Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN TUGAS 1

ANALISIS LINGKUNGAN dan ERGONOMI


Masjid Agung Surakarta

Disusun Oleh:

Anbar Ghaliyah Maisun (P27228014055)


Nadia Ulfa (P27228014085)
Turinah (P27228014100)

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan


Mengikuti Mata Kuliah Analisis Lingkungan dan Ergonomis

PROGRAM STUDI DIV OKUPASI TERAPI


JURUSAN OKUPASI TERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA
TAHUN 2016
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Masjid atau mesjid adalah rumah tempat ibadah umat muslim. Masjid artinya

tempat sujud, dan mesjid berukuran kecil juga disebut musholla, langgar atau surau.

Selain tempat ibadah, masjid juga merupakan pusat kehidupan komunitas muslim.

Kegiatan-kegiatan perayaan hari besar, diskusi, kajian agama, ceramah dan belajar Al-

Qur'an sering dilaksanakan di Masjid. Masjid Agung Surakarta yang terletak di Jl.

Masjid Besar No.1, Kauman, Pasar Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah ini berada di

tengah kota. Selain itu, masjid ini berada dekat dengan pasar Klewer yang merupakan

simbol tempat belanja di Kota Solo yang membuat masjid Agung ramai dikunjungi

orang dari berbagai kota yang hendak melaksanakan ibadah maupun hanya sekedar

beristirahat. Mulai dari anak anak, orang dewasa, dan mungkin para penyandang

disabilitas. Namun, jika dilihat dari bentuk masjid Agung sendiri nampaknya masjid ini

kurang aksesibilitas untuk para penyandang disabilitas dan lansia.

Seharusnya bangunan yang akan dibangun harus memperhatikan hal-hal

yang sesuai dalam asas fasilitas dan aksesibilitas:

1. Keselamatan, yaitu setiap bangunan yang bersifat umum dalam suatu

lingkungan terbangun, harus memperhatikan keselamatan bagi semua orang.


2. Kemudahan, yaitu setiap orang dapat mencapai semua tempat atau bangunan

yang bersifat umum dalam suatu lingkungan.

3. Kegunaan, yaitu setiap orang harus dapat mempergunakan semua tempat atau

bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan.

4. Kemandirian, yaitu setiap orang harus bisa mencapai, masuk dan

mempergunakan semua tempat atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu

lingkungan dengan tanpa membutuhkan bantuan orang lain. (Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum. 2006).

Asas-asas fasilitas dan aksesibilitas ini ditujukan agar bangunan tersebut

lebih ergonomis yang sesuai dengan ilmu ergonomi. Ilmu ergonomi adalah ilmu,

seni, dan penerapan teknologi yang digunkana baik dalam beraktifitas maupun

istirahat dengan segala kemampuan kebolehan dan keterbatasan manusia baik

secara fisik maupun mental sehingga dicapai suatu kualitas hidup secara

keseluruhan yang lebih baik. (Tarwaka, 2011). Ilmu ergonomi sendiri mempunyai

tujuan sebagai berikut :

Memperbaiki performansi pekerja : meningkatkan keterampilan kerja,

sehingga lebih cepat, teliti, selamat, sehat, dengan cara kerja yang

hemat energi dan hemat kelelahan.

Mengurangi biaya dan waktu tugas operator : waktu untuk penyediaan

operator selalu berganti tugas dan perlu penyesuaian.

Menghemat tenaga kerja : pengurangan tenaga kerja yang

berketerampilan khusus, diganti dengan mesin dan akat ekonomis.


Meningkatkan kenyamanan dan kesesuaian antara manusia, mesin

(mesin, peralatan, bahan baku, fasilitas) dan lingkungan.

Mencapai kondisi yang sehat, selamat, nyaman, dan aman bebas dari

kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK), ketidakkerasanan, dan

gangguan (produktivitas meningkat).


