Anda di halaman 1dari 12

TUGAS 1

Mikrobiologi & Parasitologi

Nama/NIM : Alyah Rahmawaty Said / O1A119066

Kelas/Program studi : B / Farmasi

Golongan Contoh (Nama Mikroba, Keterangan Ciri-ciri


Mikroorganisme Gambar, Ukuran) (Patogen-Non Patogen)

Streptococcus
Streptococcus pneumoniae Patogen pneumoniae tergolong
Penyakit yang dapat dalam parasit,
disebabkan oleh bakteri merupakan organisme
Streptococcus prokariotik, Diplokokus
Bakteri pneumoniae pada Gram-posistif, memiliki
manusia yaitu penyakit sifat fakultatif pada
pneumonia, yang anaerob ,sering
menyerang saluran berbentuk lancet atau
pernapasan (peradangan berbentuk rantai,
Ukuran : 0,5 - 1,25 µm pada paru-paru). mempunyai simpai
polisakarida.

Varicella zoster Patogen


Penyakit yang dapat Varicella zoster ergolong
disebabkan oleh virus dalam parasit,
Virus Varicella zoster adalah merupakan virus DNA,
cacar air (chicken pox) alphaherpesvirus dengan
dan herpes zoster genom 125 kb,
(shingles), yang berselubung, terdiri dari
menyerang sistem glikoprotein, kapsid,
kekebalan tubuh mengalami inaktivasi
(imunitas) yang sangat pada suhu 56-60oC.
Ukuran : 200-300 µm mudah menular.

Fungi (jamur) ini


Malassezia furfur Patogen tergolong parasit, salah
Penyakit yang dapat satu organisme
disebabkan oleh jamur eukariotik lipofilik,
Malassezia furfur yakni tampak seperti spora
Fungi penyakit Pityriasis bulat dan hifa pendek,
versicolor (Panu), yaitu bentuk seperti botol
penyakit penyebab karena tonjolan kecil
Ukuran : 1,5–4,5 × 2,0– infeksi jamur pada kulit. yang terlihat di ujung
6,5 mikrometer setiap sel.
Trichomonas vaginalis Tergolong dalam parasit,
Patogen termasuk protozoa
Protozoa jenis ini eukariotik, bentuknya
menyerang sistem kuboid, hanya dapat
Protozoa reproduksi manusia dan hidup pada pH >5,5-7,5 ,
dapat menyebabkan bergerak dengan cepat
penyakit menular seksual secara berputar, memiliki
yaitu Trikomoniasis. flagella dan berkembang
biak secara belah pasang
Ukuran : longitudinal.
Panjang ( 4 - 32 µm)
Lebar (2,4 - 14,4 µm)

NonPatogen Chlorella termasuk ke


Chlorella sp. Alga chlorella dalam jenis eukariotik
bermanfaat yaitu dan bersifat autotrof,
mengandung protein merupakan jenis
yang cukup sehingga ganggang bersel satu
Alga mikro berpotensi sebagai yang tidak bergerak,
sumber protein bagi protoplasmanya
tubuh manusia, serta berbentuk mangkok kecil,
mengandung serat, reproduksi aseksual
karotenoid dan dengan cara membelah
Ukuran : 2-8 µm antioksidan dapat diri. Berbentuk bulat,
membantu menurunkan memiliki kloroplas yang
kadar kolesterol dalam berbentuk seperti cawan,
tubuh. Alga dapat warnanya hijau cerah,
menghasilkan oksigen hidup dipermukaan air
melalui fotosintesis, tawar /asin.
mengandung protein
yang tinggi dengan
komponen utama asam
amino.
TUGAS 2

Mikrobiologi & Parasitologi

Nama/NIM : Alyah Rahmawaty Said / O1A119066

Kelas/Program studi : B / Farmasi

1. Penjelasan proses tumbuh/cara berkembang biak masing2 mikroorganisme.!


Jawab :
a. Bakteri : Streptococcus pneumoniae

Streptococcus pneumoniae adalah salah satu penyebab penyakit pneumonia.

