ABSTRAKSI
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan pabrik kelapa sawit dan petani untuk membangun pabrik kelapa sawit
pengolahannya sampai saat ini banyak dimiliki berkapasitas kecil dengan biaya yang murah,
oleh pemerintah melalui Badan Usaha Milik yakni pabrik kelapa sawit berkapasitas 5
Negara (BUMN) maupun swasta dengan ton/jam. dalam perencanaan pabrik kelapa
pengolahan minyak kelapa sawit. Pada pabrik sawit mini, tentunya mesin-mesin pengolah
pengolahan kelapa sawit tersebut, salah satu kelapa sawit di dalamnya juga harus memiliki
bagiannya, yakni: "Ripple mill" (Pemecah biji kapasitas mini. Berarti mesin-mesin harus
kelapa sawit), merupakan bagian yang dirancang oleh pembuat mesin, karena belum
terpenting, karena inti harus tetap utuh dan banyak perusahaan yang memproduksi
selanjutnya akan diproses untuk menghasilkan mesin pengolahan kelapa sawit berkapasitas
atau mendapatkan minyak kelapa sawit. mini.
Pabrik kelapa sawit milik pemerintah Untuk mengatasi hasil perkebunan yang
atau BUMN, rata-rata berkapasitas cukup cukup besar, untuk itu Peneliti mencoba untuk
besar, hal ini dikarenakan hasil perkebunan merancang salah satu mesin pengolahan
yang besar. Bahkan dapat membeli hasil kelapa sawit mini
perkebunan kelapa sawit yang dimiliki para Tempat mesin pengolahan buah kelapa
petani yang memiliki kebun kelapa sawit sawit. Mesin yang dirancang atau direncanakan
dilingkungan pabrik. Petani yang memiliki adalah mesin pemecah cangkang kelapa sawit
kebun sendiri tentunya tidak dapat mengolah yang disebut dengan Ripple Mill dengan
hasil kebunnya sendiri mengingat luas areal kapasitas 1,5 Nut/Jam.
yang tidak mencukupi dalam pembuatan pabrik
kelapa sawit. untuk menanggapi masalah 1.2. Batasan Masalah
diatas, pemerintah melalui Badan pusat Karena keterbatasan pengalaman dan
penelitian kelapa sawit, menawarkan kepada para pengetahuan tentang mesin tersebut maka perlu
1.4. Tujuan Penelitian 2.3. Ripple Mill Pada Pabrik Kelapa Sawit.
Adapun tujuan dari Penelitian ini adalah Mesin Ripple Rill adalah merupakan
membuat suatu rancangan Mesin Ripple Mill sebuah unit permesinan pada pabrik pengolahan
dan mengetahui cara kerja mesin pemecah biji kelapa sawit yang digunakan untuk memecah
kelapa sawit (Ripple Mill), dimana Ripple Mill kelapa sawit hingga terjadi perubahan fisik
ini berfungsi untuk menjaga inti sawit agar tetap sedemikian rupa setelah dilakukan proses
utuh. fermentasi. Alat utama penggerak mesin ini
adalah sebuah motor listrik yang menggerakkan
1.5. Manfaat Ripple Mill yang berisi biji sawit.
Adapun manfaat dari Penelitian ini ialah Motor listrik dihidupkan, puli 1 yang
untuk referensi bagi pembaca dalam terdapat pada motor penggerak akan meneruskan
merencanakan sebuah Ripple Mill putaran ke puli 2 dengan perantaraan sabuk.
Dari puli 2 putaran ke puli 3 melalui poros
2. KAJIAN PUSTAKA transmisi. Dari puli 3 putaran diteruskan ke puli
2.1. Proses Pengolahan Kelapa Sawit 4 melalui perantara sabuk. Selanjutnya putaran
Diagram pengolahan kelapa sawit sampai diteruskan ke Ripple Mill melalui rotor as yang
proses pemecah biji kelapa sawit: terhubung diantara Ripple Mill dengan puli 4.
2.4. Fungsi Ripple Mill
Memecah cangkang biji dengan cara
menggilas biji didalam plat besi yang berputar
secara sentripugal,oleh karena adanya gaya
sentripuggal yang ditimbulkan oleh putaran
rotor yang sangat tinggi, maka biji-biji yang
masuk kelubang rotor akan terbawa oleh
lempengan siku-siku tersebut kemudian
terlempar kesamping membentur dinding,
akibatnya biji-biji tersebut akan pecah dan
intinya akan terpisah dari cangkang
5. Ripple Side
Ripple Side adalah penutup Ripple Mill
agar biji yang masuk kedalam Ripple Mill tidak
Gambar 2. Piringan dapat keluar sebelum terjadi pemecahan.