BAB II

ISI

A. Hasil Observasi

Gb. Akses masuk ke dalam serambi masjid Agung Surakarta

Gb. Tangga masuk ke serambi masjid


Gb. Akses masuk dan keluar ke tempat solat wanita

Gb. Akses masuk dan keluar ke tempat wudhu wanita


Gb. Tempat Wudhu

Gb. Kamar mandi masjid


B. Hasil Analisis dan Solusi

1. Akses masuk ke dalam serambi masjid

Lebar jalan akses masuk ke dalam serambi masjid adalah 300 cm dan ini

sudah ergonomis, karena ukurannya sudah sesuai bagi pengguna penyandang

disabilitas dan lansia. Namun, terdapat perbedaan ketinggian lantai sekitar 10

cm yang membuat pengguna kursi roda akan mengalami kesulitan untuk masuk

ke dalam serambi masjid.

Solusi
Dibagian perbedaan ketinggian lantai seharusnya di tambahkan jalan

menurun sepanjang 130 cm dengan sudut 60 seperti pada gambar. Gunakan alas

berbahan karet yang diletakkan secara permanen di atas RAM. Tujuannya agar

tidak licin dan mempermudah bagi pengguna kursi roda agar dapat masuk ke

dalam masjid.

2. Tangga masuk ke serambi masjid

Ketinggian dari tangga yang


tinggi sampai ke dasar
lantai adalah 113 cm.
Terdapat 6 buah anak
tangga dengan tinggi 17 cm
dan lebar 45 cm.
Pegangan di samping
tangga terbuat dari kayu.

Tangga masuk ke dalam masjid ini kurang sesuai bagi penyandang

disabilitas, karena ketinggian dari tanggan paling atas ke tangga bawah terlalu

tinggi serta banyaknya anak tangga yang akan membuat para penyandang

disabilitas kesulitan.
Solusi

Pada bagian tangga dan RAM di beri handrail (pegangan rambat) dengan

ketinggian sekitar 80 cm. Selain tangga, sebaiknya diberi RAM (jalur sirkulasi

yang memiliki bidang kemiringan tertentu) untuk mempermudahkan para

pengguna kursi roda. Lebar RAM I adalah 120 cm dan RAM II adalah 150 cm.

Panjang RAM I adalah 500 cm sedangkan panjang RAM II adalah 850 cm dan

sudut kemiringan 60. Di samping RAM diberi handrail (pegangan ramban).

RAM di beri permukaan datar pada awalan dan akhiran dan gunakan alas

berbahan karet yang diletakkan secara permanen di atas RAM.


3. Akses masuk dan keluar ke tempat solat wanita

Perbedaan tinggi lantai pada pintu


masuk adalah 19 cm.
Tinggi pintu masuk adalah 215
cm.
Lebar pintu masuk adalah 128 cm.

Pintu masuk ke tempat solat wanita ini kurang sesuai bagi penyandang

cacat terutama bagi pengguna kursi roda, terdapat perbedaan ketinggian lantai

setinggi 19 cm.

Solusi
Seharusnya pada pintu ini ditambahkan RAM dengan panjang 250 cm

dengan sudut 60 seperti pada gambar. Ditambahkan bahan karet yang diletakkan

di atas RAM secara permanen.

4. Akses masuk dan keluar ke tempat wudhu wanita

Tinggi pintu masuk adalah 215 cm.


Lebar pintu masuk adalah 135 cm.
Tinggi tangga paling atas ke tangga
paling bawah adalah 95 cm
Terdapat 6 anak tangga dengan
tinggi 14 cm dan lebar 30 cm.

Akses masuk dan keluar ke tempat wudhu ini kurang sesuai bagi

penyandang disabilitas, karena banyak anak tangga lalu pintunya yang kurang

lebar serta terdapat pegangan yang terbuat dari kayu yang dinilai kurang kuat

apabila digunakan sebagai pegangan bagi penyandang disabilitas.


