Anda di halaman 1dari 21

TEKNIK PERTOLONGAN KASUS TENGGELAM

KELOMPOK 7

DI SUSUN OLEH

ALFIANUS FEREDIKO BATA

LAODE AHMAD SABARUDDIN

MUH,JADRIL

RUBI ALFARABI LABONE

AL-AKBAR
DAFTAR ISI

Contents
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................1
Latar Belakang................................................................................................................1
B.Rumusan masalah.......................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................4
TEKNIK PENJANGKAUAN KORBAN..................................................................................6
TEKNIK EVAKUASI DALAM VERTICAL RESCUE.................................................................7
1. Hubungi Bantuan...................................................................................................7
2. Angkat Korban dari Air..........................................................................................8
3. Cek Napas..............................................................................................................8
4. CPR........................................................................................................................9
WATER RESCUE.............................................................................................................12
TEKNIK PERTOLONGAN DENGAN CARRY......................................................................14
Teknik defends.............................................................................................................15
TEKNIK RELEASE...........................................................................................................16
BAB III KESIMPULAN..................................................17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................18

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayah-nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “TEKNIK PERTOLONGAN
KHASUS TENGELAM” makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
GADAR MARITIM program studi Diploma III Keperawatan di Poltekes Kemenkes
Kendari Jurusan Keperawatan. Dalam penyusunan makalah ini, kami telah mendapatkan
banyak bantuan, dorongan, koreksi, dan motivasi dari berbagai pihak.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan tugas makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
mahasiswa/mahasiswi jurusan keperawatan dalam meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan.

iii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tenggelam atau drowning merupakan cedera oleh karena perendaman
(submersion/immersion) yang dapat mengakibatkan kematian dalam waktu kurang dari
24 jam. Apabila korban mampu selamat dalam waktu kurang dari 24 jam maka disebut
dengan istilah near drowning (WHO, 2012). Tenggelam adalah suatu peristiwa dimana
terbenamnya seluruh atau sebagian tubuh ke dalam cairan. Pada umumnya tenggelam
merupakan kasus kecelakaan, baik secara langsung maupun karena ada faktor-faktor
tertentu seperti korban dalam keadaan mabuk atau dibawah pengaruh obat, bahkan bisa
saja dikarenakan akibat dari suatu peristiwa pembunuhan

Tenggelam adalah penyebab utama ke-3 kematian karena cedera yang tidak disengaja,
terhitung 7% dari semua kematian yang terkait dengan cedera (WHO, 2015). WHO
menyatakan bahwa 0,7% penyebab kematian di dunia atau lebih dari 500.000 kematian
setiap tahunnya disebabkan oleh tenggelam. Pada 2015, diperkirakan 360.000 orang
meninggal karena tenggelam, yang menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di
seluruh dunia (WHO, 2015). Lebih dari setengah kematian terjadi di bawah usia 25
tahun, dengan usia di bawah 5 tahun berisiko tinggi. Cina dan India merupakan negara
dengan kasus tenggelam tertinggi di dunia karena kedua negara ini berkontribusi hampir
setengah dari rata-rata kematian akibat kasus tenggelam di dunia, kemudian diikuti oleh
Nigeria, Federasi Rusia, Indonesia dan Bangladesh

Tenggelam merupakan suatu kegawatdaruratan yang dapat menimpa semua orang dan
akan menjadi masalah serius karena berakibat terjadinya kematian dan kecacatan.
Tenggelam dapat diartikan ketidakmampuan seseorang untuk bernafas akibat
tertutupnya jalan nafas dan dapat terjadi kegagalan sirkulasi sampai carrdiac arrest
(Nugroho, 2020). Organisasi kesehatan dunia (WHO) mencatat secara global kejadian
meninggal dunia yang disebabkan karena tenggelam dengan carrdiac arret sekitar
388.000 orang dalam setiap tahunnya. Kejadian tenggelam pada anak dibawah 5 tahun
menempati tingkat kematian tertinggi di dunia, 3 faktor penyebab utama kematian di
usia 5-14 tahun, dan termasuk dalam sepuluh penyebab utama kematian pada orang
dewasa (Suarjaya & Prawedana, 2018).

iv
Di Indonesia tercatat 9.000 kejadian tenggelam dengan korban mencapai 5097 orang,
278 orang meninggal atau 5,4% (basarnas, 2016). Di Daerah Istimewa Yogyakarta
terdapat 1.135 kasus tenggelam, sedangkan kota Bantul menempati kasus tertinggi
tenggelam di Yogyakarta. Berdasarkan hasil wawancara dengan koordinator
SARLINMAS wilayah III Pantai Parangtritis mengungkapkan pada tahun 2017-2019
ada 20 korban meninggal dunia, 9 korban dinyatakan hilang dan 566 korban dinyatakan
selamat. Kasus tenggelam ke dua di Gunung kidul pada tahun 2017-2019 ada 16 korban
meninggal, 2 korban hilang dan 529 korban dinyatakan selamat. Kulon Progo
menduduki urutan ke tiga kasus tenggelam di Yogyakarta pada tahun 2017-2019
terdapat 17 korban meninggal, 4 korban hilang dan 117 korban dinyatakan selamat.

