Anda di halaman 1dari 22

BENCANA TSUNAMI

MAKALAH

Untuk memenuhi tugas matakuliah


Manajemen Bencana

Oleh:
Kelompok 3

1. M. Ubaidillah S (1601460027)
2. Berlyana Yossie K (1601460028)
3. Arumingtyas P (1601460029)
4. Viva Nurjannah (1601460030)
5. Kiki Nur R (1601460036)
6. Fanda Eka D (1601460032)
7. Trismadani Erlina P (1601460033)
8. Hasrining Tri S (1601460034)
9. Wahyu Artiningsih (1601460035)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D4 KEPERAWATAN MALANG
Agustus 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, serta
telah memberikan kesehatan dan akal sehat kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Bencana Tsunami”. Penulis dalam menyelesaikan makalah ini
banyak meminta bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dosen matakuliah Manajemen Bencana yang telah membimbing, dan memberi masukan
pada saat pembuatan makalah.
2. Ayah, Ibu, Adik dan seluruh keluarga yang selalu memberi dukungan.
3. Teman-teman yang selalu menemani dalam suka maupun duka.
4. Pihak-pihak pendukung yang lain, yang selalu membantu secara langsung maupun tidak
langsung.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan sebagai perbaikan
makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat diamalkan pada
kehidupan sehari-hari.

Malang, Agustus 2018


Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................................ 2
1.3 Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Tsunami ........................................................................................... 3
2.2 Penyebab Tsunami ............................................................................................... 3
2.3 Proses Terjadi Tsunami........................................................................................ 4
2.4 Pembagian atau Jenis Tsunami ............................................................................ 5
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Daerah Rawan Bencana Tsunami di Indonesia .................................................. 7
3.2 Alat dan Bahan Medis dalam Penanggulangan Bencana Tsunami ..................... 8
3.3 Kebutuhan Tenaga Kesehatan Berdasarkan Bencana Tsunami ........................... 8
3.4 Contoh Kasus Tsunami ........................................................................................ 11
3.5 Perencanaan Keperawatan dalam Penanggulangan Bencana Pada Saat Bencana 12
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 16
4.2 Saran .................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 17
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Indonesia tidak mungkin terlepas dari adanya bencana, seperti gempa bumi. Gempa
dapat terjadi di semua daerah. Beberapa lempeng bumi bertemu dan beradu atau berbenturan
sejak dahulu di kepulauan Indonesia ini. Banyak tempat yang rawan akan gempa atau
tsunami di indonesia. Hal ini di karenakan wilayah Indonesia secara geografis maupun
geologi merupakan negara kepulauan yang terletak pada empat lempeng tektonik yang
bertemuan, yaitu lempeng Euroasia, Australia, Pasifik, dan Filipina.

Pada tahun 2004, negara Indonesia dihebohkan dengan bencana tsunami yang
melanda Aceh. Hempasan ombak yang merasuk jauh ke pantai menghancurkan daratan.
Kota-kota yang terletak di sepanjang pantai Barat Aceh dibuat porak poranda.

Tsunami sendiri berasal dari (bahasa Jepang tsu = pelabuhan, nami = gelombang,
secara harafiah berarti "ombak besar di pelabuhan") adalah perpindahan badan air yang
disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan
permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut,
letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau hantaman meteor di laut.
Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang dikandung dalam
gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam,
gelombang tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam. Setara dengan
kecepatan pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter.
Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di tengah laut.
Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun hingga sekitar 30 km per
jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan meter. Hantaman
gelombang Tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan dan
korban jiwa yang terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun
material yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami.

Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang
dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta
menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih.
1.2 Tujuan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk dapat memahami apa yang dimaksud dengan
tsunami, faktor apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya tsunami, serta bagaimana proses
terjadinya. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk memberi informasi tentang daerah
mana saja yang rawan terjadi tsunami dan bagaimana perencanaan keperawatan dalam
penanggulangan bencana saat terjadinya tsunami.

