Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH CARA PEMAKAIAN APD LEVEL 3

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pasien Safety

Disusun oleh:
Hilyatu Yella Fadhillah P17320319023
Indrian Charmenita P17320319024
Joya Agustia Ningsih P17320319025
Kinanty Dwi Utami P17320319026
Lovita Savitri Salsabilla P17320319027
Maolidina Azzahra P17320319028
Mellyatini Nawa Putri P17320319029
Muhammad Dava Saputra P17320319030
Muhammad Fajar P17320319031

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

JURUSAN KEPERAWATAN BOGOR

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, karena hanya dengan karuniaNya
itulah kami penyusunan makalah ini dapat di sesuaikan dengan rencana.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak.

Oleh karena itulah, penyusun menyampaikan rasa terima kasih kepada


yang terhormat Ibu Meirina M.Kep sebagai dosen mata kuliah Manajemen Pasien
Safety yang dimana terselesaikannya makalah ini berjudul “Makalah Cara
Pemaikaian APD Level 3”.

Kami menyadari bahwa di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itulah kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan. Atas perhatian dan tanggapan dari pembaca kami ucapkan terima kasih.

Bogor, September 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan 2

1.4 Manfaat 2

BAB 2 PEMBAHASAN 3

2.1 Perlengkapan Alat Pelindung Diri 3

2.2 Perlengkapan Pelindung Diri 3

2.3 Jenis Alat Pelindung Diri 4

2.4 Penggunaan Alat Pelindung Diri 18

BAB 3 PENUTUP 22

3.1 Kesimpulan 22

3.2 Saran 22

Daftar Pustaka 23

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Petugas pelayanan kesehatan setiap hari dihadapkan kepada tugas


yang berat untuk bekerja dengan aman dalam lingkungan yang
membahayakan. Kini, resiko pekerjaan yang umum dihadapi oleh petugas
pelayanan kesehatan adalah kontak dengan darah dan duh tubuh sewaktu
perawatan rutin pasien. Pemaparan terhadap patogen ini meningkatkan
resiko mereka terhadap infeksi yang serius dan kemungkinan kematian.
Petugas kesehatan yang bekerja di kamar bedah dan kamar bersalin
dihadapkan kepada resiko pemaparan terhadap patogen yang lebih tinggi
daripada bagian – bagian lainnya    ( Gershon dan Vlavov 1992 ). Karena
resiko yang tinggi ini, panduan dan praktik perlindungan infeksi yang
lebih baik diperlukan untuk melindungi staf yang bekerja di area ini. Lagi
pula, anggota staf yang tahu cara melindungi diri mereka dari pemaparan
darah dan duh tubuh dan secara konsisten menggunakan tindakan –
tindakan ini akan membantu melindungi pasien – pasiennya juga.

Sementara kesadaran terhadap keseriusan AIDS dan Hepatitis C


meningkat, dan bagaimana mereka dapat tertular di tempat kerja, banyak
petugas kesehatan tidak merasakan diri mereka dalam resiko. Terlebih
lagi, mereka yang beresiko tidak secara teratur menggunakan
perlengkapan pelindung, seperti sarung tangan, atau paraktik – praktik lain
( cuci tangan ) yang disediakan untuk mereka.

Tingkat ketiga bagi tenaga kesehatan yang bekerja kontak langsung


dengan pasien yang dicurigai atau sudah konfirmasi Covid-19 dan
melakukan tindakan bedah yang menimbulkan aerosol, maka APD yang
dipakai harus lebih lengkap yaitu penutup kepala, pengaman muka,

1
pengaman mata atau google, masker N95, cover all, sarung tangan bedah
dan sepatu boots anti air.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Alat Pelindung Diri ?
2. Apa Saja Alat Pelindung Diri ?
3. Apa Jenis – Jenis Alat Pelindung Diri ?
4. Bagaimana Cara Penggunaan Alat Pelindung Diri ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, pembaca dan penulis
diharapkan
1. Memahami apa itu alat pelindung diri
2. Memahami apa saja alat pelindung diri
3. Mengetahui jenis -jenis alat pelindung diri
4. Mengetahui dan memahami cara penggunaan alat pelindung diri
1.4 Manfaat
a. Manfaat bagi pembaca
Diharapkan dapat memperoleh pemahaman yang baik mengenai
apa itu Alat pelindung diri hingga dapat mengetahui cara
penggunaan alat pelindung diri
b. Manfaat bagi penulis
Penulis dapat lebih mengetahui dan memahami apa itu Alat
pelindung diri hingga dapat menerapkan penggunaan alat
pelindung diri

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perlengkapan Alat Pelindung Diri

Pelindung pembatas sekarang umumnya diacu sebagai


Perlengkapan Perlindungan Diri ( PPD ), telah digunakan bertahun – tahun
lamanya untuk melindungi pasien dari mikroorganisme yang terdapat pada
petugas yang bekerja pada suatu tempat perawatan kesehatan. Akhir –
akhir ini, dengan timbulnya AIDS dan HCV dan munculnya kembali
Tuberkulosis di banyak Negara, penggunaan PPD manjadi sangat penting
untuk melindungi petugas.

