
yang tetap koma selama selang waktu tertentu tapi kemudian bangun dalam
4. Perubahan Pada Ginjal
Fungsi ginjal penderita tenggelam yang telah mendapat resusitasi biasanya tidak
menunjukkan kelainan, tetapi dapat terjadi albuminuria, hemoglobonuria, oliguria dan
anuria. Kerusakan ginjal progresif akan mengakibatkan tubular nekrosis akut akibat
terjadinya hipoksia berat, asidosis laktat dan perubahan aliran darah ke ginjal.
5. Perubahan Cairan dan Elektrolit
Pada korban tenggelam tidak mengaspirasi sebagian besar cairan tetapi selalu
menelan banyak cairan. Air yang tertelan, aspirasi paru, cairan intravena yang
diberikan selama resusitasi dapat menimbulkan perubahan keadaan cairan dan
elektrolit. Aspirasi air laut dapat menimbulkan perubahan elektrolit dan
perubahancairan karena tingginya kadar Na dan Osmolaritasnya. Hipernatremia dan
hipovolemia dapat terjadi setelah aspirasi air laut yang banyak. Sedangkan aspirasi
air tawar yang banyak dapat mengakibatkan hipervolemia dan hipernatremia.
Hiperkalemia dapat terjadi karena kerusakan jaringan akibat hipoksia yang luas.

J. Komplikasi Tenggelam
Menurut Levin, dkk. (1993), beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada keadaan near
drowning adalah :
1. Ensefalopi Hipoksik
2. Tenggelam Sekunder
3. Pneumonia aspirasi
4. Fibrosis interstisial pulmoner
5. Disrimia ventricular

12
6. Gagal ginjal
7. Infeksi
8. Nekrosis pankreas

13
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN KORBAN


TENGGELAM
A. Pengkajian
1. Kaji adanya respirasi spontan
2. Kaji tingkat kesadaran
3. Kaji suhu inti tubuh

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif
3. Perubahan perfusi jaringan otak
4. Pola nafas tidak efektif
5. Penurunan curah jantung
6. Kelebihan volume cairan
7. Resiko tinggi cedera
8. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

C. Intervensi Keperawatan
1. Buat dan pertahankan jalan napas yang paten.
1) Hisap dan jalan napas seperlunya
2) Pasang selang nasogastrik (untuk mencegah aspirasi muntahan)
2. Pantau dan catat respons anak terhadap terapi oksigen
1) Lakukan pengkajian pernapasan (frekuensinya tergantung pada keadaan)
2) Pantau penggunaan ventilator dan alat respirasi lainnya.
3) Pantau tekanan vena sentral (CVP) dan jalur arteri
4) Pantau penggunaan pernapasan tekanan positif intermiten (IPPB) atau tekanan
akhir ekspiratori posisti (PEEP)
3. Pantau dan catat tingkat fungsi neurologik anak
1) Lakukan pengkajian neurologik (frekuensinya tergantung status)
2) Observasi dan catat tanda-tanda TIK (letargi,peningkatan tekanan darah,
penurunan frekuensi napas, peningkatan denyut apeks, pupil dilatasi)
4. Pantau dan pertahankan keseimbangan cairan
1) Catat asupan dan haluaran
2) Jaga kepatenan dan lakukan perawatan kateter Foley
3) Pertahankan restriksi cairan dengan adanya edema serebri
5. Pantau dan pertahankan pengaturan suhu homeostatik (penurunan dan kebutuhan
oksigen.
1) Pantau suhu

14
2) Sediakan kasur pendingin (mencegah menggigil)
3) Berikan antipiretik
6. Berikan dan pertahankan asupan nutrisi yang adekuat
1) Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan asupan nutrisi melalui selang
nasogastrik atau oral (NG po)
2) Kaji kapasitas anak untuk mentolerir makanan melalui selang nasogastrik atau
per-oral ( periksa adanya sisa dan muntah )
3) Naikkan jumlah dan jenis asupan nutrisi
7. Observasi dan catat tanda-tanda komplikasi
1) Pantau respons anak terhadap tata cara terapi fisik
2) Pantau respons terapeutik anak dan efek samping dari pengobatan