1.3 Rumusan masalah

1. Dimana saja daerah rawan bencana tsunami di indonesia?


2. Apa saja alat dan bahan medis yang dibutuhkan dalam penanggulangan bencana
tsunami?
3. Bagaimanakah tingkat kebutuhan terhadap tenaga kesehatan pada bencana tsunami?
4. Bagaimana Contoh Kasus Tsunami di Indonesia?
5. Bagaimana perencanaan keperawatan dalam penanggulangan bencana pada tahap saat
bencana?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian.

Istilah tsunami merupakan adopsi dari bahasa Jepang. Tsunami menurut Beni (2006),
adalah istilah yang berasal dari bahasa Jepang yang sekarang sudah menjadi istilah yang
biasa dipakai di seluruh penjuru dunia. Tsunami berasal dari kata tsu yang berarti pelabuhan
dan nami memiliki arti ombak. Masyarakat Jepang biasanya setelah terjadi bencana tsunami
akan pergi ke pelabuhan untuk melihat seberapa besar kerusakan yang ditimbulkan, sehingga
dipakailah istilah tsunami (Sutowijoyo 2005).

Tsunami merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia.
Tsunami adalah gelombang besar yang dihasilkan oleh gempa bumi di dasar samudera,
letusan gunung api, atau longsoran masa batuan di sekitar basin samudera (Djunire 2009).
Tsunami adalah gelombang air yang disebabkan oleh gangguan yang berhubungan
meletusnya gunung berapi, tanah longsor bawah laut, tubrukan meteorit tengan samudra.
Gelombang ini dapat terjadi di samudra , teluk, danau, atau penampungan air.

2.2 Penyebab

1. Gempa Bawah Laut


Gempa bumi yang terjadi di bawah laut merupakan penyebab paling umum terjadinya
tsunami. Gerakan vertikal pada kerak bumi (gempa) dapat mengakibatkan dasar laut naik
atau turun secara tiba-tiba, yang menyebabkan gangguan keseimbangan air yang ada di
atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi laut, yang ketika sampai di pantai
menjadi tsunami.

Meskipun demikian tidak semua gempa yang terjadi di bawah laut menyebabkan
tsunami. Gempa bumi bawah laut yang menyebabkan terjadinya tsunami adalah yang
memenuhi kriteria sebagai berikut :

 Pusat gempa kurang dari 30 km dibawah permukaan laut


 Gempa bumi berkekuatan sekurang kurangnya 6,5 SR
 Gempa bumi dengan pola sesar naik atau turun.
2. Letusan Gunung Merapi
Gunung berapi tersebar hampir di seluruh penjuru dunia. Letusan dari gunung merapi
itu menyebabkan terjadinya gempa vulkanik (gempa yang terjadi karena letusan gunung
merapi). Meskipun sangat jarang terjadi, tsunami yang disebabkan letusan gunung merapi
sangat dahsyat. Apalagi jika gunung merapinya ada di bawah laut.

Contoh tsunami yang diakibatkan oleh letusan gunung merapi adalah tsunami besar
yang terjadi akibat letusan gunung krakatau tahun 1883.

3. Longsor Bawah Laut


Longsor bawah laut terjadi akibat tabrakan antara lempeng benua dan lempeng
samudra yang disebabkan oleh gempa dan peubahan air laut. Proses ini membentuk paling
laut secara tiba-tiba yang berpengaruh pada pergerakan volume air yang mendadak. Pada
skala tertentu menyebabkan tsunami.

Ciri-ciri tsunami yang disebabkan oleh longsor bawah laut adalah gempa yang
berkekuatan kecil tapi mengakibatkan tsunami yang kuat. Misalnya yang terjadi di Pesisir
Jawa tahun 2006 silam.

4. Hantaman Meteor
Tsunami juga dapat disebabkan oleh meteor yang jatuh di atas laut. Penggambarannya
kira kira seperti melempar bola bowling ke atas kolam renang yang menyebabkan rentetan
gelombang yang cukup besar di tepi kolam. Selain itu, meteor yang jatuh ke permukaan laut
juga menyebabkan ketidakseimbangan lempeng bawah laut yang menimbulkan gempa. Hal
ini jarang terjadi, tapi akibatnya adalah tsunami yang sangat besar.