Streptococcus pneumoniae berkembang biak secara seksual dengan cara


transformasi. Transformasi adalah pemindahan sedikit materi genetik (DNA) atau bahkan satu
gen saja dari satu bakteri ke bakteri yang lain dengan proses fisiologi yang kompleks, tidak
terjadi kontak langsung antara bakteri pemberi DNA dan penerima. Penyebab pneumonia
dengan cara mengambil DNA dari medium yang mengandung sel-sel strain patogenik yang
mati.

b. Fungi : Malassezia furfur

Malassezia furfur adalah jamur penyebab penyakit Pityriasis versicolor (Panu).

Proses tumbuh Malassezia furfur tumbuh dengan membutuhkan lipid sebagai


sumber karbon, dan hanya tumbuh dalam media yang mengandung asam lemak
rantai panjang. Malassezia furfur mempunyai bentuk dimorfik, saat menginvasi
jaringan berbentuk seperti ragi, tetapi jika hidup di medium kultur akan membentuk
miselium.
c. Virus : Varicella zoster

Virus Varicella zoster merupakan virus


penyebab penyakit cacar air dan herpes zoster.

Proses hidup virus varicella zoster terbagi


atas dua fase, yaitu fase viremia pertama dan
kedua. Pada fase viremia pertama terjadi
penyebaran virus dari lokasi masuknya virus
menuju ke pembuluh darah dan limfe.
Selanjutnya VZV akan berkembang biak di sel
retikuloendotelial. Pada kebanyakan kasus,
virus dapat mengatasi mekanisme sistem
imunitas tubuh non-spesifik seperti interferon.

Fase viremia kedua terjadi 14-16 hari


kemudian ketika virus kembali memasuki
aliran darah. Pada saat ini akan muncul demam
dan malaise. Terjadi penyebaran virus ke
seluruh tubuh, khususnya kulit dan mukosa.
Infeksi VZV pada lapisan Malphigi
menghasilkan edema intraselular dan edema interselular yang memberi gambaran khas pada
bentuk vesikel. Pada keadaan normal siklus ini akan berakhir setelah 3 hari akibat berhasilnya
sistem kekebalan humoral dan selular spesifik. Timbulnya penyulit diakibatkan kegagalan
respons imun tubuh mengatasi replikasi dan penyebaran virus.

d. Protozoa : Trichomonas vaginalis

Mikroorganisme Trichomonas vaginalis


menyebabkan penyakit Trikomoniasis.

Pada wanita tempat hidup parasit ini di


vagina dan pada pria di uretra dan prostat.
Parasit ini akan masuk ke saluran urogenital
dan hidup di bagian mukosa vagina kemudian
berkembang biak cukup banyak, kemudian
parasit ini akan degenerasi dan deskuamasi
sel epitel vagina, disusul serangan leukosit.
Trichomonas vaginalis bergerak dengan
cepat berputar-putar diantara sel-sel epitel
dan lekosit dengan menggerakkan flagel
anterior dan membran bergelombang.
Perkembangbiakan parasit ini akan mati pada
PH <4,9 inilah sebabnya parasit ini tidak
dapat hidup disekret vagina yang asam (PH :
3,8-4,4), parasit ini tidak tahan pula terhadap desinfektan zat pulasan dan antibiotik.
e. Alga mikro : Chlorella sp.

Alga chorella adalah salah satu alga nonpatogen yang memiliki banyak manfaat bagi manusia.

Chlorella sp. berkembang biak dengan membelah diri membentuk autospora. Pada
waktu membelah diri membentuk autospora, Chlorella sp. melalui empat fase siklus hidup,
yaitu fase pertumbuhan, pematangan awal, pematangan akhir dan autosprosa (sel induk akan
pecah dan akhirnya terlepas menjadi sel-sel baru).

