Anda di halaman 1dari 128

Dimulai ketika William Farr,

SEJARAH SURVEILANS

mengembangkan sistem pengumpulan data rutin tentang jumlah dan penyebab Kematian, dibandingkan pola kematian

antara orang-orang yang menikah dan tidak, dan antara pekerja yang berbeda jenis pekerjaannya.
2

Upaya yang telah dilakukan untuk mengembangkan sistem pengamatan penyakit secara terus menerus dan menggunakan informasi itu untuk perencanaan dan evaluasi program telah mengangkat nama William Farr sebagai the founder of modern epidemiology
3

SEJARAH SURVEILANS

KONSEP DASAR SURVEILANS EPIDEMIOLOGI (SE)

SURVEILANS EPIDEMIOLOGI BERASAL DARI KATA 1. SURVEILANS 2. EPIDEMIOLOGI

SURVEILANS
Surveillance is the ongoing systematic collection, analysis, and interpretation of outcome-specific data for use in the planning, implementation, and evaluation of public health practice (Thacker, 2000).

EPIDEMIOLOGI
Ilmu yang mempelajari, menganalisis, serta berusaha memecahkan berbagai masalah kesehatan pada suatu kelompok populasi tertentu (Murti, 1997).

Kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit dan masalahmasalah kesehatan

SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

Kegiatan analisis terhadap kondisi yang memperbesar risiko terjadinya peningkatan dan penularan penyakit serta masalah-masalah kesehatan Melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan.

TUJUAN SE
Mendapatkan informasi epidemiologi tentang masalah kesehatan meliputi gambaran masalah kesehatan menurut waktu, tempat dan orang, diiketahuinya determinan, faktor risiko dan penyebab langsung terjadinya masalah kesehatan tersebut.

Monitor trend penyakit endemis


TUJUAN SURVEILANS

Deteksi dini & Prediksi adanya KLB Monitor kemajuan kinerja program Evaluasi program intervensi
10

KHUSUS:
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Memperkirakan kuantitas masalah Menggambarkan riwayat alamiah penyakit Mendeteksi wabah/KLB Menggambarkan distribusi masalah kes Memfasilitasi penelitian dan epidemiologis dan laboratoris Membuktikan hipotesis Menilai kegiatan pencegahan dan penanggulangan Memonitor perubahan agen infeksius Memonitor upaya isolasi Mendeteksi perubahan kegiatan Merencanakan kegiatan

MANFAAT SE (Thacker, 2000)


UMUM: 1.perencanaan, 2.implementasi, 3.evaluasi kegiatan kesehatan masyarakat.

PERAN MASING-MASING INSTITUSI


Pelayanan kesehatan:
Penyediaan data (pengumpulan dan pelaporan) Melakukan tindakan yang direkomendasikan.

Otoritas kesehatan:
Kompilasi data analisis dan interpretasi data feed back diseminasi informasi.

LANGKAH LANGKAH SURVEILANS

SISTEM SURVEILANS EPIDEMIOLOGI


Tatanan prosedur penyelenggaraan surveilans epidemiologi (SE) yang terintegrasi antara unit-unit penyelenggara surveilans dengan: Laboratorium Sumber-sumber data Puslit Penyelenggara program kesehatan tata hubungan SE antar wilayah Kab/Kota, Prop, Pusat.

SEBAGAI SUATU SISTEM MENCAKUP DUA KEGIATAN MANAJEMEN:


1. Kegiatan inti:
Surveilans: Mencakup deteksi, pencatatan, pelaporan, analisis, konfirmasi,umpan balik. Tindakan: Mencakup respon segera (Epidemic type response) dan respon terencana (Management type response)

2. Kegiatan pendukung:
Pelatihan supervisi, penyediaan dan manajemen sumber daya.

RUANG LINGKUP
SE Penyakit Menular SE Penyakit Tidak Menular SE Kesehatan Lingkungan dan Perilaku SE Masalah Kesehatan SE Kesehatan matra

SE PENYAKIT MENULAR
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. PD3I AFP Penyakit Potensial Wabah/KLB Peny. Menular dan Keracunan DBD/DSS Malaria Zoonosis (Antraks, Rabies, Leptospirosis) Filariasis Tuberkulosis Diare, Tifus perut, Kecacingan, Peny. Perut Lain Kusta HIV/AIDS PMS Pneumonia (termasuk SARS)

SE PENYAKIT TIDAK MENULAR


1. 2. 3. 4. 5. 6. Hipertensi, Stroke dan PJK DM Neoplasma Penyakit Paru Obstruksi Kronis Gangguan mental Masalah Kesehatan Akibat Kecelakaan

SE KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PRILAKU


1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Sarana Air Bersih TTU Pemukiman dan Lingk. Perumahan Limbah industri, RS dan kegiatan lain Vektor penyakit Kesehatan dan Keselamatan Kerja RS dan sarana yankes lain --> termasuk INOS