Seseorang yang mengalami tenggelam dalam air dapat mengakibatkan asfiksia dari
yang ringan sampai asfiksia berat. Asfiksia adalah kondisi patologis yang ditandai
dengan ketidakefektifan pola nadas, hipoksemia dan anoksia susunan saraf pusat.
Kobran tenggelam dapat menyebabkan henti jantung. Henti jantung atau cardiac arrest
pada korban tenggelam memerlukan pertolongan segera dengan cara melakukan
resusitasi jantung (Muniarti & Herlina, 2019). Pertolongan pertama pasien henti jantung
atau cardiac arrest dapat dilakukan pada tahap pre-hospital

kegawatdaruratan Tujuan dilakukannya BLS yaitu untuk mempertahankan ventilasi


paru, mengedarkan darah dan oksigen ke tubuh, memberikan bantuan sirkulasi sistemik,
dan oksigenasi secara maksimal sehingga dapat mengembalikan sirkulasi spontan
dengan cara memberikan bantuan nafas dan kompresi dada

Pertolongan korban henti jantung dapat berhasil dengan dilakukannya resusitasi yang
dipengaruhi oleh kemampuan untuk mengidentifikasi korban, pertolongan awal
kelompok tim gawat darurat, pengaktifan code blue, kapasitastim darurat, dan
pengalaman partisipasi tim khusus (SAR, PMI, relawan) Keberhasilan lain juga
ditentukan golden period. Golden Period yang dimiliki oleh korban henti jantung akibat
tenggelam kurang dari 10 menit

Akibat masyarakat tidak memperhatikan golden period dan tidak adanya kemampuan
untuk menangani korban pada pre-hospotal, maka sangat mungkin terjadi kematian
pada korban. Ketidakmampuan tersebut disebabkan oleh parahnya korban, minimnya
peralatan untuk menolong, dan kurangnya Sistem Penanganan Gawat Darurat Terpadu

v
(SPGDT). Masyarakat pesisir pantai jika menemui korban tenggelam hanya menunggu
petugas datang dan tidak memperhitungkan golden period . Menurut koordinator
SARLINMAS wilayah III Pantai Parangtritis,

Pemberian edukasi yang sesuai adalah cara agar menambah ilmu pengetahuan
seseorang. Teknik edukasi yang cocok diberikan kepada masyarakat agar dapat
memberikan pertolongan pertama pre-hospital kepada korban yaitu menggunakan tanya
jawab, demonstrasi, ceramah, media video dan roleplay

Media video merupakan media edukasi yang mampu mengasah kognitif, afektif serta
berdasar pada konsep dan teori. Media video dinilai efektif untuk peningkatan
pemahaman seseorang karena menggunakan audio visual.

Pembelajaran menggunakan video dapat pengefektifitaskan waktu, ruang dan pesan


dapat efesien sehingga dapat disampaikan dengan cepat. Video dapat menampilkan
pesan lebih menarik dan mendorong untuk meningkatkan motivasi peserta didik lebih
ingat terhadap materi

B.Rumusan masalah
1,apa saja Teknik menolong kasus tengelam

2,bagaimana Teknik pertahanan saat menolong

vi
BAB II
PEMBAHASAN

Tenggelam atau drowning merupakan kondisi gawat darurat karena terendam oleh
air atau cairan yang dapat menyebabkan kematian dalam kurun waktu kurang dari 24
jam . Tenggelam merupakan kondisi yang memerlukan penanganan dan pertolongan
sesegera mungkin. Apabila terjadi keterlambatan saat melakukan pertolongan dalam
kurun waktu 10 menit maka akan berakibat kematian, hal ini disebabkan karena
kurangnya aliran darah menuju otak dan kegagalan sirkuasi pada jantung.

Menurut Gobel, dkk (2013) dalam Nadapdap (2021) Tenggelam dapat terjadi di air
tawar maupun air laut, disebut dengan istilah near drowning apabila korban mampu
selamat dalam kurun waktu kurang dari 24 jam, diperlukan pengetahuan dan
keterampilan yang matang mengenai teknik memberi pertolongan pada pasien korban
tenggelam untuk menekan peluang angka kematian.