2. Tuliskan waktu generasinya masing2.!


Jawab :

Golongan Nama Waktu


Mikroorganisme Mikroorganisme Generasi
Bakteri Streptococcus 0,47 jam
pneumoniae
Fungi Malassezia furfur 3-5 hari
Virus Vaeicella zoster 10-21 hari ( 2-3 minggu )
Protozoa Trichomonas vaginalis 2-48 hari
Alga mikro Chlorella sp. Suhu rendah : 8 jam
Suhu tinggi : 2,5 jam

3. Tuliskan alat, bahan, prosedur kerja (diagram alir): 1 metode untuk mengetahui pertumbuhan sel,
sertakan bagaimana cara menghitung data dari eksperimen tersebut!
Jawab:
Salah satu metode untuk mengetahui pertumbuhan sel adalah Metode Most Probable
Number (MPN).
MPN adalah suatu metode penentuanangka mikroorganisme dengan metode angka
paling mungkin yang digunakan luas di lingkungan sanitasi untuk menentukan jumlah koloni
coliform di dalam air, susu dan makanan lainnya. Metode MPN dapat digunakan untuk
menghitung jumlah bakteri yang dapat memfermentasi laktosa membentuk gas, misalnya bakteri
Coliform. Metode MPN menggunakan medium cair di dalam tabung reaksi, dimana prinsipnya
adalah menghitung jumlah tabung yang positif yang ditumbuhi oleh mikroba setelah inkubasi
pada suhu dan waktu tertentu. Tabung pada pengujian MPN dinyatakan positif apabila timbul
kekeruhan dan atau terbentuknya gas didalam tabung Durham.
I. Alat dan Bahan yang digunakan
1) Alat
a) Tabung reaksi
b) Tabung durham
c) Kawat ose
d) Pipet ukur
e) Erlenmeyer
f) Lampu bunsen
2) Bahan
a) Lactose broth
b) Mac Conkey Broth (MCB)
c) Brilliant Green Lactose Bile Broth (BGLBB)
d) Endo agar
e) Sampel uji
II. Prosedur Kerja

Uji Penduga

- Siapkan 9 tabung reaksi berisi 9 ml MCB/LB steril dengan serial pengenceran


10-1,10-2,10-3. Tiap pengenceran terdapat masing-masing 3 buah tabung
- Sampel dipipet sebanyak 1 ml dan dimasukkan kedalam masin-masing 3 tabung
sesuai pengenceran
- Beri tanda untk setiap sampel dan pengenceran agar tabung tidak tertukar dan
mempermudah pengamatan
- Inkubasi selama 24-48 jam pada suhu 37oC
- Diamati reaksi yang terjadi, reaksi positif dengan adanya gelembung udara pada
tabung durham dan atau mengalami perubahan warna dari ungu menjadi keruh
pada larutan uji

Hasil Pengamatan ?

Setelah dilakukan uji penduga dan terdapat reaksi positif makan akan dilanjutkan dengan
uji penguat

Uji Penguat
- Pindahkan 1 ose dari tabung yang menunjukkan hasil positif dri uji penduga
kedalam tabung yang berisi BGLB steril
- Beri tanda untuk setiap sampel serta pengencerannya agar tabung tidak tertukar
dan mempermudah pengamatan
- Inkubasi selama 24-48 jam pada suhu 37oC
- Setelah 24 jam amati daan catat tabung yang menunjukan hasil positif dengan
terbentuknya gas dalam tabung durham

Hasil Pengamatan ?
Setelah uji penguat dilakukan maka akan dilakukan uji terakhir yaitu uji pelengkap

Uji Pelengkap

- Hasil biakan positif pada uji penguat MPN diambil 1 ose biakan
- Goreskan ke permukaan media Endo agar secara zig zag
- Inkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam
- Amati pertumbuhan koloni pada media Endo agar
- Koloni yang menampakkan adanya warna merah dengan hijau metalik
merupakan koloni bakteri

Hasil Pengamatan ?

Cara menghitung dan menyatakan hasil analisis

 Catat jumlah tabung yang positif pada uji penegasan


 Nyatakan hasilnya dengan angka paling mungkin per mililiter (APM/ml) untuk sampel
cair atau angka paling mungkin per gram untuk sampel padat dengan merujuk pada
tabel MPN.