SE MASALAH KESEHATAN
1. SKPG 2. Gizi mikro (Kekurangan Yodium, Anemia Gizi Besi, KVA) 3. Gizi lebih 4. KIA (termasuk Kespro) 5. Usila 6. Penyalahgunaan napza 7. Penggunaan sediaan farmasi, obat, obat tradisional, bahan kosmetika dan alkes 8. Kualitas makanan dan bahan tambahan makanan

SE KESEHATAN MATRA
1. SE Kesehatan Haji 2. SE Kesehatan Pelabuhan dan Lintas Batas Perbatasan 3. SE Bencana dan masalah sosial 4. SE Kesehatan matra laut dan udara 5. SE pada KLB Penyakit dan Keracunan

KOMPONEN SISTEM SURVEILANS


Pengumpulan data Kompilasi, analisis dan interpretasi Umpan balik dan Diseminasi informasi

PENGUMPULAN DATA
Dilakukan secara pasif (menggunakan data sekunder) dan aktif (menggunakan data primer) Sebaiknya menggunakan data rutin yang telah dicatat atau dilaporkan dalam sistem pencatatan dan pelaporan yang sedang berjalan Data yang dikumpulkan disesuaikan dengan tujuan dari sistem surveilans PENTING DITETAPKAN TUJUAN SURVEILANS.

TUJUAN PENGUMPULAN DATA


1. Menentukan kelompok /golongan populasi at risk (umur, sex, bangsa, pekerjaan, dll) 2. Menentukan jenis agen dan karakteristiknya 3. Menentukan reservoir infeksi 4. Memastikan penyebab transmisi 5. Mencatat kejadian penyakit

SUMBER DATA
Laporan penyakit Pencatatan kematian Laporan wabah Pemeriksaan laboratorium Penyelidikan peristiwa penyakit Penyelidikan wabah Survei/Studi Epidemiologi Penyelidikan distribusi vektor dan reservoir Penggunaan obat, serum, vaksin Laporan kependudukan dan lingkungan Laporan status gizi dan kondisi pangan

JENIS DATA
Data kesakitan Data kematian Data demografi Data geografi Data laboratorium Data kondisi lingkungan Data status gizi Data kondisi pangan Data vektor dan reservoir Data dan informasi penting lainnya

Frekuensi disesuaikan kebutuhan Rutin bulanan Perencanaan & Evaluasi


Sumber : SP2TP, SPRS

Rutin harian & mingguan

SKD KLB

Sumber : Penyakit Potensial wabah (W2)

SISTEM PENGUMPULAN DATA


Aktif Pasif tergantung dari kecepatan, ketepatan, kelengkapan dan kebenaran laporan yang dikirimkan dikurangi dengan melakukan pembinaan rapid survei atau surveilans sentinel.

PETUGAS PENGUMPUL DATA

KOMPILASI DATA
Untuk menghindari duplikasi, menilai kelengkapan Dilakukan secara manual (membuat master table, kartu pengolah data) atau dengan komputer (menggunakan program Epi-Info). Sesuai tujuan dari sistem surveilans dan karakteristik (cirri khusus) dari masalah kesehatan Menurut orang, tempat, waktu

ANALISIS DAN INTERPRETASI


Univariat menghitung proporsi atau menggunakan statistik deskriptif (misalnya mean, modus, Standar Deviasi-SD) Bivariat membuat :
1. Tabel (menghitung proporsi). 2. Grafik(analisis kecenderungan). 3. Peta (analisis menurut tempat dan waktu).

Analisis sebaiknya oleh tim

HASIL ANALISIS DAN INTERPRETASI

INFORMASI EPIDEMIOLOGI

DESIMINASI INFORMASI
Kepada: Pengelola program penanggulangan tindakan Pemberi data disebut feed back masalah yang ditemukan dan alternatif pemecahan; bila tidak ditemukan masalah, alternatif untuk meningkatkan kinerja sistem yang sudah ada atau sedang berjalan dapat melalui bulletin, news letter, kunjungan atau surat untuk corrective action. Atasan disebut laporan untuk perencanaan, implementasi dan evaluasi Lintas program Lintas sektor diharapkan adanya dukungan politis dan dana dari institusi terkait.

TERIMA KASIH

36

Dr. John Snow's map of dots from 1855 mapping the London Cholera Epidemic (1854) is one of the first maps with epidemic data (each dot represents a cholera dead) in relation to the local water pump: Snow observed that cholera occurred almost entirely among those who lived near (and drank from) the Broad Street water pump. He had the handle of the contaminated pump removed, ending the neighborhood epidemic which had taken more than 500 lives.