Solusi

Tangga ini sebaiknya di ganti RAM (jalur sirkulasi yang memiliki bidang

kemiringan tertentu) untuk mempermudahkan para pengguna kursi roda. Lebar

RAM I adalah 125 cm dan RAM II adalah 150 cm. Panjang RAM I adalah 400

cm sedangkan panjang RAM II adalah 750 cm dan sudut kemiringan 60. Di

samping RAM ini di pasang handrail (pegangan ramban). Terdapat tempat

istirahat pada bagian bawah dengan ukuran 150x150 cm. RAM ini di beri

permukaan datar pada awalan dan akhiran dan gunakan alas berbahan karet yang

diletakkan secara permanen di atas RAM.


5. Tempat Wudhu

Lebar jalan menuju kamar mandi 85


cm.
Tinggi tempat air wudhu 58 cm.
Lebar tempat wudhu (termasuk
tempat air wudhu) 125 cm.

Tempat wudhu ini sangat kurang sesuai bagi penyandang disabilitas,

karena jalannya yang terlalu sempit dan kran air yang dihalangi oleh tempat air

wudhu.

Solusi

Gambar di atas merupakan tempat wudhu yang sesuai dengan para

penyandang disabilitas. Tempat tersebut memiliki tempat duduk khusus serta


handrail (pegangan ramban) setinggi 120 cm. Disitu terdapat aliran pembuangan

air selebar 30 cm. Dan memiliki ketinggian kran sekitar 115 cm.

6. Kamar Mandi Masjid

Lebar pintu kamar mandi 69 cm.


Tinggi pintu kamar mandi 204 cm.
Panjang ruang kamar mandi 161 cm.
Lebar ruang kamar mandi 110 cm.
Tinggi tempat kloset 19 cm.
Panjang kloset 61 cm.
Lebar kloset 59 cm.

Kamar mandi ini sangat kurang sesuai bagi penyandang disabilitas, karena

lebar ruang kamar mandi terlau sempit sehingga menyebabkan para pengguna

kursi roda kesulitan melakukan akses ke dalam kamar mandi. Selain itu, kloset

yang digunakan pada kamar mandi ini adalah kloset jongkok seharusnya yang

digunakan adalah kloset duduk.


Solusi

Kamar mandi harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan

keluar pengguna kursi roda. Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai

dengan ketinggian pengguna kursi roda sekitar 45-50 cm. Harus dilengkapi

dengan handrail (pegangan rambat) yang memiliki posisi dan ketinggian

disesuaikan dengan pengguna kursi roda dan penyandang cacat yang lain.
BAB III

PENUTUP

Masjid atau mesjid adalah rumah tempat ibadah umat muslim, dan

merupakan pusat kehidupan komunitas muslim. Masjid Agung Surakarta ini

kurang aksesibilitas untuk para penyandang disabilitas dan lansia, karena tidak

memperhatikan hal-hal sesuai dalam asas fasilitas dan aksesibilitas seperti;

keselamatan, kemudahan, kegunaan, dan kemandirian.

Kenyamanan ruang yang ada merupakan faktor penting bagi jamaah yang

akan melaksanakan ibadah sholat, baik bagi penyandang disabilitas maupun

lansia, maka diperlukan adanya perbaikan yang dilakukan perbaikan yang

dilakukan, seperti akses masuk ke dalam serambi masjid, akses masuk dan keluar

ke tempat wudhu, tempat wudhu, dan toilet.

Jadi, sebaiknya fasilitas-fasilitas di masjid Agung diperbaiki dan dirubah

agar sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 30/PRT/M/2006

Tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan

Lingkungan. Agar para kaum penyandang disabilitas merasa mudah, aman dan

nyaman saat melakukan ibadah sholat di Masjid Agung tersebut.


Daftar Pustaka

Astari, puji. Mengembalikan Fungsi Masjid Sebagai Pusat Peradaban

Masyarakat.Dikutip dari

http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/alummah/article/viewFile/572/4

73 pada 09/11/2016 05:00

Hastuti, Lis Sarwi. Modul I Analisis Lingkungan dan Ergonomi. Jurusan Okupasi

Terapi Politeknik Kesehatan Surakarta.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman

Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan

Lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai