Berawal dari sebuah hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a. انما بعثت الءتمم مكارم االءخالق “Sesungguhnya aku diutus adalah untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak” (HR al-Baihaqy, al-Sunan al-Kubra, (No. 20782), Musnad al-Bazzar (No. 8949). al Qalam ayat 4: وانك لعلى خلق عظيم “Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas budi pekerti yang agung” Sebuah pertanyaan mengapa yang namanya perilaku disebut Akhlak ? sementara dalam soal perbuatan dan perilaku kita juga mengenal istilah moral, nilai, adab, etika, norma dan karakter. Kata akhlak berasal dari kata ( خلقkhuluq), yaitu watak, kelakuan, tabiat, perangai, budi pekerti, tingkah laku dan kebiasaan. Menurut Imam Ghazali, و رويةCالخلق حيئة راسخة تصدر عنها االفعال بسحولة ويسر من غير حاجة الى فكر “akhlak adalah keadaan yang bersifat batin yang lahir darinya perbuatan dengan mudah tanpa dipikir dan tanpa dihitung resikonya. Ilmu akhlak: ilmu tentang baik dan buruk dari suatu perbuatan. Istilah akhlak adalah netral, ada akhlak yang terpuji (al-akhlaq al-mahmudah) dan ada akhlak yang tercela (al-akhlaq al-mazmumah). Konsep baik dan buruk dalam perspektip ilmu Akhlak merujuk kepada kata خلقyang artinya penciptaan, maka ukuran akhlak baik dan akhlak buruk adalah berasal dari konsep penciptaan dan tujuan penciptaan. Bahwa dalam penciptaan ada Allah swt. Sebagai القC( خpencipta) dan ada وقCمخل (makhluk) berupa alam semesta sebagai ciptaan Allah swt, termasuk manusia. Bahwa dalam penciptaan manusia, umat Islam meyakini bahwa Allah swt. Memiliki tujuan penciptaan, sebagaimana dalam keyakinan theisme dalam monotheisme Bahwa untuk mengenali mana perbuatan baik dan mana perbuatan yang buruk, adalah sejauhmana perbuatan itu memelihara kepada terwujud tidaknya tujuan penciptaan itu. Bahwa akhlak yang baik adalah akhlak yang mengarah kepada terpeliharanya ciptaan Allah swt dan terwujudnya tujuan penciptaan itu, sebaliknya akhlak yang tidak baik adalah perbuatan yang dapat mengakibatkan rusak dan binasanya ciptaan Tuhan dan tidak terpenuhinya tujuan penciptaan Tuhan. Sehingga dalam konsep monotheisme, ada cara meyakini keesaan Tuhan dengan cara Theisme, Deisme dan Pantheisme. Sebuah teori dalam ilmu akhlak, Khair al-umuri awsatuha Bahwa sebaik-baik urusan adalah yang di pertengahan, Contoh: antara sifat penakut dan sifat pemarah, maka yang terbaik adalah sikap yang pertengahan, yakni tidak penakut dan juga tidak pemarah. Akan tetapi adapula yang tidak dapat menggunakan teori pertengahan, Sehingga dalam hal ini berlaku teori kutub. Seperti perilaku jujur dan perilaku pembohong, yang terbaik adalah berperilaku jujur dan yang jelek adalah perilaku berbohong, maka dalam hal ini perilaku pertengahan, yakni kadang jujur dan kadang berbohong merupakan sifat yang paling tercela. Bahwa kebaikan kadangkala berada di posisi pertengahan, dan terkadang kebaikan hanya berada di satu kutub yang berlawanan dengan kutub ketidakbaikan, sementara berada di tengah antara dua kutub justeru merupakan hal yang paling buruk.
B. Sebuah Perspektif tentang Kebenaran
Selanjutnya konsep baik dan buruk dari suatu perbuatan, juga mengarah kepada persoalan mengenali kebenaran dan ketidakbenaran atau kesalahan. Bahwa pada dasarnya konsep kebenaran dan kesalahan juga mengacu kepada konsep penciptaan, antara pencipta dan ciptaannya. Bahwa selama ini, mengenai apa itu kebenaran selalu dipertanyakan, ada yang menyatakan bahwa karena Allah swt. Sebagai pencipta itu adalah satu (Maha Esa), maka kebenaran itu hanya ada satu. Selanjutnya dibuatlah suatu doktrin bahwa jika ada dua pendapat dalam suatu persoalan, maka karena kebenaran itu hanya ada satu maka pastilah dari dua pendapat itu satu benar dan satunya lagi salah. Begitu juga jika ada tiga pendapat dalam suatu persoalan karena kebenaran itu hanya ada satu maka dari tiga pendapat itu pasti hanya ada satu yang benar dan dua pendapat lagi adalah salah. Begitu seterusnya jika ada sepuluh pendapat maka ada sembilan yang salah dan hanya satu yang benar. Maka jika ada 73 aliran dalam Islam maka hanya satu aliran saja yang benar sedangkan selebihnya adalah salah..? Padahal persoalan kebenaran tidaklah sesederhana pernyataan demikian. Bahwa persoalan kebenaran adalah persoalan Tuhan sebagai pemilik kebenaran dan persoalan manusia sebagai pencari kebenaran (pencari Tuhan). Bahwa kebenaran di sisi Tuhan adalah satu itu adalah keniscayaan, karena Tuhan adalah Maha Esa. Tetapi persoalan kebenaran di sisi manusia adalah persoalan makhluk sebagai pencari kebenaran (pencari Tuhan). Sehingga ukuran kebenaran di sisi manusia adalah ukuran yang bersifat penghampiran. Bahwa manusia hanya bisa menghampiri kebenaran tetapi selamanya tidak akan bisa menjadi pemilik kebenaran, karena pemiliknya adalah Allah swt. Bahwa jika ada dua pendapat dalam suatu persoalan maka bisa jadi dua-duanya mendekati kebenaran dan boleh jadi dua-duanya salah, begitu juga jika ada tiga atau sepuluh pendapat, bisa jadi semuanya mendekati kebenaran dan bisa jadi juga tidak ada satu pun yang mendekati kebenaran. Persoalannya mana yang paling dekat dan mana yang paling jauh, sifat manusia dalam berpendapat cendrung mengaku dirinya dan pendapatnya lah yang paling dekat dengan kebenaran sementara orang lain dan pendapat mereka sebagai jauh dari kebenaran. Di sini lah terjadi truth claim dan pokok pangkal perselisihan manusia yang saling memperebutkan kebenaran. Manusia sebagai makhluk hanya bisa mendekati kebenaran, dan sedekat apapun manusia dengan kebenaran, manusia tidak akan pernah berubah menjadi kebenaran itu sendiri. Bahwa sebagai makhluk manusia selalu ingin mengenali dan mendekati Tuhannya tetapi sedekat apapun manusia dengan Tuhannya ia tidak akan pernah berubah menjadi Tuhan. Kebenaran di sisi manusia sebagai makluk adalah kebenaran yang bersifat penghampiran yang bersifat verifikatif, yang selalu bisa diuji oleh pendekatan manusia lainnya, sehingga ukuran kebenarannya adalah kebenaran yang bersifat relatif terhadap kebenaran di sisi Tuhan yang bersifat absolut dan mutlak. Oleh karena itu lah kata Kebenaran dan kata Tuhan di dalam bahasa arab sama-sama disebut الحق Q.S. alu Imran: 60 الحق من ربك فال تكن من الممترين