INVESTIGASI WABAH

Definisi Wabah
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia 1989 Wabah berarti penyakit menular yang berjangkit dengan cepat, menyerang sejumlah besar orang di daerah yang luas. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman 1981 Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang telah meluas secara cepat, baik jumlah kasusnya maupun daerah terjangkit

Definisi Wabah
Undang-undang RI No 4 th. 1984 tentang wabah penyakit menular Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka Benenson, 1985 Wabah adalah terdapatnya penderita suatu penyakit tertentu pada penduduk suatu daerah, yang nyata-nyata melebihi jumlah yang biasa Last 1981 Wabah adalah timbulnya kejadian dalam suatu masyarakat, dapat berupa penderita penyakit, perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, atau kejadian lain yang berhubungan dengan kesehatan, yang jumlahnya lebih banyak dari keadaan biasa

Selain kata wabah letusan (outbreak) kejadian luar biasa (KLB = unusual event) Di Indonesia pernyataan adanya wabah hanya boleh ditetapkan oleh Menteri Kesehatan

BATASAN WABAH
Batasan tentang penetapan terjangkitnya keadaan wabah banyak macamnya. Secara sederhana yang dimaksud dengan penetapan keadaan wabah ialah suatu proses pengumpulan dan penganalisaan data dari suatu penyakit disuatu daerah tertentu serta menarik kesimpulan atasnya sehingga dapat segera diketahui ada atau tidaknya keadaan wabah didaerah tersebut.

NILAI BATAS AMBANG WABAH (EPIDEMIC THRESHOLD)

NILAI BATAS KEADAAN WABAH


Yang dimaksud dengan Nilai Batas Keadaan Wabah ialah suatu nilai yang dipakai untuk menentukan terjadi atau tidaknya suatu wabah. Tergantung dari jenis penyakitnya, ciri-ciri penduduk yang terserang serta situasi dan kondisi daerah yang terjangkit, maka Nilai Batas Keadaan Wabah ini tidaklah sama

Menghitung Nilai Batas Keadaan Wabah


Untuk menghitung Nilai Batas Keadaan Wabah ini diperlukan tersedianya dua angka yakni yang menunjukkan keadaan yang lazim (normal) dari suatu penyakit yang dapat diketahui dengan menghitung jumlah rata-rata penderita (mean) serta nilai standar penyimpangan (standard deviasi) dari penyakit tersebut.

CONTOH:
Pencatatan terhadap penyakit MALARIA selama 12 minggu memperlihatkan jumlah penderita baru dari minggu pertama sampai minggu ke 12 berturut-turut 8 orang, 10 orang, 13 orang, 9 orang, 9 orang, 15 orang, 10 orang, 8 orang, 11 orang, 13 orang, 14 orang dan 14 orang. Berapakah nilai rata-rata (mean) dan standar penyimpangan (SD) dari penyakit MALARIA tersebut untuk SATU minggu?.

Minggu ke

MENGHITUNG STD DEVIASI (N) Penyakit A (x)


Jumlah Kasus Baru (x X) 1 2 3 4 8 10 13 9 -3 -1 2 -2 9 1 4 4

(x X)2

5
6 7 8 9 10 11

9
15 10 8 11 13 14

-2
4 -1 -3 0 2 3

4
16 1 9 0 4 9

12
TOTAL

14
134

9
71

MEAN
Untuk mencari nilai mean dipergunakan rumus sebagai berikut: X= Ex N X = nilai rata-rata (MEAN) kasus perminggu Ex = jumlah seluruh kasus N = jumlah minggu Hasil yang diperoleh adalah: = 134 / 12 = 11

Artinya jumlah kasus penyakit MALARIA rata-rata seminggu adalah sebanyak 11 orang.

Standar Deviasi (SD)


Untuk mencari nilai standar deviasi dipergunakan rumus sebagai berikut:

SD = Standard deviasi X = jumlah kasus seminggu X = nilai rata-rata kasus seminggu N = jumlah minggu

Minggu ke

(N)
1 2 3 4 5

MENGHITUNG STD DEVIASI Penyakit A (x)


Jumlah Kasus Baru (x X) 8 10 13 9 9 -3 -1 2 -2 -2

(x X)2

9 1 4 4 4

6
7 8 9 10 11 12

15
10 8 11 13 14 14

4
-1 -3 0 2 3 3

16
1 9 0 4 9 9

TOTAL

134

71

Minggu Jumlah (x X) (x X) MENGHITUNG STD DEVIASI


2

ke
(N)

Kasus Baru
Penyakit A (x)

1 2 3 4

8 10 13 9

-3 -1 2 -2

9 1 4 4

5
6 7 8 9 10 11

9
15 10 8 11 13 14

-2
4 -1 -3 0 2 3

4
16 1 9 0 4 9

12

14

Dari perhitungan yang seperti ini dapatlah ditetapkan nilai batas keadaan wabah yakni nilai rata-rata (MEAN) ditambah dua standard deviasi. MEAN + 2.SD Nilai yang diperoleh ialah : 11 + 2 (2,54) = 16 kasus baru (dibulatkan). Artinya kalau dalam waktu satu minggu jumlah kasus baru penyakit malaria mencapai 17 penderita atau lebih maka ditempat tersebut terjadi wabah atau kejadian luar biasa untuk penyakit malaria.