PPD seperti sarung tangan pemeriksaan yang bersih dan tidak steril
sangat penting dalam mengurangi resiko penularan, namun yang lainnya
( seperti pakaian, topi,  dan sepatu tertutup ) terus dipakai tanpa bukti yang
meyakinkan tentang efektivitasnya ( Larson dkk 1995 ). Kenyataannya,
beberapa praktik yang biasa, seperti semua petugas di ruang operasi, bukan
hanya tim bedah saja, harus memakai masker, akan meningkatkan biaya,
sedangkan perlindungan yang diberikan sangat minimal, kalaupun ada,
perlindungan bagi pasien dan staf (Mitcell 1991 ). Tambahan lagi, demi
efektivitasnya, PPD harus digunakan dengan tepat. Umpamanya, gaun
bedah dan kain penutup telah menunjukkan dapat mencegah infeksi luka
hanya kalau kering. Kalau basah, kain yang bersifat spons yang mengisap
bakteri dari kulit atau peralatan dapat menembus kain yang kemudian
dapat mengkontaminasi luka bedah.

3
Sebagai akibatnya, administrator rumah sakit, penyelia, dan
petugas pelayanan kesehatan harus menyadari bukan hanya keuntungan
dan keterbatasan PPD yang khusus, melainkan juga peranan PPD dalam
mencegah infeksi, agar dapat digunakan secara efektif dan efisien.

2.2 Perlengkapan Pelindung Diri 

Alat Pelindung Diri adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan


untuk melindungi seseorang dalam pekerjaan yang fungsinya mengisolasi
tubuh tenaga kerja dari bahaya di tempat kerja. APD dipakai setelah usaha
rekayasa ( engineering ) dari cara kerja yang aman.

Kelemahan penggunaan APD :

1. Kemampuan perlindungan yang tidak sempurna


2. Sarung APD tidak di pakai karena kurang nyaman

Peralatan pelindung pribadi meliputi sarung tangan, masker /


respirator, pelindung mata ( perisai muka, kacamata ), kap, gaun, apron,
dan barang lainnya. Di banyak Negara kap, masker, gaun dan duk terbuat
dari kain atau kertas. Penahan yang sangat efektif, terbuat dari kain yang di
olah atau bahan sintetis yang dapat menahan air atau caran lain ( darah
atau duh tubuh ) untuk menembusnya. Bahan – bahan tahan cairan ini,
tidak tersedia secara luas karena mahal. Di banyak Negara, kain katun
yang enteng ( dengan hitungan benang 140 / inci² ) adalah bahan yang
sering dipakai untuk pakaian bedah ( masker, kap dan gaun ) dan duk.
Sayangnya, katun enteng itu tidak memberikan tahanan efektif, karena
basah dapat menembusnya dengan mudah, yang membuat kontaminasi.
Kain dril, kanvas dan kain dril yang berat, sebaliknya, terlalu rapat untuk
ditembus uap ( tidak dapat disterilkan ), sangat sukar di cuci dan makan

4
waktu untuk dikeringkan. Kalau dipakai kain, warnanya harus putih atau
terang agar kotoran dan kontaminasi dapat terlihat.

2.3 Jenis Alat Pelindung Diri

A. Alat Pelindung Kepala

Berdasarkan fungsinya dapat di bagi 3 bagian :

1. Topi pengaman ( Safety Helmet )

Untuk melindungi kepala dari benturan atau pukulan benda –


benda.

2. Topi / tudung

Untuk melindungi kepala dari api, uap – uap korosif, debu, kondisi
iklim yang buruk.

3. Tutup kepala

Untuk menjaga kebersihan kepala dan rambut atau mencegah


lilitan rambut dari mesin.

Alat pelindung kepala ini dapat dilengkapi dengan alat pelindung diri
yang lain, yaitu:

 Kaca Mata ( gogles )


 Penutup muka
 Penutup telinga
 Respirator, dll

B. Alat Pelindung Telinga

5
Alat pelindung telinga ada 2 jenis :

1. Sumbatan telinga ( ear plug )

Sumbat telinga yang baik adalah memakai frekuensi tertentu saja.


Sedangkan frekuensi untuk bicara biasanya tidak terganggu.

2. Tutup telinga (ear muff )

Tutup telinga jenisnya sangat beragam. Tutup telinga mempunyai daya


pelindung ( Attenuasi ) berkisar antara 25 – 30 DB. Untuk keadaan khusus
dapat dikombinasikan antara tutup telinga dengan sumbat telinga, sehingga
dapat mempunyai daya lindung yang lebih besar.