2.3 Proses Terjadinya Tsunami.

Proses terjadinya tsunami adalah berawal dari gerakan vertikal pada lempeng yang
berupa patahan/sesar. Patahan ini menyebabkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba
atau dalam fase ini dinamakan gempa bumi. Biasanya gempa bumi terjadi di daerah subduksi
(salah satu tempat bagi tebentuknya deretan gunung berapi dan gempa bumi. ) . karena
adanya gempa bumi ini pula keseimbangan air diatasnya terganggu sehingga terjadi suatu
aliran energi air laut. Energi ini berupa gelombang bergerak menuju pantai dan biasa kita
kenal sebagai tsunami.
2.4 Pembagian atau Jenis Tsunami.

Berdasarkan waktu terjadinya stunami antara lain:

1. Tsunami Lokal

Tsunami jenis pertama ini dapat menyebabkan kerusakan dengan jarang yang cukup
dekat. Penyebab dari tsunami lokal ini adalah adanya gempa yang terjadi pada kedalaman
100 km. Kedatangan tsunami lokal ini kurang lebih 1 jam dari datangnya gempa, bahkan bisa
kurang dari 10 menit.

2. Tsunami Regional

Berbeda dengan tsunami lokal, tsunami regional ini memberikan dampak kerusakan
dengan lingkup regional atau lebih luas bisa mencapai 100 – 1000 km. Gelombang tsunami
akan datang ke darat dalam waktu 1 – 3 jam sehingga bisa dibayangkan dampak akan cukup
parah.
3. Tsunami Jarak Jauh

Tsunami jarak jauh ini merupakan jenis tsunami Aceh 2004, biasa juga disebut
dengan tele-tsunami. Bencana alam yang dahsyat ini ternyata dapat mencapai jarak lebih dari
1000 km dari daratan. Kedatangan gelombang tsunami pada jenis ini mempunyai durasi yang
cukup lama namun dampaknya juga sangat besar.

Berdasarkan penyebabnya antara lain :

1. tsunami vulkanik dan tsunami tektonik. Jenis tsunami vulkanik adalah jenis tsunami yang
disebabkan gempa yang berasal dari kegiatan vulkanik bumi .
2. tsunami tektonik disebabkan karena adanya gempa yang terjadi akibat aktivitas tektonik
bumi.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Daerah Rawan Bencana Tsunami di Indonesia

Liputan6.com, Jakarta - Geologi, Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral


(ESDM) telah mengindentifikasi wilayah-wilayah di Indonesia yang rawan gerakan tanah,
gempa bumi dan tsunami. Sebanyak 19 wilayah Indonesia terindikasi rawan terjadi
gelombang tsunami. berikut 19 wilayah di Indonesia yang rawan terjadinya gelombang
tsunami:

1. Aceh (Pulau Simeulue, Pantai Barat Aceh [Lhok Nga, Calang, Meulaboh],
Lhokseumawe)
2. Sumatera Utara (Pulau Nias, Pantai Barat Sumatera Utara [Singkil, Sibolga])
3. Sumatera Barat (Kepulauan Mentawai, Pantai Barat Sumatera Barat [termasuk Siri
Sori])
4. Bengkulu (Pulau Enggano, Pantai Barat Bengkulu [termasuk Kota Bengkulu dan
Manna])
5. Lampung dan Banten (Pantai Selatan Lampung, Pantai Barat Banten)
6. Jawa Barat Tengah Bagian Selatan (Pantai Selatan Jawa Barat - Tengah)
7. Jawa Timur Bagian Selatan (Pantai Selatan Jawa Timur)
8. Bali (Pantai Selatan Bali)
9. Nusa Tenggara Barat (Pantai Selatan Lombok, Sumbawa, dan Pantai utara Bima)
10. Nusa Tenggara Timur (Pantai Utara Flores, Pulau Babi, Pantai Utara Pulau Timor
[Atapupu], dan Pantai Selatan Sumba)
11. Sulawesi Utara (Manado, Bitung, Sangihe, dan Talaud)
12. Sulawesi Tengah-Palu (Pulau Peleng, Banggai Kepulauan, Luwuk, Palu, Teluk
Tomini, Tambu, Mupaga, Toli-toli, Donggala, dan Tojo)
13. Sulawesi Selatan (Bulukumba, Tinambung, dan Majene)
14. Sulawesi Tenggara (Pantai Kendari)
15. Maluku Utara (Sanana, Ternate, Tidore, Halmahera, dan Pulau Obi)
16. Maluku Selatan (Bandanaira, Pulau Seram, Pulau Buru, Pantai Talaga, Pulau Banda,
Pulau Kai, Pulau Tual)
17. Papua Utara (Yapen, Biak, Supiori, Oranbari, dan Ransiki)
18. Kalimantan Selatan Bagian Timur (Langadai dan Loeri)
19. Sangata (Daerah Sekuran).