Pengertian Teknik RTRGT Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), teknik
adalah cara (kepandaian dan sebagainya) membuat atau melakukan sesuatu yang
berhubungan dengan seni, metode atau sistem mengerjakan sesuatu. Adapun pengertian
teknik menurut para ahli antara lain

a. Menurut L. James Havery (2000) teknik adalah prosedur logis dan rasional untuk
merancang suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu dengan yang lainnya
dengan maksud untuk berfungsi sebagai suatu kesatuan dalam usaha mencapai suatu
tujuan yang telah ditentukan.

b. Menurut John Mc Manama (2010) Teknik adalah sebuah struktur konseptual yang
tersusun dari fungsi-fungsi yang saling berhubungan yang bekerja sebagai suatu
kesatuan organik untuk mencapai Suatu hasilyang diinginkan.

RTRGT adalah suatu teknik penyelamatan orang jatuh ke laut. RTRGT tersebut adalah
singkatan dari Reach, Throw, Row, Go, Tow. RTRGT ini digunakan oleh para rescuer
Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BNPP) untuk menolong korban yang
berada di dalam air. Ini adalah standar dari metode untuk menyelamatkan orang yang
sedang tenggelam di air. Teknik RTRGT adalah cara untuk menyelamatkan korban yang

vii
tenggelam di air (sungai, danau, laut) dengan Reach, Throw, Row, Go, Tow. Cara teknik
penggunaannya sangatlah mudah dan ringkas. Masing-masing teknik tersebut akan
dibahas oleh penulis di bab pembahasan.

1. Reach
Metode reach adalah metode yang paling aman dilakukan oleh
penolong. Reach dapat dilakukan dari daratan tanpa harus masuk ke dalam air,
sehingga metode ini dapat dilakukan oleh penolong yang tidak bisa renang
sekalipun. Pada metode ini penolong meraih/menjangkau korban yang tenggelam
dengan menggunakan benda yang ringan dan panjang seperti: tongkat, galah, dan
kayu; anggota tubuh penolong; atau pun dengan rantai manusia (dalam kasus air
dangkal). Namun kelemahan dari metode reach ini adalah hanya mampu
menggapai korban yang berada di tepi saja.

2. Throw
Metode throw hampir sama dengan metode reach, metode ini sama-sama aman
bagi penolong dan dapat dilakukan dari daratan. Metode throw ini dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu (1) melempar benda apung yang sudah terikat dengan tali,
kemudian menarik korban dengan alat tersebut, (2) melemparkan benda yang
dapat terapung tanpa menggunakan tali, kemudian membiarkan korban berenang
dengan alat apung tersebut menuju ke tepi. Alat apung yang sering digunakan
pada metode ini yaitu ring buoy, throwing bag, rescue tube, dan benda lain yang
dapat mengapung.

3. Row
Metode row ini adalah metode yang digunakan ketika
metode reach dan throw tidak dapat lagi digunakan. Metode ini menggunakan
akses pertolongan seperti perahu karet, kano, ataupun perahu kecil lainnya untuk
dapat menjangkau korban, kemudian menggunakan
metode reach dan throw untuk menolong korban. Jika sudah dapat menjangkau
korban, sebelum menaikkan korban ke atas perahu, pastikan perahu yang
digunakan dalam keadaan seimbang

4. Go
Metode ini adalah pilihan terakhir yang harus dilakukan karena ketidaktersediaan
alat yang dipergunakan untuk mendekati korban dan posisi korban jauh atau
berada di tempat yang tidak mungkin menggunakan perahu. Metode ini
mengharuskan penolong untuk melakukan penyelamatan secara langsung, dengan
berenang menuju korban dan membawa alat apung yang akan diberikan kepada
korban. Setelah berhasil memberikan alat apung kepada korban, penolong dapat
kembali ke tempat yang aman atau menuju tempat yang aman bersama-sama
dengan korban.
Tujuan dari metode ini adalah untuk memberikan alat apung kepada korban
sehingga dapat membuat korban tetap mengapung sampai bantuan lain datang.

viii
Kelemahan dari metode ini adalah tingkat keberhasilannya tergantung dari tingkat
kesadaran korban, apabila korban tidak sadar maka metode ini tidak dapat
dilakukan

5. Tow
Metode tow adalah metode yang paling tinggi resikonya bagi penolong karena
penolong harus kontak langsung dengan korban. Untuk menghindari resiko yang
besar dan tidak diinginkan, penolong harus mempunyai pengetahuan dan
keterampilan bertahan dan melepaskan diri (Defend and Release).
Pada metode ini penolong berenang menuju korban kemudian membawa korban
ke tempat yang aman dengan melakukan kontak langsung dengan korban. Metode
ini dilakukan apabila metode reach dan throw tidak bisa dilakukan; tidak terdapat
perahu karet; posisi korban tidak dapat dijangkau dengan perahu; atau korban
letih, cedera, dan tidak sadarkan diri.