Indek APM dengan Tingkat Kepercayaan 95% untuk


Berbagai Kombinasi Hasil Positif dari 3 Tabung pada
Pengenceran 10-1, 10-2, dan 10-3
4. Kenapa seorang farmasis harus tahu: (Jelaskan)
a. Pertumbuhan sel
b. Proses perkembang biakan sel mikroorganisme
Jawab :
a. Seorang farmasis harus mengetahui pertumbuhan sel karena seluruh tubuh makhluk
hidup tersusun atas sel, yang utama yaitu sel dapat mempengaruhi keberlangsungan hidup
dari manusia itu sendiri. Contoh jika bakteri tumbuh dalam tubuh manusia yang berasal dari
proses pembelahan dan pertumbuhan sel tersebut, maka seorang farmasis harus mengetahui
bagaimana pertumbuhan dan kecepatan pertumbuhan dari sel tersebut agar pemberian obat
untuk menghambat pertumbuhan mikroba dari seorang farmasis tepat waktu sebelum
terjadinya penyakit tersebut.
Kaitan lain dunia kefarmasian dengan pertumbuhan sel yaitu, pembentukan vitamin
sintetik yang memiliki fungsi baik bagi tubuh seperti dalam saluran pencernaan hingga pada
pembentukan daya tahan tubuh atau sistem imun. Selanjutnya, yaitu dalam pembuatan
vaksin. Sel-sel yang akan dikembangkan menjadi vaksin, dengan teknik rekayasa genetik yaitu
menghapus atau memasukkan gen sehingga dapat digunakan atau dimasukkan ke dalam
tubuh. Berikutnya, pembuatan antibiotik dari mikroba. Antibiotik dibuat dalam sel dengan
reaksi enzim dengan teknologi fusi sel akan terjadi kombinasi gen dan sintesis enzim-enzim
baru. Sehingga pengetahuan mengenai pertumbuhan sel sangat penting bagi seorang
farmasis.

b. Seorang farmasis perlu tahu bagaimana cara atau proses perkembang biakan sel
mikroorganisme agar dalam membuat obat untuk menghentikan perkembangan
mikroorganisme yang mengganggu kesehatan seorang pasien, sehingga seorang
farmasis perlu mengetahui bagaimana proses perkembangbiakan mikroorganisme.
Hal ini dilakukan agar seorang farmasis dapat membuat ataupun meracik obat untuk
menyerang mikroorganisme tersebut sehingga dapat menghentikan proses
perkembangbiakan mikroorganisme tersebut sebelum perkembang biakannya
semakin meningkat dan populasi mikroorganisme semakin banyak dalam tubuh.
TUGAS 3

Mikrobiologi & Parasitologi

Nama/NIM : Alyah Rahmawaty Said / O1A119066

Kelas/Program studi : B / Farmasi

Nama Media
Komposisi Keterangan
Organisme Pertumbuhan

Tryptone : 15 gram Sumber Asam Amino


(Bakteri) NaCl : 5 gram Sumber Nitrogen
Streptococcus Media Agar LiCl : 10 gram Sumber Mineral
pneumoniae Darah Mg2SO4 : 3,8 gram Sumber Mineral
Agar : 15 gram Pemadat
Virus merupakan parasit intraseluler yang tidak dapat tumbuh di media mati,
sehingga virus membutuhkan media hidup (inang) untuk pertumbuhannya. Media
hidup banyak digunakan dalam kultur jaringan tanaman ataupun hewan. Contoh
(Virus) penggunaan media hidup adalah telur yang digunakan untuk pertumbuhan dan
Varicella zoster perkembangan virus. Sebagian besar virus ditumbuhkan dalam biakan sel, baik
sekunder maupun kontinu. Sehingga pemakaian telur embrionik dan hewan
percobaan seperti mencit ataupun kelinci dapat digunakan sebagai media
pertumbuhan pada virus.
(Fungi) Media Sabouraud Peptone : 5 gram Sumber Nitrogen
Malassezia Dextrose Dextrose : 40 gram Sumber Karbohidrat
furfur Agar (SDA) Agar : 15 gram Pemadat
Peptone : 7,5 gram Sumber Nitrogen
(Protozoa) Hemoglobin : 10 gram Sumber Karbon
Trichomonas Media Thayer K2HPO4 : 4 gram Sumber Mineral
vaginalis Martin KH2PO4 : 1 gram Sumber Mineral
NaCl : 5 gram Sumber Nitrogen
Agar : 12 gram Pemadat
NaH2PO4.2H2O : 20 gram Sumber Mineral
Kultur Walne dan NaNO3 : 100 gram Sumber Mineral
(Alga Mikro) Conwey (NH4)8.Mo7O24.4H2O : 0,9 gram Sumber Nitrogen
Chlorella sp. ZnCl2 : 21 gram Sumber Mineral
FeCl3.6H2O : 3,15 gram Sumber Mineral
Vitamin B12 : 0,1 gram Sumber Vitamin
Akuades : 100 ml
TUGAS PENGGANTI UTS
Nama/NIM : Alyah Rahmawaty Said / O1A119066
Kelas/Program studi : B / Farmasi

Soal

a. Metabolisme untuk mikroba memperoleh energi.


b. Bagaimana mikroba memperoleh Niitrogen sebagai unsur pembentuk asam amino yang
digunakan untuk pembangun komponen sel.

Jawab

mikroba (Streptococcus pneumoniae)

a. Reaksi biokimia dari bakteri Streptococcus adalah dengan tidak menghasilkan enzim
katalase dan oksidase, tetapi dapat melakukan metabolisme secara fermentasi terhadap sejumlah
besar gula (Bhatia dan Ichhpujani, 2004). Bakteri ini dapat meragikan laktosa, glukosa, salisin,
sorbitol, maltosa, desktrin dan lain-lain dengan membentuk asam tanpa gas. Tidak mencairkan
gelatin serta tidak larut dalam empedu 10%. Peka terhadap sulfonamida dan sangat peka terhadap
basitrin dan sifat ini dapat dipakai dalam identifikasi cepat Streptococcus hemolitik kelompok A
(Gupte, 1990).
Streptococcus pneumoniae bersifat fastidious hanya dapat tumbuh pada media yang
diperkaya dengan suplementasi darah. Bakteri dengan enzim katalase negatif akan tumbuh lebih
baik dengan adanya sumber katalase seperti sel darah merah untuk menetralisir H2O2 yang
dihasilkan oleh bakteri tersebut. S. pneumoniae diklasifikasikan kembali sebagai bakteri anaerob
yang aerotolerant. Penambahan 5- 10% CO2 akan meningkatkan pertumbuhan bakteri ini.
Streptococcus pneumoniae membutuhkan kolin untuk pertumbuhannya. Sebagian besar strain S.
pneumoniae memerlukan vitamin B kompleks (biotin, nicotinamide, pantothenate, pyridoxal,
riboflavin dan thiamine), adenine, guanine, uracil, dan 7– 10 asam amino. Metabolisme energinya
bersifat fermentatif, menghasilkan asam laktat yang dapat menghambat pertumbuhan S.
pneumoniae, penambahan zat yang bersifat alkali pada kultur dengan interval tertentu diketahui
dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri. pH optimum untuk pertumbuhan S. pneumoniae
adalah 7.8 dengan rentang 6.5 – 8.3
b. Streptococus pneumoniae memperoleh nutiris dengan nutiris dengan transportasi melalui
membrane sel (osmosis) dan melalui fagositosis. Fagositosis merupakan proses eliminasi dari
penelanan dan sampai penghancuran partikel asing yang masuk ke dalam tubuh. Proses fagositosis
adalah berupa tahap pengenalan yaitu; migrasi, penelanan, degranulasi dan mikrobisidal atau inter
seluler killing. Semua tahap dari fagositosis ini dapat diuji kemampuannya secara in vitro.
Kemampuan fagositosis dapat berasal dari bahan tertentu baik yang datang dari luar
tubuh/ekstrinsik maupun dari dalam tubuh/intrinsic (Revilla dkk, 2008)
DAFTAR PUSTAKA
Alawiyah, T., Siti K., Achmad M., 2016, Aktivitas Antijamur Ekstrak Teripang Darah (Holothuria atra Jeager.)
Terhadap Pertumbuhan Jamur Malassezia furfur Penyebab Panu, Jurnal Protobiont , Vol. 5 (1).