3.2 Alat dan Bahan Medis dalam Penanggulangan Bencana Tsunami

Dalam upaya menanggulangi bencana alam yang terjadi di negeri ini tentunya akan
membutuhkan berbagai peralatan logistic,berikut ini beberapa kebutuhan logistic yang
dibutuhkan dan siap pakai saat bencana terjadi:

 Alat transportasi baik darat, laut, dan udara


 Alat-alat berat
 Tenda yang berukuran besar maupun kecil
 Peralatan medis dan obat-obatan
 Makanan instant
 Alat penyedia air bersih
Peralatan diatas merupakan suatu yang vital karena tanpa adanya peralatan-peralatan tersebut,
penanggulangan bencana akan sangat sulit dilakukan.

Standar minimal peralatan penanggulangan bencana yang tersedia apabila terjadi bencana
Tsunami meliputi : Standar Minimal Peralatan Penanggulangan Bencana ditambah, Standar
Peralatan bencana Tsunami, meliputi :

No. Nama Alat Instansi

1 Perahu Karet BNPB/BPBD/Instansi/Lembaga

2 Perahu Karet Bermesin BNPB/BPBD/Instansi/Lembaga

3 Pelampung BNPB/BPBD/Instansi/Lembaga

4 Buldozer BNPB/BPBD/Instansi/Lembaga

5 Scope Loader BNPB/BPBD/Instansi/Lembaga

6 Beco BNPB/BPBD/Instansi/Lembaga

7 Garpu Loader BNPB/BPBD/Instansi/Lembaga

8 Jembatan Balley BNPB/BPBD/Instansi/Lembaga

3.3 Kebutuhan Tenaga Kesehatan Berdasarkan Bencana Tsunami

Tim yang diberangkatkan berdasarkan kebutuhan setelah Tim Reaksi Cepat dan Tim RHA
kembali dengan laporan hasil kegiatan mereka di lapangan, terdiri dari:
1. Dokter Umum
2. Apoteker dan Asisten Apoteker
3. Perawat (D3/ S1 Keperawatan)
4. Perawat Mahir
5. Bidan (D3 Kebidanan)
6. Sanitarian (D3 kesling/ S1 Kesmas)
7. Ahli Gizi (D3/ D4 Kesehatan/ S1 Kesmas)
8. Tenaga Surveilans (D3/ D4 Kes/ S1 Kesmas)
9. Entomolog (D3/ D4 Kes/ S1 Kesmas/ S1 Biologi)
Kebutuhan tenaga kesehatan selain yang tercantum di atas, disesuaikan dengan jenis
bencana dan kasus yang ada, misal:
 Gempa bumi
 Banjir bandang/tanah longsor
 Gunung meletus
 Tsunami
 Ledakan bom/kecelakaan industri
 Kerusuhan massal
 Kecelakaan transportasi
 Kebakaran hutan
Kebutuhan tenaga bantuan kesehatan sesuai jenis bencana dapat dilihat di Tabel 1,
sedangkan kebutuhan jumlah minimal SDM Kesehatan untuk penanganan korban bencana
berdasarkan:
1. Untuk jumlah penduduk/pengungsi antara 10.000 – 20.000 orang:
 Dokter umum : 4 org
 Perawat : 10 – 20 org
 Bidan : 8 – 16 org
 Apoteker : 2 org
 Asisten apoteker : 4 org
 Pranata laboratorium : 2 org
 Epidemiologi : 2 org
 Entomolog : 2 org
 Sanitarian : 4 – 8 org
 Ahli gizi : 2 – 4 org
2. Untuk jumlah penduduk/pengungsi 5000 orang dibutuhkan:
 Bagi pelayanan kesehatan 24 jam dibutuhkan: dokter 2 orang, perawat 6 orang, bidan
2, sanitarian 1orang, gizi 1 orang, asisten apoteker 2 orang dan administrasi 1 orang.
 Bagi pelayanan kesehatan 8 jam dibutuhkan: dokter 1 orang, perawat 2 orang, bidan 1
orang, sanitarian 1 orang dan gizi 1 orang.
Tabel 1
No. Jenis Jenis Tenaga Kompetensi Tenaga Jumlah
Bencana