TEKNIK PENJANGKAUAN KORBAN


Ada 3 teknik yang dilakukan dalam Vertical Rescue untuk menjangkau Obyek
atau korban yaitu :

LEADING (Perintisan)
Adalah teknik penjangkauan korban/obyek yang dilakukan dengan cara pemajatan
perintisan dari titik di bawah posisi obyek/korban berada. Teknik ini dilakukan
oleh Pemanjat Perintis (Leader) dengan memasang pengaman pada titik-titik
tertentu.

TRAVERSING (Perintisan Menyamping)


Dalam teknik ini, penjangkauan terhadap obyek atau korban dilakukan dengan
cara menyamping, di mana tim evakuasi berada dalam titik sejajar dengan posisi
obyek atau korban berada. Teknik ini dilakukan oleh pemanjat perintis dengan
memasang pengaman pada titik tertentu.

ABSEILING (Rapelling/Descending)
Teknik ini digunakan jika posisi obyek/korban berada dibawah posisi tim
evakuasi, misalnya jika obyek/korban berada di dalam jurang, lubang dll. Tim
Evakuasi akan menjangkaunya dengan cara descending atau ada yang
menyebutnya dengan rapelling.

Penyebab Orang Tenggelam di Air Penanganan kegawatdaruratan korban


tenggelam dipastikan terlebih dahulu kesadaran, sistem pernapasan, denyut nadi,
proses observasi. dan interaksi yang konstan dengan korban. Adapun tiga
penyebab seseorang tenggelam di antaranya adalah sebagai berikut: Terganggunya

ix
kemampuan fisik akibat pengaruh obat-obatan. Ketidakmampuan akibat
hipotermia, syok, cedera, atau kelelahan. Ketidakmampuan akibat penyakit akut
ketika berenang.

TEKNIK EVAKUASI DALAM VERTICAL RESCUE


dari ke 3 cara/teknik pejangkauan korban tersebut, barulah dilakukan Evakuasi
atau proses pemindahan Obyek/Korban ke tempat yang lebih aman. Ada 3 teknik
Evakuasi yang dilakukan dalam Vertical Rescue yaitu :

HAULING
Hauling adalah teknik Vertical Rescue Evacuation yang dilakukan dengan cara
memindahkan Obyek atau korban dari posisinya ke titik atau tempat yang lebih
tinggi. Proses pemindahan ini dilakukan dengan menggunakan System (dikenal
dengan nama HAULING SYSTEM) sebagai upaya untuk mengurangi berat
obyek/korban saat dilakukan penarikkan ke atas. Sistem yang biasa digunakan
adalah A System, Z System dan M System. Obyek/korban dapat dinaikkan
dengan atau tanpa menggunakan Stretcher (tandu),

LOWERING
Lowering adalah kebalikan dari Hauling. Teknik ini dilakukan dengan cara
menurunkan Obyek/Korban ke titik/tempat yang lebih rendah di bawahnya. sama
seperti Hauling, dalam teknik Lowering Obyek/korban dapat diturunkan dengan
atau tanpa menggunakan Stretcher (tandu).

SUSPENSION
Suspension adalah teknik pemindahan Obyek/Korban dengan cara diseberangkan
baik ke titik/tempat yang lebih tinggi, sejajar, maupun lebih rendah dari posisi
obyek/korban berada. Teknik ini merupakan alternatif terakhir mengingat
penggunaan teknik ini akan memakan waktu cukup lama dan peralatan yang
digunakan juga relatif lebih kompleks.

1. Hubungi Bantuan

Langkah pertama dalam memberi pertolongan pada korban tenggelam adalah


mencari atau memohon bantuan. Caranya dengan berteriak untuk mengalihkan
atensi pada Anda.

Dengan begitu, apabila ada petugas pantai bisa langsung menghampiri dan
memberikan pertolongan.

x
Selain itu, bisa juga dengan langsung menghubungi nomor gawat darurat guna
memperoleh penanganan lebih baik dan tepat.

Ingat, meski Anda pandai berenang, jangan bertindak gegabah dengan langsung
menceburkan diri ke kolam atau pantai untuk mempraktikkan pertolongan
pertama pada korban tenggelam di air.

Selama menanti bantuan datang, carilah di sekitar Anda barang yang bisa menarik
korban ke atas. Contoh tongkat atau galah panjang, tali, pelampung, atau lainnya.

Jika memungkinkan, untuk menarik tangan korban menggunakan tangan Anda


sendiri, maka lakukan. Namun, selama proses ini, usahakan untuk tidak panik dan
tenangkan korban yang mungkin syok.

2. Angkat Korban dari Air

Merujuk International Federation of Red Cross mengatakan bahwa memberikan


bantuan pada korban dengan cara berenang langsung adalah tugas dari petugas
terlatih.

Tindakan ini tidak disarankan untuk Anda, meski mampu berenang. Karena bisa
saja terjadi kesalahan pada saat pengangkatan korban dari air. Seperti digendong
terbalik untuk menggantikan kerja jantung. Hal ini tidak memiliki efek apa pun
melainkan hanya membuang waktu.