C. Sarung Tangan

Sarung tangan melindungi tangan dari bahan infeksius dan


melindungi pasien dari mikroorganisme pada tangan petugas. Alat ini
merupakan pembatas fisik terpenting untuk  mencegah penyebaran infeksi,
tetapi harus diganti setiap kontak dengan satu pasien ke pasien lainnya
untuk mencegah kontaminasi silang. Umpamanya, sarung tangan
pemeriksaan harus dipakai kalau menangani darah, duh tubuh, sekresi dan
eksresi ( kecuali keringat ), alat atau permukaan yang terkontaminasi dan
kalau menyentuh kulit nonintak atau selaput lendir.

 Jenis Sarung Tangan

Ada 3 jenis sarung tangan :

1. Sarung tangan bedah

Dipakai sewaktu melakukan tindakan invasif atau pembedahan

2. Sarung tangan pemeriksaan

6
Dipakai untuk melindungi petugas kesehatan sewaktu melakukan
pemeriksaan atau pekerjaan rutin

3. Sarung tangan rumah tangga

Diapakai sewaktu memproses peralatan, menangani bahan – bahan


terkontaminasi, dan sewaktu membersihkan permukaan yang
terkontaminasi

Sarung tangan bedah yang baik terbuat dari bahan lateks, karena
elastis, sensitive dan tahan lama, dan dapat disesuaikan dengan ukuran
tangan. Karena meningkatnya masalah alergi lateks, sedang dikembangkan
bahan serupa, yang disebut “ nitril “ yang merupakan bahan sintetik seperti
lateks.

Bahan ini tidak menimbulkan reaksi alergi. Di beberapa negara


jenis sarung tangan pemeriksaan yang tersedia adalah dari vinil, suatu
bahan sintetik yang lebih murah daripada lateks. Namun, vinil tidak
elastis, sehingga kurang pas dan mudah robek. Sarung tangan pemeriksaan
yang berkualitas baik yang terbuat dari kabel tebal, kurang fleksibel dan
sensitive, dan dapat memberi perlindungan maksimum sebagai pelindung
pembatas.

1. Pemakaian Sarung Tangan

Meskipun efektifitas pemakaian sarung tangan dalam mencegah


kontaminasi dari petugas kesehatan telah terbukti berulang kali ( Tenorio et al.
2001 ) tetapi pemakaian sarung tangan tidak menggantikan kebutuhan untuk
mencuci tangan.  Sebab sarung tangan bedah lateks dengan kualitas terbaik
sekalipun, mungkin mengalami kerusakan kecil yang tidak terlihat, sarung
tangan mungkin robek pada saat digunakan atau tangan terkontaminasi pada
saat melepas sarung tangan ( Bagg. Jenkins dan Barker 1990; Davis 2001 )

7
Tergantung keadaan, sarung tangan periksa atau serbaguna bersih
harus digunakan oleh semua petugas ketika :

1. Ada kemungkinan kontak tangan dengan darah atau cairan tubuh lain,
membran mukosa atau kulit yang terlepas
2. Melakukan prosedur medis yang bersifat invasive misalnya menusukkan
sesuatu ke dalam pembuluh darah, seperti memasang infus
3. Menangani bahan – bahan bekas pakai yang telah terkontaminasi atau
menyentuh permukaan yang tercemar

Menerapkan Kewaspadaan Berdasarkan Penularan Melalui Kontak


( yang diperlukan pada kasus penyakit menular melalui kontak yang telah
diketahui atau dicurigai ), yang mengharuskan petugas kesehatan
menggunakan sarung tangan bersih, tidak steril ketika memasuki ruangan
pasien. Petugas kesehatan harus melepas sarung tangan tersebut sebelum
meninggalkan ruangan pasien dan mencuci tangan dengan air dan sabun atau
dengan handrub berbasis alkohol.

Satu pasang sarung tangan harus digunakan untuk setiap pasien,


sebagai upaya menghindari kontaminasi silang ( CDC 1987 ). Pemakaian
sepasang sarung tangan yang sama atau mencuci tangan yang masih bersarung
tangan, ketika berpindah dari satu pasien ke pasien yang lain atau ketika
melakukan perawatan di bagian tubuh yang kotor kemudian berpindah ke
bagian tubuh yang bersih, bukan merupakan praktek yang aman. Doebbeling
dan Colleagues (1988) menemukan bakteri dalam jumlah bermakna pada
tangan petugas yang hanya mencuci tangan dalam keadaan masih memakai
sarung tangan dan tidak mengganti sarung tangan ketika berpindah dari satu
pasien ke pasien lainnya.

2. Hal Yang Harus Dilakukan Bila Persediaan Sarung Tangan Terbatas

8
Bila sumber daya terbatas dan jumlah sarung tangan periksa tidak
memadai, sarung tangan bedah sekali pakai ( disposable ) yang sudah
digunakan dapat diproses ulang dengan cara:

a. Dekontaminasi dengan meredam dalam larutan klorin 0,5 % selam 10


menit
b. Dicuci dan bilas, serta dikeringkan
c. Sterilkan dengan menggunakan autoklaf atau disinfeksi tingkat tinggi
( dengan di kukus )

Dahulu perebusan telah direkomendasikan sebagai cara untuk


disinfeksi tingkat tinggi sarung tangan bedah. Namun sulit untuk
mengeringkan sarung tangan tanpa mengkontaminasinya. Karena pengukusan
lebih mudah dilakukan dan sama – sama efektif, maka cara ini yang sekarang
direkomendasikan untuk disinfeksi tingkat tinggi sarung tangan bedah.

Bila sarung tangan rumah tangga tidak tersedia, gunakan dua lapis
sarung tangan periksa atau sarung tangan bedah yang telah diproses untuk
memberikan perlindungan yang cukup bagi petugas kebersihan, petugas
laundry, pekarya serta petugas yang menangani dan membuang limbah medis.

3. Hal Yang Harus Diperhatikan Pada Pemakaian Sarung Tangan

a. Gunakan sarung tangan dengan ukuran yang sesuai, khususnya untuk


sarung tangan bedah. Sarung tangan yang tidak sesuai dengan ukuran
tangan dapat mengganggu keterampilan dan mudah robek.
b. Jaga agar kuku selalu pendek untuk menurunkan resiko sarung tangan
robek.
c. Tarik sarung tangan ke atas manset gaun ( jika anda memakainya ) untuk
melindungi pergelangan tangan.
d. Gunakan pelembab yang larut dalam air ( tidak mengandung lemak )
untuk mencegah kulit tangan kering / berkerut.

9
e. Jangan gunakan lotion atau krim berbasis minyak, karena akan merusak
sarung tangan bedah maupun sarung tangan periksa dari lateks.
f. Jangan menggunakan cairan pelembab yang mengandung parfum karena
dapat menyebabkan iritasi pada kulit.
g. Jangan menyimpan sarung tangan di tempat dengan suhu yang terlalu
panas atau terlalu dingin misalnya di bawah sinar matahari langsung, di
dekat pemanas, AC, cahaya ultraviolet, cahaya fluoresen atau mesin
rontgen, karena dapat merusak bahan sarung tangan sehingga mengurangi
efektifitasnya sebagai pelindung.

4. Reaksi Alergi Terhadap Sarung Tangan

Reaksi alergi terhadap sarung tangan lateks semakin banyak


dilaporkan oleh berbagai petugas di fasilitas kesehatan, termasuk bagian
rumah tangga, petugas laboratorium dan dokter gigi. Jika memungkinkan,
sarung tangan bebas lateks ( nitril ) atau sarung tangan lateks rendah allergen
harus digunakan, jika dicurigai terjadi alergi ( reaksi alergi terhadap nitril juga
terjadi, tetapi lebih jarang ). Selain itu, pemakaian sarung tangan bebas bedak
juga direkomendasikan. Sarung tangan dengan bedak dapat menyebabkan
reaksi lebih banyak, karena bedak pada sarung tangan membawa partikel
leteks ke udara. Jika hal ini tidak memungkinkan, pemakaian sarung tangan
kain atau vinil di bawah sarung tangan lateks dapat membantu mencegah
sensitisasi kulit. Meskipun demikian, tindakan ini tidak akan dapat mencegah
sensitisasi pada membran mukosa mata dan hidung. ( Garner dan HICPAC
1996 ).

Pada sebagian besar orang yang sensitif, gejala yang muncul adalah
warna merah pada kulit, hidung berair dan gatal – gatal pada mata, yang
mungkin berulang atau semakin parah misalnya menyebabkan gangguan
pernafasan seperti asma. Reaksi alergi terhadap lateks dapat muncul dalam

10
waktu 1 bulan pemakaian. Tetapi pada umumnya reaksi baru terjadi setelah
pemakaian yang lebih lama, sekitar 3 – 5 tahun., bahkan sampai 15 tahun
( Baumann 1992 ), meskipun pada orang yang rentan. Belum ada terapi atau
desensitisasi untuk mengatasi alergi lateks, satu – satunya pilihan adalah
menghindari kontak.

D. Masker

1. Masker

Masker harus cukup besar untuk menutupi hidung, mulut, bagian


bawah dagu, dan rambut pada wajah ( jenggot ). Masker dipakai untuk
menahan cipratan yang keluar sewaktu petugas kesehatan atau petugas bedah
berbicara, batuk atau bersin serta untuk mencegah percikan darah atau cairan
tubuh lainnya memasuki hidung atau mulut petugas kesehatan. Bila masker
tidak terbuat dari bahan tahan cairan, maka masker tersebut tidak efektif untuk
mencegah kedua hal tersebut.

Masker yang ada, terbuat dari berbagai bahan seperti katun ringan,
kain kassa, kertas dan bahan sintetik yang beberapa di antaranya tahan cairan.
Masker yang di buat dari katun atau kertas sangat nyaman tetapi tidak dapat
menahan cairan atau efektif sebagai filter. Masker yang dibuat dari bahan
sintetik dapat memberikan perlindungan dari tetesan partikel berukuran besar (
> 5 µm ) yang tersebar melalui batuk atau bersin ke orang yang berada di
dekat pasien ( kurang dari 1 meter ). Namun masker bedah terbaik sekalipun
tidak dirancang untuk benar – benar menutup pas secara erat ( menempel
sepenuhnya pada wajah ) sehingga mencegah kebocoran udara pada bagian
tepinya. Dengan demikian, masker tidak dapat secara efektif menyaring udara
yang dihisap ( Chen dan Welleke 1992 ) dan tidak dapat direkomendasikan
untuk tujuan tersebut.

11
Pada perawatan pasien yang telah diketahui atau dicurigai menderita
penyakit menular melalui udara atau droplet, masker yang digunakan harus
dapat mencegah partikel mencapai membran mukosa dari petugas kesehatan.

2. Masker Dengan Efisiensi Tinggi

Masker dengan efisiensi tinggi merupakan jenis masker khusus yang


direkomendasikan, bila penyaringan udara dianggap penting misalnya pada
perawatan seseorang yang telah diketahui atau dicurigai menderita flu burung
atau SARS. Masker dengan efisiensi tinggi misalnya N95 melindungi dari
partikel dengan ukuran ≤ 5 mikron yang di bawa oleh udara. Pelindung ini
terdiri dari banyak lapisan bahan penyaring dan harus dapat menempel dengan
erat pada wajah tanpa ada kebocoran. Dilain pihak pelindung ini juga lebih
mengganggu pernafasan dan lebih mahal daripada masker bedah. Sebelum
petugas memakai masker N95 perlu diadakan fit test pada setiap
pemakaiannya.

Ketika sedang merawat pasien yang telah diketahui atau dicurigai


menderita penyakit menular melalui airborne maupun droplet, seperti
misalnya flu burung atau SARS, petugas kesehatan harus menggunakan
masker efisiensi tinggi. Pelindung ini merupakan perangkat N-95 yang telah
disertifikasi oleh US National Institute for Occupational Safety dan Health
( NIOSH ), disetujui oleh European CE, atau standard nasional / regional yang
sebanding dengan standar tersebut dari Negara yang memproduksinya.
Masker efisiensi tinggi dengan tingkat efisiensi lebih tinggi dapat juga
digunakan. Masker efisiensi tinggi, seperti khususnya N-95, harus di uji
pengepasannya ( fit test ) untuk menjamin bahwa perangkat tersebut pas
dengan benar pada wajah pemakainya.

3. Pemakaian Masker Efisiensi Tinggi


Petugas Kesehatan harus :

12
a. Memeriksa sisi masker yang menempel pada wajah untuk melihat
apakah lapisan utuh dan tidak cacat. Jika bahan penyaring rusak atau
kotor, buang masker tersebut. Selain itu, masker yang ada keretakan,
terkikis, terpotong atau terlipat pada sisi dalam masker, juga tidak
dapat digunakan.
b. Memeriksa tali – tali masker untuk memastikan tidak terpotong atau
rusak. Tali harus menempel dengan baik di semua titik sambungan.
c. Memastikan bahwa klip hidung yang terbuat dari logam ( jika ada )
berada pada tempatnya dan berfungsi dengan baik.

Fit test untuk masker efisiensi tinggi:

Fungsi masker akan terganggu / tidak efektif, jika masker tidak


dapat melekat secara sempurna pada wajah, seperti pada keadaan di bawah
ini :

a. Adanya janggut, cambang atau rambut yang tumbuh pada wajah


bagian bawah atau adanya gagang kacamata.
b. Ketiadaan satu atau dua gigi pada kedua sisi dapat mempengaruhi
perlekatan bagian wajah masker.
c. Apabila klip hidung dari logam dipencet, dijepit, karena akan
menyebabkan kebocoran. Ratakan klip tersebut di atas hidung setelah
anda memasang masker, menggunakan kedua telunjuk dengan cara
menekan dan menyusuri bagian atas masker.
d. Jika mungkin, dianjurkan fit test dilakukan setiap saat sebelum
memakai masker efisiensi tinggi.

4. Kewaspadaan

Beberapa masker mengandung komponen lateks dan tidak bisa


digunakan oleh individu yang alergi terhadap lateks. Petugas harus diberi
cukup waktu untuk menggunakan dan mengepaskan masker dengan baik
sebelum bertemu dengan pasien.

13
E. Alat Pelindung Mata

Melindungi petugas dari percikan darah atau cairan tubuh lain


dengan cara melindungi Mata. Pelindung mata mencakup kacamata
( goggles ) plastik bening, kaca mata pengaman, pelindung wajah dan
visor. Kacamata koreksi atau kacamata dengan lensa polos juga dapat
digunakan, tetapi hanya jika ditambahkan pelindung pada bagian sisi mata.
Petugas kesehatan harus menggunakan masker dan pelindung mata atau
pelindung wajah, jika melakukan tugas yang memungkinkan adanya
percikan cairan secara tidak sengaja ke arah wajah. Bila tidak tersedia
pelindung wajah, petugas kesehatan dapat menggunakan kacamata
pelindung atau kacamata biasa serta masker.

Ada beberapa jenis alat pelindung mata diantaranya :

1. Kaca Mata Biasa ( Spectacle Gogles )

Kaca mata terutama pelindung mata dapat dengan mudah atau


tanpa pelindung samping. Kaca mata dengan pelindung samping lebih
banyak memberikan perlindungan.

2. Gogles

Mirip kacamata, tetapi lebih protektif dan lebih kuat terikat karena
memakai ikat  kepala. Dipakai untuk pekerjaan yang amat membahayakan
bagi mata.

F. Alat Pelindung Pernafasan

Ada 3 jenis alat pelindung pernafasan :

1. Respirator yang sifatnya memurnikan udara

14
2. Respirator yang mengandung bahan kimia
3. Topeng gas dengan kamister
4. Respirator dengan cartridge
5. Respirator dengan filter mekanik
6. Bentuk hampir sama dengan respirator cartridge kimia, tapi udara berupa
saringan / filter
7. Biasanya di gunakan pada pencegahan debu
8. Respirator yang mempunyai filter mekanik dan bahan kimia
9. Respirator yang dihubungkan dengan supply udara bersih. Supply udara
berasal dari:
10. Saluran udara bersih atau kompresor
11. Alat pernafasan yang mengandung udara ( SCBA )

Biasanya berupa tabung gas yang berisi :

 Udara yang dimampatkan


 Oksigen yang dimampatkan
 Oksigen yang dicairkan
 Respirator dengan supply oksigen

Biasanya berupa “ Self Breathing Yang harus diperhatikan pada respirator jenis
tersebut di atas :

 Pemilihan yang tepat sesuai dengan jenis bahaya


 Pemakaian yang tepat
 Pemeliharaan dan pencegahan terhadap penularan penyakit

G. Topi

Topi digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga


serpihan kulit dan rambut tidak masuk ke dalam luka selam pembedahan.
Topi harus cukup besar untuk menutup semua rambut. Meskipun topi

15
dapat memberikan sejumlah perlindungan pada pasien, tetapi tujuan
utamanya adalah untuk melindungi pemakainya dari darah atau cairan
tubuh yang terpercik atau menyemprot.

H. Gaun Pelindung

Gaun pelindung digunakan untuk menutupi atau mengganti


pakaian biasa atau seragam lain, pada saat merawat pasien yang diketahui
atau dicurigai menderita penyakit menular melalui droplet / airbone.
Pemakaian gaun pelindung terutama adalah untuk melindungi baju dan
kulit petugas kesehatan dari sekresi respirasi. Ketika merawat pasien yang
diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular tersebut, petugas
kesehatan harus mengenakan gaun pelindung setiap memasuki ruangan
untuk merawat pasien karena ada kemungkinan terpercik atau tersemprot
darah, cairan tubuh, sekresi atau eksresi. Pangkal sarung tangan harus
menutupi ujung lengan gaun sepenuhnya. Lepaskan gaun sebelum
meninggalkan area pasien. Setelah gaun dilepas, pastikan bahwa pakaian
dan kulit tidak kontak dengan bagian yang potensial tercemar, lalu cuci
tangan segera untuk mencegah berpindahnya organisme.

Gaun pelindung harus dianggap sebagai alat pelindung diri. Gaun


pelindung khusus untuk pekerjaan dengan sumber – sumber bahaya
tertentu seperti :

1. Terhadap Radiasi Panas

Gaun pelindung untuk radiasi panas, radiasi harus dilapisi bahan yang
bisa merefleksikan panas, biasanya Alumunium dan berkilau. Bahan – bahan
pakaian lain yang bersifat isolasi terhadap panas adalah : 1000⁰ C, katun,
asbes ( kalau sampai 500 ⁰C ).