4. Tsunami Dokter spesialis Bedah Umum dan Orthopedi Sesuai kebutuhan/


rekomendasi tim RHA
Bedah plastic

Anaestesi

Anak

Penyakit dalam

Pulmonologi

Kesehatan jiwa

DVI

Forensik

Dental forensic

D3/ D4 Perawat Anaestesi dan perawat mahir Sesuai kebutuhan/


Mahir rekomendasi tim RHA
gawat darurat (emergency

nursing) dasar dan lanjutan


serta

perawat mahir jiwa, OK/ICU

Radiographer Rontgen Sesuai kebutuhan/


rekomendasi tim RHA
Tabel 2
No Jenis Bencana Jenis Penyakit Obat yang dibutuhkan

1. Gempa/tsunami Luka memar Kantong mayat, Stretcher/tandu,

spalk, kasa, elastic perban, kasa

elastis, alkohol 70%, Pov.Iodine

10%, H2O2 Sol, Ethyl Chlorida

Spray, Jarum Jahit, CatGut

Chromic, Tabung Oksigen

Luka sayatan Kantong mayat, Stretcher/tandu,

spalk, kasa, elastic perban, kasa

elastis, alkohol 70%, Pov.Iodine

10%, H2O2 Sol, Ethyl Chlorida

Spray, Jarum Jahit, CatGut

Chromic, Tabung Oksigen

ISPA Kotrimoksazol 480 mg, 120 mg

Tab dan Suspensi, Amoxylcilin,

OBH, Parasetamol, Dekstrometrofan

Tab, CTM

Gastritis Antasida DOEN Tab & Suspensi,

Simetidin tab, Extrak Belladon

Malaria Artesunat, Amodiakuin,

Primakuin

Asma Salbutamol, Efedrin HCL Tab,

Aminopilin Tab
Penyakit mata Sulfasetamid t.m,

Chlorampenicol, salep mata,

Oksitetrasiklin salep mata

Penyait kulit CTM Tablet, Prednison, Salep 2-

4, Hidrokortison salep, Antifungi

salep, Deksametason Tab,

Prednison Tab, Anti bakteri

DOEN salep, Oksi Tetrasiklin

salep 3%, skabisid salep

3.4 Contoh Kasus Tsunami

26 Desember 2004: Pukul 7.59 waktu setempat, gempa berkekuatan 9,1 sampai 9,3
skala Richter mengguncang dasar laut di barat daya Sumatra, sekitar 20 sampai 25 kilometer
lepas pantai. Hanya dalam beberapa jam saja, gelombang tsunami dari gempa itu mencapai
daratan Afrika. Sebelum tsunami muncul, gempa hebat mengguncang kawasan utara
Sumatra, Gempa itu memicu munculnya gelombang raksasa yang mencapai sedikitnya 11
negara, termasuk Australia dan Tanzania. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan
tsunami di Aceh sebagai bencana kemanusiaan terbesar yang pernah terjadi. Bantuan
internasional mulai digerakkan menuju kawasan bencana. Kawasan terparah yang dilanda
tsunami adalah Aceh, Khao Lak di Thailand dan sebagian Sri Lanka dan India.