Namun, apabila keadaan genting dan Anda piawai berenang, tidak ada salahnya
untuk memberikan pertolongan. Satu catatan, Anda harus memiliki stamina kuat
untuk menaikkan korban ke daratan.

Satu yang perlu Anda garis bawahi sebelum menceburkan diri, bawalah
perlengkapan memadai untuk membantu. Seperti pelampung atau tali.

Selain itu, pastikan bahwa ada seseorang di daratan yang bisa menolong Anda
untuk membantu evakuasi korban dari air.

Sewaktu Anda ingin menolong korban, berenanglah ke sisi belakang dan dekati
dengan tenang.

Pegang tubuhnya erat dengan menahan area bawah leher agar kepala menghadap
atas dan mendapatkan oksigen. Hingga tiba di darat, tetap pertahankan posisi
untuk menghindari cedera leher atau kepala.

3. Cek Napas

Begitu Anda berhasil membawa korban naik ke permukaan, segera cek napas
korban. Dengan cara menelentangkan tubuhnya pada area datar dan rata.

xi
Kemudian, lepas baju basahnya. Jika Anda merasa tidak sopan, Anda bisa
menutupi tubuhnya dengan kain tebal, handuk, selimut, atau baju hangat.

Selanjutnya, angkat sedikit posisi kepala. Namun, jangan lakukan apabila ada
cedera pada leher atau kepala. Sebagai gantinya, buka rahangnya sedikit.

Lalu, cek napasnya dengan menempelkan kuping ke hidung dan mulut korban.
Rasakan apakah ada embusan napasnya atau tidak.

Selain itu, perhatikan pula dadanya. Apakah ada gerakan naik turun napas. Jika
Anda tidak menemukan tanda napas, cek nadinya selama sepuluh detik.

Kemudian, berikan bantuan napas sebanyak lima kali dengan cara

o Jepit hidung korban, jangan terlalu kencang menjepitnya. Lalu katupkan


bibir, dekatkan ke mulut korban.

o Ambillah napas seperti biasa kemudian tiupkan pelan ke rongga mulut satu
hingga dua detik.

o Lakukan sebanyak lima kali.

o Namun, apabila menangani korban anak kecil usia di bawah satu tahun,
cukup tiupkan udara ke mulut. Tidak perlu dengan menjepit hidungnya.

Sebelum memberikan napas bantuan lagi, cermati apakah sudah ada perubahan
dengan ditandai dada korban naik turun. Apabila belum ada perubahan, lakukan
kembali.

Jika korban hendak muntah, baringkan miring untuk menghindari tersedak.

4. CPR

Lakukan CPR (cardiopulmonary resuscitation) atau resusitasi jantung paru


apabila korban tidak responsif dan kehilangan napasnya.

Sebenarnya, tindakan ini boleh saja dilakukan tanpa aksi napas buatan terlebih
dahulu.

Berikut cara melakukan CPR yang baik dan benar.

CPR pada anak di atas 1 tahun atau orang dewasa:

o Langkah CPR ini bisa Anda lakukan pada anak di atas usia 1 tahun dan
orang dewasa.

xii
o Posisikan telapak tangan kiri ada di bawah tangan kanan, kemudian
letakkan di dada tengah dan tekan sekitar 4-5 cm.

o Anda bisa melakukannya sebanyak 30 kali dengan kecepatan 100 kali


kompresi per menit atau lebih.

o Sebelum memberikan tekanan lagi, terlebih dahulu biarkan dada untuk


kembali seperti semula.

o Cermati apakah korban memberikan reaksi, seperti kembali bernapas.

CPR pada anak di bawah 1 tahun:

o Posisikan dua jari di tulang dada.

o Tekan sedalam 1-2 cm, pastikan untuk tidak memberi tekanan pada ujung
tulang dada.

o Sama dengan sebelumnya, Anda bisa melakukan kompresi sebanyak 30


kali dengan kecepatan 100 kali kompresi per menit.

o Biarkan dada ke bentuk semula di antara tekanan yang Anda berikan.

o Cermati apakah anak mulai merespons dengan bernapas.

Apabila korban masih belum bernapas, Anda bisa memberikan dua kali napas
buatan kemudian 30 kali kompresi dada.

Ulangi hingga korban bernapas atau tenaga medis datang untuk mengambil alih
penanganan.

Setelah memperoleh CPR, korban harus segera ditindak oleh tenaga medis untuk
pemeriksaan lebih lanjut. Hal ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
komplikasi.