Anne, A, G., Judith, B ., Jeffrey I, C., Randall, J, C. , Michael D, G., Don, G., Charles, G., Sophie, H.,
Peter G, K., Michael, N, O., Jane, F, D., dan Koichi, Y. 2015. Varicella Zoster Virus. Author
Manuscript.

Djannatun, T., Jekti, T., Rochani, Riyani , Dian , dan Abdul, 2018, Pemanfaatan darah manusia yang
kadaluarsa sebagai pengganti darah domba dalam pembuatan media Agar Darah Plat (ADP),
Journal School of Medicine, Vol. 2 (1).

Hidayani, M., Safruddin, A., Sri, A., Faridha, I., Nasrum, M., 2018, Spesies Malassezia Pada Pasien Pitiriasis
Versicolor Di Berbagai Medium Kultur, Respondensi : Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin,
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar.

Ika Putri Sinaga. 2015. STAPHYLOCOCCUS. Dapat diakses pada laman : http://ikaputisinagaa.blogspot.com

Jati, F., Johannes, H., dan Vivi, Endar, H., 2012, Pengaruh Penggunaan Dua Jenis Media Kultur Teknis yang
Berbeda Terhadap Pola Pertumbuhan, Kandungan Protein dan Asam Lemak Omega 3 EPA
(Chaetoceros gracilis), Journal Of Aquaculture Management and Technology, Vol. 1 (1).

Maharsyah, T., Musthofa, L., Wahyunato A., 2013, Efektivitas Penambahan Plant Growth Promoting
Bacteria (Azospirillum sp) dalam Meningkatkan Pertumbuhan Mikroalga (Chlorella sp) pada
Media Limbah Cair Tahu Setelah Proses Anaerob, Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan
Biosistem, Vol. 1 (3).

Maulidyna, A., Purnomo, H., dan Helmia, F., 2018, Perbandingan Pertumbuhan Streptococcus peumoniae
Pada Media Agar Darah Domba Menggunakan Trypticase Soy Agar Dengan Columbia Agar, Jurnal
Kedokteran Diponegoro, Vol. 7 (2).

Medical Laboratory Technologist. 2016. Media Plate Count Agar (PCA), Blood Agar Plate (BAP), Potato
Dextrose Agar (PDA).Dapat diakses pada laman :
https://teknologilaboratoriummedik.blogspot.com

Nur, H., 2018, Hubungan Biologi Sel di Bidang Kefarmasian dapat diakses pada laman :
https://www.kompasiana.com/nur_habibah16/5bf9620e12ae941bc12a5db7/hubungan-biologi-
sel-di-bidangkefarmasian?page=all#sectionall

Prihantini, N., Winny, R., dan Wisnu, W., Pengaruh Variasi Fotoperiodisitas terhadap Pertumbuhan
Chlorella dalam Medium Basal Bold, Jurnal Biota, Vol. 12 (3).

Putri, M., Sukini, dan Yodong, 2017, Mikrobiologi, Kemenkes RI : Jakarta Selatan.

Shabrina, T., Widyawati , Purnomo, H., 2017, Uji Efektivitas Ekstrak Daun Kemangi Dalam Menghambat
Pertumbuhan Neisseria Gonorrhoeae Secara In Vitro, Jurnal Kedokteran Diponegoro, Vol. 6 (2).

Anda mungkin juga menyukai