Provinsi Aceh di utara Pulau Sumatera adalah kawasan terparah yang dilanda
tsunami. Sedikitnya 130.000 orang tewas dikawasan ini saja. Jurnalis AS Kira Kay
menuliskan pengalamannya ketika tiba di Banda Aceh setelah tsunami: "Mayat-mayat
bergelimpangan, terkubur di bawah reruntuhan. Lalu mayat-mayat itu diangkut dengan truk
ke lokasi penguburan massal. Bau mayat menyengat". Bencana ini menimbulkan kerusakan
parah, banyak penduduk Aceh yang menjadi pengungsi. Di seluruh Asia Tenggara, 1,5 juta
orang kehilangan tempat tinggal.
3.5 Perencanaan Keperawatan dalam Penanggulangan Bencana Pada Saat Bencana

Pada tahap serangan atau terjadinya bencana (Impact phase), waktunya bisa terjadi
beberapa detik sampai beberapa minggu atau bahkan bulan. Tahap serangan dimulai saat
bencana menyerang sampai serang berhenti. Waktu serangan yang singkat misalnya:
serangan angin puting beliung, serangan gempa di Jogyakarta atau ledakan bom, waktunya
hanya beberapa detik saja tetapi kerusakannya bisa sangat dahsyat. Waktu serangan yang
lama misalnya : saat serangan tsunami di Aceh terjadi secara periodik dan berulang-ulang,
serangan semburan lumpur lapindo sampai setahun lebih bahkan sampai sekarang belum
berhenti yang mengakibatkan jumlah kerugian yang sangat besar. Peran tenaga kesehatan
pada fase Impact adalah :
a. Bertindak cepat
b. Do not promise, tenaga kesehatan seharusnya tidak menjanjikan apapun secara pasti
dengan maksud memberikan harapan yang besar pada korban selamat
c. Berkonsentrasi penuh terhadap apa yang dilakukan
d. Koordinasi dan menciptakan kepemimpinan untuk setiap kelompok yang menanggulangi
terjadinya bencana
No. Aspek Peran

1 Pencarian dan penyelamatan 1. Melokalisasi korban.


2. Memindahkan korban dari daerah berbahaya ke
tempat pengumpulan/penampungan.
3. Memeriksa status kesehatan korban (triase di
tempat kejadian).
4. Memberi pertolongan pertama jika diperlukan.
5. Memindahkan korban ke pos medis lapangan
jika diperlukan.
2 Triase 1. Identifikasi secara cepat korban yang
membutuhkan stabilisasi segera (perawatan di
lapangan).
2. Identifikasi korban yang hanya dapat
diselamatkan dengan pembedahan darurat (life
saving surgery).
3. Pasien harus diidentifikasi dan diletakkan
secara cepat dan tepat, mengelompokkan
korban sesuai dengan keparahan pada masing-
masing warna tag yaitu kuning dan merah.
4. Area tindakan harus ditentukan sebelumnya dan
diberi tanda.
5. Penemuan, isolasi dan tindakan pasien
terkontaminasi/terinfeksi harus diutamakan.
3 Pertolongan pertama 1. Mengobati luka ringan secara efektif dengan
melakukan teknik pertolongan pertama, seperti
kontrol perdarahan, mengobati shock dan
menstabilkan patah tulang.
2. Melakukan pertolongan bantuan hidup dasar
seperti manajemen perdarahan eksternal,
mengamankan pernafasan, dan melakukan
teknik yang sesuai dalam penanganan cedera.
3. Mempunyai keterampilan Pertolongan pertama
seperti membersihkan jalan napas, melakukan
resusitasi dari mulut-mulut, melakukan
CPR/RJP, mengobati shock, dan mengendalikan
perdarahan.
4. Membuka saluran udara secepat mungkin dan
memeriksa obstruksi saluran napas harus
menjadi tindakan pertama, jika perlu saluran
udara harus dibuka dengan metode Head-
Tilt/Chin-Lift.
5. Mengalokasikan pertolongan pertama pada
korban dengan perdarahan, maka perawat harus
mnghentikan perdarahan, karena perdarahan
yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
kelemahan dan apabila akhirnya shock dapat
menyebabkan korban meninggal.
4 Proses pemindahan korban 1. Pemeriksaan kondisi dan stabilitas pasien
dengan memantau tanda-tanda vital;
2. Pemeriksaan peralatan yang melekat pada tubuh
pasien seperti infus, pipa ventilator/oksigen,
peralatan immobilisasi dan lain--‐lain.
5 Perawatan di rumah sakit 1. Mengukur kapasitas perawatan rumah sakit.
2. Lokasi perawatan di rumah sakit
3. Hubungan dengan perawatan di lapangan.
4. Arus pasien ke RS harus langsung dan terbuka.
5. Arus pasien harus cepat dan langsung menuju
RS, harus ditentukan, tempat tidur harus
tersedia di IGD, OK, ruangan dan ICU.
6 RHA Menilai kesehatan secara cepat melalui pengumpulan
informasi cepat dengan analisis besaran masalah
sebagai dasar mengambil keputusan akan kebutuhan
untuk tindakan penanggulangan segera.

7 Peran perawat di dalam 1. Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi


medis dan cek kesehatan sehari-hari.
posko pengungsian dan
2. Tetap menyusun rencana prioritas asuhan
posko bencana keperawatan harian.
3. Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien
yang memerlukan penanganan kesehatan di RS.
4. Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian.
5. Memeriksa dan mengatur persediaan obat,
makanan, makanan khusus bayi, peralatan
kesehatan.
6. Membantu penanganan dan penempatan pasien
dengan penyakit menular maupun kondisi
kejiwaan labil hingga membahayakan diri dan
lingkungannya berkoordinasi dengan perawat
jiwa.
7. Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul
pada korban (ansietas, depresi yang ditunjukkan
dengan seringnya menangis dan mengisolasi
diri) maupun reaksi psikosomatik (hilang nafsu
makan, insomnia, fatigue, mual muntah, dan
kelemahan otot).
8. Membantu terapi kejiwaan korban khususnya
anak-anak, dapat dilakukan dengan
memodifikasi lingkungan misal dengan terapi
bermain.
9. Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan
lainnya oleh para psikolog dan psikiater.
10. Konsultasikan bersama supervisi setempat
mengenai pemeriksaan
11. kesehatan dan kebutuhan masyarakat yang tidak
mengungsi.
8 Peran perawat dalam fase 1. Membantu masyarakat untuk kembali pada
kehidupan normal melalui proses konsultasi
Postimpact
atau edukasi.
2. Membantu memulihkan kondisi fisik yang
memerlukan penyembuhan jangka waktu yang
lama untuk normal kembali bahkan terdapat
keadaan dimana kecacatan terjadi.

3.6 Identifikasi Korban Bencana

1. Potensi bencana tsunami yang akan terjadi kepada korban, bangunan serta lingkungan
sekitar
a. Luka berat
b. Luka ringan
c. Hilang
d. Meninggal
e. Trauma psikis

Trauma yang dialami para korban bencana terkadang membuat dirinya deperesi.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas mungkin karena kehilangan harta bendanya bahkan
keluarga dan saudaranya. Sehingga membuat para korban bencana tsunami mengalami
stress yang berkepanjangan.
f. Rusaknya sanitasi lingkungan. Bisa dilihat dari kurangnya air bersih yang biasa terjadi
di daerah-daerah bencana. Air didaerah bencana banyak tercemar
g. Terputusnya jalur tranportasi didaerah yang terkena tsunami
h. Perekonomian tersendat, yang dimaksud disini adalah tsunami yang terjadi tentunya
juga merusak mata pencaharian warga. Ketika hal itu terjadi alur perekonomian mulai
terputus.
i. Keselamtan warga mulai terancam. Kejadian tsunami tersebut pasti akan memberikan
rasa was was bagi warga yang tinggal dekat daerah tsunami terjadi. Ketenangannya
untuk menjalanji kegiatan sehari-hari mulai terusik dengan perasaan takut akan
kejadian tsunami juga terjadi pada mereka
j. Runtuhnya bangunan dan rusaknya segala sarana dan prasarana yang ada
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian makalah diatas, dapat dilihat bahwa Indonesia merupakan negara
yang banyak terjadi bencana, salah satunya tsunami. Tsunami berasal dari kata tsu yang
berarti pelabuhan dan nami memiliki arti ombak. Masyarakat Jepang biasanya setelah terjadi
bencana tsunami akan pergi ke pelabuhan untuk melihat seberapa besar kerusakan yang
ditimbulkan, sehingga dipakailah istilah tsunami (Sutowijoyo 2005). Perubahan permukaan
laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung
berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau hantaman meteor di laut. gelombang tsunami
dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam.

Banyak daerah yang rawan terjadi tsunami di Indonesia seperti Aceh, Bali, Sumatera
Barat, Sumatera Utara, NTB, NTT, Jawa Barat, Jawa Timur, dll. Banyak dampak yang
terjadi akibat bencana tsunami diantaranya kerusakan fasilitas yang sangat parah, banyak
memakan korban jiwa, berbagai macam penyakit seperti luka memar, luka sayatan, ISPA,
Gastritis, Malaria, Penyakit kulit dan lain sebagainya. Sehingga dibutuhkan banyak peralatan
dan bahan medis untuk membantu korban bencana tsunami.

4.2 Saran

Banyak sekali kejadian bencana alam di Indonesia, saran bagi petugas penolong
bencana alam untuk lebih meningkatkan keahliannya dalam menanggulangi bencana dan
menilong korban pasca bencana dengan mengikuti pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan
guna memenuhi potensi diri.

Bagi masyarakat harus tetap waspada dan dapat mematuhi segala informasi dan
himbauan yang dikumandangkan oleh petugas penanggulangan bencana, agar meminimalisir
terjadinya bencana ulang dan agar tidak menambah korban jiwa.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, zubair (april , 24, 2016). Proses terjadinya stunami. Diakses tanggal 08 agustus 2018,
dari https://www.studiobelajar.com/proses-terjadinya-tsunami.
Ardia Putra, dkk. Peran Dan Kepemimpinan Perawat Dalam Manajemen Bencana Pada
Fase Tanggap Darurat. Idea Nursing Jurnal Vol IV No. 1.
Bryant, Edward . 2007.stunami.bandung:pakar raya.
Buqot, buqot (2016, 30,oktober).penyebab terjadinya tsunami di indonesia.diakses tanggal 08
agustus 2018, dari https://ilmugeografi.com/bencana-alam/penyebab-terjadinya-
tsunami.
https://googleweblight.com/i?u=https://www.dw.com/id/kronologi-bencana-tsunami-2004-di-
aceh/a-18146413&hl=id-ID
https://googleweblight.com/i?u=https://m.liputan6.com/news/read/2016495/19-wilayah-
indonesia-rawan-tsunami&hl=id-ID
https://bencanakesehatan.net/images/stories/2012/1/file/PP/PP%20Kepala%20BNPB%20RI_
No.17%20Tahun%202009_Pedoman%20Standarisasi%20Peralatan%20Penanggulanga
n%20Bencana.pdf
Kurniayanti M.A. 2012. Peran Tenaga Kesehatan Dalam Penanganan Manajemen Bencana
Jurnal Ilmiah Kesehatan Media Husada I Volume 01/Nomor 01/Agustus 2012.
Mubarok, m lutfi . 2005.tsunami dan solidaritas dunia.surabaya:java pustaka media utama.
Muis, adam (2017,5, agustus ). Jenis ciri, dampak akibat dan penanggulangan. Diakses
tanggal 08 agustus 2018, dari https://jagad.id/pengertian-tsunami-jenis-ciri-dampak-
akibat-dan-penanggulangan.
Ningrum, Astri setia (2016,desember ).penyebab stunami.diakses tanggal 08 agustus 2018,
dari http://blog.unnes.ac.id/ipba/2016/12/24/penyebab-terjadinya-tsunami
Pakaya R.S. 2007. Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana.
Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Raharjo,Walhendrarto (penterjemah) , 2006 . stunami. bandung:pakar raya

Anda mungkin juga menyukai