Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pasien Safety
Disusun oleh:
Hilyatu Yella Fadhillah P17320319023
Indrian Charmenita P17320319024
Joya Agustia Ningsih P17320319025
Kinanty Dwi Utami P17320319026
Lovita Savitri Salsabilla P17320319027
Maolidina Azzahra P17320319028
Mellyatini Nawa Putri P17320319029
Muhammad Dava Saputra P17320319030
Muhammad Fajar P17320319031
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, karena hanya dengan karuniaNya
itulah kami penyusunan makalah ini dapat di sesuaikan dengan rencana.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak.
Kami menyadari bahwa di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itulah kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan. Atas perhatian dan tanggapan dari pembaca kami ucapkan terima kasih.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.3 Tujuan 2
1.4 Manfaat 2
BAB 2 PEMBAHASAN 3
BAB 3 PENUTUP 22
3.1 Kesimpulan 22
3.2 Saran 22
Daftar Pustaka 23
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
pengaman mata atau google, masker N95, cover all, sarung tangan bedah
dan sepatu boots anti air.
2
BAB II
PEMBAHASAN
PPD seperti sarung tangan pemeriksaan yang bersih dan tidak steril
sangat penting dalam mengurangi resiko penularan, namun yang lainnya
( seperti pakaian, topi, dan sepatu tertutup ) terus dipakai tanpa bukti yang
meyakinkan tentang efektivitasnya ( Larson dkk 1995 ). Kenyataannya,
beberapa praktik yang biasa, seperti semua petugas di ruang operasi, bukan
hanya tim bedah saja, harus memakai masker, akan meningkatkan biaya,
sedangkan perlindungan yang diberikan sangat minimal, kalaupun ada,
perlindungan bagi pasien dan staf (Mitcell 1991 ). Tambahan lagi, demi
efektivitasnya, PPD harus digunakan dengan tepat. Umpamanya, gaun
bedah dan kain penutup telah menunjukkan dapat mencegah infeksi luka
hanya kalau kering. Kalau basah, kain yang bersifat spons yang mengisap
bakteri dari kulit atau peralatan dapat menembus kain yang kemudian
dapat mengkontaminasi luka bedah.
3
Sebagai akibatnya, administrator rumah sakit, penyelia, dan
petugas pelayanan kesehatan harus menyadari bukan hanya keuntungan
dan keterbatasan PPD yang khusus, melainkan juga peranan PPD dalam
mencegah infeksi, agar dapat digunakan secara efektif dan efisien.
4
waktu untuk dikeringkan. Kalau dipakai kain, warnanya harus putih atau
terang agar kotoran dan kontaminasi dapat terlihat.
2. Topi / tudung
Untuk melindungi kepala dari api, uap – uap korosif, debu, kondisi
iklim yang buruk.
3. Tutup kepala
Alat pelindung kepala ini dapat dilengkapi dengan alat pelindung diri
yang lain, yaitu:
5
Alat pelindung telinga ada 2 jenis :
C. Sarung Tangan
6
Dipakai untuk melindungi petugas kesehatan sewaktu melakukan
pemeriksaan atau pekerjaan rutin
Sarung tangan bedah yang baik terbuat dari bahan lateks, karena
elastis, sensitive dan tahan lama, dan dapat disesuaikan dengan ukuran
tangan. Karena meningkatnya masalah alergi lateks, sedang dikembangkan
bahan serupa, yang disebut “ nitril “ yang merupakan bahan sintetik seperti
lateks.
7
Tergantung keadaan, sarung tangan periksa atau serbaguna bersih
harus digunakan oleh semua petugas ketika :
1. Ada kemungkinan kontak tangan dengan darah atau cairan tubuh lain,
membran mukosa atau kulit yang terlepas
2. Melakukan prosedur medis yang bersifat invasive misalnya menusukkan
sesuatu ke dalam pembuluh darah, seperti memasang infus
3. Menangani bahan – bahan bekas pakai yang telah terkontaminasi atau
menyentuh permukaan yang tercemar
8
Bila sumber daya terbatas dan jumlah sarung tangan periksa tidak
memadai, sarung tangan bedah sekali pakai ( disposable ) yang sudah
digunakan dapat diproses ulang dengan cara:
Bila sarung tangan rumah tangga tidak tersedia, gunakan dua lapis
sarung tangan periksa atau sarung tangan bedah yang telah diproses untuk
memberikan perlindungan yang cukup bagi petugas kebersihan, petugas
laundry, pekarya serta petugas yang menangani dan membuang limbah medis.
9
e. Jangan gunakan lotion atau krim berbasis minyak, karena akan merusak
sarung tangan bedah maupun sarung tangan periksa dari lateks.
f. Jangan menggunakan cairan pelembab yang mengandung parfum karena
dapat menyebabkan iritasi pada kulit.
g. Jangan menyimpan sarung tangan di tempat dengan suhu yang terlalu
panas atau terlalu dingin misalnya di bawah sinar matahari langsung, di
dekat pemanas, AC, cahaya ultraviolet, cahaya fluoresen atau mesin
rontgen, karena dapat merusak bahan sarung tangan sehingga mengurangi
efektifitasnya sebagai pelindung.
Pada sebagian besar orang yang sensitif, gejala yang muncul adalah
warna merah pada kulit, hidung berair dan gatal – gatal pada mata, yang
mungkin berulang atau semakin parah misalnya menyebabkan gangguan
pernafasan seperti asma. Reaksi alergi terhadap lateks dapat muncul dalam
10
waktu 1 bulan pemakaian. Tetapi pada umumnya reaksi baru terjadi setelah
pemakaian yang lebih lama, sekitar 3 – 5 tahun., bahkan sampai 15 tahun
( Baumann 1992 ), meskipun pada orang yang rentan. Belum ada terapi atau
desensitisasi untuk mengatasi alergi lateks, satu – satunya pilihan adalah
menghindari kontak.
D. Masker
1. Masker
Masker yang ada, terbuat dari berbagai bahan seperti katun ringan,
kain kassa, kertas dan bahan sintetik yang beberapa di antaranya tahan cairan.
Masker yang di buat dari katun atau kertas sangat nyaman tetapi tidak dapat
menahan cairan atau efektif sebagai filter. Masker yang dibuat dari bahan
sintetik dapat memberikan perlindungan dari tetesan partikel berukuran besar (
> 5 µm ) yang tersebar melalui batuk atau bersin ke orang yang berada di
dekat pasien ( kurang dari 1 meter ). Namun masker bedah terbaik sekalipun
tidak dirancang untuk benar – benar menutup pas secara erat ( menempel
sepenuhnya pada wajah ) sehingga mencegah kebocoran udara pada bagian
tepinya. Dengan demikian, masker tidak dapat secara efektif menyaring udara
yang dihisap ( Chen dan Welleke 1992 ) dan tidak dapat direkomendasikan
untuk tujuan tersebut.
11
Pada perawatan pasien yang telah diketahui atau dicurigai menderita
penyakit menular melalui udara atau droplet, masker yang digunakan harus
dapat mencegah partikel mencapai membran mukosa dari petugas kesehatan.
12
a. Memeriksa sisi masker yang menempel pada wajah untuk melihat
apakah lapisan utuh dan tidak cacat. Jika bahan penyaring rusak atau
kotor, buang masker tersebut. Selain itu, masker yang ada keretakan,
terkikis, terpotong atau terlipat pada sisi dalam masker, juga tidak
dapat digunakan.
b. Memeriksa tali – tali masker untuk memastikan tidak terpotong atau
rusak. Tali harus menempel dengan baik di semua titik sambungan.
c. Memastikan bahwa klip hidung yang terbuat dari logam ( jika ada )
berada pada tempatnya dan berfungsi dengan baik.
4. Kewaspadaan
13
E. Alat Pelindung Mata
2. Gogles
Mirip kacamata, tetapi lebih protektif dan lebih kuat terikat karena
memakai ikat kepala. Dipakai untuk pekerjaan yang amat membahayakan
bagi mata.
14
2. Respirator yang mengandung bahan kimia
3. Topeng gas dengan kamister
4. Respirator dengan cartridge
5. Respirator dengan filter mekanik
6. Bentuk hampir sama dengan respirator cartridge kimia, tapi udara berupa
saringan / filter
7. Biasanya di gunakan pada pencegahan debu
8. Respirator yang mempunyai filter mekanik dan bahan kimia
9. Respirator yang dihubungkan dengan supply udara bersih. Supply udara
berasal dari:
10. Saluran udara bersih atau kompresor
11. Alat pernafasan yang mengandung udara ( SCBA )
Biasanya berupa “ Self Breathing Yang harus diperhatikan pada respirator jenis
tersebut di atas :
G. Topi
15
dapat memberikan sejumlah perlindungan pada pasien, tetapi tujuan
utamanya adalah untuk melindungi pemakainya dari darah atau cairan
tubuh yang terpercik atau menyemprot.
H. Gaun Pelindung
Gaun pelindung untuk radiasi panas, radiasi harus dilapisi bahan yang
bisa merefleksikan panas, biasanya Alumunium dan berkilau. Bahan – bahan
pakaian lain yang bersifat isolasi terhadap panas adalah : 1000⁰ C, katun,
asbes ( kalau sampai 500 ⁰C ).
16
Gaun pelindung harus dilapisi dengan timbal biasanya berupa apron.
Pakaian ini sering digunakan di bagian radiologi.
I. Apron
J. Pelindung Kaki
17
K. Peranan Duk
2. Duk Seprai
3. Duk Bolong
4. Duk Pembungkus
18
2.4 Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)
Penggunaan APD memerlukan 4 unsur yang harus dipatuhi :
1. Tetapkan indikasi penggunaan APD dengan
mempertimbangkan:
a. Risiko terpapar
Alat pelindung diri digunakan oleh orang yang berisiko
terpajan dengan pasien atau material infeksius seperti tenaga
kesehatan, petugas kebersihan, petugas instalasi sterilisasi , petugas
laundri dan petugas ambulans di Fasyankes.
b. Dinamika transmisi.