Cara Mengungkapkan Wabah


Dideteksi dari analisis data surveilans rutin Adanya laporan petugas, pamong ataupun warga yang cukup perduli

Alasan menyelidiki (INVESTIGASI) kemungkinan wabah


Mengadakan penanggulangan dan pencegahan Kesempatan mengadakan penelitian dan pelatihan Pertimbangan Program Kepentingan Umum, Politik dan Hukum

Langkah-Langkah Investigasi Wabah


1. 2. 3. 4. 4. 5. 6. 7. Persiapan Investigasi di Lapangan Memastikan adanya Wabah Memastikan diagnosis a. Membuat definisi kasus b. Menemukan dan menghitung Kasus Epidemiologi deskriptif (waktu, tempat, orang) Membuat hipotesis Menilai hipotesis (penelitian kohort dan penelitian kasuskontrol) 8. Memperbaiki hipotesis dan mengadakan penelitian tambahan 9. Melaksanakan pengendalian dan pencegahan 10. Menyampaikan hasil penyelidikan

Langkah 1: Persiapan Investigasi di Lapangan


tiga kategori: Investigasi (pengetahuan ilmiah yang sesuai, perlengkapan dan alat) Administrasi (prosedur administrasi Konsultasi (peran masing-masing petugas yang turun ke lapangan)

Langkah 2: Memastikan adanya Wabah


Menentukan apakah jumlah kasus yang ada sudah melampaui jumlah yang diharapkan. Dilakukan dengan membandingkan jumlah yang ada saat itu dengan jumlahnya beberapa minggu atau bulan sebelumnya, atau dengan jumlah yang ada pada periode waktu yang sama di tahun-tahun sebelumnya

Pembuktian Adanya Wabah


1. Penyakit Endemis yang tidak dipengaruhi oleh musim
Dapat dilihat dari rata-rata penderitanya setiap bulan pada tahun-tahun yang lalu Mencari ambang wabah (Epidemic threshold), yang didapat dari rata-rata hitung (mean) jumlah penderita pada waktu-waktu yang lalu, ditambah dengan 2 x SEnya. Bila suatu saat jumlah penderita melebihi garis ambang ini, maka keadaan tersebut dinyatakan sebagai wabah

Pembuktian Adanya Wabah


2. Penyakit Endemis yang bersifat musiman
Bila pola penyakit yang berjangkit itu dipengaruhi oleh musim, maka jumlah penderita yang diharapkan adalah sebanyak penderitanya di musim yang sama tahun yang lalu atau jumlah paling tinggi yang pernah terjadi pada musim-musim yang sama di tahun yang telah silam Mencari ambang wabah mingguan atau bulanan sehingga tercermin variasinya berdasarkan musim, baru kemudian ditentukan apakah kejadian yang sedang dihadapi memang lebih tinggi daripada yang diharapkan

Pembuktian Adanya Wabah


3. Penyakit yang tidak endemis
Dibutuhkan data tentang waktu penyakit tersebut biasa ditemukan dan berapa banyak penderitanya. Dengan membandingkan hal ini akan dapat ditentukan apakah kejadian yang diharapkan itu di luar kebiasaan yang berlaku

Kriteria Untuk Menentukan KLB


1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal di suatu daerah 2. Adanya peningkatan kejadian kesakitan atau kematian dua kali atau lebih dibandingkan jumlah kesakitan atau kematian yang biasa terjadi pada kurun waktu sebelumnya (jam, hari, minggu) bergantung pada jenis penyakitnya 3. Adanya peningkatan kejadian kesakitan secara terus menerus selama 3 kurun waktu (jam, hari, minggu) berturut-turut menurut jenis penyakitnya

Kriteria Untuk Wabah Akibat Keracunan Makanan (CDC)


1. Ditemukannya dua atau lebih penderita penyakit serupa, yang biasanya berupa gejala gangguan pencernaan (gastrointestinal), sesudah memakan makanan yang sama 2. Hasil penyelidikan epidemiologi menunjukkan makanan sebagai sumber penularan Perkecualian diadakan untuk keracunan akibat toksin (racun) Clostridium botulinum atau akibat bahan-bahan kimia, didapatkan seorang penderita sudah dianggap suatu letusan.

Kriteria KLB:

1.Timbulnya suatu peny.menular yang sebelumnya tidak ada/tidak dikenal. 2.Peningkatan kasus/kematian terus menerus selama kurun waktu berturut-turut (jam/hari/minggu) * Minggu ke 8 =5 kasus * Minggu ke 9 = 10 kasus * Minggu ke 10 = 15 kasus

Kriteria KLB:
3. Peningkatan kejadian penyakit atau kematian 2 x atau lebih dibanding dgn periode sebelumnya (jam,minggu,bulan ,tahun) Minggu ke 2- sampai Minggu ke 7 tiap minggu dilaporkan diare 10-13 kasus Tetapi Minggu ke 8 = 26 kasus 4. Angka rata-rata perbulan meningkat 2 x dibanding dengan angka rata-rata tahun sebelumnya.