Teknik Evakuasi di air


WATER RESCUE
TUJUAN INSTRUKSIONAL :
• Menjelaskan kemampuan yang harus dimiliki petugas penyelamat.
• Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap kegiatan pertolongan di
air.
• Menjelaskan bahaya-bahaya di air.
• Menjelaskan metode pertolongan di air.
• Melakukan pertolongan di air.
• Menjelaskan teknik self rescue.

xiii
• Melakukan self rescue dengan life jacket dan tanpa life jacket.
• Menjelaskan teknik bertahan dan melepaskan diri saat memberikan pertolongan.
• Dapat melakukan pertolongan dengan carry.

Pertolongan di Air (Water Rescue)


a. Kemampuan yang harus dimiliki seorang rescue adalah :
• Mampu berenang dengan baik
• Pengendalian perahu / boat.
• Teknik pertolongan
• MFR(Medical First Responder)
• Pengetahuan
• Keahlian/ Keterampilan dan pengalaman
• Kondisi fisik sehat
b. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kegiatan pertolongan di air adalah :
1. Pertimbangkan kemampuan.
2. Pengetahuan.
3. Keahlian.
4. Kesiapan fisik
5. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kegiatan dan pertolongan Rescuer
( mental dan fisik )
METODE PERTOLONGAN DI AIR
Pengertian :
Tahapan atau urutan untuk memudahkan para penolong mengingat apa dan
bagaimana ketika menghadapi kecelakaan di air.
• R = Reach (Pertolongan yang dilakukan dari / pinggir kolam / dermaga dengan
cara meraih korban karena posisinya dipinggir atau dengan menggunakan alat
sepeti galah, kayu, dan lain-lain)
• T = Throw (Lanjutan dari metode reach dimana pertolongan dengan cara
melempar alat apung dan penolong berada pada daerah aman)
• R = Row (Pertolongan yang dilakukan jika kedua langkah diatas sudah tidak
dapat dilakukan, maka penolong harus mendekat kearah korban dengan
menggunakan kapal kecil untuk mendekat ke korban lalu melakukan reach /
throw)
• G = Go (Pilihan terakhir yang harus dilakukan karena tidak tersedianya peralatan
yang digunakan untuk mendekat dan posisi korban jauh atau tempat yang tidak
memungkinkan untuk menggunakan perahu)
• T = Tow / Carry (Paling beresiko tinggi bagi penolong, karena harus langsung
kontak dengan korban)
LANGKAH MENGHADAPI KEADAAN DARURAT
1. Waktu, adalah sangat penting dalam keadaan darurat, semakin dini mengenali
tanda orang akan tenggelam, semakin besar kesempatan untuk

xiv
menyelamatkannya.
2. Kenali, Penilaian dan menentukan langkah selanjutnya dengan memperhatikan
kondisi sekitar.
3. Tindakan
– Berbicara dengan korban.
– Lakukan reach dan throw kemudian row.
4. Tindak Lanjut

SELF RESCUE
Pengertian :
Usaha mempertahankan diri dengan kemampuan sendiri dan sarana yang ada
disekitarnya hingga bantuan datang.
• Self Rescue : Tidak menggunakan life jacket.
• Self Rescue : Dengan menggunakan life jacket.
• Posisi Help : Mengurangi suhu tubuh yang keluar.
• Posisi Hundle : Mengurangi suhu tubuh yang keluar tapi secara berkelompok.
• Kram : Cara mengatasinya.

DEFENDS AND RELEASE


Pengertian :
Defends and release adalah cara bertahan dan melepaskan diri saat melakukan
pertolongan yang mana korban langsung kontak (memegang anggota badan
penolong). 4 (empat) Teknik Defends yaitu :
• Teknik defends Duck Away.
• Menghalangi dengan kaki (leg block).
• Menghalangi dengan tangan (arm block)
• Elbow lift (mengangkat siku).
Teknik Release terdiri dari 7 (tujuh) cara, yaitu :
• Double Grasp On One Arm 1.
• Double Grasp On Arm
• Front Head Hold 1.
• Rear Head Hold 2.
• Front Head Hold 3.
• Rear Head Hold 1.
• Front Head Hold 2.

TEKNIK PERTOLONGAN DENGAN CARRY


Pengertian :
Carry adalah teknik membawa korban dengan kontak langsung sehingga
menambah resiko penolong. Metode ini digunakan, ketika :
• Tidak tersedia kapal atau alat bantu lain untuk mendekat.
• Kapal ada tetapi tidak bisa mengemudikan.

xv
• Metode Reach, Throw, Row tidak bisa dilaksanakan.
• Bila sudah dekat, komunikasi dengan korban.

WATER RESCUE
TUJUAN INSTRUKSIONAL :
• Menjelaskan kemampuan yang harus dimiliki petugas penyelamat.
• Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap kegiatan pertolongan di
air.
• Menjelaskan bahaya-bahaya di air.
• Menjelaskan metode pertolongan di air.
• Melakukan pertolongan di air.
• Menjelaskan teknik self rescue.
• Melakukan self rescue dengan life jacket dan tanpa life jacket.
• Menjelaskan teknik bertahan dan melepaskan diri saat memberikan pertolongan.
• Dapat melakukan pertolongan dengan carry.

Pertolongan di Air (Water Rescue)


a. Kemampuan yang harus dimiliki seorang rescue adalah :
• Mampu berenang dengan baik
• Pengendalian perahu / boat.
• Teknik pertolongan
• MFR(Medical First Responder)
• Pengetahuan
• Keahlian/ Keterampilan dan pengalaman
• Kondisi fisik sehat
b. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kegiatan pertolongan di air adalah :
1. Pertimbangkan kemampuan.
2. Pengetahuan.
3. Keahlian.
4. Kesiapan fisik
5. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kegiatan dan pertolongan Rescuer
( mental dan fisik )

METODE PERTOLONGAN DI AIR


Pengertian :
Tahapan atau urutan untuk memudahkan para penolong mengingat apa dan
bagaimana ketika menghadapi kecelakaan di air.
• R = Reach (Pertolongan yang dilakukan dari / pinggir kolam / dermaga dengan
cara meraih korban karena posisinya dipinggir atau dengan menggunakan alat
sepeti galah, kayu, dan lain-lain)
• T = Throw (Lanjutan dari metode reach dimana pertolongan dengan cara
melempar alat apung dan penolong berada pada daerah aman)

xvi
• R = Row (Pertolongan yang dilakukan jika kedua langkah diatas sudah tidak
dapat dilakukan, maka penolong harus mendekat kearah korban dengan
menggunakan kapal kecil untuk mendekat ke korban lalu melakukan reach /
throw)
• G = Go (Pilihan terakhir yang harus dilakukan karena tidak tersedianya peralatan
yang digunakan untuk mendekat dan posisi korban jauh atau tempat yang tidak
memungkinkan untuk menggunakan perahu)
• T = Tow / Carry (Paling beresiko tinggi bagi penolong, karena harus langsung
kontak dengan korban)
LANGKAH MENGHADAPI KEADAAN DARURAT
1. Waktu, adalah sangat penting dalam keadaan darurat, semakin dini mengenali
tanda orang akan tenggelam, semakin besar kesempatan untuk
menyelamatkannya.
2. Kenali, Penilaian dan menentukan langkah selanjutnya dengan memperhatikan
kondisi sekitar.
3. Tindakan
– Berbicara dengan korban.
– Lakukan reach dan throw kemudian row.
4. Tindak Lanjut

SELF RESCUE
Pengertian :
Usaha mempertahankan diri dengan kemampuan sendiri dan sarana yang ada
disekitarnya hingga bantuan datang.
• Self Rescue : Tidak menggunakan life jacket.
• Self Rescue : Dengan menggunakan life jacket.
• Posisi Help : Mengurangi suhu tubuh yang keluar.
• Posisi Hundle : Mengurangi suhu tubuh yang keluar tapi secara berkelompok.
• Kram : Cara mengatasinya.

DEFENDS AND RELEASE


Pengertian :
Defends and release adalah cara bertahan dan melepaskan diri saat melakukan
pertolongan yang mana korban langsung kontak (memegang anggota badan
penolong). 4 (empat) Teknik Defends yaitu :
• Teknik defends Duck Away.
• Menghalangi dengan kaki (leg block).
• Menghalangi dengan tangan (arm block)
• Elbow lift (mengangkat siku).
Teknik Release terdiri dari 7 (tujuh) cara, yaitu :
• Double Grasp On One Arm 1.

xvii
• Double Grasp On Arm
• Front Head Hold 1.
• Rear Head Hold 2.
• Front Head Hold 3.
• Rear Head Hold 1.
• Front Head Hold 2.

TEKNIK PERTOLONGAN DENGAN CARRY


Pengertian :
Carry adalah teknik membawa korban dengan kontak langsung sehingga
menambah resiko penolong. Metode ini digunakan, ketika :
• Tidak tersedia kapal atau alat bantu lain untuk mendekat.
• Kapal ada tetapi tidak bisa mengemudikan.
• Metode Reach, Throw, Row tidak bisa dilaksanakan.
• Bila sudah dekat, komunikasi dengan korban

Teknik defends

1. Menghalangi dengan kaki (leg block)


2. Menghalangi dengan tangan (arm block)
3. Elbow lift ( mengangkat siku)
4. Duck away

A. Teknik Defend Defend adalah cara untuk menghindari kontak langsung dengan
korban pada saat melakukan pertolongan di udara karena korban yang panik
sangat berbahaya bagi penyelamat di udara. Adapun teknik-teknik bertahan yaitu
sebagai berikut :

1. Duck Away -

Mendorong korban dengan dua tangan. Penolong menghadap penuh ke korban.