1) Transmisi penularan COVID-19 ini adalah droplet dan
kontak. APD yang digunakan antara lain :
a) Gaun /gown
b) Sarung tangan
c) Masker N95/bedah
d) Pelindung kepala
e) Pelindung mata (goggles)
f) Sepatu pelindung
Catatan: APD di atas bisa ditambah dengan penggunaan
pelindung wajah (face shield)
2) Transmisi airborne bisa terjadi pada tindakan yang memicu
terjadinya aerosol seperti intubasi trakea, ventilasi non
invasive, trakeostomi, resusitasi jantung paru, ventilasi
manual sebelum intubasi, nebulasi dan bronskopi,
pemeriksaan gigi seperti scaler ultrasonic dan high-speed air
driven, pemeriksaan hidung dan tenggorokan, pengambilan
swab.
APD yang digunakan antara lain:
a) Gaun/gown
b) Sarung tangan
c) Masker N95
19
d) Pelindung kepala
e) Pelindung mata (goggles)
f) Pelindung wajah (face shield)
g) Sepatu pelindung
Catatan: APD di atas bisa ditambah dengan penggunaan
apron
2. Langkah – Langkah Pemakaian APD Gaun / Gown
a. Petugas kesehatan masuk ke antero room, setelah memakai
scrub suit di ruang ganti
b. Cek APD untuk memastikan APD dalam keadaan baik dan tidak
rusak
c. Lakukan kebersihan tangan dengan sabun atau menggunakan
hand sanitizer dengan menggunakan 6 langkah
d. Kenakan sepatu pelindung (boots). Jika petugas menggunakan
sepatu kets atau sepatu lainnya yang tertutup maka petugas
menggunakan pelindung sepatu (shoe covers) dengan cara
pelindung sepatu dipakai di luar sepatu petugas dan menutupi
celana panjang petugas
e. Pakai gaun bersih yang menutupi badan dengan baik dengan
cara pertama memasukkan bagian leher kemudian mengikat tali
ke belakang dengan baik. Pastikan tali terikat dengan baik
f. Pasang masker bedah dengan cara letakkan masker bedah
didepan hidung dan mulut dengan memegang ke dua sisi tali
kemudian tali diikat ke belakang.
g. Pasang pelindung mata (goggles) rapat menutupi mata
Apabila petugas kesehatan akan melakukan tindakan
aerosol maka petugas kesehatan dapat menambahkan pelindung
wajah (face shield) setelah pemasangan pelindung kepala
dengan menempatkan bando face shield di atas alis dan pastikan
pelindung wajah menutupi seluruh wajah sampai ke dag.
20
h. Pasang pelindung kepala yang menutupi seluruh bagian kepala
dan telinga dengan baik.
i. Pasang sarung tangan dengan menutupi lengan gaun.
3. Langkah-langkah Pemakaian APD dengan coverall
a. Petugas kesehatan masuk ke antero room, setelah memakai
scrub suit di ruang ganti
b. Cek APD untuk memastikan APD dalam keadaan baik dan tidak
rusak
c. Lakukan kebersihan tangan dengan sabun atau menggunakan
hand sanitizer dengan menggunakan 6 langkah
d. Kenakan sepatu pelindung (boots). Jika petugas menggunakan
sepatu kets atau sepatu lainnya yang tertutup maka petugas
menggunakan pelindung sepatu (shoe covers) dengan cara
pelindung sepatu dipakai di luar sepatu petugas atau jika
coverall tertutup sampai sepatu petugas maka tidak perlu
menggunakan pelindung sepatu
e. Pakai Coverall bersih dengan zipper yang dilapisi kain berada di
bagian depan tubuh. Coverall menutupi area kaki sampai leher
dengan baik dengan cara memasukkan bagian kaki terlebih
dahulu, pasang bagian lengan dan rapatkan coverall di bagian
tubuh dengan menaikkan zipper sampai ke bagian leher, Hood
atau pelindung kepala dari coverall dibiarkan terbuka di
belakang leher.
f. Pasang masker bedah dengan cara letakkan masker bedah
didepan hidung dan mulut dengan memegang ke dua sisi tali
kemudian tali diikat ke belakang.
g. Pasang pelindung kepala yang menutupi seluruh bagian kepala
dan telinga dengan baik
h. Pasang pelindung mata (goggles) rapat menutupi mata
i. Pasang sarung tangan dengan menutupi lengan gaun
21
22
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
Berdasarkan makalah yang dibuat ini, kami dapat menyarankan ke semua
Pelayan Kesehatan khususnya perawat untuk lebih dapat mengetahui, memahami
tentang Alat Pelindung Diri beserta semua keguanaan dan cara menggunakannya
agar mampu menjadi pertimbangan dalam penerapannya di dunia kesehatan.
23
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/amp/s/galihendradita.wordpress.com/2017/03/06/pandua
n-penggunaan-alat-pelindung-diri-di-rumah-sakit/amp/?espv=1
https://www.ibi.or.id/download/?id=D20200411002&lang=id
24