Kriteria KLB:
5. Angka kematian /CFR menunjukkan kenaikan >50% dibanding dengan CFR periode sebelumnya.
Kriteria KLB diatas dalam aplikasi sehari-hari menggunakan akal sehat/common sense

Langkah 3: Memastikan Diagnosis


Tujuan dalam pemastian diagnosis adalah (1) untuk memastikan bahwa masalah tersebut telah didiagnosis dengan patut (2) untuk menyingkirkan kemungkinan kesalahan laboratorium yang menyebabkan peningkatan kasus yang dilaporkan Semua temuan klinis harus disimpulkan dalam distribusi frekuensi
Distribusi ini penting untuk menggambarkan spektrum penyakit, menentukan diagnosis, dan mengembangkan definisi kasus

kunjungan terhadap satu atau dua penderita

Langkah 4a: Membuat Definisi Kasus


Definisi kasus meliputi kriteria klinis dan terutama dalam penyelidikan wabah dibatasi oleh waktu, tempat dan orang Bila penyakitnya belum terdiagnosis, diagnosis kerja dibuat berdasarkan gejala-gejala yang paling banyak diderita, sedapat mungkin yang dapat menggambarkan proses penyakit yang pathognomonis, dan cukup spesifik.

Level Kasus
1. Kasus Pasti (Confirmed): Harus disertakan pemeriksaan lab hasil + 2. Kasus Mungkin (Probable): Harus memenuhi semua ciri klinis penyakit, tanpa pemeriksaan lab 3. Kasus Meragukan (Possible): Biasanya hanya memenuhi sebagian gejala klinis saja

Langkah 4b: Menemukan dan Menghitung Kasus


Dikumpulkan informasi berikut ini dari setiap kasus: Data indentifikasi -- nama, alamat, nomor telepon Data demografi-- umur, jenis kelamin, ras, dan pekerjaan Data klinis Faktor risiko-- harus dibuat khusus untuk tiap penyakit. Informasi pelapor mencari informasi tambahan atau memberikan umpan balik

Langkah 5 EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF


Studi tentang kejadian penyakit atau masalah lain yang berkaitan dengan kesehatan pada populasi. Umumnya berkaitan dengan ciri-ciri dasar seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, dan lokasi geografiknya Berdasarkan 1. Orang 2. Tempat 3. Waktu

Gambaran Perjalanan wabah berdasarkan waktu


1. Kurve Epidemi Gambar perjalanan suatu letusan, berupa histogram dari jumlah kasus berdasarkan waktu timbulnya gejala pertama

Manfaat Kurva Epidemi


Mendapatkan Informasi tentang perjalanan wabah dan kemungkinan kelanjutan Bila penyakit dan masa inkubasi diketahui, dapat memperkirakan kapan pemaparan terjadi memusatkan penyelidikan pada periode tersebut Kesimpulan pola kejadian -- apakah bersumber tunggal, ditularkan dari orang ke orang, atau campuran keduanya

Membuat Kurva epidemi


Untuk membuatnya dibutuhkan informasi tentang waktu timbulnya gejala pertama. tanggal timbulnya gejala pertama jam timbulnya gejala pertama, untuk masa inkubasi sangat pendek

Cara mengartikan kurve epidemi


Pertimbangkan bentuknya. Bentuknya ditentukan oleh: cara penularan & periode pemaparan 1. Cara penularan penyakit a. Point source epidemic, pemaparan bersumber tunggal dan waktu yang singkat b. Continuous common source epidemic: periode pemaparan memanjang --> kurve berpuncak tunggal & datar c. Intermittent common source epidemic: lama pemaparan dan jumlah orang yang terpapar tak beraturan besarnya, kurve bergerigi tak beraturan d. Propagated epidemic: penularan dari orang ke orang, berpuncak banyak, berjarak 1 masa inkubasi

2. Perjalanan Wabah
a. kurve menanjak: jumlah kasus terus bertambah, wabah sedang memuncak, akan ada kasus-kasus baru b. Puncak kurve sudah dilalui: kasus yang terjadi semakin berkurang, wabah akan segera berakhir.

3. Mencari Periode Pemaparan


Pada point source epidemic -- penyakit dan masa inkubasi diketahui, kurve epidemic dapat digunakan untuk mencari periode pemaparan -- penting menanyakan sumber letusan Caranya: 1. Cari masa inkubasi terpanjang, terpendek, dan ratarata 2. Tentukan puncak letusan atau kasus median, hitung mundur satu masa inkubasi rata-rata, catat hasilnya 3. Mulai dari kasus paling awal, hitung mundur masa inkubasi terpendek, catat hasilnya

2. Masa Inkubasi
Waktu antara masuknya agen penyakit sampai timbulnya gejala pertama Cara menghitung masa inkubasi Contoh: Sepuluh orang menderita diare akibat keracunan makanan yang diperkirakan terjadi pada saat makan siang, tanggal 26 September 2011, jam 13.00. Saat timbulnya gejala pertama adalah sebagai berikut:

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

tanggal 26 sept jam 24.00 tanggal 26 sept jam 18.30 tanggal 27 sept jam 01.00 tanggal 26 sept jam 21.00 tanggal 26 sept jam 16.00 tanggal 26 sept jam 19.00 tanggal 26 sept jam 19.00 tanggal 26 sept jam 20.00 tanggal 26 sept jam 19.00 tanggal 26 sept jam 18.00

Tentukan masa inkubasi terpendek, terpanjang, dan median masa inkubasi?

Jawaban
Masa inkubasi terpendek adalah 3 jam (kasus no. 5) dan yang terpanjang 12 jam (kasus no. 3)

1. tanggal 26 sept jam 16.00 2. tanggal 26 sept jam 18.00 3. tanggal 26 sept jam 18.30 4. tanggal 26 sept jam 19.00 5. tanggal 26 sept jam 19.00 6. tanggal 26 sept jam 19.00 7. tanggal 26 sept jam 20.00 8. tanggal 26 sept jam 21.00 9. tanggal 26 sept jam 24.00 10.tanggal 27 sept jam 01.00 Median kelompok ini terletak pada penderita no. 5 1/2 ( berasal dari (n +1)/2 , yang dalam hal ini (10 + 1)/2 Sehingga median masa inkubasinya adalah jarak antara jam 13.00 ke jam ( 19.00 + 19.00 ) / 2 = 19.00 yaitu 6 jam

Manfaat diketahuinya masa inkubasi


1. Bila penyakit belum diketahui, informasi tentang masa inkubasi bersama diagnosis penyakit dapat mempersempit differential diagnosis 2. Untuk memperkirakan saat terjadinya penularan

Tabel 1 Distribusi frekuensi penderita diare berdasarkan masa inkubasinya, kecamatan M, tahun 1996

Masa inkubasi (dalam hari)


0-1 2-3 4-5 6-7

Frekuensi
2 5 10 9

Frekuensi kumulatif
2 7 17 26

8-9
10-11 12-13 14-15 jumlah

5
3 2 1 37

31
34 36 37

Hitunglah median masa inkubasi

Rumus Median untuk data berkelompok


Median = B + [(Pm f) / (fm f)] x i
B Pm f fm I = batas atas dari kelas dibawah kelas median = posisi median = frekuensi kumulatif dari kelas dibawah median = frekuensi kumulatif dari kelas median = besarnya interval kelas

1. 2. 3.

4. 5. 6. 7.

Posisi median = (37 + 1)/2 = 19 Kelas median adalah kelompok 6-7 hari Oleh karena antara tiap kelas interval ada selang satu hari, maka batas antara masing-masing interval dianggap terdapat pada pertengahan selang tersebut, sehingga untuk kelas 6-7 hari batasnya adalah 5,5 7,5 hari, sedangkan untuk kelas 2-3 hari adalah 1,5 3,5 hari. Dengan demikian interval masing-masing kelas adalah 2 hari. Frekuensi kumulatif kelas median = 26 Frekuensi kumulatif kelas dibawah kelas median = 17 Dengan menggunakan rumus, didapat hasil sbb: Median = 5,5 + [(19-17)/(26-17)] x 2 hari = 5,94 hari atau 5 hari 22 jam 33 menit 36 detik

Tabel 2 Distribusi penderita penyakit hepatitis A berdasarkan tanggal timbulnya gejala pertama, di Kecamatan X, tahun 2012 Frekuensi Tanggal 8-12 Maret 13-17 Maret 18-22 Maret 2 17 31 2 19 50 Frekuensi kumulatif

23-27 Maret
28 Maret-2 April 3-7 April 8-12 April Jumlah

26
15 10 4 105

76
91 101 105

Hitunglah median masa inkubasi:

Jawaban
Median masa inkubasi: Median = B + [(Pm f) / (fm f)] x i
Median = 22 Maret 24.00 + [(53 50) / (76 50)] x 5 hari Median = 22 Maret 24.00 + 3/26 x 120 jam Median = 22 Maret 24.00 + 13,84 jam Median = 23 Maret 13 jam 50 menit 24 detik (median waktu mulai sakit)

Hitung jarak antara saat pemaparan dengan waktu mulai sakitnya kasus median ini, maka akan didapatkan nilai median masa inkubasi

Gambaran Kejadian Wabah berdasarkan Orang


Ciri Inang:
Umur
Umur merupakan salah satu faktor yang menentukan penyakit, karena mempengaruhi:
Daya tahan tubuh Pengalaman kontak dengan penyakit Lingkungan pergaulan yang memungkinkan kontak dengan sumber penyakit

Jenis Kelamin; Ras/ suku; dsb.


Faktor-faktor ini digambarkan apabila diduga ada perbedaan risiko diantara golongan-golongan dalam faktor tsb. Di negara-negara multirasial, gambaran penderita berdasarkan ras sering ditampilkan. Adanya perbedaan cara hidup, tingkat sosial ekonomi, kekebalan, dsb.

Berdasarkan pemaparan:
Pekerjaan Rekreasi Penggunaan obat-obatan Kedua kelompok (berdasarkan ciri inang atau pemaparan) mempengaruhi kepekaan dan risiko pemaparan Ciri lain yang juga diselidiki: jenis penyakit dan kejadian wabah

Rate
Rate digunakan untuk mengidentifikasi kelompok yang berisiko tinggi Dibutuhkan pembilang (jumlah kasus) dan penyebut (besar populasi) Rate berdasarkan umur dan jenis kelamin faktor yang paling kuat hubungannya dengan pemaparan dan risiko terserang penyakit

Gambaran kejadian wabah berdasarkan tempat kejadian


Memberikan informasi tentang luasnya wialyah yang terserang Menggambarkan pengelompokkan atau pola lain ke arah penyebab Berupa: Spot map atau area map Spot map: peta sederhana yang berguna untuk menggambarkan tempat para penderita tinggal, bekerja, atau kemungkinan terpapar Area map: menunjukkan insidens atau distribusi kejadian pada wilayah dengan kode/ arsiran
Mencantumkan angka serangan (rate) untuk masing-masing wilayah

Spot map

Area map

UJI HIPOTESIS

Langkah 6: Membuat hipotesis


Formulasikan hipotesis : Meliputi sumber agen penyakit Cara penularan (dan alat penularan atau vektor) dan pemaparan yang mengakibatkan sakit

Langkah 7: Menilai Hipotesis


Dalam penyelidikan lapangan, hipotesis dapat dinilai dengan salah satu dari dua cara ini: 1. Dengan membandingkan hipotesis dengan fakta yang ada, atau 2. Dengan analisis epidemiologi untuk mengkuantifikasikan hubungan dan menyelidiki peran kebetulan.

Penelitian Kohort
Merupakan teknik uji terbaik dalam investigasi wabah pada populasi yang kecil dan jelas batasnya Dalam memeriksa informasi, ada tiga hal yang harus diperhatikan:
Attack rate tinggi pada mereka yang terpapar Attack rate rendah pada mereka yang tidak terpapar Sebagian besar penderita terpapar, sehingga pemaparan dapat menerangkan sebagian besar dari kejadian

Penelitian Kohort
Penyakit Exposure Ya Tidak Total Ya a c a+c Tidak b d b+d a+b c+d a+b+c+d Total

RR = a/(a+b) : c/(c+d)

Penelitian kasus kontrol


Dilakukan apabila wabah terjadi, populasinya tidak jelas batasannya

Penelitian kasus kontrol


Penyakit Exposure Ya Tidak Ya a c Tidak b d a+b c+d Total

Total

a+c

b+d

a+b+c+d

OR = (A/B) : (C/D) OR = AD / BC

Langkah 8: Memperbaiki Hipotesis dan mengadakan Penelitian tambahan

Penelitian Epidemiologi : epidemiologi analitik Penelitian Laboratorium dan Lingkungan


Pemeriksaan serum Pemeriksaan tempat pembuangan tinja

Langkah 9: Melaksanakan Pengendalian dan Pencegahan


Pengendalian seharusnya dilaksanakan secepat mungkin Upaya penanggulangan biasanya hanya dapat diterapkan setelah sumber wabah diketahui Pada umumnya, upaya pengendalian diarahkan pada mata rantai yang terlemah dalam penularan penyakit. Upaya pengendalian mungkin diarahkan pada agen penyakit, sumbernya, atau reservoirnya.

Langkah 10: Menyampaikan Hasil Penyelidikan


Penyampaian hasil dapat dilakukan dengan dua cara: (1) Laporan lisan pada pejabat setempat
dilakukan di hadapan pejabat setempat dan mereka yang bertugas mengadakan pengendalian dan pencegahan

(2) laporan tertulis

Penyampaian hasil penyelidikan


1) Laporan harus jelas, meyakinkan, disertai rekomendasi yang tepat dan beralasan 2) Sampaikan hal-hal yang sudah dikerjakan secara ilmiah; kesimpulan dan saran harus dapat dipertahankan secara ilmiah 3) Laporan lisan harus dilengkapi dengan laporan tertulis, bentuknya sesuai dengan tulisan ilmiah (pendahuluan, latar belakang, metodologi, hasil, diskusi, kesimpulan, dan saran) 4) Merupakan cetak biru untuk mengambil tindakan 5) Merupakan catatan dari pekerjaan, dokumen dari isu legal, dan merupakan bahan rujukan apabila terjadi hal yang sama di masa datang

Laporan Tertulis
a. Pendahuluan (gambaran peristiwa) b. Latar belakang (geografis, politis, ekonomis, demografis, historis) c. Uraian tentang investigasi yang dilakukan (alasan, metode, sumber informasi) d. Hasil investigasi (fakta, karakteristik kasus, angka serangan, tabulasi, kalkulasi, kurva, pemeriksaan laboratorium, kemungkinan sumber infeksi, suspek suatu sumber penularan, dan lain-lain)

e. Analisis data dan simpulan f. Uraian tentang tindakan (penanggulangan) g. Uraian dampak Populasi: akibat kesehatan, hukum, ekonomis Tindakan penanggulangan terhadap Populasi status kekebalan, cara hidup Reservoir jumlah, distribusi Vektor jumlah, distribusi Penemuan penyebab menular baru h. Saran (perbaikan prosedur surveilens dan penang-gulangan di masa depan

MACAM-MACAM WABAH

MACAM WABAH Point source epidemic (common source epidemic).

Yang dimaksud dengan point source epidemic ialah suatu keadaan wabah yang ditandai oleh: 1.timbulnya gejala penyakit (onset penyakit) yang cepat. 2.Masa inkubasi penyakit yang pendek 3.Episode penyakit merupakan peristiwa tunggal 4.Waktu munculnya penyakit jelas 5.Lenyapnya penyakit dalam waktu cepat.

Point source epidemic (common source epidemic).

a) Keadaan wabah yang seperti ini ditemukan misalnya pada peristiwa keracunan makanan. Sekelompok orang yang selesai pesta tiba-tiba menderita penyakit muntah berak. b) Wabah yang muncul disini adalah merupakanperistiwa tunggal (penyakit muntah berak), waktu munculnya penyakit jelas (setelah ikut pesta) serta sumber penyebabnya adalah sama yakni karena memakan makanan yang disajikan dalam pesta (common source/point source). c) Lamanya masa inkubasi, saat timbul gejala penyakit serta saat lenyapnya penyakit tergantung dari penyebab penyakitnya, tetapi pada umumnya lebih singkat daripada wabah penyakit lainnya.

Contagious disease epidemic (propagated epidemic)

Yang dimaksud dengan contagious disease epidemic ialah suatu keadaan wabah yang ditandai oleh : 1.timbulnya gejala penyakit (onset penyakit) yang pelan. 2.Masa inkubasi penyakit yang panjang 3.Episode penyakit yang bersifat majemuk 4.Waktu munculnya penyakit yang tidak jelas 5.Lenyapnya penyakit dalam waktu lama. Keadaan wabah yang seperti ini umumnya berlaku untuk suatu penyakit menular. Timbulnya keadaan wabah disini adalah karena adanya faktor-faktor yang menguntungkan timbulnya wabah (propagated) serta karena adanya hubungan (contact) antara penderita dengan orang lain yang rentan

Mix source epidemic

Yang dimaksud dengan mix epidemic (wabah campuran) ialah suatu keadaan wabah yang disamping ditemukan gejala-gejala dari wabah bentuk kedua. Karena gejala-gejala pada wabah campuran ini tidak khas, sering mengacaukan interpretasi sehingga dapat mempersulit upaya penanggulangannya.

Pseudo Epidemik
Bila jumlah kasus yang dilaporkan melebihi jumlah yang diharapkan, kelebihan ini tidak selalu menunjukkan adanya wabah. Peningkatan yang demikian disebut Pseudo Epidemik, contohnya:
1. 2. 3. 4. 5. Perubahan cara pencatatan dan pelaporan penderita Adanya cara diagnosis baru Bertambahnya kesadaran penduduk untuk berobat Adanya penyakit lain dengan gejala yang serupa Bertambahnya jumlah penduduk yang rentan

Epidemic Curve
How can it help in an outbreak?

-An epidemic curve is a graphical depiction of the number of cases of illness by the date of illness onset. -It can provide information on the following characteristics of an outbreak:
Pattern of spread Magnitude Outliers Time trend Exposure and/or disease incubation period

Interpreting an epidemic curve


Interpretation of the epidemic curve can prove to be very helpful in determining the source of the outbreak. Through review of the different patterns illustrated in an epidemic curve, it is possible to hypothesize: How an epidemic spread throughout a population At what point you are in an epidemic The diagnosis of the disease, by establishing the potential incubation period

Outbreak Pattern of Spread


The overall shape of the epidemic curve can reveal the type of outbreak
Common source Point source Propagated

Outbreak Pattern of Spread --Common Source-A common source outbreak is one in which people
are exposed continuously or intermittently to a common harmful source. The period of exposure may be brief or long. An intermittent exposure in a common source outbreak often results in an epidemic curve with irregular peaks that reflect the timing and extent of the exposure

Example of an Epidemic Curve for a Common Source Outbreak --Intermittent Exposure--

Common Source outbreak --Continuous exposure- Exposure to the source is prolonged over an extended period of time, May occur over more than one incubation period, The down slope of the curve may be very sharp if the common source is removed, or Gradual if the outbreak is allowed to exhaust itself.

Common Source Outbreak --Continuous Exposure--

The data above is from the well-known outbreak of cholera in London that was investigated by the "father of epidemiology," John Snow. Cholera spread from a water source for an extended period of time. Note that the typical incubation period for cholera is 1-3 days that the duration of this outbreak was more than 1 month.

Common Source Outbreak --Continuous Exposure-The duration of exposure is relatively long and has a plateau, rather than a peak.

Outbreak Pattern of Spread --Point Source-In a point source epidemic, persons are exposed to the same exposure over a breif, defined period of time, usually within one incubation period. The shape of this curve commonly rises rapidly and contains a definite peak at the top, followed by a gradual decline.

Point Source epidemic curve

Common Source Outbreak -Continuous Exposure-

The graph above illustrates an outbreak of gastrointestinal illness from a single exposure. While there are outliers to this dataset, it is clear that there is an outbreak over a limited period of time, and the shape of the curve is characteristic of one source of exposure

Propagated/Progressive Source Epidemic


A propagated (progressive source) epidemic occurs when : A case of disease serves as a source of infection, Subsequent cases, in turn, serve as sources for later cases. May have multiple waves
The

shape of the curve usually contains a series of successively taller peaks (reflecting the increasing number of cases caused by person-to-person contact), distanced one incubation period apart pattern may continue until the pool of susceptible is exhausted or control measures are implemented.

This

Anda mungkin juga menyukai