Ke dua tangan penolong mendorong bahu korban untuk menghindari pelukan
korban.

2. Leg Block ( Menghalangi Dengan Kaki ) -

Penolongb menghadap penuh ke korban.


Salah satu kaki penolong diarahkan ke depan untuk mendorong korban. Tetap
jaga jarak dengan korban, sambil tetap amati korban.

3. Arm Block ( Menghalangi Dengan Tangan ) -

Penolong menghadap penuh ke korban. Salah satu tangan penolong diarahkan ke


depan untuk mendorong korban. Tetap jaga jarak, sambil tetap mengamati korban

xviii
4. Elbow Lift ( Mengangkat siku ) -

Korban datangnya dari belakang penolong. Penolong merendah/menyelam sambil


ke dua tangan mendorong bahu korban ke arah depan.

TEKNIK RELEASE

B. Teknik Release Release adalah kelanjutan dari teknik pertahanan, yaitu teknik
melepaskan diri dari korban ketika melakukan pertolongan. Ketika kontak teknik
bertahan tidak bisa digunakan untuk menghindari langsung dengan korban
sehingga penyelamat berada dalam dekapan korban, maka gunakan teknik rilis
untuk melepaskan diri.

1. Double Grasp On One Arm 1 -

Apabila korban memegang tangan penolong, lakukan gerakan


membanting/memutar tangan ke arah dalam. Bersamaan dengan mendorong
korban dengan kaki.

2. Double Grasp On One Arm 2 -

Apabila korban memegang salah satu tangan penolong. Tengan penolong yang
dipegang mengepal dan dibantu oleh tangan yang lain untuk memutar ke arah
dalam.

3. Penahan Kepala Depan 1 -

Korban memeluk penolong dari depan. Tangan kiri penolong memegang siku
kanan korban dan dorong ke atas. Tangan kanan menarik ke bawah lengan kiri
korban.

4. Front Head Hold 2 -

xix
Korban memeluk penolong dari depan. Ke dua tangan penolong memegang
pinggang korban dan dorong / lempar korban ke atas.

5. Front Head Hold 3


Korban memeluk penolong dari depan. Tangan kiri penolong memegang kaki
kanan korban dan angkat sambil dilempar. Tangan kanan memegang lengan kiri
korban dan menarik lengan ke bawah.

6. Rear Head Hold 1 -


Korban memeluk penolong dari depan. Tangan kiri memegang ketiak korban
kemudia dorong. Tangan kanan penolong memegang siku kiri korban sambil
dorong ke atas.

7. Rear Head Hold 2


Korban memeluk penolong dari belakang. Ke dua tangan penolong memegang
tengkuk korban. Lempar korban ke arah depan melalui atas kepala sambil
merendah/menye

BAB III
KESIMPULAN

Tenggelam didefiniskan sebagai kematian sekunder akibat asfiksia ketika


didalam cairan, biasanya air, dalam 24 jam. Hasil konsensus dari
World Congresson Drowning
tahun 2002, tenggelam diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan
kerusakan respirasi primer di dalam media cair.Tenggelam dimulai dengan
kepanikan dan keinginan untuk bernapas karena terlalu lama menahan napas.
Refleks keinginan bernapas menyebabkan air tertelandan sebagian kecil air masuk
ke paru. Aspirasi air menyebabkan spasme laringyang bersifat
asfiksia
. Kehilangan kesadaran menyebabkan relaksasi otot dan masuknya air ke paru-
paru. Adanya air di dalam paru
menyebabkan berkembangnya ketidakcocokan ventilasi/perfusi yang menyebabka
n hipoksemiasistemik. Akibat dari hipoksia, berkembanglah asidosis metabolic
yang ekstrim.Akibatnya terjadi udem serebral dan nekrosis tubular akut.

xx
Hipotermia acapkaliterjadi pada kasus tenggelam. Hal ini dapat mengakibatkan
efek neuroprotektif,khususnya pada anak.Berdasarkan
AHA Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovas
cular Care
, RJP pada pertolongan korban neardrowning siklus A-B-C tetap dipertahankan
oleh karena sifat hipoksia dari arrestyang terjadi sehingga apabila korban hanya
mengalami henti nafas dapat segeramerespon tindakan yang diberikan. Indikasi
penghentian RJP adalah
apabila pasien sadar atau dapat bernafas spontan, pasien meninggal atau penolong
mengalami kelelahan

DAFTAR PUSTAKA

https://www.royalprogress.com/en/rumah-sakit-royal-progress/blog/detail/
1658799345-cara-memberikan-pertolongan-pertama-pada-korban-tenggelam
https://prezi.com/w_qj26alpd5u/copy-of-water-rescue/
http://scoutermom.com/6330/water-rescue-techniques/
http://www.wikihow.com/Save-an-Active-Drowning-

xxi

Anda mungkin juga menyukai