15
BAB IV

PENUTUP

Keparawatan gawat darurat adalah pelayanan profesioanal keperawatan yang di berikan


pada pasien dengan kebutuhan urgen dan kritis. Pelayanan gawat darurat tidak hanya
memberikan pelayanan untuk mengatasi kondisi kedaruratan yang di alami pasien tetapi juga
memberikan asukan keperawatan untuk mengatasi kecemasan pasien dan keluarga. Triage
Dalam Keperawatan Gawat Darurat yaitu skenario pertolongan yang akan di berikan sesudah
fase keadaan pasien. Kategori/klasifikasi trias 61% menggunakan 4 kategori pengambilan
keputusan yaitu dengan menggunakan warna hartu/status sebagai tanda klasifikasi yaitu Merah
(Emergen), kuning (Urgen), hijau (non Urgen), hitam (Expectant). Tenggelam adalah suatu
peristiwa dimana terbenamnya seluruh atau sebagian tubuh ke dalam cairan. Berdasarkan data
statistik yang diambil dari halaman website e-medicine, satu pertiga daripada korban mati akibat
tenggelam pernah mengikuti pelatihan berenang. Sedangkan tanda pasti mati akibat tenggelam
ada limayaitu terdapat tanda asfiksia,

16
DAFTAR PUSTAKA

Abdul M. I.1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta Bara : Binarupa Aksara

Budiyanto.1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Forensik FKUI

Dolinak, D., Matshes, E. & Lew, E. O., 2005. Forensic Pathology: Principles and Practice.
s.l.:Elsevier.

Levin, D. L. et al., 1993. Drowning and Near-Drowning. Pediatric clinics of North America,
Volume 2.

McCance, K. L., Huether, S. E., Brashers, V. L. & Rote, N. S., 2014. Pathophsysiology ,The
Biologic Basis for Disease in Adults and Children,
Seventh Edition. Canada: Mosby

Onyekwelu, E., 2008. Drowning and Near Drowning. Internal Journal of Health 8, Volume 2.

Pendit, Brahm. U et al. 2004. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta : EGC

Putra, A. A. G. A., 2014. Kematian Akibat Tenggelam : Laporan Kasus, Denpasar: Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana RSUP Sanglah .

Raoof, Suhail. 2008. Manual of Critical Care. New York: Brooklyn.

Rastogi, P. & Rao, J., 2011. Accidental Mechanical Asphyxia At Work Site By Mud. J Punjab
Acad Forensic Med Toxicol, Volume 11, pp. 52-54.

Somantri, irman, 2007, Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan,
Salemba Medika, Jakarta

Santoso, Bhetaria, (2010). Perbedaan Kadar Magnesium Serum antara Tikus Putih (Rattus
Norvegicus) yang Mati Tenggelam di Air Tawar
dengan di Air Laut, Skripsi, Surakarta, Universitas
Sebelas Maret

Sorrentino, S., 2010. Mosby’s Textbok for Long-Term Care Nursing Assistants. 6th penyunt.
s.l.:Mosby.

Tasmono, 2008. Distribusi Kasus Kematian Akibat Asfiksia di Malang Raya yang Diperiksa di
Instalasi Kedokteran Forensik RSSA Tahun 2006-2007.
pp. 36-39.

17
Wilkinson & Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA, Intervensi
NIC, Kriteria Hasil NOC . Ed. 9. Jakarta: EGC

Wilianto, W., 2012. Pemeriksaan Diatom pada Korban Diduga Tenggelam. Jurnal Kedokteran
Forensik Indonesia, Volume 14, pp. 39-46.

18

Anda mungkin juga menyukai