Inersia Rotor (IR) Dapat Diketahui: Gambar 12. Ukuran Rencana As/Poros
Diasumsikan rotor adalah silinder pejal
Ir = 1/2 m . r2….(Suryanto,1995. Hal:110) Inersia Poros Dapat Diketahui:
Dimana : Persamaan yang digunakan
Ir = Inersia rotor ( kg. mm2) menurut:Suryanto,1995. Hal:110
m = Massa rotor (kg) Ipr = 1/2 . m . r2
r = Jari-jari (mm) = 19,49. 10-5kg.m2
Ir = 1/2 . 9,87. (77)2 Inersia Total Dapat Diketahui:
= 29259,615kg. mm3 Ipr = Ir + Ip + Ipr
= 2,92. 10-3 kg.m3 = 0,3590043 kg. m2
Puli (Ip)
Massa puli Percepatan Sudut (α)
Diameter puli (D) = 390 mm Persamaan yang digunakan menurut :
Tebal puli (t) = 20 mm Holiday & Hasnick,1982. Hal 11
puli = 7850 kg/mm3 =
Jumlah puli =1
Massa puli Dimana :
Wf = kecepatan sudut (rad/s)
= . V……..(Sularso,1987. Hal:27)
Wo = kecepatan sudut awal (rad/s)
V = l/4. . (D2) t
t = waktu yang ditempuh (s)
= 2,38. 10-3 m3
Jika pada awal antara putaran poros
Massa puli = . V normal dalam waktu 5 detik, maka percepatan
= 18,68 kg sudut adalah:
Jari-Jari Puli Dapat Diketahui: WF = = 14,3 rad/s
R =1/2.D W0 =0
= 195 mm maka: = = 0,23 rad/s2
- Torsi tanpa beban/torsi inersia (Tl)
Penampang sabuk 2 =
Berdasarkan daya yang direncanakan 1,7
Kw, yang diteruskan oleh sabuk dan puli, maka
dipilih sabuk-V tipe A(lampiran 2) bahan karet
dengan tegagan tarik sebesar 4-5 N/mm2
dengan ukuran sebagai berikut: (Sularso & = 3,39 rad
Suga,1997. Hal: 164)
Luas penampang sabuk V tipe A Kecepatan linier sabuk I (V)
Sin 200 =X/9
V= ..(Sularso & Suga,1997. Hal:166)
X = Sin 200 . 9
Dimana:
= 2,78 mm V= kecepatan linier sabuk (m/s)
b = 12,5 – 2 X d= diameter puli yang digerakkan (m)
= 6,94 mm n= putaran puli yang digerakkan (rpm)
A = .9 V=
= 9,73 mm2 = 4,9 m/s
Analisa perhitungan panjang sabuk diperoleh Torsi yang dialami puli yang digerakkan (T)
dengan persamaan (Khurmi, 1980 : 661) T=9,74 x 105 Pd/n..(Sularso &
Suga,1997. Hal:7)
L=
= 1677,9 kg. mm
Maka: Tegangan sabuk (T)
L= T = (F1 - F2) r
Dimana :
T= torsi (kg.mm)
F1= tegangan sabuk sisi kencang (N)
F2= tegangan sabuk sisi longgar (N)
r= jari-jari puli yang digerakkan (mm)
= 826,32 mm
Fi = T/r +F2(Persamaan 1)
Sudut apit sabuk terdapat puli Fkecil/puli
1/F2 = e/(sin /2)
penggerak (1) F1 =F2. e/(sin /2)(Peraamaan 2)
Persamaan yang digunakan menurut: Substitusi persamaan (1) dan (2)
Sularso & Suga,1997. Hal:173 F2. e/(sin /2) = T/r + F2
1= F2=
= 129,03 N
F1= T/r + F2 = 381,09 N
2 =
Dari data specer ring dapat kita analisa Direncanakan diameter minimum rotor
tegangan yang dialami specer ring dan baut bar adalah sebesar 15 mm dengan demikian
sehingga kita dapat menentukan bahan yang tegangan geser yang terjadi adalah sebagai
aman diguanakn pada specer ring dan baut. berikut;
a = ..(Suryanto,1995.Hal:30)
Tegangan geser ditinjau dari ukuran naf
Persamaan yang digunakan menurut =
Sularso & Suga,1997. Hal:7 = 3,46 kg/mm2
T= (1 – k4) k =
Tegangan geser akibat gaya tekan
K= Direncanakan diameter minimum rotor bar
adalah sebesar 15 mm dengan demikian
K= = 0,7 tegangan gaya geser yang terjadi adalah
τ= sebagai berikut;
- Massa Rotor bar
=
a = .....(Suryanto,1995. Hal:30)
= 0,131 kg/mm2
=
Tegangan geser ditinjau dari tebal flange = 34 N / mm2
= ....(Sularso & Suga,1997. = 3,46 kg / mm2
Hal:34) 2. Bahan Rotor Bar
= Direncanakan bahan rotor bar bagian
= 0,29 kg / mm2 luar dan dalam adalah sama pemilihan bahan
rotor bar berdasarkan tegangan geser terbesar
Tegangan geser bahan specer ring pada rotor bar yaitu rotor bar yang mengalami.