2. Terhadap Radiasi Mengion

16
Gaun pelindung harus dilapisi dengan timbal biasanya berupa apron.
Pakaian ini sering digunakan di bagian radiologi.

3. Terhadap cairan dan bahan – bahan kimia.

Biasanya terbuat dari bahan plastic atau karet

I. Apron

Apron yang terbuat dari karet atau plastik, merupakan penghalang


tahan air untuk sepanjang bagian depan tubuh petugas kesehatan. Petugas
kesehatan harus mengenakan apron di bawah gaun penutup ketika
melakukan perawatan langsung pada pasien, membersihkan pasien, atau
melakukan prosedur dimana ada resiko tumpahan darah, cairan tubuh atau
sekresi. Hal ini penting jika gaun pelindung tidak tahan air. Apron akan
mencegah cairan tubuh pasien mengenai baju dan kulit petugas kesehatan

J. Pelindung Kaki

Pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki dari cedera akibat


benda tajam atau benda berat yang mungkin jatuh secara tidak sengaja ke
atas kaki. Oleh karena itu, sandal. “ sandal jepit “ aau sepatu yang terbuat
dari bahan lunak ( kain ) tidak boleh dikenakan. Sepatu boot karet atau
sepatu kulit tertutup memberikan lebih banyak perlindungan., tetapi harus
dijaga tetap bersih dan bebas kontaminasi darah atau tumpahan cairan
tubuh lain. Penutup sepatu tidak diperlukan jika sepatu bersih. Sepatu yang
tahan terhadap benda tajam atau kedap air harus tersedia di kamar bedah.
Sebuah penelitian menyatakan bahwa penutup sepatu dari kain atau kertas
dapat meningkatkan kontaminasi karena memungkinkan darah merembes
melalui sepatu dan seringkali digunakan sampai di luar ruang operasi.
Kemudian dilepas tanpa sarung tangan sehingga terjadi pencemaran.
( Summers et.al. 1992 )

17
K. Peranan Duk

Di banyak negara duk biasanya dibuat dari linen persegi yang


dijahit dari berbagai ukuran. Dipakai untuk menciptakan medan operasi di
seputar suatu sayatan, membungkus instrumen dan barang – barang
lainnya untuk sterilisasi, penutup meja di ruang operasi dan membuat
hangat pasien selama prosedur bedah ( OR Manager 1990a ). Jenis utama
duk ialah :

1. Duk Kecil / LAP

Dipakai untuk mengeringkan tangan, membuat medan operasi segi –


empat ( untuk ini diperlukan beberapa duk kecil ), dan membungkus
instrumen kecil serta semprit. Biasanya dibuat dari kain katun lebih tebal
dari pada linen lainnya, yang menjadikannya lebih tahan air.

2. Duk Seprai

Dipakai untuk membatasi medan operasi dan menciptakan ruang


kerja, maupun untuk membungkus perangkat instrumen. Biasanya dibuat
dari katun ringan dan hanya memberikan sedikit perlindungan.

3. Duk Bolong

Mempunyai lobang yang bundar di tengahnya yang ditempatkan


pada medan operasi yang dipersiapkan. Duk ini terutama digunakan untuk
prosedur – prosedur bedah minor ( sayatan kecil ).

4. Duk Pembungkus

Duk luas yang menjadi penutup meja sewaktu bungkus instrumen


dibuka. Duk penutup ini harus cukup luas untuk menampung isi suatu
bungkusan sewaktu di buka, dan dapat menutupi seluruh permukaan meja.

18
2.4 Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)
Penggunaan APD memerlukan 4 unsur yang harus dipatuhi :
1. Tetapkan indikasi penggunaan APD dengan
mempertimbangkan:
a. Risiko terpapar
Alat pelindung diri digunakan oleh orang yang berisiko
terpajan dengan pasien atau material infeksius seperti tenaga
kesehatan, petugas kebersihan, petugas instalasi sterilisasi , petugas
laundri dan petugas ambulans di Fasyankes.
b. Dinamika transmisi.
1) Transmisi penularan COVID-19 ini adalah droplet dan
kontak. APD yang digunakan antara lain :
a) Gaun /gown
b) Sarung tangan
c) Masker N95/bedah
d) Pelindung kepala
e) Pelindung mata (goggles)
f) Sepatu pelindung
Catatan: APD di atas bisa ditambah dengan penggunaan
pelindung wajah (face shield)
2) Transmisi airborne bisa terjadi pada tindakan yang memicu
terjadinya aerosol seperti intubasi trakea, ventilasi non
invasive, trakeostomi, resusitasi jantung paru, ventilasi
manual sebelum intubasi, nebulasi dan bronskopi,
pemeriksaan gigi seperti scaler ultrasonic dan high-speed air
driven, pemeriksaan hidung dan tenggorokan, pengambilan
swab.
APD yang digunakan antara lain:
a) Gaun/gown
b) Sarung tangan
c) Masker N95