Dipilih bahan spacer ring adalah FC Dipilih bahan rotor adalah S 20 C dengan
20 (JIS G 3501 ) dengan kekuatan tarik sebesar kekuatan tarikya 48 kg / mm2 (Dari tabel baja
20 kg / mm2.(Sularso & Suga,hal 335) karbon : Sularso & Suga,1997. Hal 3)
a= ...(Sularso & Suga,1997. Hal:8)
Kekuatan geser bahan
a= a = ..(Sularso & Suga,1997.Hal:7,8)
= 9,5 kg/mm2 = = 4,8 kg / mm2
a > 0,029 kg/mm2
Dengan demikian bahan yang dipilih untuk
Dengan demikian rotor bar layak untuk
spacer ring layak diguanakan.
digunakan.
H. Perencanaan Rotor Bar
I. Perencanaan Piringan
1. Rotor Bar Dengan Gaya Tangensial
Seperti telah diketahui pada perencanaan
(Bagian Luar)
rotor bar, reaksi yang terjadi pada piringan
Gaya tangensial terjadi pada masing-
adalah sebagai berikut:
masing biji sebesar 87,48 N tersebar merata
1. Reaksi pada piringan yang menumpu rotor
pada poros. Jika jarak pembersih gaya adalah
bar bagian luar
diameter biji, maka gaya tangensial sebagai
RA = RB = 218,51 N
beban merata pada rotor bar adalah sebagi
2. Reaksi pada piringan yang menumpu rotor
berikut;
bar bagian luar
Fta = q/r
RA = RA = 218,51 N
= 145,8 / 34,36
Dipilih berdasarkan reaksi yang terbesar
= 4,243 N
pada piringan 218,51 N dalam 1 putaran rotor
Ft = 4,243x103
bar bagian dalam yang mengalami gaya tekan
= 437,029 N
sebagai 3 buah sehingga gaya yang dialami
piringan yakni;
Tegangan geser yang terjadi akibat gaya
tangensial
Gaya yang dialami piringan Dengan demikian rotor bar layak untuk
F = RA . n...........(Suryanto,1995.Hal:116) digunakan.
Dimana:
F = Gaya(N) K. Perencanaan Bantalan
RA= reaksi piringan terhadap gaya tekan 1. Bantalan Pada Poros Transmisi Dan
pada rotor bar ( N ) Rotor As.
n = Jumlah rotor bar
Maka: Beban ekivalen dinamis
F = 218,5.3 Pr = X . V . Fr + Y . Fa..Sularso & Suga,1997.
= 665,5 N Hal:135)
Dimana :
Tekanan bidang pada piringan X = faktor radial = 0,56 diambil
0 = F/A, A = d . tp..(Suryanto,1995. V = faktor rotasi = 1 diambil
Hal:105) Y = faktor axial = 0
Maka ; Fr = gaya radial
0 = 655,55/15,15 Fa = gaya axial
= 2,91 N/mm2
= 0,29 kg/mm2 Gaya radial (Fr)
Dipilih bahan rotor adalah S 30 C dengan Fr = ..(Sularso & Suga,1997. Hal:136)
kekuatan tariknya 48 kg/mm2 (Dari tabel baja
Maka : Fr =
karbon: Sularso & Suga,1997. Hal 3
Fr = 134,45 kg
Kekuatan Geser Bahan Piring
a = ...(Sularso & Suga,1997. Gaya axial (Fa)
Fa = ...(Sularso & Suga,1997. Hal:136)
Hal:25,28)
Maka:
=
Fa = = 42,12
= 4,8 kg / mm2
a > 0,29 kg/mm2
Dengan demikian bahan piringan layak untuk Perbandingan beban axial dengan beban radial
digunakan.