19
d) Pelindung kepala
e) Pelindung mata (goggles)
f) Pelindung wajah (face shield)
g) Sepatu pelindung
Catatan: APD di atas bisa ditambah dengan penggunaan
apron
2. Langkah – Langkah Pemakaian APD Gaun / Gown
a. Petugas kesehatan masuk ke antero room, setelah memakai
scrub suit di ruang ganti
b. Cek APD untuk memastikan APD dalam keadaan baik dan tidak
rusak
c. Lakukan kebersihan tangan dengan sabun atau menggunakan
hand sanitizer dengan menggunakan 6 langkah
d. Kenakan sepatu pelindung (boots). Jika petugas menggunakan
sepatu kets atau sepatu lainnya yang tertutup maka petugas
menggunakan pelindung sepatu (shoe covers) dengan cara
pelindung sepatu dipakai di luar sepatu petugas dan menutupi
celana panjang petugas
e. Pakai gaun bersih yang menutupi badan dengan baik dengan
cara pertama memasukkan bagian leher kemudian mengikat tali
ke belakang dengan baik. Pastikan tali terikat dengan baik
f. Pasang masker bedah dengan cara letakkan masker bedah
didepan hidung dan mulut dengan memegang ke dua sisi tali
kemudian tali diikat ke belakang.
g. Pasang pelindung mata (goggles) rapat menutupi mata
Apabila petugas kesehatan akan melakukan tindakan
aerosol maka petugas kesehatan dapat menambahkan pelindung
wajah (face shield) setelah pemasangan pelindung kepala
dengan menempatkan bando face shield di atas alis dan pastikan
pelindung wajah menutupi seluruh wajah sampai ke dag.

20
h. Pasang pelindung kepala yang menutupi seluruh bagian kepala
dan telinga dengan baik.
i. Pasang sarung tangan dengan menutupi lengan gaun.
3. Langkah-langkah Pemakaian APD dengan coverall
a. Petugas kesehatan masuk ke antero room, setelah memakai
scrub suit di ruang ganti
b. Cek APD untuk memastikan APD dalam keadaan baik dan tidak
rusak
c. Lakukan kebersihan tangan dengan sabun atau menggunakan
hand sanitizer dengan menggunakan 6 langkah
d. Kenakan sepatu pelindung (boots). Jika petugas menggunakan
sepatu kets atau sepatu lainnya yang tertutup maka petugas
menggunakan pelindung sepatu (shoe covers) dengan cara
pelindung sepatu dipakai di luar sepatu petugas atau jika
coverall tertutup sampai sepatu petugas maka tidak perlu
menggunakan pelindung sepatu
e. Pakai Coverall bersih dengan zipper yang dilapisi kain berada di
bagian depan tubuh. Coverall menutupi area kaki sampai leher
dengan baik dengan cara memasukkan bagian kaki terlebih
dahulu, pasang bagian lengan dan rapatkan coverall di bagian
tubuh dengan menaikkan zipper sampai ke bagian leher, Hood
atau pelindung kepala dari coverall dibiarkan terbuka di
belakang leher.
f. Pasang masker bedah dengan cara letakkan masker bedah
didepan hidung dan mulut dengan memegang ke dua sisi tali
kemudian tali diikat ke belakang.
g. Pasang pelindung kepala yang menutupi seluruh bagian kepala
dan telinga dengan baik
h. Pasang pelindung mata (goggles) rapat menutupi mata
i. Pasang sarung tangan dengan menutupi lengan gaun

21
22
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Petugas pelayanan kesehatan setiap hari dihadapkan kepada tugas


yang berat untuk bekerja dengan aman dalam lingkungan yang
membahayakan. Kini, resiko pekerjaan yang umum dihadapi oleh petugas
pelayanan kesehatan adalah kontak dengan darah dan duh tubuh sewaktu
perawatan rutin pasien. Pemaparan terhadap patogen ini meningkatkan
resiko mereka terhadap infeksi yang serius dan kemungkinan kematian.
Karena resiko yang tinggi ini, panduan dan praktik perlindungan infeksi
yang lebih baik diperlukan untuk melindungi staff serta pasien dari infeksi.
Tingkat ketiga bagi tenaga kesehatan yang bekerja kontak langsung
dengan pasien yang dicurigai atau sudah konfirmasi Covid-19 dan
melakukan tindakan bedah yang menimbulkan aerosol, maka APD yang
dipakai harus lebih lengkap yaitu penutup kepala, pengaman muka,
pengaman mata atau google, masker N95, cover all, sarung tangan bedah
dan sepatu boots anti air.

3.2 SARAN
Berdasarkan makalah yang dibuat ini, kami dapat menyarankan ke semua
Pelayan Kesehatan khususnya perawat untuk lebih dapat mengetahui, memahami
tentang Alat Pelindung Diri beserta semua keguanaan dan cara menggunakannya
agar mampu menjadi pertimbangan dalam penerapannya di dunia kesehatan.

23
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/amp/s/galihendradita.wordpress.com/2017/03/06/pandua
n-penggunaan-alat-pelindung-diri-di-rumah-sakit/amp/?espv=1

https://www.ibi.or.id/download/?id=D20200411002&lang=id

24

Anda mungkin juga menyukai